Anda di halaman 1dari 13

DISUSUN OLEH :

MAHENDRA WIBOWO
175520082
TEKNIKA-D
 Hukum kedua termodinamika mengatakan bahwa
aliran kalor memiliki arah. Dengan kata lain, tidak
semua proses di alam adalah reversibel (arahnya
dapat dibalik). Hukum kedua termodinamika
menyatakan bahwa kalor mengalir secara spontan
dari benda bersuhu tinggi ke benda bersuhu rendah
dan tidak pernah mengalir secara spontan dalam
arah kebalikannya.
 Hukum termodinamika kedua dapat dirumuskan
sebagai berikut:

 “Proses suatu sistem terisolasi yang disertai


dengan penurunan entropi tidak mungkin terjadi.
Dalam setiap proses yang terjadi pada sistem
terisolasi, maka entropi sistem tersebut selalu naik
atau tetap tidak berubah.”
REVERSIBLE:
-Proses reversible yang terjadi adalah murni dan
bersifat hipotesis. Reaksi
kimia yang terjadi dalam kedua arah disebut sebagai reaksi
reversibel. Singkatnya, proses reversible adalah suatu proses
yang terjadi dengan hasil yang sangat sempurna yang terjadi
karena funsi -fungsi keadaan suatu system sama dengan
keadaan – keadaan lingkungannya dalam suatu rentang
waktu yang lama dan tidak terukur. Tujuan dari proses
reversible yang diciptakan oleh para kimiawan adalah agar
bisa digunakan sebagai sarana dalam mempelajari sifat –
sifat termodinamika yang alami.
 IREVERSIBEL :
- Proses yang tidak memenuhi salah satu
dari syarat -syarat yang ditentutakan di atas adalah proses irreversibel.
Manfaat penting dari suatu irreversibilitas dalam hukum
termodinamika kedua dalam suatu Teknik rekayasa adalah untuk
menentuka suatu
kinerja terbaik secara teoritis dari suatu system. Sebagian besar proses
yang terjadi di alam sifatnya adalah irreversibel.
Karena itulah, pada prakteknya proses reversibel adalah tidak mungkin
akan
terjadi secara alamiah karena semua proses yang berlangsung di alam
terjasi
dengan proses spontan. Contoh reaksi irreversible adalah: dimana abu
yang
merupakan hasil pembakaran kertas tidak akan mampu diubah menjadi
kertas
seperti semula.
Sebuah mesin kalor adalah sesuatu alat yang menggunakan
kalor/panas untuk melakukan usaha/kerja.

 Mesin kalor memiliki tiga ciri utama:

1. Kalor dikirimkan ke mesin pada temperatur yang relatif tinggi dari


suatu tempat yang disebut reservoar panas.
2. Sebagian dari kalor input digunakan untuk melakukan kerja oleh
working substance dari mesin, yaitu material dalam mesin yang
secara aktual melakukan kerja (e.g., campuran bensin-udara dalam
mesin mobil).
3. Sisa dari kalor input heat dibuang pada temperatur yang lebih
rendah dari temperatur input ke suatu tempat yang disebut
reservoar dingin.
Skema Mesin Kalor

Gambar ini melukiskan skema


mesin kalor.
QH menyatakan besarnya input
kalor, dan subscript H
menyatakan hot reservoir.
QC menyatakan besarnya kalor
yang dibuang, dan subscript C
merepresentasikan cold
reservoir.
W merepresentasikan kerja yang
dilakukan.
 Siklus carnot merupakan suatu siklus
termodinami-ka yang melibatkan proses
isotermal, isobarik, dan isokorik. Siklus adalah
suatu rangkaian sedemikian rupa sehingga
akhirnya kembali kepada keadaan semula.
Misalnya, terdapat suatu siklus termodinami-
ka yang melibatkan proses isotermal, isobarik,
dan isokorik.
 Setiap proses yang melibatkan perpindahan
panas haruslah isotermal baik pada TH
maupun pada TC.
 Setiap proses yang mengalami perubahan suhu
tidak terjadi perpindahan panas (proses
adiabatik)
 Siklus carnot terdiri dari dua proses isotermal
reversibel dan dua proses adiabatik reversibel
isothermal
Carnot expansion
QH TA
Engine
adiabatic W12 adiabatic
compression a-b expansion
d-a b-c
W41 W23
c-d
isothermal
W34 compression
QC TB
 Sebuah mesin, harus mengikuti
prinsip konservasi energi. Sebagian
dari kalor input QH diubah menjadi
kerja W, dan sisanya QC dibuang ke
cold reservoir. Jika tidak ada lagi e
W
kehilangan energi dalam mesin, QH
maka prinsip konservasi energi:
QH = W + QC

W  QH  QC
W
e
QH

QH  QC QC
e  1
QH QH
Pendingin (refrigerator): sebuah mesin kalor yang
beroperasi secara terbalik. Refrigerator menarik
panas dari tempat dingin (di dalam pendingin) dan
melepaskan panas ke tempat yang lebih hangat.

QH  QC  W  0

 QH  QC  W

QH  QC  W

Anda mungkin juga menyukai