Anda di halaman 1dari 22

REFARAT

PERTUSIS

Oleh:
Riestantya Utami Ningrum
N 111 18 038

Pembimbing Klinik :
dr. Kartin Akune, Sp.A
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUD UNDATA PROV SULTENG
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako – Palu 2018
PENDAHULUAN
PERTUSIS

• Pertusis atau batuk rejan yang juga disebut whooping cough, tussis
quinta, violent cough dan di cina disebut batuk seratus hari.
• Merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang
disebabkan oleh Bordetella pertussis
• Pertusis dapat diderita oleh orang dari semua kelompok usia,
namun insidensi paling sering pada bayi dan anak kurang dari 5
tahun. Disebabkan karena belum imunisasi
DEFINISI
PERTUSIS

• Penyakit saluran respiratorik akut


• Sangat menular
• Disebabkan oleh infeksi Bordetella pertussis
• Disebut juga sebagai tussis quinta, whooping cough, violent cough,
batuk rejan, batuk 100 hari
• Ditandai oleh batuk spasmodik yang panjang, berakhir dengan
batuk disertai suara keras (‘whoop’) dan muntah.
epidemiologi

• Pertusis adalah penyakit paling menular yang dapat menimbulkan


attack rate 80-100 % melalui droplet secara kontak langsung.
• Lebih sering mengenai anak perempuan daripada anak laki-laki,
makin muda usianya, makin berbahaya penyakitnya
• Laporan CDC, terdapat 27.550 kasus pertusis, 27 kasus kematian.
Pada tahun 2011 terbanyak pada usia 11-19 tahun sekitar 47%, dan
usia 7-10 tahun sekitar 18% kasus.
• Pengobatan erytromicyn dapat menurunkan tingkat penularan
pertusis
etiologi

Bordetella pertussis berukuran 0,5 – 1 um, diameter 0,2


– 0,3 um, cocobacillus, gram negatif, aerob, tidak
membentuk spora, dan tidak bergerak. Spesimen bisa
didapatkan melalui hapusan nasofaring pasien pertusis,
selanjutnya ditanam pada agar media Bordet-Gengou.
patogenesis
FHA , LPF/PT , Pertactine

Melekat pada silia epitel Bermultiplikasi dan menyebar


Droplet
sal. respiratorik ke seluruh permukaan epitel

PT  masuk ke sirkulasi dan


LPF  menghambat migrasi limfosit
mempengaruhi imunitas
dan makrofag ke daerah infeksi
pejamu

Inflamasi, hiperplasia jar.


limfoid peribronkial & me↑
jumlah mukus pada
permukaan epitel

Penumpukan sekret Terbentuk mucous Obstruksi sal.


mukopurulen & rx inflamasi plug respiratorik
Manifestasi klinis

1. Fase kataral (7-10 hari)


▫ Batuk (pada awalnya hanya timbul di malam hari,
makin lama makin berat, kemudian terjadi
sepanjang hari)
▫ Demam
▫ Bersin-bersin
▫ Nafsu makan berkurang
▫ Injeksi konjungtiva, lakrimasi
2. Fase spasmodik/paroksismal (1-4 mgg)
▫ Terjadi serangan batuk panjang, tanpa inspirasi
diantaranya dan diakhiri dengan whoop (tarikan
nafas panjang dan berbunyi melengking)
▫ Sering disertai muntah bercampur lendir yang
kental
▫ Wajah merah, mata menonjol, terjadi peteki di
wajah terutama pada konjungtiva bulbi
3. Fase konvalesen (2 mgg - sembuh)
▫ Serangan batuk <<< 2-3 minggu
▫ Muntah <<<
▫ Nafsu makan mulai membaik
▫ Batuk biasanya masih menetap dan kadang timbul
serangan batuk paraksismal kembali
Diagnosis
• Anamnesis
1. riwayat kontak dengan pasien pertusis,
2. adakah serangan khas yaitu paroksismal dan bunyi
whoop yang jelas.
3. riwayat imunisasi

• Pemeriksaan fisik
▫ Gejala klinis yang didapat pada pemeriksaan fisis
tergantung dari stadium saat pasien diperiksa
• Pemeriksaan penunjang
▫ Laboratorium
 leukositosis 20.000-50.000/μL dengan limfositosis absolut
khas pada akhir stadium kataral dan selama stadium
paroksismal

▫ Kultur  Diagnosis pasti pertusis


 hasil positif kultur hapusan nasofaring yang diperoleh dari
pasien hanya selama 3-4 minggu pertama sakit

▫ PCR
 lebih sensitif dibanding kultur untuk mendeteksi B. pertussis,
terutama setelah 3-4 minggu dan sesudah penggunaan
antibiotik
Manifestasi dan Komplikasi Pertusis
penatalaksanaan

• Terapi suportif :
▫ Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat
▫ Oksigenasi
▫ Pereda batuk apabila batuk sangat mengganggu

• Eradikasi bakteri : pemberian antibiotika


Rekomendasi antibiotik
pencegahan

• Isolasi
• Imunisasi aktif
• Imunisasi pasif
komplikasi
• Komplikasi terjadi terutama pada sistem
respirasi dan saraf pusat.1,9
• Pneumonia
• Emfisema dan atelektasis
• otitis media
• perdarahan subkonjungtiva, epistaksis,
perdarahan pada sistem saraf sentral dan retina,
pneumotoraks, emfisema, hernia umbikalis,
hernia inguinalis, dan prolaps rekti
• Apnea atau bradikardi
prognosis

• Prognosis tergantung usia anak, anak yang lebih tua


mempunyai prognosis yang lebih baik. Pada bayi risiko
kematian (0,5-1%) disebabkan ensefalopati. Pada
penelitian jangka panjang, apnea atau kejang akan
menyebabkan gangguan intelektual di kemudian hari.
Kesimpulan

• Pertusis ditandai oleh suatu sindrom yang terdiri batuk yang sangat spasmodik
dan paroksimal disertai nada meninggi. Penyakit ini paling sering di dapatkan
di anak dan bayi. Disebabkan oleh Bordatellah pertusis
• Mekanisme infeksi melalui 4 tingkatan yaitu perlekatan, perlawanan,
kerusakan lokal dan penyakit sistemik
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium yang menunjang ke arah Pertusis
• Komplikasi yang dapat terjadi yaitu Bronkopneumonia, otitis media,
atellektasis, emfisema pulmoonum. Dll
• Prognosis penyakit ini tergantung usia. Anak yang lebih tua mempunyai
prognosis yang lebih baik
Terima kasih ....

Anda mungkin juga menyukai