Anda di halaman 1dari 30

UPAYA PENDEKATAN

KEDOKTERAN KELUARGA PADA


PASIEN DENGAN DEMAM TIFOID

Oleh :
Noviarsih Muslimah S.Ked
K1A1 13 117

Pembimbing :
dr. Ashaeryanto, M.MedEd

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA


RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
LAPORAN KASUS

• Identitas Pasien
Nama pasien : An. A
Umur : 7 tahun
Pekerjaan : Pelajar
Status : Belum Menikah
Suku : Tolaki
Agama : Islam
Alamat : Kampung KB Wanggu, Kendari
Susunan Keluarga

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah

No. Nama JK Umur Status Pekerjaan


1. An. A L 7 Tahun Pasien Pelajar
2. Tn. B L 38 Tahun Ayah PNS
3. Ny. M P 36 Tahun Ibu ibu rumah tangga
4. An. F L 15 Tahun Anak Pelajar

Kesimpulan:
Keluarga An. A adalah keluarga inti yang terdiri 4 orang yang tinggal
dalam satu rumah. Hanya An.A yang menderita penyakit demam
tifoid.
Genogram dalam Keluarga

Keterangan :
: Perempuan
: Laki-laki
: Penderita
Anamnesa (Alloanamnesa)
Keluhan Utama : Demam

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke Poli Umum Puskesmas Lepo-Lepo dengan
keluhan demam yang dirasakan sejak 7 hari sebelum datang
ke puskesmas. Demam dirasakan muncul terutama pada
malam hari, pada siang hari pasien merasa membaik.
Keluhan lain: mual (+), muntah (-), sakit kepala (-), tidak
nafsu makan (+), lemas (+). Pasien juga mengeluh terasa
nyeri pada perut dan juga sulit buang air besar. Buang air
kecil dalam batas normal. riwayat perdarahan (-), riwayat
bepergian (-).
Riwayat penyakit terdahulu:
Riwayat menderita keluhan yang sama sebelumnya (-)
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama didalam keluarga pasien.
Riwayat Pengobatan:
Riwayat pengobatan sebelumnya (+) parasetamol, amoxicillin dan vitamin
Riwayat Sosial Ekonomi:
Dari segi ekonomi An. A adalah seorang pelajar sekolah dasar dan termasuk
golongan ekonomi menengah ke atas dimana pasien seorang pelajar yang
memiliki ayah yang bekerja sebagai PNS dan ibu yang seorang ibu rumah
tangga. Hubungan sosial pasien dengan keluarga ataupun dengan tetangganya
cukup baik.
Riwayat gizi:
An. A dan keluarga makan sehari-hari biasanya 3 kali sehari dengan karbohidrat,
protein dan lemak yang beragam. An. A cukup sering makan diluar rumah yaitu di
sekolah dan jarang membawa bekal dari rumah. Kesan status gizi saat ini baik
Keadaan lingkungan
Lingkungan sekitar rumah An. A tergolong cukup bersih, namun bertempat
dipemukiman yang jarang dan banyak pepohonan. Rumah terdiri dari ruang
tamu, ruang keluarga, 2 kamar yang terdiri dari tempat tidur ukuran medium size,
1 kamar mandi, dan dapur.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sakit ringan, kesadaran composmentis (GCS E4V5M6)

Antropometri
BB: 24 kg
TB : 122 cm
BMI : Normoweight

Tanda Vital
TD : 110/60 mmHg
Nadi : 66 x/menit
Pernapasan : 23 x/menit,
Suhu : 37,8 C
Pemeriksaan Fisik
Kulit : Coklat, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Normocephal, rambut hitam lurus
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-),
perdarahan subkungtiva (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-/-), epistaksis (-/-), deformitas
hidung (-/-)
Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), lidah kotor (+)
Telinga : Otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-),
nyeri tekan mastoid (-/-)
Tenggorokan : Tonsil membesar (-/-), hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran KGB
(-)
Thorax : Normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal
Pemeriksaan Fisik
• Pulmo:
Inspeksi : Dada simetris kiri = kanan, retraksi (-),
Palpasi : Sela iga kiri=kanan, vocal fremitus normal kiri = kanan
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi : BP : Bronkovesikuler, BT : Rh-/- Wh : -/-
• Cor:
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS 5 linea midclavicularis sinistra
Perkusi : Pekak
Batas kiri atas : ICS II Linea parasternalis sinistra
Batas kanan atas: ICS II Linea parasternalis dekstra
Batas kiri bawah: ICS V linea midclavicularis sinistra
Batas kanan bawah: ICS IV linea para sternalis dekstra
Auskultasi : Bunyi Jantung I/II normal reguler
bunyi jantung tambahan (-).
Pemeriksaan Fisik

Abdomen
Inspeksi : Datar, ikut gerak napas, massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) kesan normal
Palpasi : Nyeri tekan(+) epigastrium, hepar
dan lien tidak teraba
Perkusi : Timpani (+) seluruh regia abdomen

Ekstremitas
Edema : Tidak
Akral dingin : Tidak
Cap refill time : Normal
Resume

An. A, 7 tahun, laki-laki, datang dengan Pasien datang ke Poli Umum


Puskesmas Lepo-Lepo dengan keluhan demam yang dirasakan sejak
7 hari sebelum datang ke puskesmas. Demam dirasakan muncul
terutama pada malam hari, pada siang hari pasien merasa membaik.
Keluhan lain: mual (+), muntah (-), sakit kepala (-), tidak nafsu makan
(+). Pasien juga mengeluh terasa nyeri pada perut dan juga sulit buang
air besar. Buang air kecil dalam batas normal. Riwayat keluhaan sama
sebelumnya (-), riwayat penyakit dalam keluarga (-), riwayat
pengobatan (+) parasetamol, amoxicillin dan vitamin. riwayat
perdarahan (-), riwayat bepergian (-)Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 110/6/0 mmHg, nadi 66x/menit, pernapasan 23 x/menit,
suhu 37,8oC. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan lidah kotor pada
mulut. Pasien tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.
DIAGNOSA HOLISTIK

Diagnosis dari segi biologis :


Demam Tifoid

Diagnosis dari segi psikologis :


Dari segi psikologis, An. A dan keluarga tidak terdapat masalah. An. A
menyadari bahwa dirinya sakit dan dapat disembuhkan. An. A dan keluarga
juga sangat koopertif dan mengikuti segala masukan dokter dalam proses
terapi demi kesehatan dan kesembuhannya.

Diagnosis dari segi sosial dan ekonomi :


Dari segi ekonomi pasien termasuk golongan ekonomi menengah ke atas
dimana ayah pasien seorang PNS dan ibu pasien ibu rumah tangga.
Keluaga ini memiliki kendaraan bermotor. Jika salah satu anggota keluarga
sakit maka lebih sering ke Puskesmas. Pembiayaan kesehatan pasien dan
keluarga menggunakan kartu jaminan kesehatan (KIS). Akses pelayanan
kesehatan juga terjangkau. Aspek sosial pasien dan keluarga cukup baik,
sering bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumahnya.
PENATALAKSANAAN HOLISTIK
Farmakoterapi
Parasetamol tablet 500 mg 2x1
Ciprofloxacin tablet 500 mg 2x1 (7 hari)
Ranitidine tablet 150 mg (3x1)

Non Farmakoterapi
KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)
• Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan terapinya serta
cara penularan penyakit.
• Istirahat total selama 1 minggu.
• Makan makanan lunak.
• Usahakan agar pasien memperbaiki life style dan berolahraga.
• Menjaga kebersihan lingkungan dan makanan
PROGNOSIS

• Ad vitam : Dubia ad bonam


• Ad functionam : Dubia ad bonam
• Ad sanationam : Dubia ad bonam
Kegiatan Kunjungan Rumah
Kunjungan pertama (17 Februari 2019)
 Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
 Edukasi pasien dan keluarga pasien tentang demam tifoid
 Memberikan edukasi kepada keluarga pasien untuk menjaga
kebersihan makanan dan air minum
 Edukasi pasien dan keluarga untuk melakukan pengobatan yang
adekuat dan teratur berobat.
 Edukasi pasien dan keluarga tentang istirahat dan diet saat sakit.

Kunjungan kedua (19 Februari 2019)


Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah diberikan
Hasilnya: Keluarga pasien memahami edukasi tentang demam tifoid
yang telah diberikan dan sudah menjalani istirahat dan diet yang telah
disarankan.
PEMBAHASAN ASPEK
KEDOKTERAN KELUARGA
STANDAR PELAYANAN MEDIS
Anamnesis
 Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan
pendekatan pasien (patient-centered approach) dalam rangka
memperoleh keluhan utama pasien, kekhawatiran dan harapan
pasien mengenai keluhannya tersebut, serta memperoleh
keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis.

 Pada kasus telah dilakukan anamnesis dengan pendekatan tersebut


yakni pasien menjawab seluruh pertanyaan anamnesis secara jujur
dan terbuka dalam rangka memperoleh keluhan utama dan keluhan
lainnya untuk dapat menegakkan suatu diagnosis. Keluhan tersebut
seperti demam malam hari yang dirasakan sejak 7 hrai sebelum
dating berobat dan pasien sulit buang air besar. Terdapat juga
riwayat makanan dimana pasien sering makan diluar rumah.
Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesis, proses penegakkan diagnosis dibantu juga oleh
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang bila perlu. Pada kasus
pemeriksaan fisik telah dilakukan sesuai dengan keluhan yang ada dengan
tetap mengarahkan ke satu diagnosis. Pemeriksaan fisik kasus ditemukan
kelainan adanya demam saat pemeriksaan, ditemukan lidah kotor pada pasien
dan nyeri tekan epigastrium.

Penegakkan Diagnosis dan Diagnosis Banding


 Diagnosis demam tifoid dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
 Adapun diagnosis banding untuk demam tifoid antara lain, demam berdasarh
dengue, malaria dan common col.
Prognosis
 Prognosis kasus ini disesuaikan dengan diagnosis yang telah ditetapkan, keadaan umum
ketika mengunjungi puskesmas, dan kepatuhan pengobatan. Dalam proses pengobatan
pasien dan keluarga tergolong patuh maka secara umum prognosisnya adalah:
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam

Konseling
• Pada pasien ini telah dilakukan konseling saat kunjungan pertama kali di puskesmas dan
diberikan konseling lagi secara menyeluruh ketika kunjungan rumah dengan
memastikan bahwa pasien dan anggota keluarga mengetahui penyakit yang diderita
pasien, penyebab, risiko yang bisa terjadi kedepannya seperti memberitahu individu dan
keluarga.
Konsultasi
Pada pasien ini tidak dilakukan konsultasi ke dokter lain.

Rujukan
Pada pasien ini tidak dilakukan rujukan, rujukan pada pasien
demam tifoid dikarenakan pada pasien tidak terdapat tanda
komplikasi penyakit seperti peritonitis dan sepsis.

Tindak Lanjut
Pada pasien ini, tidak ada tindak lanjut yang dilakukan.
Tindakan
• Pada pasien ini telah dilakukan tindakan medis (berupa
pemeriksaan fisik) yang sesuai dengan etika dan pelayanan
medis kedokteran dan pasien telah menyetujui secara
sukarela tindakan medis tersebut.

Pengobatan Rasional
• Pasien diberikan obat antipiretik berupa parasetamol,
antibiotic spectrum luas berupa ciprofloksasin dan H2RA
berupa ranitidine.

Pembinaan Keluarga
• Pada pasien ini telah dilakukan pembinaan keluarga yang
didalamnya termasuk konseling terhadap pasien dan
keluarganya.
PRINSIP-PRINSIP KEDOKTERAN KELUARGA
Komprehensif dan Holistik
• Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh (holistik),
yaitu peduli bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari
fisik, mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik
dan sosialnya
• Pada pasien ini, prinsip kedokteran keluarga yang komprehensif telah
diterapkan yakni adanya
Upaya promotive: Penyuluhan mengenai penyakit demam tifoid ke pasien dan
keluarganya
Preventive & specific protection : menghindari makanan dan minuman yang
kotor),
Curative : Edukasi kepatuhan pengobatan, pemberian obat
Disability limitation : Edukasi mengenai hal-hal yang akan terjadi apabila tidak
melakukan pengobatan adekuat
Rehabilitation: Disarankan untuk perbaiki life style, diet lunak selama masa
pengobatan).
• Prinsip kedokteran keluarga holistik telah diterapkan dengan kepedulian
(bersifat empati) yang diberikan kepada pasien ketika datang berobat.
Kontinyu
Pada pasien ini, prinsip kedokteran keluarga yang kontinyu belum
diterapkan secara maksimal. Pihak puskesmas telah melakukan upaya
untuk melakukan penyuluhan tentang demam tifoid dan PHBS.

Mengutamakan Pencegahan
Pada kasus ini, petugas kesehatan sudah memberikan edukasi
pencegahan secara menyeluruh di lingkungan pasien.
Koordinatif dan Kolaboratif
• Koordinasi ini dilakukan ketika pasien memerlukan beberapa
konsultasi spesialistis atau pemeriksaan penunjang dalam waktu
yang bersamaan. Selain itu koordinasi pun dilakukan dengan
keluarga dan lingkungannya guna meningkatkan efisiensi
pengobatan.
• Pada pasien ini belum dilakukan prinsip koordinatif (misalnya
pemeriksaan penunjang untuk penegakkan diagnosis).

Personal sebagai bagian integral dari keluarganya


• Pelayanan kedokteran keluarga yang personal yaitu pasien sebagai
satu individu, sehingga dapat memiliki pelayanan personal yang
tidak berhubungan atau sama dengan anggota keluarga yang lain.
Pasien dalam hal ini memiliki dokter keluarga yang sama dengan
dokter keluarga dalam keluarganya yaitu dokter yang berada di
puskesmas.
Menjunjung tinggi etika, moral, dan hukum

• Sebagai seorang dokter keluarga harus menyadari etika dalam


praktiknya yang diwujudkan dalam perilaku dokter dalam
menghadapi pasien tanpa memandang status sosial, jenis kelamin,
jenis penyakit ataupun sistem organ yang sakit.
• Demikian pula dengan dokter keluarga harus sadar akan hukum,
mampu bertanggungjawab dihadapan hukum atas apapun yang
telah dilakukannya. Pada kasus ini, dokter keluarga telah bekerja
sesuai dengan etika, moral, dan sadar akan hukum yang berlaku.
Sadar biaya dan sadar mutu
• Prinsip dokter keluarga ini dimaksudkan agar tidak memberatkan
pasien akan biaya yang akan dikeluarkan tetapi tidak boleh pula
menurunkan mutu pelayanan pasien itu sendiri. Pada kasus ini
pasien telah memiliki jaminan kesehatan nasional berupa KIS
sehingga untuk pembiayaan pengobatan dan penanganan telah
teratasi.

Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan


• Audit yang dimaksud dalam prinsip kedokteran keluarga ini tidak
hanya ditujukan kepada dokter keluarganya saja tetapi seluruh
lapisan petugas pelayanan kesehatan dengan tujuan evaluasi dan
peningkatan kualitas pelayanan kedepannya.
• Pelayanan kedokteran keluarga yang dilakukan telah sesuai dengan
standar pelayanan medis dokter keluarga sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Lampiran
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai