KASUS Nn.R, perempuan, usia 19 tahun. Pasien datang diantar bapaknya ke Puskesmas dengan keluhan berprilaku aneh, seperti sulit tidur pada malam hari sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu, pasien baru mulai tidur sekitar pukul 2 malam dan pada tengah malam pasien hanya duduk di depan jendela dan bolak-balik di dalam rumahnya tanpa tujuan yang jelas. Bapak pasien mengatakan pasien pernah bermain bola di rumahnya tengah malam. Pasien sering bicara dan tertawa sendiri sudah sejak 10 tahun yang lalu. Pasien juga terkadang marah-marah sendiri tanpa sebab. Pasien mengatakan ada sesuatu (setan) yang masuk ke dalam tubuhnya dan pasien juga mengatakan bahwa dipikirannya sering ada yang menyuruhnya untuk bermain bola di dalam rumahnya pada malam hari. Pasien tinggal hanya bersama ayahnya di rumah kontrakan, sedangkan ibunya sudah meninggal 1 tahun yang lalu. Pasien belum pernah berobat ke dokter, tetapi sejak dulu bapak pasien sering membawanya ke dukun, tetapi tidak ada perbaikan. Pasien diantar oleh bapaknya ke Puskesmas Kelurahan Pejaten Timur, mendaftar diri (guna pencatatan kasus baru), baru menuju Poli Umum. Dengan kondisi pasien curiga ODGJ, perlu dipersiapkan setting pemeriksaan yang nyaman (bila perlu tata ruang), dan tidak bergerombol untuk menjaga kerahasiaan. Home Visite
Tanggal 12 Oktober 2018
Nama : Nn. R Identitas Pasien Usia : 19 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jln. Raya Tanjung Barat No. 3, Kelurahan Pejaten Timur Agama : Islam Suku Bangsa : Jawa Pendidikan : Kelas 3 SD Status : Belum Menikah Pekerjaan : Belum Bekerja Pertanyaan Aktif
1. Apakah Keluhan >3 bulan, Muncul >1x per bulan?
Untuk keluhan berprilaku aneh, seperti sulit tidur dan bermain bola tengah malam di dalam rumahnya sudah sejak 3 bulan yang lalu. Sedangkan untuk keluhan seperti bicara sendiri, tertawa sendiri, dan marah tanpa sebab sudah sejak 10 tahun yang lalu. 2. Ada Peristiwa Pemicu Keluhan, Banyak Pikiran? Bapak pasien mengatakan pasien berprilaku aneh sudah sejak kecil sekitar 10 tahun yang lalu, tetapi orang tua pasien tidak mengetahui penyebab dan pemicu pasien berprilaku aneh tersebut, bapak pasien mengira bahwa tubuh pasien dimasuki setan, sehingga orang tua pasien membawanya ke dukun. 3. Menurunnya Semangat Belajar, Kerja, Seks? Pasien berpindah-pindah sekolah dan dikeluarkan dari sekolah karena tidak kooperatif dan tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, sehingga pasien hanya sekolah sampai kelas 3 SD. Pertanyaan Aktif
Kondisi ini dinilai cukup mengganggu dalam kehidupan sehari-hari. 5. Ada Pemakaian Rokok, Alkohol dan NAPZA? Tidak ada
Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya halusinasi , delusi,
dan ilusi. Trauma (-), DM (-), Hipertensi (-), stroke (-), dan riwayat keluarga dengan gangguan kejiwaan tidak ada. Riwayat pengobatan mengenai masalah kejiwaan belum pernah, pasien hanya mengkonsumsi obat warung jika sakit. Kurangnya pengetahuan medis yang dimiliki oleh bapak pasien terkait masalah kejiwaan yang dialami oleh pasien. Dari pemeriksaan fisik ditemukan tanda vital dalam batas normal. Dari hasil pemeriksaan dapat dicurigai pasien menderita Skizofrenia paranoid. AKSIS
Aksis I : F 20.0 Skizofrenia Paranoid
Aksis II : Ciri kepribadian extrovert Aksis III : Tidak ada diagnosis Aksis IV : Masalah dengan primary support group dan ekonomi Aksis V : GAF 60-51 Diagnosis ditegakkan, diberikan tatalaksana farmakologi awal (bila sulit tidur dengan Diazepam 5mg sebelum tidur), dan dirujuk ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan dan penatalaksaan lebih lanjut. Pasien hanya dirawat bila ada indikasi membahayakan diri atau orang lain (termasuk tidak mampu merawat diri sama sekali).
Pasien diingatkan kembali untuk sering checkup ke Faskes
untuk melihat perkembangan dari masalah kejiwaan yang dialami oleh pasien. Dokter melakukan followup ke rumah (home visit) dan komunitas, serta mengedukasi pasien serta keluarga mengenai kondisinya. Kemampuan Faskes tingkat pertama terhadap ODGJ diatur dalam Permenkes RI No.43 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, dimana Puskesmas bertugas dalam skrining, serta promotif dan preventif terhadap kesehatan jiwa masyarakat. Sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat (UU RI No.18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa) pada keluarga, lingkungan tinggal pasien, tingkat lembaga pendidikan (bisa dimulai di sekolah), lembaga keagamaan dan tempat ibadah, dan lembaga kemasyarakatan dan rumah tahanan (kepolisian).
Hal ini guna menciptakan suasana kondusif bagi pasien seperti
mendapat support dari lingkungan untuk menurunkan stigma buruk mengenai gangguan kejiwaan (terutama keluarga). Pada tingkat pendidikan, edukasi mengenai masalah kejiwaan dan skrining. Lembaga keagamaan dapat membantu sebagai support, seperti beribadah dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan dan membantu pasien menangani masalah di kehidupan sehari-hari, serta lembaga pemasyarakatan dapat mengambil tindakan tepat apabila penderita mulai membahayakan diri sendiri atau orang lain.
Pembentukan komunitas didalam masyarakat untuk
membantu kejiwaan pasien Skizofrenia Paranoid untuk mengatasi problema, meningkatkan motivasi/semangat, edukasi masyarakat dan membuat lingkungan kondusif dengan advokasi terhadap lingkungan pasien tinggal. Penatalaksanaan nonfarmakologi dengan mengajak pasien untuk memperbaiki fungsi yang terganggu (hendaya), serta mengisi waktu luang dengan hobi. Dilakukan pertemuan berkala guna membantu pasien menyelesaikan problema kehidupannya serta memotivasi kondisi pasien.
Terapi untuk pasien Skizofrenia Paranoid dapat
dilakukan individu atau rehabilitasi oleh institusi khusus/rumah sakit psikiatrik (pada kondisi berat), dimana dapat dilakukan aktivitas diberikan guna mengembalikan keterampilan hidup, terapi kognitif-perilaku (restrukturisasi, interoceptive exposure), terapi suportif dan psikoterapi berorientasi tilikan. Rujuk ke Spesialis Kasus Jiwa Baru Kedokteran Jiwa untuk pengobatan Poli Umum Puskesmas Kelurahan lebih lanjut dan Pejaten Timur kontrol
Dirawat bila indikasi Pendataan warga dengan gangguan
Pengobatan dan kejiwaan Rehabilitasi Lakukan Kunjungan Rutin ke Rumah pasien • Edukasi ke lingkungan pasien Koordinasi dengan RT & RW mengenai gangguan jiwa Rujuk Balik setempat, Dinas Sosial, dan dan pengobatan Kelurahan • Edukasi ke keluarga untuk support dan membantu Edukasi ke lembaga mengembalikan pemasyarakatan dan keterampilan keagamaan • Edukasi bila gejala dari skizofrenia memberat, terutama jika Menurunkan stigma dan membahayakan diri sendiri membentuk lingkungan atau orang lain agar segera kondusif untuk pasien berobat ke Puskesmas