Anda di halaman 1dari 76

PERILAKU

KESEHATAN
Disusun Oleh:
Amalia Nurfiani Rosada
1810713083
Zahra Gita Disayang
1810713093
Roro Nadinda Ayodya M
1810713104
Yehezkiel Gabriel
1810713114
Definisi Perilaku
Kesehatan
perilaku adalah aksi dari individu
terhadap reaksi dari hubungan perilaku manusia adalah suatu
D
aktivitas manusia itu sendiri.
E dengan lingkungannya.
F
I Suryani (2003) Notoatmodjo (1997)
N
I
perilaku merupakan hasil perilaku diartikan sebagai suatu
S
I pengalaman dan proses interaksi aksi-reaksi organisme terhadap
dengan lingkungannya, yang lingkungannya. Perilaku baru
P terwujud dalam bentuk terjadi apabila ada sesuatu yang
E pengetahuan, sikap, dan diperlukan untuk menimbulkan
R
tindakan sehingga diperoleh reaksi, yakni yang disebut
I
L keadaan seimbang antara rangsangan. Berarti rangsangan
A kekuatan pendorong dan tertentu akan menghasilkan
K kekuatan penahan. reaksi atau perilaku tertentu
U
Lewin (1993) Ensiklopedia Amerika
Perilaku adalah kegiatan manusia atau makhluk hidup lain yang
dapat dilihat secara langsung pada waktu tertentu di suatu tempat
D
E tertentu
F Lawrence Green
I
(1971)
N
I
S
I

P
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia pada
E hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia
R sendiri seperti berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan
I
L lain sebagainya yang merupakan bentuk respons atas
A sesuatu.
K
U
kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan adalah keadaan sehat,
D fisik, mental, dan sosial kesejahteraan, baik secara fisik, mental, spritual
E bukan hanya tidak adanya penyakit
atau kelemahan.
maupun sosial yang
F
I Menurut WHO (World
memungkinkan setiap orang
N Health Organization) untuk hidup produktif secara
I sosial dan ekonomi.
S kesehatan adalah keadaan normal Menurut UU No. 36
I dan sejahtera anggota tubuh, Tahun 2009
sosial dan jiwa pada seseorang
K untuk dapat melakukan aktivitas
E Jadi dapat disimpulkan bahwa
S
tanpa gangguan yang berarti
dimana ada kesinambungan antara kesehatan adalah suatu keadaan
E
H kesehatan fisik, mental dan sosial dimana tidak adanya kelemahan
A seseorang termasuk dalam dalam segala aspek.
T melakukan interaksi dengan
A lingkungan.
N Menurut UU No. 23
Tahun 1992
Mengatakan perilaku kesehatan
merupakan sikap dan kebiasaan yang perilaku kesehatan yaitu hal-hal
terbiasa di bidang kesehatan yang yang berkaitan dengan tindakan
diakibatkan oleh adanya stimulus yang atau kegiatan seseorang dalam
selalu mengikat dirinya. memelihara dan meningkatkan
Riyadi (2016) kesehatannya, termasuk juga
tindakan-tindakan untuk
perilaku kesehatan diartikan mencegah penyakit, kebersihan
sebagai suatu respons seseorang perorangan, dan sebagainya.
DEFINISI (organisme) terhadap stimulus
PERILAKU atau objek yang berhubungan
KESEHATAN Menurut Becker
dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan
Jadi, Perilaku kesehatan adalah semua
dan minuman serta lingkungan.
kegiatan/tindakan yang timbul akibat
Perilaku sehat juga dapat diartikan stimulus yang bertujuan untuk
sebagai perilaku yang didasarkan memelihara serta meningkatkan
pada prinsip-prinsip kesehatan. kesehatan pada suatu individu.

Rose dan Mico, 1980


dikutip oleh Azwar, 1983
Bentuk - Bentuk
Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2007) jika dilihat dari
bentuk respons terhadap stimulus, bentuk perilaku
dibagi menjadi dua :

Perilaku tertutup Perilaku Terbuka


Covert Behaviour Overt Behaviour
Perilaku tertutup
covert behaviour
– Perilaku ini terjadi apabila respons terhadap stimulus masih belum bisa
diamati oleh orang lain atau respons terhadap stimulusnya masih bersifat
tertutup.

– Respons ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, perasaan, pengetahuan


atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang yang menerima
stimulus tersebut.

– Contoh umum dari bentuk perilaku ini adalah seorang pelajar yang
mengetahui bahwa merokok sangat berbahaya bagi kesehatan.
Perilaku terbuka
overt behaviour
– Perilaku terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut bersifat
terbuka, sudah berupa tindakan nyata, atau praktik ini dengan mudah
dapat diamati orang lain dari luar atau bisa disebut observable behavior.

– Contoh yaitu seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya ke


puskesmas atau ke bidan praktik karena mengetahui pentingnya periksa
kehamilan untuk kesehatan bayi dan dirinya sendiri yang merupakan suatu
pengetahuan.
Domain Perilaku
Perilaku adalah bentuk respon terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar, namun setiap orang memiliki respon yang berbeda
tergantung dari faktor-faktor yang ada di setiap orang. Faktor faktor
tersebut disebut dengan determinan. Determinan dibagi 2, yaitu :

Merupakan
karakteristik orang
yang bersifat
Bawaan (given) Meliputi lingkungan
seperti ras, sifat INTERNAL EKSTERNAL fisik, sosial, budaya,
fisik, sifat ekonomi, dan
kepribadian, politik.
(pemalu, pemarah,
dan penakut),
bakat bawaan,
tingkat kecerdasan,
dan jenis kelamin.
Teori Lawrence Green

• terwujuddalampeng • terwujud dalam lingkungan • yang terwujud dalam


fisik, tersedia atau tidak sikap dan perilaku
etahuan,sikap,keper tersedianya fasilitas- petugas kesehatan atau
cayaan,keyakinannil fasilitas atau sarana-sarana
petugas lain yang
ai- kesehatan. Misalnya,
puskesmas, obat-obatan, merupakan kelompok
nilai,dansebagainya. alat-alat kontrasepsi, dan referensi dari perilaku
sebagainya. masyarakat.
Faktor- Faktor- Faktor-
faktorpredisposisi(pr faktorpendukung(ena faktorpendorong(rein
edisposing factors) bling factors) forcing factors)
Teori Snehandu B. Kar

Niat seseorang untuk


Adanyaatautidakadanyain
bertindak sehubungan Dukungansosialdarimasya
formasitentangkesehatan
dengan kesehatan atau rakatsekitarnya(social
ataufasilitaskesehatan(ac
perawatan kesehatannya support).
cesebilityof information)
(behavior intention).

Otonomipribadiorang
yangbersangkutandalamh Situasiyangmemungkinka
almengambiltindakanata nuntukbertindak(action
ukeputusan(personalauto situation)
nomy)
Teori WHO
Pemikiran & Perasaan
(thoughts and feeling) Acuan atau Referensi
Bentuk pengetahuan, persepsi, (personal refesences)
sikap, kepercayaan dan Mencontoh perilaku orang
penilaian seseorang terhadap penting
objek

Sumber daya Kebudayaan


(Resources) (culture)
Fasilitas, uang, waktu, tenaga, Kebiasaan, nilai-nilai, dan tradisi
dan sebagainya di masyarakat
Domain Perilaku
Menurut Para Ahli
a. Benyamin Bloom (1908)

Bloom (1908), seorang psikolog pendidikan dikutip oleh Notoatmodjoyo


(2003), membagi perilaku ke dalam tiga domain, yaitu kogitif, afektif, dan
psikomotor.
Kognitif (cognitive) Afektif (affective) Psikomotor(psychomotor)

- aktivitas mental (otak) sikap dan nilai, ranah afektif keterampilan (skill) atau
- tingkat pengetahuan mencakup watak perilaku kemampuan bertindak setelah
Definisi
sampai ke tingkat (perasaan, minat, sikap, menerima pengalaman belajar
evaluasi. emosi, dan nilai) tertentu.
Tiga ranah perkembangan pada balita
seseorang yang rnenggosok
domain landasan teori tentang yang paling sering dinilai di
gigi dengan cara yang benar,
menurut caring yang dimiliki oleh layanan primer (puskesmas atau
rnungkin karena ia
Benyamin seorang perawat akan posyandu) adalah perkembangan
mempunyai pemikiran dan
menjadikan perawat psikomotorik yang terdiri atas
Bloom tahu tentang tindakan-
perasaan bahwa metode
perkembangan motorik halus,
(1908) baru atau cara sikat gigi
tindakan apa yang dapat motorik kasar, bahasa-bicara,
yang benar sesuai anjuran
Contoh mencerminkan seorang kemandirian dan sosial anak. Pada
dapat mengurangi karang
perawat melakukan beberapa sumber seperti Depkes
gigi. Referensi cara
aplikasi caring, sehingga RI, perkembangan psikomotorik
rnenggosok gigi dari
dapat meningkatkan sudah lazim disebut sebagai
idolanya atau lingkungan
kualitas layanan asuhan perkembangan saja yang dinilai
terdekatnya merupakan
keperawatan. dengan KPSP (Kuesioner Pra
personal reference.
Skrining Perkembangan).
b. Ahli Pendidikan Indonesia
(Ki Hajar Dewantara)
Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa perilaku manusia terdiri atas cipta
(kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi).
Dalam perkembangan selanjutnya, para ahli menggunakan
ketiga domain yang di tetapkan oleh Bloom (1908) untuk
kepentingan pengukuran hasil pendidikan. Yaitu :
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Sikap (attitude)
3. Praktik atau Tindakan (practice)
A. PENGETAHUAN

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi


setelah orang melakukan penginderaan
(pancaindra) terhadap suatu objek tertentu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan.
Tingkatan pengetahuan menurut
Benyamin Bloom
Tahu Memahami Aplikasi Evaluasi
Analisis (analysis) Sintesis (synthesis)
(know) (comprehension) (application) (evaluation)

Analisis yaitu Evaluasi yaitu


Tahu yaitu mengingat
Memahami yaitu suatu kemampuan untuk Sintesis yaitu kemampuan untuk
kembali terhadap
kemampuan Aplikasi yaitu menjabarkan suatu kemampuan untuk melakukan penilaian
suatu yang spesifik
menjelaskan secara kemampuan untuk objek ke dalam meletakkan atau terhadap suatu
dari seluruh bahan
benar tentang objek menggunakan materi komponen- menghubungkan materi atau objek
yang dipelajari atau
yang diketahui, dan yang telah dipelajari komponen, tetapi bagian-bagian di yang didasarkan pada
rangsangan yang telah
dapat menginterpretasi pada situasi atau masih di dalam satu dalam suatu bentuk suatu kriteria yang
diterima. ‘Tahu’ ini
materi tersebut secara kondisi real. struktur organisasi dan keseluruhan yang ditentukan sendiri
merupakan tingkat
benar. berkaitan satu sama baru. maupun kriteria-
pengetahuan yang
lain. kriteria yang sudah
paling rendah.
ada.

Contoh: dapat
Contoh: dapat Contoh: dapat Contoh: dapat menyusun,
Contoh: dapat menjelaskan mengapa menggunakan rumus mengelompokkan merencanakan, Contoh: dapat
menyebutkan tanda- harus mengonsumsi statistik dalam balita yang kekurangan meringkas, dan menanggapi terjadinya
tanda kekurangan zat makanan yang bergizi perhitungan- gizi berdasarkan tanda- menyesuaikan teori wabah diare di suatu
gizi pada anak balita. tinggi. perhitungan hasil tanda yang telah atau rumusan-rumusan tempat.
penelitian. diamati. yang telah ada
sebelumnya.
B. SIKAP

Pengukuran sikap dilakukan


Sikap adalah reaksi atau respons
secara langsung dan tidak
yang masih tertutup dari langsung. Secara langsung
dapat dilakukan dengan
seseorang terhadap suatu
menanyakan bagaimana
stimulus atau objek. Sikap tidak pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu
dapat langsung dilihat,
objek. Secara tidak langsung
melainkan hanya dapat dapat dilakukan dengan
pernyataan-pernyataan
ditafsirkan terlebih dahulu dari
hipotesis, kemudian
perilaku yang tertutup. ditanyakan pendapat
responden.
Proses terbentuknya sikap dan reaksi
(Notoatmodjo, 2011)

Stimulus Proses Stimulus Reaksi


Rangsangan Tingkah laku
terbuka

Sikap (tertutup)
Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap memiliki tiga komponen pokok yang
ketiganya bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude), yaitu:
1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek
Meyakini kebenaran ide atau konsep yang telah
ditentukan untuk objek tertentu.

2. Kehidupan atau evaluasi emosional terhadap suatu objek


Mengevaluasi konsep yang telah ditentukan sebelumnya
untuk memastikan benar atau tidaknya konsep tersebut.,

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to


behave)
Menindak lanjuti konsep yang telah terbentuk
dan dievaluasi menjadi keputusan yang utuh.
Sikap memiliki beberapa tingkatan, yaitu:
Menerima Merespons Menghargai Bertanggung jawab
(receiving) (responding) (valuing) (responsible)

Memberikan jawaban apabila


ditanya dan mengerjakan atau
menyelesaikan tugas yang
Bertanggung jawab atas segala
diberikan, karena dengan suatu
Orang (subjek) mau dan Mengajak orang lain untuk sesuatu yang telah dipilihnya
usaha untuk menjawab
memperhatikan stimulus yang mengerjakan atau dengan segala resiko. Hal ini
pertanyaan atau mengerjakan
diberikan (objek). mendiskusikan suatu masalah. merupakan indikasi sikap yang
tugas yang diberikan, terlepas
paling tinggi.
dari benar atau salahnya,
berarti orang menerima ide
tersebut.

Contoh: ibu yang memililki


Contoh: sikap seorang ibu yang Contoh: seorang ibu mampu
sikap yang baik lebih Contoh: seorang ibu mau
baik dapat memahami dan memberikan kesimpulan
cenderung mengimunisasikan membawa anaknya imunisasi
memiliki motivasi dari petugas mengenai isi dari penyuluhan
bayinya karena lebih meskipun tidak bisa pergi
kesehatan tentang imunisasi kesehatan tentang imunisasi
memperhatikan kegiatan – bekerja.
dasar. dasar.
kegiatan imunisasi dasar.
Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbedaan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara C. PRAKTIK
lain adalah fasilitas dan dukungan dari pihak lain. Hal tersebut
termasuk dalam tindakan atau praktik.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung dan tidak


langsung. Secara langsung yakni dengan mengobservasi tindakan atau
kegiatan responden. Secara tidak langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall).

Cara menilai praktik dapat dilakukan melalui check list dan kuesioner. Check list berisi daftar
variabel yang akan dikumpulkan datanya. Peneliti dapat memberikan tanda ya atau tidak sesuai
dengan tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur. Selain menggunakan check list,
penilaian praktik juga dapat dilakukan dengan kuesioner. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan
mengenai praktik yang terkait dan responden diberikan pilihan “ya” atau “tidak” untuk
menjawabnya
Tingkatan Praktik
Persepsi Respons terpimpin Mekanisme Adaptasi
(perception) (guided response) (mechanism) (adaptation)

Apabila seseorang telah Adaptasi adalah suatu praktik atau


Mengenal dan memilih Dapat melakukan sesuatu
melakukan sesuatu dengan benar tindakan yang sudah berkembang dengan
berbagai objek sehubungan sesuai dengan urutan yang
secara otomatis, atau sesuatu itu baik. Artinya, tindakan itu sudah
dengan tindakan yang akan benar sesuai dengan contoh
sudah merupakan kebiasaan dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi
diambil merupakan praksis adalah indikator praksis
maka ia sudah mencapai praksis kebenaran tindakannya tersebut. Ini
tingkat pertama. tingkat dua.
tingkat tiga. merupakan indikasi praksis tingkat akhir
atau yang paling tinggi.

Contoh: seseorang
mengkonsumsi obat filariasis
Contoh: seseorang Contoh: seseorang telah memiliki
Contoh: seseorang dengan dengan dosis obat
mengkonsumsi obat filariasis
mengkonsumsi obat kaki gajah sesuai umurnya, yaitu DEC kebiasaan untuk mengkonsumsi obat
tanpa paksaan dari petugas
untuk melindungi diri dari (100 mg) tablet, Albendazole filariasis setiap hari dan tidak hanya saat
kesehatan.
penyakit filariasis. (400 mg) tablet, pengobatan massal.
parasetamol (500 mg)
tablet.
Perubahan Perilaku
Tujuan
Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan promosi kesehatan atau
pendidikan kesehatan, sekurang-kurangnya mempunyai 3 dimensi, yakni :
◦ Mengubah perilaku negatif (tidak sehat) menjadi perilaku positif (sesuai
dengan nilai-nilai kesehatan)
◦ Mengembangkan perilaku positif (pembentukan atau pengembangan
perilaku sehat)
◦ Memelihara perilaku yang sudah positif atau perilaku yang sesuai dengan
norma/nilai kesehatan (perilaku sehat). Dengan perkataan lain
mempertahankan perilaku sehat yang sudah ada
Teori Perubahan Perilaku
1. Teori Stimulus Organisme
Respon
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa
penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang
(stumulus) yang berkomunikasi dengan
organisme. Artinya, komunikasi (sources)
sangat berpengaruh dalam perubahan perilaku.
Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu
yang terdiri dari:

– Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak.
Jika stimulus tidak diterima maka artinya stimulus tersebut tidak efektif dalam
mempengaruhi perhatian individu, begitu sebaliknya jika stimulus diterima.
– Apabila stimulus diterima maka ia mengerti stimulus tersebut dan dapat
dilanjutkan ke proses berikutnya
– Lalu, organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk
betidak sesuai stimulus yang diterima
– Akhirnya dengan dukungan fasilitas maka stimulus tersebut mempunyai efek
untuk perubahan perilaku suatu individu.
– Teori ini juga menyatakan bahwa perubahan akan terjadi jika stimulus dapat
melebihi stimulus semula.
2. Teori Festinger (Dissonance Theory)
– Dikemukakan : Festinger (1957)
– Memiliki konsep yang sama dengan konsep imbalance.
– Konsep : ketidakseimbangan Psikologis ( ketegangan diri ) dan berusaha seimbang
kembali.
– Elemen kognisi yang saling bertentangan dalam tubuh manusia : Pengetahuan,
Pendapat atau Keyakinan.
– Elemen saling bertentangan -> Ketidakseimbangan
– Dissonance atau ketidakseimbangan dapat terjadi ketika adanya stimulus yang diterima individu
akan tetapi stimulus tersebut menimbulkan perbedaan pendapat atau keyakinan dalam diri
individu.
– Penyelesaian : individu melakukan penyesuaian diri dan terbentuk perubahan perilaku
agar mencapai keseimbangan kembali.
3. Teori Fungsi
Perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan, Katz
mengatakan:
– Fungsi instrumental, artinya seseorang dapat bersikap positif terhadap suatu
objek untuk memenuhi kebutuhannya.
– Defence mechanism atau sebagai pertahanan diri dalam menghadapi
lingkungannya.
– Penerima objek dan pemberi arti. Setiap individu akan selalu menyesuaikan
lingkunganya. Dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan stimulus
yang dihadapi berlangsung secara spontan.
– Nilai ekspresif dari diri seseorang dalam menjawab suatu situasi. Perilaku dapat
merupakan layar dimana segala ungkapan diri seseorang dapat dilihat.
4. Teori Rogers
Awareness Interest Evaluation
Trial Adoption
(kesadaran) (tertarik) (menimbang-nimbang)

Subjek telah
Orang tersebut Subjek mulai mencoba
Menimbang-nimbang berperilaku baru sesuai
menyadari dalam arti Tertarik terhadap melakukan sesuatu
terhadap baik dan dengan pengetahuan,
mengetahui terlebih stimulus atau objek sesuai dengan apa yang
tidaknya stimulus kesadaran, dan
dahulu terhadap tersebut dikehendaki oleh
tersebut bagi dirinya. sikapnya terhadap
stimulus (objek). stimulus.
stimulus.
Contohnya masyarakat
Contohnya masyarakat
Contohnya masyarakat mulai menimbang- Contohnya masyarakat
mulai tertarik terhadap Contohnya masyarakat
mengetahui bahwa nimbang apa dampak mulai mencoba
mengapa mencuci sudah mulai terbiasa
mencuci tangan terhadap dirinya jika ia mencuci tangan
tangan sebelum makan untuk selalu mencuci
sebelum makan itu tidak mencuci tangan sebelum makan.
itu penting. tangan sebelum makan.
penting sebelum makan.
5. Teori Kurt Lewin

Kurt Lewin berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang
seimbang antara kekutan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan
penahan (restining forces).
3 HAL YANG MEMUNGKINKAN
TERJADINYA PERUBAHAN PERILAKU

Kekuatan Pendorong Kekuatan Penahan


Meningkat Menurun

Kekuatan Pendorong
Meningkat dan Kekuatan
Penahan Menurun
Bentuk Perubahan Perilaku
Berikut merupakan bentuk perubahan perilaku menurut WHO dalam
Ramadhani, (2013) :
– Perubahan alamiah (natural change)
Perubahan perilaku karena terjadi perubahan alam (lingkungan) secara
alamiah
– Perubahan terencana (planned change)
Perubahan perilaku karena memang direncanakan oleh yang bersangkutan
– Kesiapan berubah (Readiness to change)
Perubahan perilaku karena terjadinya proses internal (readiness) pada diri
yang bersangkutan, dimana proses internal ini berbeda pada setiap individu
Tahap – Tahap Inovasi
yang terjadi ketika seseorang (atau terjadi ketika seseorang terlibat
unit pembuatkeputusan lainnya) terjadi ketika seseorang dalam kegiatan yang
dihadapkan pada keberadaan suatu
membentuk sikap suka atau tidak membawanya pada suatu
inovasi danmemahami bagaimana
inovasi itu berfungsi.
terhadap inovasi penentuan untuk menerima
atau menolak inovasi.
1.Pengenalan 2.Persuasi 3.Keputusan
yang terjadi ketika seseorang mencari
penguat terhadap keputusan –
inovasi yang telah dibuat sebelumnya,
yang terjadi ketika seseorang tetapi bisa jadi iamerubah keputusann
menggunakan inovasi itu. ya apabila dihadapkan pada pesan-
pesan yang bertentangan.
4.Pelaksanaan 5.Konfirmasi
Tahap – Tahap Perubahan
Perilaku
secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima
atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya
melalui 3 tahap :
– Pengetahuan
– Sikap
– Praktek dan Tindakan (practice).
Strategi Perubahan Perilaku

1. Paksaan
Adanya undang – undang atau peraturan yang harus dipatuhi oleh masyarakat.
2. Kesadaran
– Pemberian informasi
Meningkatkan pengetahuan masyarakat. Membutuhkan waktu yang lama, tetapi perubahan
yang dicapai bersifat lebih lama karena didasari kesadaran diri sendiri.
– Diskusi partisipasi
Masyarakat tidak hanya pasif, melainkan harus aktif berpartisipasi melalui diskusi tentang
informasi.
Macam – Macam
Perilaku Kesehatan
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health
maintenance)

Tiga aspek perilaku pemeliharaan kesehatan


– Perilaku pencegahan penyakit, dan
penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh
dari penyakit.
– Perilaku peningkatan kesehatan, apabila
seseorang dalam keadaan sehat.
– Perilaku gizi makanan dan minuman.
2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau
fasilitas pelayanan kesehatan (health seeking behaviour)

Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan


seseoang pada saat menderita penyakit dan atau
kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari
mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari
pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan

A. Perilaku hidup sehat (health life style)


B. Perilaku sakit (illness behavior)
C. Perilaku peran sakit (the sick role
behavior)
A. Perilaku hidup sehat (health life
style)
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya atau pola/gaya hidup sehat (healthy
life style).
– Makanan dengan menu seimbang (appropriate diet)
– Olahraga teratur dan aktivitas fisik
– Tidak merokok
– Tidak minum minuman keras dan narkoba
– Istirahat yang cukup
– Mengendalikan stres
– Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan
B. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan
penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang: penyebab dan
gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

C. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)


Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-
hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation).
– Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
– Mengenal/mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan
penyakit yang layak
– Mengetahui hak dan kewajiban orang sakit
Kesimpulan macam-macam perilaku
kesehatan

 Perilaku pemeliharaan kesehatan maksudnya dimana


seseorang melakukan usaha untuk memelihara tubuhnya
agar tidak sakit
 Perilaku sakit maksudnya adalah usaha atau tindakan
seseorang ketika terkena penyakit
 Perilaku peran orang sakit yang maksudnya adalah dimana
seseorang mencari fasilitas kesehatan.
PHBS
(Perilaku Hidup Bersih dan Sehat)
PHBS adalah perilaku yang
berkaitan dengan upaya atau
kegiatan seseorang yang
APA ITU mempertahankan dan
PHBS ??? meningkatkan kesehatannya.
(Notoatmodjo, 2003).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


adalah semua perilaku yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau
keluarganya dapat menolong dirinya sendiri
di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di
masyarakat (Departemen Pekerjaan Umum,
2007).
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman
belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok dan
APA ITU masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan melakukan edukasi, guna
PHBS meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku,
??? melalui pendekatan Advokasi, Bina Suasana (Social
Support) dan Gerakan Masyarakat (Empowerment)
sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat,
dalam rangka menjaga, memelihara dan
meningkatkan kesehatan masyarakat (DepKes RI,
2011).

Jadi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah perilaku yang dilakukan oleh
setiap individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat untuk
meningkatkan taraf hidup bersih dan sehat guna mencegah timbulnya suatu
dampak yang berhubungan dengan kesehatan fisik, mental maupun sosial.
TUJUAN PHBS

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat, sikap dan


perilaku serta kemandirian setiap keluarga dalam
mengatasi masalah-masalah tentang kesehatan.

2. Meningkatakan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan


kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat serta
meningkatkan peran aktif masyarakat termasuk dunia usaha,
dalam upaya mewujudkan derajat-derajat kesehatan yang
optimal.(Departemen Kesehatan RI, 1997)
STRATEGI DASAR PROMOSI
KESEHATAN PHBS

GERAKAN
PEMBERDAYAAN

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus


menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan
sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut
berubah dari tidak tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
BINA SUASANA

Upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong


individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku
yang di perkenalkan. Tiga pendekatan dalam bina suasana:
1. Pendekatan invidu
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan masyarakat umum
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan
ADVOKASI terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari
pihak-pihak yang terkait

1. Mengetahui atau menyadari adanya masalah


TAHAP 2. Tertarik untuk ikut mengatasi masalah
3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan
TAHAPAN
mempertimbangkan berbagai alternative pemecahan masalah
ADVOKASI 4. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan
5. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah
satu alternative pemecahan masalah
Sasaran Penyuluhan Tatanan PHBS
Tatanan Sasaran Sasaran Sasaran Prioritas
Penyuluhan Primer Sekunder Tersier
RT Anggota Ibu KK KIA, Gizi
Keluarga Kesling, GH,
JPKM
Institusi Seluruh Guru, Staf, Kasek / Kesling, GH,
Pendidikan Siswa Osis Pengelola JPKM
Tempat Seluruh Pengurus / Direksi / Kesling, GH
Kerja Karyawan Serikat Pekj Pemilik

Tempat Pengunjung / Pegawai / Direksi / Kesling, GH


Umum Pengguna Karyawan Pemilik

Institusi Pasien / Petugas Pimpinan / Kesling, GH


Kesehatan Pengunjung Kesehatan Direktur
FAKTOR FAKTOR PHBS

A.FAKTOR PENDUKUNG
B.FAKTOR PEMUNGKIN
C.FAKTOR PENGUAT
PENYULUHAN
POLA HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Indikator PHBS

Terdapat 5 tatanan:
1. Rumah Tangga
2. Institusi Pendidikan / Sekolah
3. Tempat Kerja
4. Tempat-tempat Umum
5. Institusi Kesehatan
Studi Kasus
Kasus 1
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat di
Kampung Rawajati Jakarta Selatan

Abstrak
Kampung Rawajati di Jakarta yang menerapkan
sistem pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan
alternatif upaya mengatasi sampah rumah tangga. Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh sistem tersebut
terhadap penurunan berat sampah rumah tangga. Dengan
desain studi potong lintang, penelitian ini dilakukan pada
sampel 175 ibu rumah tangga yang dipilih secara acak. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa pengelolaan sampah
berbasis masyarakat dapat menurunkan berat sampah
sebesar 28,3%. Analisis regresi linier ganda memperlihatkan
bahwa kegiatan pengelolaan yang berpengaruh terhadap
penurunan berat sampah adalah kegiatan reuse, daur ulang,
dan pembuatan kompos. Pembuatan kompos merupakan
variabel yang berkontribusi terhadap penurunan berat
sampah 657,3 gram setelah dikontrol variabel perancu.
Penurunan berat sampah ditemukan lebih besar pada
rumah tangga yang mendapat pelatihan. Tidak ada perbedaan
penurunan berat sampah menurut jumlah anggota keluarga,
penghasilan rumah tangga, dan pengetahuan ibu. Disarankan
agar Pemerintah DKI Jakarta dapat melakukan replikasi model
pengelolaan sampah berbasis masyarakat kepada wilayah
lainnya, dengan memberikan pelatihan pengelolaan sampah
kepada masyarakat.

Analisis
– Faktor Pendorong
– Mengurangi musibah banjir
– Mengurangi berbagai macam penyakit
– Memiliki nilai / harga jual
Kasus 2
Penelitian Dampak Negatif Konsumsi Minuman
Beralkohol pada Kesehatan

Abstrak
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ekspektansi pada minuman beralkohol terhadap konsumsi
minuman beralkohol. Ekspektansi pada minuman beralkhol terdiri
dari ekspektansi positif dan ekspektansi negatif. Ekspektansi pada
minuman beralkhol dalam penelitian ini merujuk pada pengertian
bahwa ekspektansi merupakan keyakinan yang dimiliki oleh
individu pada minuman beralkohol. Konsumsi minuman beralkohol
terbagi dari tiga tipe yaitu (1) pengguna, (2) penyalahguna, dan (3)
ketergantungan. Penelitian dilakukan pada remaja di Surabaya
yang mengkonsumsi minuman beralkohol dengan menggunakan
teknik snowball sampling. Rentang umur subjek dalam penelitian
ini adalah 15-24 tahun.
Alat pengumpulan data berupa kuesioner skala
ekspektansi pada minuman beralkohol yang dibuat oleh
Demmel & Hagen, 2003 (dalam Nicolai, 2007) terdiri dari 51
butir (α=0,771-0,.803). Kuesioner konsumsi minuman
beralkohol yang dibuat oleh WHO terdiri dari 10 butir
(α=0,507). Analisis data dilakukan dengan teknik regresi
logistik multinomial dengan bantuan program statistik SPSS
versi 16. Dari hasil analisis data penelitian yang diperoleh
bahwa ada perbedaan pengaruh signifikan (p<0,01) pada
ekspektansi positif yang membedakan antara pengguna
dengan ketergantungan dengan nilai resiko b=0,911

Analisis
 Faktor Pendorong
– Pergaulan
– Mengikuti tren
– Mengikuti kebiasaan Orangtua
– Menghilangkan stress akibat tekanan dalam hidup
 Faktor Pendukung
– Mudahnya akses menuju tempat pendukung seperti
warung
– Terjual bebas
– Tidak memiliki larangan keras dari pemerintah
 Solusi
– Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.
– Pembatasan usia pengguna / konsumen
– Pendidikan moral dan psikologi
– Kebiasaan Meniru tindakan masyarakat lainnya
Kasus 3
Bahaya Asap Rokok sebagai Upaya Perlindungan
Perokok Pasif

Pembahasan
Perokok pasif, juga dikenal dengan sebutan secondhand
smoker, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker paru-
paru, penyakit jantung, dan bronkitis. Menghindari paparan
asap rokok adalah hal yang wajib dilakukan, karena ini akan
memastikan paru-paru Anda bebas dari penderitaan akibat efek
buruk menjadi perokok pasif.
Tidak merokok bukan berarti bebas dari asap rokok
Ketika Anda berada di sekeliling perokok, Anda akan menghirup
zat kimia berbahaya yang sama dengan perokok tersebut.
Menghirup asap rokok orang lain dapat membuat Anda sakit.
Beberapa penyakitnya bahkan dapat mengancam nyawa Anda.
Tidak ada batasan aman ketika Anda menjadi seorang perokok
pasif.
Anak-anak, ibu hamil, orang tua, dan orang yang memiliki
masalah jantung dan pernapasan harus sangat waspada
Di bawah ini adalah kondisi-kondisi yang
memungkinkan Anda untuk menjadi perokok
pasif:
 Duduk di tempat yang bertanda “tidak boleh merokok”
meskipun tidak tercium bau asap rokok.
 Mengendarai mobil dengan seseorang yang sedang
merokok, meskipun jendela dalam keadaan terbuka.
 Satu rumah dengan orang yang merokok, meskipun
Anda berada di kamar lain.
 Bekerja di restoran, gudang, atau bangunan yang
memperbolehkan orang merokok di dalam, meskipun
terdapat sistem ventilasi udara.
Cara mengatasi asap rokok
1. Mengatasi asap rokok di rumah
• Jangan biarkan anggota keluarga Anda merokok di dalam
rumah, beri tahu mereka untuk berhenti merokok atau
setidaknya merokok di tempat khusus.
• Berikan tanda bebas asap rokok di depan pintu rumah Anda
dengan sopan sehingga para tamu akan menghargai Anda
dengan tidak merokok di rumah Anda.
• Singkirkan semua asbak.
• Jika tamu meminta izin untuk merokok, katakan padanya
untuk merokok di luar rumah.
• Beritahu babysitter untuk menjauhkan anak Anda dari asap
rokok
• Ajarkan anak Anda bagaimana cara memberitahu orang lain
untuk berhenti merokok.
• Perlu diingat bahwa meskipun mereka merokok di luar, asap
rokok tetap akan menempel di pakaian dan kulit. Racun masih
bisa berterbangan di udara ketika seseorang yang telah
merokok kembali ke dalam rumah.
2. Mengatasi asap rokok di lingkungan kerja
 Asap rokok berbahaya bagi semua laryawan. Pekerja di restoran
dan bar memiliki kemungkinan lebih besar menjadi perokok pasif.
 Jika tempat kerja Anda tidak memiliki peraturan merokok yang
mengontrol terjadinya perokok pasif, mintalah bantuan kepada
manajemen yang berkepentingan untuk mengadakan peraturan
tersebut.
 Pisahkan perokok dan orang yang tidak merokok dengan membuat
tempat khusus. Meskipun hal itu tidak menjamin mengurangi
jumlah perokok pasif, namun hal tersebut lebih baik dibandingkan
dengan mencampurkan keduanya dalam satu ruangan.
 Melarang orang lain untuk merokok di dalam kantor dan
membatasi asap rokok dalam ruangan khusus rokok agar asap
tidak keluar dari tempatnya. Oleh karena itu, ruangan khusus
merokok harus didesain secara khusus untuk mencegah asap
rokok keluar dari ruangan.
 Udara yang berasal dari ruangan merokok harus dibuang
melalui saluran khusus yang tidak tersambung dengan
saluran udara ruangan lain.
 Sistem ventilasi harus menyediakan pasokan udara sebanyak
1,6㎡/detik untuk perokok dalam ruangan khusus merokok.
 Buat program bahaya merokok untuk karyawan agar karyawan
berhenti dari merokok.
 Jangan menggunakan ruangan khusus rokok untuk kegiatan
apapun.
3. Mengatasi asap rokok di tempat umum
 Masih banyak tempat umum seperti restoran dan kafe yang
bebas dari asap rokok.
 Tanyalah terlebih dahulu tentang kebijakan merokok dan beri
tahu hotel maupun restoran yang Anda kunjungi bahwa Anda
menginginkan ruangan atau tempat yang bebas asap rokok.
 Jangan bawa anak Anda ke tempat-tempat yang memiliki asap
rokok.
 Makan dan minum hanya di restoran atau kafe yang 100%
bebas asap rokok.
 Manfaatkan peraturan pemerintah dalam pelarangan merokok
di tempat umum sebagai ancaman bagi mereka yang merokok.
Perlu Anda ketahui, Pemda DKI Jakarta sudah menerapkan
larangan merokok di mall, sehingga ini bisa menjadi alasan
Anda untuk menuntut hak ruang bebas asap rokok saat Anda
berada di mall
Pemasangan Stiker dan Poster, Penyebaran
leaflet.
Dalam banyaknya kasus perokok aktif yang merokok di dalam
rumah dan di lingkungan umum dapat menyebabkan banyak masalah
yang terjadi, oleh karena itu harus adanya cara untuk menghimbau
dan mengubah suatu perilaku merokok dirumah maupun di
lingkungan umum, dengan cara pemasangan stiker di pintu rumah
dengan kata-kata yang membuat perokok terhimbau yang dapat
meningkatkan pengetahuan tentang bahaya rokok bagi kesehatan dan
ekonomi. Selain pemasangan stiker didepan pintu rumah, terdapat
cara lain untuk menghimbau masyarakat untuk tidak merokok
dilingkungan umum, yaitu dengan cara menempelkan poster di
lingkungan sekitar. Kemudian ada cara ketiga, yaitu dengan cara
penyebaran leaflet ke masyarakat umum untuk menghimbau dan
mengajak masyarakat agar menjauhi atau mengurangi perilaku
merokok. Dengan ketiga cara yang telah dilakukan, masyarakat dapat
meningkatkan komitmen untuk melindungi perokok pasif melalui
kesepakatan rumah bebas asap rokok (rumbar) yang isi
kesepakatannya adalah tidak merokok di dalam rumah, tidak merokok
dekat anak-anak, dan tidak menyediakan asbak.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai