kwashiorkor
marasmus
marasmus kwashiorkor.
KLASIFIKASI
Marasmus
Atrofi otot.
Pembesarah hati.
Anemia.
Marasmus – Kwashiorkor
environment (lingkungan).
1. Noma
Noma merupakan penyakit yang kadang – kadang menyertai malnutrisi tipe
marasmus – kwashiorkor. Noma dapat terjadi pada malnutrisi berat karena adanya
penurunan daya tahan tubuh. Penyakit inimempunyai bau yang khas dan tercium
dari jarak beberapa meter. Noma dapat sembuh tetapi menimbulkan bekas luka
yang tidak dapat hilang seperti lenyapnya hidung atau tidak dapat menutupnya mata
karena proses fibrosis.
. Xeroftalmia
2
Penyakit ini sering ditemukan pada malnutrisi yang berat terutama pada tipe marasmus –
kwashiorkor. Oleh karena itu setiap anak dengan malnutrisi sebaiknyadiberikan vitamin A baik
secara parenteral maupun oral, ditambah dengan diet yang cukup mengandung vitamin A.
3. Tuberkulosis
Pada anak dengan keadaan malnutrisi berat, akan terjadi penurunan kekebalan tubuh yang akan
berdampak mudahnya terinfeksi kuman. Salah satunya adalah mudahnya anak dengan
malnutrisi berat terinfeksi kuman mycobacterium tuberculosis yang menyebabkanpenyakit
tuberkulosis.
4. Sirosis hepatis
lemak. Dapat disertai adanya infeksi pada hepar seperti hepatitis yang
5. Hipotermia
yang akan diubah menjadi energi panas sesuai yang dibutuhkan tubuh.
6. Hipoglikemia
Hipoglikemia dapat terjadi pada hari – hari pertama perawatan anak dengan
malnutrisi berat. Kadar gula darah yang sangat rendah ini sangat mempengaruhi
membahayakanpenderitannya.
Infeksi traktus urinarius merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak
bergantung kepada tingkat kekebalan tubuh anak. Anak dengan malnutrisi berat
1. Pemberian ASI sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik
untuk bayi.
4. Pemberian imunisasi.
6 . Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat
7. Pemantauan yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis, kurang gizi,
penduduk.
KONDISI : 1V KONDISI : V
Jika Tidak Ditemukan :
Jika Ditemukan :
Renjatan (syok)
Letargis Letargis
Berikan cairan dan makanan Muntah / diare / Dehidrasi
menurut Berikan cairan dan makanan menurut
Rencana 1V Rencana V
Rencana I
• Pasang O2 1-2L/menit
• Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa / Glukosa
10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%)
• Berikan glukosa 10% intravena (IV) bolus, dosis
5ml/kgBB bersamaan dengan
• ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT
Rencana II
Segera berikan bolus glukosa 10% IV 5ml/kgBB
Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml
2 jam pertama
Berikan ReSoMal secara Oral/NGT sebanyak 30 menit, dosis : 5 ml/kg BB setiap
pemberian
Catat nadi frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit
10 jam berikutnya:
Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam
ReSoMal : 5 – 10 ml/kgBB/setiap pemberian
F75 setiap 2 jam
Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap 1 jam
Bila sudah rehidrasi :
Diare (-) : hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam
Diare (+) : setiap diare berikan ReSoMal anak < 2 th : 50 – 100 ml/setiap daire, anak
≥2th : 100 – 200 ml/setiap diare
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F75
Diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian
besar F-75, berikan F-75 tiap 3 jam
Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75
Bila tidak ada diare/muntah dan anak dapat menghabiskan F-75, ubah
pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam
Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75
Rencana III
10 jam berikutnya:
Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam
ReSoMal : 5 – 10 ml/kgBB/setiap pemberian
F75 setiap 2 jam
Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap 1 jam
Bila sudah rehidrasi :
Diare (-) : hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam
Diare (+) : setiap diare berikan ReSoMal anak < 2 th : 50 – 100 ml/setiap daire, anak ≥2th :
100 – 200 ml/setiap diare
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F75
Bila diare dan muntah berkurang, dapat menghabiskan F-75,
berikan F-75 tiap 3 jam
Bila tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F-75 ubah
pemberian F-75 manjadi setiap 4 jam
Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75
Rencana IV
Rencana IV
Prinsip Dasar Pengobatan Rutin Marasmus dan Kwashiorkor
(10 langkah utama)
Pencegahan :
Segera beri makan/formula khusus setiap 2 jam (langkah 6)
Sepanjang malam beri makan.
Selalu diselimuti dan dihindari dari keadaan basah (baju, selimut, dan alas
tempat tidur)
Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu
lama)
Langkah 3 : Pengobatan Pencegahan Dehidrasi
Pencegahan :
Bila diare encer berlanjut. Teruskan pemberian formula khusus
Ganti cairan yang hilang dengan Resomal/pengganti (jumlah lebihkurang
sama)
Sebagai pedoman, berikan Resomal, pengganti sebanyak 50-100 ml setiap
kali buang air besar cair.
Bila masih mendapat ASI, teruskan.
Langkah 4 : Koreksi Gangguan Keseimbangan
Elektrolit
Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, namun kadar Na
plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan
paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan Ketidak seimbangan elektrolit
ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian
diuretik)
Berikan :
a. Tambahan Kalium 2-4 mEq/KgBB/Hari (=150-300 mg KCL/KgBB/Hari)
b. Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (7,5-1,5 mg MgCL2/KgBB/Hari)
a. Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)
Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak. Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin
a. Antibiotik spektrum luas
b. Vaksinasi campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah di imunisasi (muda bila
ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik.
Catatan :
Beberapa ahli memberikan metronidazole (7,5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari) sebagai
tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan mucusoa usus
dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan
bakteri anaerobik spektrum luas :
Pilihan Anti Biotik spektrum luas :
a. Bila tanpa komplikasi : kotrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara
oral, 2x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat badan <4kg) atau
b. Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi
(hipoglikemia:hipotermi, infeksi kulit, saluran nafas dan saluran
kencing) beri :
• Ampicilin 50 mg mg/kgBB. Im/iv setiap 6 jam selama 2 haru,
dilanjutkan dengan amoksisilin secara oral 15 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 5 hari. Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50
mg/kgBB setiap 6 jam secara oral dan
• Gentamicin 7,5 mg/KgBB im/iv sekali sehari selama 7 hari.
c. Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan
kloramfenikol 25 mg/KgBB im/iv setiap 6 jam selama 5 hari.
d. Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik
spesifik yang sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan
darah untuk malaria positif.
e. Bila anoreksia menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik,
lengkapi pemberian hingga 10 hari.
f. Bila masih tetap ada, nilai kembali keadaan anak secara lengkap,
termasuk lokasi infeksi , kemungkinan adanya organisme yang
resisten serta apakah vitamin dan mineral telah diberikan dengan
benar.
Langkah 6: Mulai Pemberian Makanan
- Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar.
- Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.
Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian
makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari
untuk setiap tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg
BB/hari, berikan sisa formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan
lebih 100 Kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.
Pantau dan catat : Jumlah yang diberikan dan sisanya, Muntah, Frekwensi buang
air besar dan konsistensi tinja, BB (harian).
Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik,
tetapi pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan
dengan menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
Langkah 7: Fasilitasi Tumbuh Kejar
- Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
- Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali
(=200 ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada masa transisi: frekwensi nafas, frekwensi denyut nadi. Bila
terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:
- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
- kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh : cek apakah asupan makanan
mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi.
Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia
biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi
tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya
setelah minggu ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk
keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari:
- Suplementasi multivitamin
- Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat
suplementasi vitamin A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda / gejala defisiensi
vitamin A, berikan vitamin dosis terapi.
Langkah 9: Berikan Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional
- Kasih sayang
Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U,
dapat dikatakan anak sembuh.Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi
harus tetap dilanjutkan dirumah setelah penderita dipulangkan.Peragakan kepada
orangtua tentang pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan
nutrien yang padat dan terapi bermain terstruktur.
Nasehatkan kepada orang tua untuk :
1. Defisiensi vit. A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan14
umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
umur 6 - 12 bulan : 100.000 SI/kali
umur 0 - 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan : tetes mata khloramfenikol atau salep
matatetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, teteskan tetes mata
atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari, tutup mata dengan kasa yang
dibasahi larutan garam faal
2. Dermatosis
Tatalaksana :
kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan
KmnO4 (Kpermanganat) 1% selama 10 menit
beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
usahakan agar daerah perineum tetap kering
umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri
preparat Zn peroral
3. Parasit / Cacing
Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.
4. Diare Melanjut
Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan
umum. Berikan formula bebas / rendah lactosa. Bila mungkin, lakukan
pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap
8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis
Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, di rumah harus
diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6
gram/kgBB/hari):
beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein) dengan porsi paling
sedikit 5 kali sehari
beri makanan selingan di antara makanan utama
upayakan makanan selalu dihabiskan
beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
teruskan ASI.
Tindakan pada kegawadaruratan
1. Syok cairan intravena
Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi
setelah 1 jam.
2. Anemia berat
Transfusi darah diperlukan bila:Hb < 4 g/dl, atau Hb 4-6 g/dl disertai
distress pernapasan atau tanda gagal jantung. Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk
transfusi dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila
pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
Prognosis
Class 3 84 90
Title and Content Layout with SmartArt
Step 5
Step 4 Title
Step 3 Title
Step 2 Title
Step 1 Title
Title
Section Header
Layout
Subtitle
Picture with
Caption Layout
Caption
Add a Slide Title - 1
Add a Slide Title - 2
Add a Slide Title - 3
Add a Slide Title
-4