Anda di halaman 1dari 81

Tatalaksana gizi buruk

Pembimbing : dr. Riama Margaretha, Sp.A


 DEFINISI

 status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di bawah


standar rata – rata.

 Status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian:

 kwashiorkor

 marasmus

 marasmus kwashiorkor.
KLASIFIKASI

Marasmus

 Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.

Gejala pada marasmus :

 Penampilan wajah sperti orang tua, terlihat sangat kurus.

 Perubahan status mental.

 Kulit kering, dingin dan kendur.


 Rambut kering, tipis dan mudah rontok.

 Lemak subkutan mengilang sehingga turgor kulit berkurang.

 Otot atrofi sehingga tulang terlihat jelas.

 Sering diare atau konstipasi.

 Kadang terdapat bradikardi.

 Tekanan darah lebih rendah dibandingkan anak sehat yang sebayanya.

 Kadang frekuensi pernafasan menurun.


Kwashiorkor

 seperti anak yang gemuk (suger baby), dietnya mengandung cukup


energi disamping kekurangan protein.

 Sering dijumpai edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh


tubuh.

 Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis

 Atrofi otot.

 Gangguan sistem gastrointestinal.

 Perubahan rambut dan kulit.

 Pembesarah hati.

 Anemia.
 Marasmus – Kwashiorkor

 campuran dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan


marasmus.

 Makanan sehari – hari tidak cukup mengandung protein


dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal.

 Pada penderita demikian disamping menurunnya berat


badan < 60% dari normal, memperlihatkan tanda – tanda
kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut, kelainan
kulit.
 PATOFISIOLOGI

Malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi akibat banyak faktor.

 tubuh sendiri (host),

 agent (kuman penyebab),

 environment (lingkungan).

Marasmus  mekanisme adaptasi tubuh terhadap kekurangan energi


dalam waktu yang lama.
kekurangan makanan  tubuh berusaha untuk mempertahankan hidup dengan
memenuhi kebutuhan pokok atau energi  katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi
karbohidrat di hepar dan di ginjal, jaringan lemak akan dipecah jadi asam
lemak, gliserol dan keton  lemak tidak mencukupi kebutuhan energi  otot
dapat mempergunakan asam lemak dan keton sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan  semua tidak dapat memenuhi kebutuhan akan energi
lagi, protein akan dipecah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme basal tubuh
Komplikasi
Keadaan malnutrisi marasmus dapat menyebabkan anak mendapatkan penyakit
penyerta yaitu :

1. Noma
Noma merupakan penyakit yang kadang – kadang menyertai malnutrisi tipe
marasmus – kwashiorkor. Noma dapat terjadi pada malnutrisi berat karena adanya
penurunan daya tahan tubuh. Penyakit inimempunyai bau yang khas dan tercium
dari jarak beberapa meter. Noma dapat sembuh tetapi menimbulkan bekas luka
yang tidak dapat hilang seperti lenyapnya hidung atau tidak dapat menutupnya mata
karena proses fibrosis.
. Xeroftalmia
2

Penyakit ini sering ditemukan pada malnutrisi yang berat terutama pada tipe marasmus –
kwashiorkor. Oleh karena itu setiap anak dengan malnutrisi sebaiknyadiberikan vitamin A baik
secara parenteral maupun oral, ditambah dengan diet yang cukup mengandung vitamin A.

3. Tuberkulosis

Pada anak dengan keadaan malnutrisi berat, akan terjadi penurunan kekebalan tubuh yang akan
berdampak mudahnya terinfeksi kuman. Salah satunya adalah mudahnya anak dengan
malnutrisi berat terinfeksi kuman mycobacterium tuberculosis yang menyebabkanpenyakit
tuberkulosis.
4. Sirosis hepatis

Sirosis hepatis terjadi karena timbulnya perlemakan dan penimbunan

lemak pada saluran portal hingga seluruh parenkim hepar tertimbun

lemak. Dapat disertai adanya infeksi pada hepar seperti hepatitis yang

menimbulkan penyakit sirosis hepatis pada anak dengan malnutrisi berat.

5. Hipotermia

Hipotermia merupakan komplikasi serius pada malnutrisi berat tipe

marasmus. Hipotermia terjadi karena tubuh tidak menghasilkan energi

yang akan diubah menjadi energi panas sesuai yang dibutuhkan tubuh.
6. Hipoglikemia

Hipoglikemia dapat terjadi pada hari – hari pertama perawatan anak dengan

malnutrisi berat. Kadar gula darah yang sangat rendah ini sangat mempengaruhi

tingkat kesadaran anak dengan malnutrisi berat sehingga dapat

membahayakanpenderitannya.

7. Infeksi traktus urinarius

Infeksi traktus urinarius merupakan infeksi yang sering terjadi pada anak

bergantung kepada tingkat kekebalan tubuh anak. Anak dengan malnutrisi berat

mempunyai daya tahan tubuh yang sangat menurun sehingga dapat

mempermudah terjadinya infeksi tersebut.


8. Penurunan kecerdasan

Pada anak dengan malnutrisi berat, akan terjadi penurunan


perkembangan organ tubuhnya. Organ penting yang paling terkena
pengaruh salah satunya ialah otak. Otak akan terhambat
perkembangannya yang diakibatkan karena kurangnya asupan nutrisi
untuk pembentukan sel – sel neuron otak. Keadaan ini akan berpengaruh
pada kecerdasan seorang anak yang membuat fungsi afektif dan kognitif
menurun, terutama dalam hal daya tangkap, analisa dan memori.
Penilaian Status Gizi
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak (Standar Antropometri).
Pencegahan
Tindakan pencegahan terhadap marasmus dapat dilaksanakan dengan baik bila
penyebabnya diketahui. Usaha – usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana
kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi. Beberapa
diantaranya ialah :

1. Pemberian ASI sampai umur 2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik
untuk bayi.

2. Ditambah dengan pemberian makanan tambahan bergizi dan berprotein serta


energi tinggi pada anak sejak umur 6 bulan ke atas.

3. Pencegahan penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan


kebersihan perorangan.

4. Pemberian imunisasi.
6 . Penyuluhan/pendidikan gizi tentang pemberian makanan yang adekuat

merupakan usaha pencegahan jangka panjang.

7. Pemantauan yang teratur pada anak balita di daerah yang endemis, kurang gizi,

dengan cara penimbangan berat badan tiap bulan.

8. Meningkatkan hasil produksi pertanian agar persediaan makanan mencukupi.

9. Melakukan program transmigrasi ke daerah lain agar terjadi pemerataan

penduduk.

10. Memperbaiki infrastruktur pemasaran dan mensubsidi harga bahan makanan.

11. Meningkatkan hasil produksi pertanian agar persediaan makanan mencukupi.


Tatalaksana Tiga Fase
KONDISI : 1
KONDISI : II KONDISI : III
Jika Ditemukan :
Jika Ditemukan : Jika Ditemukan :
Renjatan (syok)
Letargis
Letargis Muntah dan atau diare
Muntah dan atau diare atau atau dehidrasi
Muntah dan atau diare atau dehidrasi
dehidrasi Berikan cairan dan
Berikan cairan dan makanan
Berikan cairan dan makanan menurut makanan menurut
menurut Rencana III
Rencana II
Rencana 1

KONDISI : 1V KONDISI : V
Jika Tidak Ditemukan :
Jika Ditemukan :
Renjatan (syok)
Letargis Letargis
Berikan cairan dan makanan Muntah / diare / Dehidrasi
menurut Berikan cairan dan makanan menurut
Rencana 1V Rencana V
Rencana I
• Pasang O2 1-2L/menit
• Pasang infus Ringer Laktat dan Dextrosa / Glukosa
10% dengan perbandingan 1:1 (RLG 5%)
• Berikan glukosa 10% intravena (IV) bolus, dosis
5ml/kgBB bersamaan dengan
• ReSoMal 5ml/kgBB melalui NGT
Rencana II
 Segera berikan bolus glukosa 10% IV 5ml/kgBB
 Lanjutkan dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui NGT sebanyak 50 ml
 2 jam pertama
 Berikan ReSoMal secara Oral/NGT sebanyak 30 menit, dosis : 5 ml/kg BB setiap
pemberian
 Catat nadi frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit

10 jam berikutnya:
Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam
ReSoMal : 5 – 10 ml/kgBB/setiap pemberian
F75 setiap 2 jam
Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap 1 jam
Bila sudah rehidrasi :
 Diare (-) : hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam
 Diare (+) : setiap diare berikan ReSoMal anak < 2 th : 50 – 100 ml/setiap daire, anak
≥2th : 100 – 200 ml/setiap diare
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F75
 Diare dan muntah berkurang, anak mampu menghabiskan sebagian
besar F-75, berikan F-75 tiap 3 jam
 Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75

 Bila tidak ada diare/muntah dan anak dapat menghabiskan F-75, ubah
pemberian F-75 menjadi setiap 4 jam
 Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75
Rencana III

 Segera berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10% (Oral/OGT)


 2 jam pertama
 Berikan ReSoMal secara Oral/NGT sebanyak 30 menit, dosis : 5 ml/kg BB
setiap pemberian
 Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian ReSoMal setiap 30 menit

10 jam berikutnya:
Teruskan pemberian ReSoMal berselang seling dengan F75 setiap 1 jam
ReSoMal : 5 – 10 ml/kgBB/setiap pemberian
F75 setiap 2 jam
Catat denyut nadi, frekuensi nafas setiap 1 jam
Bila sudah rehidrasi :
 Diare (-) : hentikan ReSoMal teruskan F75 setiap 2 jam
 Diare (+) : setiap diare berikan ReSoMal anak < 2 th : 50 – 100 ml/setiap daire, anak ≥2th :
100 – 200 ml/setiap diare
Bila anak masih menetek, berikan ASI antara pemberian F75
 Bila diare dan muntah berkurang, dapat menghabiskan F-75,
berikan F-75 tiap 3 jam
 Bila tidak ada diare dan anak dapat menghabiskan F-75 ubah
pemberian F-75 manjadi setiap 4 jam
 Bila anak masih menetek, teruskan ASI antara pemberian F-75
Rencana IV
Rencana IV
Prinsip Dasar Pengobatan Rutin Marasmus dan Kwashiorkor
(10 langkah utama)

Langkah 1 : Pengobatan Pencegahan Hipoglikemia

Hipoglikemia dan hipotermi seringkali sebagai tanda infeksi. Dengan uhu


ketiak <36◦C. Bila kadar gula darah dibawah 50 mg/dL, berikut :
1. 50 ml “bolus (pemberian sekaligus) glukosa 10% atau larutran sukrosa
10%(1 sdt gula dalam 5 sdm air) secara oral atau secara nasro gastrik.
2. Selanjutnya berikan larutan tersebut setiap 30 menit dalam 2 jam (setiap
kali berikan ¼ bagiannya)
3. Berikan antibiotika (lihat langkah 5)
4. Secepatnya berikan makan setiap 2 jam, siang dan malam (lihat langkah 6)
Pemantauan :
a. Bila kadar glukosa darah rendah, ulangi pemeriksaan gula
darah dengan darah ujung jari atau tumit setelah 2 jam .
b. Sekali diobati, anak akan stabil dalam 30 menit.
c. Bila gula darah turun lagi sampai <50 mg/dl, diulangi
pemberian 50 ml (bolus) larutan glukosa 10% atau sukrosa,
dan teruskan pemberian setiap 30 menit sampai stabil.
d. Ulangi pemeriksaan gula darah jika suhu aksila <36◦C
dan/atau kesadaran menurun.
Pencegahan :
a. Mulai segera pemberian makan setiap 2 jam (langkah 6) sesudah
dehidrasi yang ada dikoreksi.
b. Selalu memberikan makanan sepanjang malam.
Catatan :
Bila tidak dapat memeriksa kadar glukosa darah, anggaplah setiap
anak KEP berat/gizi buruk menderita hipoglikemia dan atasi
segera dengan ditatalaksana seperti diatas.
Langkah 2 : Pengobatan Pencegahan Hipotermia

Bila suhu ketiak <36◦C : periksa suhu dubur dengan menggunakan


termometer suhu rendah. Bila suhu anus <36◦C :
a. Segera beri makanan cair/formula khusus (mulai dengan rehidrasi bila
perlu)
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau selimut sampai menutup kepala,
letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas ) atau
peluk anak di dada ibu, selimuti (metoda kanguru)
c. Berikan antibiotika (langkah 5)
Pemantauan :
Periksa suhu dubur setiap 2 jam sampai suhu mencapai <36◦C , bila memakai
pemanas ukur setiap 30 menit.
Pastikan anak selalu terbungkus selimut panjang waktu, terutama malam hari
Raba suhu anak
Bila ada hipotermia, periksa kemungkinan adanya hipoglikemi

Pencegahan :
Segera beri makan/formula khusus setiap 2 jam (langkah 6)
Sepanjang malam beri makan.
Selalu diselimuti dan dihindari dari keadaan basah (baju, selimut, dan alas
tempat tidur)
Hindari paparan langsung dengan udara (mandi atau pemeriksaan medis terlalu
lama)
Langkah 3 : Pengobatan Pencegahan Dehidrasi

Jangan menggunakan “Jalur IntraVena (IV)” untuk dehidrasi, kecuali


pada keadaan syok atau renjatan. Lakukan pemberian cairan infus dengan hati-
hati, tetesan perlahan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung.
Cairan rehidrasi oral standar WHO mengandung terlalu banyak natrium
dan kurang kalium untuk digunakan pada penderita KEP berat/gizi buruk. Sebagai
pengganti, berikan larutan garam/elektrolit khusus yaitu Resomal. Tidaklah mudah
untuk memperkirakan suatu dehidrasi pada KEP berat/gizi buruk dengan
menggunakan tanda-tanda klinis saja. Jadi kita harus menganggap semua anak
KEP berat/gizi buruk dengan diare encer mengalami dehidrasi sehingga berikan :
Berikan :
a. Cairan Resomal/ pengganti sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit selama 2
jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik
b. Selanjutnya beri 5-10 ml/kg/jam untuk 4-10 jam berikutnya, jumlah tepat
yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya
dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
c. Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula
khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6)
e. Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan
anak mulai BAK
Pemantauan :
Lakukan penilaian atas kemajuan proses rehidrasi setiap ½-1 jam selama 2
jam pertama, kemudian setiap jam untuk 6-12 jam selanjutnya dengan
memantau : denyut nadi, pernafasan, frequensi BAK dan frequensi
diare/muntah.
adanya air mata, mulut basah, kecekungan mata dan ubun-ubun
besar yang berkurang, perbaikan turgor kulit, merupakan tanda bahwa
rehidrasi telah berlangsung, tetapi pada KEP berat/gizi buruk perubahan
ini terlihat, walaupun rehidrasi sudah tercapai. Pernafasan dan denyut nadi
yang cepat dan menetap selama rehidrasi menunjukan adanya infeksi atau
kelebihan cairan.
Berikan :
a. Cairan Resomal/ pengganti sebanyak 5 ml/kgBB setiap 30 menit selama 2
jam secara oral atau lewat pipa nasogastrik
b. Selanjutnya beri 5-10 ml/kg/jam untuk 4-10 jam berikutnya, jumlah tepat
yang harus diberikan tergantung berapa banyak anak menginginkannya dan
banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan muntah.
c. Ganti Resomal/cairan pengganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formula
khusus sejumlah yang sama bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus (langkah 6)
e. Selama pengobatan, pernafasan cepat dan nadi lemah akan membaik dan anak
mulai BAK
Tanda kelebihan cairan : frequensi pernafasan dan nadi meningkat, edema
dan pembengkakan kelopak mata bertambah. Bila ada tanda-tanda tersebut,
hentikan segera pemberian cairan dan nilai kembali setelah 1 jam.

Pencegahan :
Bila diare encer berlanjut. Teruskan pemberian formula khusus
Ganti cairan yang hilang dengan Resomal/pengganti (jumlah lebihkurang
sama)
Sebagai pedoman, berikan Resomal, pengganti sebanyak 50-100 ml setiap
kali buang air besar cair.
Bila masih mendapat ASI, teruskan.
Langkah 4 : Koreksi Gangguan Keseimbangan
Elektrolit

Pada semua KEP berat terjadi kelebihan natrium (Na) tubuh, namun kadar Na
plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg) sering terjadi dan
paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan Ketidak seimbangan elektrolit
ini ikut berperan pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian
diuretik)

Berikan :
a. Tambahan Kalium 2-4 mEq/KgBB/Hari (=150-300 mg KCL/KgBB/Hari)
b. Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (7,5-1,5 mg MgCL2/KgBB/Hari)
a. Untuk rehidrasi, berikan cairan rendah natrium (Resomal/pengganti)

b. Siapkan makanan tanpa diberi garam/rendah garam)

 Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk larutan yang


ditambahkan langsung pada makanan. Penambahan 20 ml larutan
tersebut pada 1 liter formula, dapat memenuhu kebutuhan K dan Mg
(lihat lampiran 6)
Langkah 5 : Pengobatan Pencegahan Infeksi

Pada KEP berat/gizi buruk, tanda yang biasanya menunjukan adanya infeksi seperti demam
seringkali tidak tampak. Karenanya pada semua KEP berat/gizi buruk beri secara rutin
a. Antibiotik spektrum luas
b. Vaksinasi campak bila umur anak >6 bulan dan belum pernah di imunisasi (muda bila
ada syok). Ulangi pemberian vaksin setelah keadaan gizi anak menjadi baik.

Catatan :
Beberapa ahli memberikan metronidazole (7,5 mg/kg, setiap 8 jam selama 7 hari) sebagai
tambahan pada antibiotik spektrum luas guna mempercepat perbaikan mucusoa usus
dan mengurangi resiko kerusakan oksidatif dan infeksi sistemik akibat pertumbuhan
bakteri anaerobik spektrum luas :
Pilihan Anti Biotik spektrum luas :
a. Bila tanpa komplikasi : kotrimoksazol 5 ml suspensi pediatri secara
oral, 2x/hari selama 5 hari (2,5 ml bila berat badan <4kg) atau
b. Bila anak sakit berat (apatis, letargi) atau ada komplikasi
(hipoglikemia:hipotermi, infeksi kulit, saluran nafas dan saluran
kencing) beri :
• Ampicilin 50 mg mg/kgBB. Im/iv setiap 6 jam selama 2 haru,
dilanjutkan dengan amoksisilin secara oral 15 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 5 hari. Bila amoksisilin tidak ada, teruskan ampisilin 50
mg/kgBB setiap 6 jam secara oral dan
• Gentamicin 7,5 mg/KgBB im/iv sekali sehari selama 7 hari.
c. Bila dalam 48 jam tidak terdapat kemajuan klinis, tambahkan
kloramfenikol 25 mg/KgBB im/iv setiap 6 jam selama 5 hari.
d. Bila terdeteksi infeksi kuman yang spesifik, tambahkan antibiotik
spesifik yang sesuai. Tambahkan obat anti malaria bila pemeriksaan
darah untuk malaria positif.
e. Bila anoreksia menetap selama 5 hari pengobatan antibiotik,
lengkapi pemberian hingga 10 hari.
f. Bila masih tetap ada, nilai kembali keadaan anak secara lengkap,
termasuk lokasi infeksi , kemungkinan adanya organisme yang
resisten serta apakah vitamin dan mineral telah diberikan dengan
benar.
 Langkah 6: Mulai Pemberian Makanan

Pada awal fase stabilisasi, perlu pendekatan yang sangat


berhati-nati karena keadaan faali anak sangat lemah dan
kapasitas homeostatik berkurang. Pemberian makanan
harus dimulai segera setelah anak dirawat dan dirancang
sedemikian rupa sehingga energi dan protein cukup untuk
memenuhi metabolisme basal.
Prinsip pemberian nutrisi pada fase ini adalah :

- Porsi kecil tapi sering dengan formula laktosa rendah dan hipo/iso-osmolar.

- Berikan secara oral/nasogastrik

- Energi : 80 – 100 kal/kgBB/hari

- Protein : 1 – 1.5 g/kgBB/hari

- Cairan : 130 ml/kgBB/hari (100 ml/kgBB/hari bila terdapat edema)

- Bila masih mendapat ASI, tetap diberikan tetapi setelah pemberian formula.
Pada anak dengan selera makan baik dan tanpa edema, jadwal pemberian
makanan pada fase stabilisasi ini dapat diselesaikan dalam 2-3 hari saja (1 hari
untuk setiap tahap). Bila asupan makanan tidak mencapai dari 80 Kkal/kg
BB/hari, berikan sisa formula melalui pipa nasogastrik. Jangan beri makanan
lebih 100 Kkal/kgBB/hari pada fase stabilisasi ini.
Pantau dan catat : Jumlah yang diberikan dan sisanya, Muntah, Frekwensi buang
air besar dan konsistensi tinja, BB (harian).

Selama fase stabilisasi, diare secara perlahan berkurang dan BB mulai naik,
tetapi pada penderita dengan edema BB-nya akan menurun dulu bersamaan
dengan menghilangnya edema, baru kemudian BB mulai naik.
Langkah 7: Fasilitasi Tumbuh Kejar

Pada masa rehabilitasi, dibutuhkan berbagai pendekatan secara gencar agar


tercapai masukan makanan yang tinggi dan pertambahan berat badan 50g/minggu.
Awal fase rehabilitasi ditandai dengan timbulnya selera makan, biasanya 1-2
minggu setelah dirawat. Transisi secara perlahan dianjurkan untuk menghindari
risiko gagal jantung dan intoleransi saluran cerna yang dapat terjadi bila anak
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak secara mendadak.
Pada periode transisi, dianjurkan untuk merubah secara perlahan-lahan dari
formula khusus awal ke formula khusus lanjutan :

- Ganti formula khusus awal (energi 75 Kkal dan protein 0.9-1.0 g per 100 ml)
dengan formula khusus lanjutan (energi 100 Kkal dan protein 2.9 gram per 100
ml) dalam jangka waktu 48 jam. Modifikasi bubur/makanan keluarga dapat
digunakan asalkan dengan kandungan energi dan protein yang sama.
- Kemudian naikkan dengan 10 ml setiap kali, sampai hanya sedikit
formula tersisa, biasanya pada saat tercapai jumlah 30 ml/kgBB/kali
(=200 ml/kgBB/hari).
Pemantauan pada masa transisi: frekwensi nafas, frekwensi denyut nadi. Bila
terjadi peningkatan detak nafas >5x/menit dan denyut nadi >25x/menit dalam
pemantauan setiap 4 jam berturutan, kurangi volume pemberian formula.Setelah
normal kembali, ulangi menaikkan volume seperti di atas.
Setelah periode transisi dilampaui, anak diberi:

- Makanan/formula dengan jumlah tidak terbatas dan sering.

- Energi : 150-220 Kkal/kgBB/hari

- Protein 4-6 gram/kgBB/hari

- Bila anak masih mendapat ASI, teruskan, tetapi juga beri formula, karena
energi dan protein ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
- kurang ( <50 g/minggu ), perlu re-evaluasi menyeluruh : cek apakah asupan makanan
mencapai target atau apakah infeksi telah dapat diatasi.

- baik ( 50 g/minggu ), lanjutkan pemberian makanan


Langkah 8: Koreksi Defisiensi Mikro Nutrien

Semua KEP berat menderita kekurangan vitamin dan mineral. Walaupun anemia
biasa dijumpai, jangan terburu-buru memberikan preparat besi (Fe), tetapi
tunggu sampai anak mau makan dan berat badannya mulai naik (biasanya
setelah minggu ke-2). Pemberian besi pada masa awal dapat memperburuk
keadaan infeksinya.
Berikan setiap hari:

- Suplementasi multivitamin

- Asam folat 1 mg/hari (5 mg pada hari pertama)

- Seng (Zn) 2 mg/kgBB/hari

- Tembaga (Cu) 0.2 mg/kgBB/hari

- Bila BB mulai naik : Fe 3 mg/kgBB/hari atau sulfas ferrosus 10 mg/kgBB/hari

- Vitamin A oral pada hari I : umur > 1 tahun : 200.000 SI, 6-12 bulan : 100.000
SI, < 6 bulan : 50.000 SI, kecuali bila dapat dipastikan anak sudah mendapat
suplementasi vitamin A pada 1 bulan terakhir. Bila ada tanda / gejala defisiensi
vitamin A, berikan vitamin dosis terapi.
Langkah 9: Berikan Stimulasi Sensorik Dan Dukungan Emosional

Pada KEP berat terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,


karenanya berikan:

- Kasih sayang

- Lingkungan yang ceria

- Terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari

- Aktifitas fisik segera setelah sembuh

- Keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb).


Langkah 10: Tindak Lanjut Di Rumah

Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB anak sudah mencapai 80% BB/U,
dapat dikatakan anak sembuh.Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi
harus tetap dilanjutkan dirumah setelah penderita dipulangkan.Peragakan kepada
orangtua tentang pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan
nutrien yang padat dan terapi bermain terstruktur.
Nasehatkan kepada orang tua untuk :

- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di Puskesmas

- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMT-


Pemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran 5) dan
berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di posyandu /
puskesmas.
- Pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat

- Penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu

- Pemberian suntikan imunisasi sesuai jadwal

Anjurkan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI atau 100.000


SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.
Pengobatan Penyakit Penyerta

1. Defisiensi vit. A
Bila ada kelainan di mata, berikan vitamin A oral pada hari ke 1, 2 dan14
umur > 1 tahun : 200.000 SI/kali
umur 6 - 12 bulan : 100.000 SI/kali
umur 0 - 5 bulan : 50.000 SI/kali
Bila ada ulkus dimata diberikan : tetes mata khloramfenikol atau salep
matatetrasiklin, setiap 2-3 jam selama 7-10 hari, teteskan tetes mata
atropin, 1 tetes 3 kali sehari selama 3-5 hari, tutup mata dengan kasa yang
dibasahi larutan garam faal
2. Dermatosis

 Tatalaksana :
 kompres bagian kulit yang terkena dengan larutan
KmnO4 (Kpermanganat) 1% selama 10 menit
 beri salep atau krim (Zn dengan minyak kastor)
 usahakan agar daerah perineum tetap kering
 umumnya terdapat defisiensi seng (Zn) : beri
preparat Zn peroral
3. Parasit / Cacing

 Beri Mebendasol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari, atau preparat
antihelmintik lain.

4. Diare Melanjut

 Diobati bila hanya diare berlanjut dan tidak ada perbaikan keadaan
umum. Berikan formula bebas / rendah lactosa. Bila mungkin, lakukan
pemeriksaan tinja mikroskopik. Beri : Metronidasol 7.5 mg/kgBB setiap
8 jam selama 7 hari.
5. Tuberkulosis

Pada setiap kasus gizi buruk, lakukan tes


tuberculin / Mantoux (sering kali anergi) dan Ro-
foto toraks. Bila positif atau sangat mungkin TB,
diobati sesuai pedoman pengobatan TB.
Kegagalan Pengobatan
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian dan kenaikan berat
badan:

1. Tingginya angka kematian. Bila mortalitas >5%, perhatikan saat terjadi


kematian :
 dalam 24 jam pertama: kemungkinan hipoglikemia, hipotermia, sepsis
yang terlambat atau tidak terdeteksi, atau proses rehidrasi kurang tepat.
 dalam 72 jam: cek apakah volume formula terlalu banyak atau pemilihan
formula tidak tepat
 malam hari: kemungkinan terjadi hipotermia karena selimut kurang
memadai, tidak diberi makan, perubahan konsentrasi formula terlalu cepat.
2. Kenaikan berat-badan tidak adekuat pada fase rehabilitasi. Penilaian
kenaikan BB:
Baik : 50 gram/kgBB/minggu
Kurang : <50 gram/kgBB/minggu.
Kemungkinan penyebab kenaikan BB <50 gram/kgBB/minggu antara
lain:
pemberian makanan tidak adekuat
defisiensi nutrien tertentu; vitamin, mineral
infeksi yang tidak terdeteksi, sehingga tidak diobati.
masalah psikologik
Penanganan Pasien Pulang Sebelum Rehabilitasi Tuntas

Anak KEP berat yang pulang sebelum rehabilitasi tuntas, di rumah harus
diberi makanan tinggi energi (150 Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6
gram/kgBB/hari):
 beri anak makanan yang sesuai (energi dan protein) dengan porsi paling
sedikit 5 kali sehari
 beri makanan selingan di antara makanan utama
upayakan makanan selalu dihabiskan
beri suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit
teruskan ASI.
Tindakan pada kegawadaruratan
1. Syok  cairan intravena

Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau larutan Ringer dengan
kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB dalam satu jam pertama. Evaluasi
setelah 1 jam.
2. Anemia berat

Transfusi darah diperlukan bila:Hb < 4 g/dl, atau Hb 4-6 g/dl disertai
distress pernapasan atau tanda gagal jantung. Transfusi darah :
Berikan darah segar 10 ml/kgBB dalam 3 jam.
Bila ada tanda gagal jantung, gunakan packed red cells untuk
transfusi dengan jumlah yang sama.
Beri furosemid 1 mg/kgBB secara i.v pada saat transfusi dimulai.
Perhatikan adanya reaksi transfusi (demam, gatal, Hb-uria, syok). Bila
pada anak dengan distres napas setelah transfusi Hb tetap < 4 g/dl atau
antara 4-6 g/dl, jangan diulangi pemberian darah.
Prognosis

 Prognosis pada penyakit ini buruk karena banyak


menyebabkan kematian dari penderitanya akibat infeksi
yang menyertai penyakit tersebut, tetapi prognosisnya
dapat dikatakan baik apabila malnutrisi tipe marasmus
ini ditangani secara tepat dan tepat.
THANK
YOU
Title and Content Layout with List
 Add your first bullet point here
 Add your second bullet point here
 Add your third bullet point here
Two Content Layout with Table
 First bullet point here Class Group 1 Group 2
 Second bullet point here Class 1 82 95
 Third bullet point here Class 2 76 88

Class 3 84 90
Title and Content Layout with SmartArt

Step 5
Step 4 Title
Step 3 Title
Step 2 Title
Step 1 Title
Title
Section Header
Layout
Subtitle
Picture with
Caption Layout
Caption
Add a Slide Title - 1
Add a Slide Title - 2
Add a Slide Title - 3
Add a Slide Title
-4

Anda mungkin juga menyukai