T-8 KELOMPOK 2 Pembanding
T-8 KELOMPOK 2 Pembanding
PERAIRAN DARAT
Oleh :
Cindi Meliana 21701021042
Adinda Yustika M 21701021051
Dwy Indah Febrianti 21701021074
Noer Halizah 21701021076
1. Kapal Perairan Darat
a. Asas konsensual
b. Asas Koordinatif
c. Asas campuran
d. Asas pembuktian dengan dokumen
Tujuan Pengangkutan Darat
Tujuan pengangkutan perairan darat antara lain terdapat pada pasal
19 ayat (1) UU no 17 tahun 2008 yakni “Untuk menunjang usaha pokok
dapat dilakukan kegiatan angkutan sungai dan danau untuk
kepentingan sendiri”. Selain dari itu juga terdapat beberapa tujuan
antara lain :
1. Sebagai alat transportasi
2. Sebagai pembangkit kegiatan
3. Sebagai Olahraga
4. Sebagai Pariwisata
5. Sebagai kebudayaan dan lingkungan alam
Pihak-pihak yang terlibat dalam
Pengangkutan Perairan Darat
Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang terlibat
dalam pengangkutan adalah para subjek hukum
sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam
hubungan hukum pengangkutan. Mereka itu adalah
pengangkut, pengirim, penumpang, penerima,
ekspeditur, agen perjalanan, pengusaha muat
bongkar, dan pengusaha pergudangan.
Tanggung Jawab Penyelenggara
Pengangkutan Perairan Darat
Untuk lebih jelasnya mengenai tanggung jawab penyelenggara
pengangkutan terdapat pada UU no 17 tahun 2008 yakni :
Pasal 40
- Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap
keselamatan dankeamanan penumpang dan/atau barang yang
diangkutnya.
- Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap
muatan kapal sesuaidengan jenis dan jumlah yang dinyatakan
dalam dokumen muatan dan/atau perjanjianatau kontrak
pengangkutan yang telah disepakati.
Pasal 41
a. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dapat
ditimbulkan sebagai akibat pengoperasian kapal, berupa:
kematian atau lukanya penumpang yang diangkut
musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut
keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut;
atau
kerugian pihak ketiga.
b. Jika dapat membuktikan bahwa kerugian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bukan disebabkan oleh kesalahannya, perusahaan
angkutan di perairan dapat dibebaskan sebagian atau seluruh tanggung
jawabnya.
c. Perusahaan angkutan di perairan wajib mengasuransikan tanggung
jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan melaksanakan
asuransi perlindungan dasar penumpang umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 42
- Perusahaan angkutan di perairan wajib memberikan
fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang
cacat, wanita hamil, anak di bawah usia 5 (lima) tahun,
orang sakit,dan orang lanjut usia.
- Pemberian fasilitas khusus dan kemudahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidakdipungut biaya tambahan.
Pasal 43
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab
pengangkut diatur dengan PeraturanPemerintah.
Sanksi dalam Pengangkutan Perairan
Darat
Adapun macam-macam sanksi administratif tersebut antara lain :
- Peringatan
- Denda administratif
- Pembekuan izin atau pembekuan sertifikat
- Pencabutan izin dan pencabutan sertifikat
- Sanksi lainnya yakni sanksi pidana yang terdapat pada UU No 17 tahun 2008
pada pasal 284 sampai 336 dan sesuai tindak pidana yang terjadi dapat digunakan
KUHP yang berlaku.
Dokumen yang Dipakai dalam Pengangkutan
Perairan Darat
Karcis / tiket
Dokumen Pengiriman Barang
Surat Muatan / Bill of Leading
Dokumen bagi Manajemen
HUKUM KERUGIAN PERAIRAN DARAT
Menurut pasal 752. Ketentuan ketentuan dalam Bab VI (tubrukan kapal)
dan ketentuan-ketentuan dalam Bab VI (kapal karam, kapal terdampar
dan penemuan barang-barang di laut) diberlakukan bagi kapal perairan
darat. Tetapi mengenai avarai, yang diatur dalam Bab XI Buku II, KUHD,
tidak diberlakukan bagi kapal perairan darat, mungkin karena
pembentukan undang-undang berpendapat bahwa avarai tidak mungkin
atau sangat jarang terjadi diperairan darat. Bagi perairan darat di
indonesia memang tidak mungkin adanya avarai, karena sungai-sungai di
indonesia tidak besar.
Mengenai tubrukan kapal di perairan darat ada peraturan lama yang
termuat dalam S. 1914-226, 1919-155, 1924-501, 1939-544, 1940-129,
1947-501, yang berjudul (peraturan untuk mencegah tubrukan kapal di
perairan darat di indonesia).
DALUWARSA, GUGURNYA TUNTUTAN HUKUM
DAN LAIN-LAIN
Menurut pasal 735 ketentuan-ketentuan dalam Bab XII, Buku II, KUHD, mulai
pasal 741 sampai dengan pasal 747 berlaku bagi hubungan huku perairan
darat. Bab ini mengenai daluwarsa dan gugurnya tuntutan hukum terhadap
perikatan-perikatan yang timbul atas kapal dan muatannya diperairan darat.
Mengenai hal-hal lain yang tidak disebut dalam pasal 748 sampai dengan 753,
berlaku hukum kebiasaan dan kepatutan yang lazim (pasal 754)
- Hukum pengangkutan sungai (perairan darat ) mengenai hal ini bisa
berpedoman pada hukum pengangkutan laut (Bab V,V A dan VB, Buku II KUHD)
dan hukum kebiasaan dan kepatutan yang lazim.
- Hukum asuransi sungai (pertanggungan terhadap bahaya terhadap pengankutan
darat dan sungai”), sudah ada aturannya, yaitu : Bab X, Buku II, KUHD.