Anda di halaman 1dari 21

HUKUM PELAYARAN

PERAIRAN DARAT
Oleh :
Cindi Meliana 21701021042
Adinda Yustika M 21701021051
Dwy Indah Febrianti 21701021074
Noer Halizah 21701021076
1. Kapal Perairan Darat

Kapal-kapal dalam bab XIII ini adalah kapal-kapal yang


definisinya dirumuskan dalam pasal 1 ordonansi kapal
1927jo. Ordonansi kapal pasal 1935. Pasal 1 ordonansi kapal
1935 merumuskan definisi kapal laut sebagai berikut (kapal
laut ialah kapal yang diperuntukkan bagi pelayaran ke laut
lepas). Sedangkan “kapal pedalaman” atau kapal perairan
darat dirumuskan sebagai (kapal pedalaman adalah kapal
yang bukan kapal laut).
Jenis Perairan Darat
 a. Danau
Danau merupakan sejumlah air tawar atau air asin yang terakumulasi
disuatu tempat yang cukup luas, yang dapat terjadi karena mencarinya
gletser, aliran sungai atau karena adanya mata air. Jenis danau meliputi :
a. Danau Tektonik
b. Danau Vulkanik
c. Danau Tektono-vulkanik
d. Danau Karst
e. Danau Glasial
f. Waduk atau bendungan
b. Rawa

Rawa merupakan lahan genangan air secara ilmiah


yang terjadi terus menerus atau musiman akibat drainase
yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara
fisika, kimiawi, dan biologis.
 Ada dua jenis rawa yaitu:
 1) Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian, dan
 2) Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian.
c. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang terdapat dalam lapisan
tanah atau bebatuan di bawah permukaan tanah.
 Ada bermacam-macam jenis air tanah.
1) Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu air tanah permukaan (Freatik) dan air tanah
dalam.
2) Menurut asalnya air tanah dapat dibedakan menjadi air
tanah yang berasal dari atmosfer (angkasa) dan air tanah
yang berasal dari dalam perut bumi.
Ada 4 wilayah air tanah :

1. Wilayah yang masih terpengaruh udara


2. Wilayah jenuh air
3. Wilayah kapiler udara
4. Wilayah air dalam
Pemanfaatan Perairan Darat

 Perairandarat antara lain dapat kita


manfaatkan untuk kepentingan sumber air
minum, sumber tenaga, irigasi, perikanan
darat, transportasi, bahan baku industri,
rekreasi dan olahraga air.
2. HUKUM PERKAPALAN PERAIRAN DARAT
 Mengenai hukum perkapalan perairan darat ini diatur dalam pasal 749, 750
dan 751
 Pasal 749 itu adalah penerapan pasal 314 (hukum pendaftaran kapal laut)
bagi kapal perairan darat. Pasal ini mengatur tentang pendaftaran kapal
perairan darat, yang ada pokoknya “sama” dengan peraturan pendaftaran
bagi kapal laut (lihat selanjutnya pada pelajaran nomor 28 dan selanjutnya).
 Pasal 750. Pasal ini memberlakukan pasal 315 sampai dengan pasal 319 bagi
kapal perairan darat,yakni mengenai: hipotek atas kapal, piutang istimewa
atas kapal, piutang istimewa atas barang-barang muatan dan pelaksanaan
penagihan dan pembayaran piutang-piutang tersebut.
 Pasal 751. Pasal ini memberlakukan pasal 320, 321 dan 322 bagi perkapalan
perairan darat. Pasal-pasal ini mengenai pengertian pengusaha kapal,
kewajiban dan tanggung jawab pengusaha kapal terhadap pihak ketiga.
Pengertian Pengangkutan Perairan Darat

Pengangkutan adalah perjanjian timbal balik antara


pengangkut dengan pengirimdimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang ketempat
tujuan dengan). Jadi, pengangkutan perairan darat
adalah pengangkutan yang dilakukan di
perairanselain di laut. Perairan darat meliputi
sungai, waduk, dan danau.
Sejarah Pengangkutan Perairan Darat
Sejarah pengangkutan sungai di Indonesia dimulai sejak
jaman pra sejarah manusia telah melakukan aktivitas
hidup. Pada awal mulanya perahu yang digunakan
berupa batang kayu besar yang diberi lubang ditengah.
Perlahan pemikiran manusia semakin maju,
berbagai jenis perahu mulai tercipta. Mulai dari rakit ba
mbu (getek), perahu lesung, sampan, sampai perahu bo
at yang menggunakan tenaga mesin.
Asas Pengangkutan Perairan Darat

 Asas hukum pengangkutan yang bersifat publik, yaitu :


a. Asas manfaat
b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan
c. Asas adil dan merata
d. Asas keseimbangan
e. Asas kepentingan umum
f. Asas keterpaduan
g. Asas kesadaran hukum
h. Asas percaya pada diri sendiri
i. Asas keselamatan Penumpang
Asas hukum pengangkutan yang bersifat
perdata, yaitu sebagai berikut :

a. Asas konsensual
b. Asas Koordinatif
c. Asas campuran
d. Asas pembuktian dengan dokumen
Tujuan Pengangkutan Darat
 Tujuan pengangkutan perairan darat antara lain terdapat pada pasal
19 ayat (1) UU no 17 tahun 2008 yakni “Untuk menunjang usaha pokok
dapat dilakukan kegiatan angkutan sungai dan danau untuk
kepentingan sendiri”. Selain dari itu juga terdapat beberapa tujuan
antara lain :
1. Sebagai alat transportasi
2. Sebagai pembangkit kegiatan
3. Sebagai Olahraga
4. Sebagai Pariwisata
5. Sebagai kebudayaan dan lingkungan alam
Pihak-pihak yang terlibat dalam
Pengangkutan Perairan Darat
Yang dimaksud dengan pihak-pihak yang terlibat
dalam pengangkutan adalah para subjek hukum
sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam
hubungan hukum pengangkutan. Mereka itu adalah
pengangkut, pengirim, penumpang, penerima,
ekspeditur, agen perjalanan, pengusaha muat
bongkar, dan pengusaha pergudangan.
Tanggung Jawab Penyelenggara
Pengangkutan Perairan Darat
 Untuk lebih jelasnya mengenai tanggung jawab penyelenggara
pengangkutan terdapat pada UU no 17 tahun 2008 yakni :
 Pasal 40
- Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap
keselamatan dankeamanan penumpang dan/atau barang yang
diangkutnya.
- Perusahaan angkutan di perairan bertanggung jawab terhadap
muatan kapal sesuaidengan jenis dan jumlah yang dinyatakan
dalam dokumen muatan dan/atau perjanjianatau kontrak
pengangkutan yang telah disepakati.
 Pasal 41
a. Tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 dapat
ditimbulkan sebagai akibat pengoperasian kapal, berupa:
 kematian atau lukanya penumpang yang diangkut
 musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut
 keterlambatan angkutan penumpang dan/atau barang yang diangkut;
atau
 kerugian pihak ketiga.
b. Jika dapat membuktikan bahwa kerugian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bukan disebabkan oleh kesalahannya, perusahaan
angkutan di perairan dapat dibebaskan sebagian atau seluruh tanggung
jawabnya.
c. Perusahaan angkutan di perairan wajib mengasuransikan tanggung
jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan melaksanakan
asuransi perlindungan dasar penumpang umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
 Pasal 42
- Perusahaan angkutan di perairan wajib memberikan
fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang
cacat, wanita hamil, anak di bawah usia 5 (lima) tahun,
orang sakit,dan orang lanjut usia.
- Pemberian fasilitas khusus dan kemudahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidakdipungut biaya tambahan.
 Pasal 43
- Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab
pengangkut diatur dengan PeraturanPemerintah.
Sanksi dalam Pengangkutan Perairan
Darat
 Adapun macam-macam sanksi administratif tersebut antara lain :
- Peringatan
- Denda administratif
- Pembekuan izin atau pembekuan sertifikat
- Pencabutan izin dan pencabutan sertifikat
- Sanksi lainnya yakni sanksi pidana yang terdapat pada UU No 17 tahun 2008
pada pasal 284 sampai 336 dan sesuai tindak pidana yang terjadi dapat digunakan
KUHP yang berlaku.
Dokumen yang Dipakai dalam Pengangkutan
Perairan Darat

 Karcis / tiket
 Dokumen Pengiriman Barang
 Surat Muatan / Bill of Leading
 Dokumen bagi Manajemen
HUKUM KERUGIAN PERAIRAN DARAT
 Menurut pasal 752. Ketentuan ketentuan dalam Bab VI (tubrukan kapal)
dan ketentuan-ketentuan dalam Bab VI (kapal karam, kapal terdampar
dan penemuan barang-barang di laut) diberlakukan bagi kapal perairan
darat. Tetapi mengenai avarai, yang diatur dalam Bab XI Buku II, KUHD,
tidak diberlakukan bagi kapal perairan darat, mungkin karena
pembentukan undang-undang berpendapat bahwa avarai tidak mungkin
atau sangat jarang terjadi diperairan darat. Bagi perairan darat di
indonesia memang tidak mungkin adanya avarai, karena sungai-sungai di
indonesia tidak besar.
 Mengenai tubrukan kapal di perairan darat ada peraturan lama yang
termuat dalam S. 1914-226, 1919-155, 1924-501, 1939-544, 1940-129,
1947-501, yang berjudul (peraturan untuk mencegah tubrukan kapal di
perairan darat di indonesia).
DALUWARSA, GUGURNYA TUNTUTAN HUKUM
DAN LAIN-LAIN

 Menurut pasal 735 ketentuan-ketentuan dalam Bab XII, Buku II, KUHD, mulai
pasal 741 sampai dengan pasal 747 berlaku bagi hubungan huku perairan
darat. Bab ini mengenai daluwarsa dan gugurnya tuntutan hukum terhadap
perikatan-perikatan yang timbul atas kapal dan muatannya diperairan darat.
 Mengenai hal-hal lain yang tidak disebut dalam pasal 748 sampai dengan 753,
berlaku hukum kebiasaan dan kepatutan yang lazim (pasal 754)
- Hukum pengangkutan sungai (perairan darat ) mengenai hal ini bisa
berpedoman pada hukum pengangkutan laut (Bab V,V A dan VB, Buku II KUHD)
dan hukum kebiasaan dan kepatutan yang lazim.
- Hukum asuransi sungai (pertanggungan terhadap bahaya terhadap pengankutan
darat dan sungai”), sudah ada aturannya, yaitu : Bab X, Buku II, KUHD.

Anda mungkin juga menyukai