Anda di halaman 1dari 34

KELOMPOK 7:

DEMIATI
DHEA IVONTIA
DINA LISYANTI
MEGAWATI
Prinsip Dasar Kerja Alat Ukur Radiasi

 Alat ukur radiasi memanfaatkan prinsip-prinsip kemampuan interaksi (saling-


tindak) antara radiasi dengan materi.
 Setiap alat ukur radiasi selalu dilengkapi dengan detektor yang mampu
mengenali adanya radiasi. Apabila radiasi melewati bahan suatu detektor, maka
akan terjadi interaksi antara radiasi dengan bahan detektor tersebut (terjadi
pemindahan energi dari radiasi yang datang ke bahan detektor).
 Perpindahan energi ini menimbulkan berbagai jenis tanggapan (response) yang
berbeda-beda dari bahan detektor tersebut. Jenis tanggapan yang ditunjukan oleh
suatu detektor terhadap radiasi tergantung pada jenis radiasi dan bahan detektor
yang digunakan.
 Pendeteksian keberadaan dan atau besarnya radiasi dilakukan dengan
mengamati tanggapan yang ditunjukan oleh suatu detektor.
Mekanisme Deteksi Radiasi

 Terdapat beberapa mekanisme yang sering digunakan untuk


medeteksi dan mengukur radiasi yaitu :
 Proses ionisasi
 Proses sintilasi
 Proses termoluminensi
 Efek pemanasan
 Reaksi Kimia
Proses Ionisasi

 Ionisasi pada suatu medium secara langsung dapat


disebabkan oleh radiasi partikel alpha dan beta; dan
ionisasi secara tidak langsung dapat disebabkan oleh
Sinar-X, sinar gamma, dan neutron.
 Kumpulan/jumlah pasangan ion yang terjadi/
diproduksi berkaitan erat dengan jumlah energi
radiasi yang mengakibatkan terjadinya proses ionisasi
tersebut. Dalam proses ionisasi ini, energi radiasi
diubah menjadi peristiwa terlepasnya sejumlah
elektron dari atomnya (energi listrik).
Proses Sintilasi

 Proses sintilasi adalah terpancarnya sinar tampak pada saat


terjadinya perpindahan/transisi elektron dari tingkat energi
yang lebih tinggi ke tingkat energi yang lebih rendah.
Perpindahan elektron seperti ini dapat terjadi di dalam
bahan detektor.
 Proses sintilasi ini akan terjadi apabila terdapat kekosongan
elektron pada orbit elektron yang lebih dalam. Kekosongan
elektron ini dapat disebabkan karena lepasnya elektron dari
ikatannya (proses ionisasi) atau proses loncatnya elektron
ke tingkat energi yang lebih tinggi (lintasan elektron yang
lebih luar) karena dikenai radiasi.
Proses Termoluminensi

 Pada prinsipnya, proses termoluminensi ini hampir sama


dengan proses sintilasi. Letak perbedaannya yaitu pada
proses sintilasi, elektron yang tereksitasi akan kembali ke
orbit semula secara langsung (selang waktu yang sangat
cepat) sambil memancarkan Sinar-X yang selanjutnya
dikonversikan menjadi cahaya tampak.
 Sedangkan pada proses termoluminensi, untuk membuat
elektron-elektron yang tereksitasi kembali ke orbitnya
semula, maka medium detektornya harus dipanaskan
terlebih dahulu sampai dengan temperatur tertentu. Sebelum
medium detektor tersebut dipanaskan, elektron-elektron
masih terperangkap pada keadaan eksitasinya, sehingga
tidak bisa kembali ke orbitnya semula.
Efek Pemanasan

Peristiwa lain yang diakibatkan oleh adanya perpindahan/penyerapan energi radiasi


oleh medium detektor adalah timbulnya kenaikan temperatur pada medium.
Semakin besar energi radiasi yang dipindahkan/diserap, maka kenaikan
temperaturnya akan semakin tinggi. Jadi dalam mekanisme ini, energi radiasi
diubah menjadi energi panas.

Reaksi Kimia

Energi radiasi dapat mengakibatkan perubahan kimia. Perubahan atau reaksi kimia ini
juga merupakan suatu mekanisme yang sering digunakan dalam pengukuran radiasi.
Bahan yang diradiasi dengan dosis tertentu akan mengalami perubahan kimia,
misalnya perubahan warna. Selain itu radiasi juga dapat berfungsi sebagai katalisator
pada reaksi kimia, sehingga apabila diberikan dosis radiasi dengan besar tertentu,
maka reaksi kimia dalam medium dapat berlangsung lebih cepat.
 Sistem pengukur yang digunakan dalam
kegiatan proteksi radiasi.
 seperti survaimeter dan monitor radiasi
biasanya menerapkan cara arus (current
mode) sedangkan dalam kegiatan aplikasi
dan penelitian menerapkan cara pulsa (pulse
mode).
 Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan
dikonversikan menjadi sebuah pulsa listrik,
baik dengan mekanisme ionisasi maupun
sintilasi. Bila kuantitas radiasinya semakin
tinggi maka jumlah pulsa listrik yang
dihasilkannya semakin banyak
 Informasi yang dihasilkan oleh cara ini
jumlah pulsa dalam waktu tertentu dan tinggi
pulsa listrik. Jumlah pulsa sebanding dengan
kuantitas radiasi yang memasuki detektor.
KELEMAHAN

 Adanya kemungkinan tidak tercacahnya radiasi


karena kecepatan konversi
 Pada cara arus, radiasi yang memasuki detektor
tidak dikonversikan menjadi pulsa listrik melainkan
rata-rata akumulasienergiradiasi per satuan
waktunya yang akan dikonversikan menjadi arus
listrik. Semakin banyak kuantitas radiasi per satuan
waktu yang memasuki detektor, akan semakin
besar arusnya. Demikian pula bila energi radiasi
semakin besar, arus yang dihasil kan nya semakin
besar.
Komponen-komponen
Dasar Detektor Radiasi

Sumber listrik Amplifier Pencatat waktu

Penganalisis Penganalisis
Diskriminator salur tunggal ( salur ganda (
SCA), MCA )

Alat pencatat
atau skaler,
 Konsep
Detektor terdiri dari sebuah tabung berdinding
logam sebagai katode yang diisi gas dan
mempunyai kawat di tengahnya sebagai anode.
Skema Silinder metal
Menuju amplifier
isolasi
kawat
Jendela
tipis

gas
Aliran anion
Radiasi 1
_ _ _ _
_ Anode (+)
+ + +
_
+
+
+
+ +
Aliran kation
Katode (-)
 Jumlah pasangan ion yang terbentuk bergantung pada
jenis dan energi radiasinya.
 Radiasi alfa dengan energi 3 MeV misalnya,
mempunyai jangkauan (pada tekanan dan suhu
standar) sejauh 2,8 cmdapat menghasilkan 4.000
pasangan ion per mmlintasannya.
 Radiasi beta dengan energi kinetik 3 MeV mempunyai
jangkauan dalam udara (pada tekanan dan suhu
standar) sejauh 1.000 cmdan menghasilkan pasangan
ion sebanyak 4 pasang tiap mmlntasannya.
Dengan memanfaatkan tingkah laku ion-ion gas dalam
medan listrik, telah berhasil dikembangkan tiga jenis
alat pantau radiasi yang menggunakan gas sebagai
detektornya, yaitu:
 alat pantau kamar ionisasi,
alat pantau proporsional, dan
 alat pantau Geiger-Muller (GM).

Ketiganya mempunyai bentuk dasar dan prinsip kerja


yang sama. Perbedaanya terletak pada tegangan
operasi masing-masing.
 Detektor kamar ionisasi beroperasi pada tegangan paling rendah.
 Jumlah elektron yang terkumpul di anoda sama dengan jumlah yang
dihasilkan oleh ionisasi primer. Dalam kamar ionisasi ini tidak terjadi
pelipat-gandaan (multiplikasi) jumlah ion oleh ionisasisekunder.

 Dalam daerah ini dimungkinkan untuk membedakan antara radiasi


yang berbeda ionisasi spesifikasinya, misalnya antara partikel alfa,
beta dan gamma.

 Kelemahan:
- Arus yang timbul sangat kecil, kira-kira 10-12 A sehingga
memerlukan penguat arus sangat besar dan sensitivitas alat baca
yang tinggi.
 Alat pantau proporsional
beroperasi pada tegangan
yang lebih tinggi daripada
kamar ionisasi. Daerah ini
ditandai dengan mulai
terjadinya multiplikasi gas
yang besarnya bergantung
pada jumlah elektron mula-
mula dan tegangan yang
digunakan. Karena terjadi
multiplikasi maka ukuran Multiplikasi terjadi karena elektron-elektron yang
dihasilkan oleh ionisasi primer dipercepat oleh
pulsa yang dihasilkan sangat tegangan yang digunakan sehingga elektron
besar. tersebut memiliki energi yang cukup untuk
melakukan ionisasi berikutnya (ionisasi sekunder).
 Keuntungan dari alat pantau proporsional adalah
bahwa alat ini mampu mendeteksi radiasi dengan
intensitas cukup rendah. Namun, memerlukan
sumber tegangan yang super stabil, karena
pengaruh tegangan pada daerah ini sangat besar
terhadap tingkat multiplikasi gas dan juga
terhadap tinggi pulsa out put.
 tegangan akan mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi
dalam detektor menjadi jenuh. Pulsa yang dihasilkan tidak lagi
bergantung pada ionisasi mula-mula maupun jenis radiasi.
Jadi, radiasi jenis apapun akan menghasilkan keluaran sama.

 Detektor GM hanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya


radiasi.

 Keuntungan dalam pengoprasian GM ini adalah denyut out


put sangat tinggi, sehingga tidak diperlukan penguat (amplifier)
atau cukup digunakan penguat yang biasa saja.
 Potensial kerja pada G-M ditentukan dengan
mencatat aktivitas (cpm) pada setiap perubahan
tegangan. Kemudian dibuat grafik.

cpm Vk = V1 + ((V2-V1)/3)

C2 Kemiringan plateau ditentukan dengan cara


C1 mengambil 50 volt ke kiri dan 50 volt ke kanan

volt Kemiringan = (cpm1 – cpm2) / cpm1


V1 V2
Radiasi 1
_ _ _ _
_ Anode (+)
+ _ + +
+
Radiasi 2 + +
+
+

Katode (-)

Waktu mati (dead time) adalah waktu saat detektor tidak dapat mencatat karena radiasi
terhambat oleh ion-ion + yang terbentuk pada radiasi pertama.

Waktu pemulihan (recovery time) adalah selang waktu antara waktu mati dan pulih kembali.

Waktu pisah (resolving time) adalah waktu minimum yang diperlukan agar partikel pengion
berikutnya dapat dicatat setelah pencacahan atas partikel pengion sebelumnya
 Sistem Kerja: Detektor sintilasi
selalu terdiri dari dua bagian,
yaitu: bahan sintilator
danphotomultiplier. Detektor
sintilasi bekerja memanfaatkan
radiasifluoresensi (biasanya
cahaya) yang dipancarkan ketika
elektron darikeadaan tereksitasi
kembali ke keadaan dasarnya
pada pita valensi. Bahanyang
dipilih sebagai bahan detektor
adalah bahan yang
memungkinkanperistiwa kerlipan
cahaya tersebut dapat terjadi
dalam waktu yang sangatcepat
(kira-kira 1 msekon).
Bahan Sintilator merupakan suatu bahan padat, cair maupun gas,
yang akanmenghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion.
Photomultiplierdigunakan untuk mengubah percikan cahaya yang
dihasilkan bahansintilator menjadi pulsa listrik. Mekanisme
pendeteksian radiasi padadetektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu:
• Proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi
kerlipancahaya di dalam bahan sintilator;
• Proses pengubahan kerlipan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam
tabung photomultiplier
Di dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang
dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan
dengan tingkat energi tertentu.Pada keadaan dasar, ground state,
seluruh elektron berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi
kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat
kemungkinan bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron
di pita valensi, sehingga dapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa
saat kemudian elektronelektron tersebut akan kembali ke pita valensi
melalui pita energi bahan aktivator sambil memancarkan percikan
cahaya.
Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi
diserap dan dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin
besar energinya semakin banyak percikan cahayanya. Percikan-
percikan cahaya ini kemudian ditangkap oleh photomultiplier.
Jenis Detektor Sintilasi
Beberapa kristal sintilator yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
A. Kristal NaI(TI),dibuat untuk mengukur radiasi sinar gamma dan sinar
x.Detektor sintilasi ini dibuat dari kristal tunggal natrium iodida (NaI)
yang sudah diberi sedikit pengotor Talium (TI).Karena Kristal NaI
bersifat higroskopis, maka kristal tersebut ditutup rapat-rapat dalam
wadah alumunium (Al) yang dilapisi cromium (Cr). Di antara Kristal
NaI(Tl) dan dnding wadah Al dimasukan reflektor berupa serbuk
mangan oksida (MnO) atau Alumunium trioksida (Al2O3). Kristal
NaI(Tl) direkatkan pada sebuah tabung pelipat ganda electron
menggunakan perekat bening yang terbuat dari silikon. Pada ujung
tabung pelipat ganda elektron terdapat elektroda peka cahaya yang
disebut fotokatoda.

B.
C. Kristal ZnS(Ag):digunakan untuk mengukur radiasi alpha
dan beta

D. Kristal LiI(Eu): digunakan untuk mengukur radiasi neutron


lambat karena unsur Li akan bereaksi dengan neutron
menghasilkan partikel alfa. Partikel alfa yang dihasilkannya
akan mengeksitasi bahan sintilator sehingga mwnghasilkan
percikan cahaya. Jadi proses sintilasi di sini terjadi secara
tidak langsung
E. Sintilator organik: sintilator organik ini dibuat dari bahan
organic seperti anthracene atau stilbene. Sintilator ini dapat
berupa cair (sintilator cair) atau berupa padat. Kegunaan
utama sintilator cair ini adalah untuk pengukuran radiasi
beta aktivitas rendah (low levelcounting).
Tabung Photomultiplier

Setiap detektor sintilasi terdiri atas


dua bagian yaitu bahan sintilator
dan tabung photomultiplier. Bila
bahan sintilator berfungsi untuk Photokatoda yang
mengubahenergi radiasi menjadi ditempelkan pada bahan
percikan cahaya maka tabung sintilator, akan
photomultiplier ini berfungsi untuk memancarkan elektron bila
mengubah percikan cahaya dikenai cahaya dengan
tersebut menjadi berkas elektron, panjang gelombang yang
sehingga dapat diolah lebih lanjut sesuai.Elektron yang
sebagai pulsa / arus listrik. dihasilkannya akan
Tabung photomultiplier terbuat diarahkan, dengan
dari tabung hampa yang kedap perbedaan potensial,
cahaya dengan photokatoda yang menuju dinode pertama.
berfungsi sebagai masukan pada
salah satu ujungnya dan terdapat
beberapa dinode untuk
menggandakan electron seperti
yang terlihat
 Semikonduktor adalah bahan-bahan yang dapat
mengalirkan arus listrik,namun kemampuan daya
hantarnya tidak sebaik bahan konduktor, jugadapat
menghambat aliran arus listrik, namun daya hambatnya
tidak sebaikbahan insulator. Pada dasarnya, terdapat juga
bahan-bahan isolator yangterbuat dari bahan
semikonduktor tidak dapat mengalirkan arus listrik. Halini
disebabkan semua elektronnya berada di pita valensi,
sedangkan di pitakonduksinya tidak ditempati oleh
elektron. Detektor bahan semikonduktor, merupakan jenis
detektor yang masih baru.Detektor ini memiliki beberapa
keunggulan yaitu lebih efisiendibandingkan dengan
detektor isian gas, karena terbuat dari zat padat,
sertamemiliki resolusi yang lebih baik daripada detektor
sintilasi
 Pada umumnya bahan semikonduktor yang sering
digunakan adalah silikon(Si) dan Germanium (Ge).
Untuk meningkatkan daya hantar listrik-nya,maka
ditambahkan bahan pengotor (doping). Apabila
bahan pengotormemiliki kelebihan elektron sehingga
aliran listrik adalah pergerakanmuatan negatif dalam
bahan, yang dikenal dengan sebutan semikonduktor
tipe–n. Apabila bahan pengotor menambah hole,
aliran listrik disebabkanoleh adanya pergerakan
efektif muatan positif dalam bahan, yang
dikenaldengan sebutan semikonduktor tipe–p.
Detektor semikonduktor sangat teliti dalam
membedakan energi radiasi yang mengenainya atau
disebut memiliki resolusi yang tinggi.
 Surface barrier: untuk mengukur radiasi alfa
dan beta;
 PIPS (Passivate Implant Planar Silicon): untuk
mengukur radiasi alfa dan beta
 LEGe : untuk mengukur radiasi Sinar-X dan
gamma
 SiLi: untuk mengukur radiasi Sinar-X.
 Ge (Li) detektor yang efisien dalam
pengukuran radiasi gamma dan memiliki
resolusi energi yang baik.
 Keunggulan :
 Resolusi sangat tajam
 Sangat teliti membedakan energi
 Efisiensi tinggi untuk radiasi 

 Kekurangan :
 Memerlukan system elektronik (alat
penunjang) sangat rumit.
 HPGe & SiLi perlu pendingin

Anda mungkin juga menyukai