DEMIATI
DHEA IVONTIA
DINA LISYANTI
MEGAWATI
Prinsip Dasar Kerja Alat Ukur Radiasi
Reaksi Kimia
Energi radiasi dapat mengakibatkan perubahan kimia. Perubahan atau reaksi kimia ini
juga merupakan suatu mekanisme yang sering digunakan dalam pengukuran radiasi.
Bahan yang diradiasi dengan dosis tertentu akan mengalami perubahan kimia,
misalnya perubahan warna. Selain itu radiasi juga dapat berfungsi sebagai katalisator
pada reaksi kimia, sehingga apabila diberikan dosis radiasi dengan besar tertentu,
maka reaksi kimia dalam medium dapat berlangsung lebih cepat.
Sistem pengukur yang digunakan dalam
kegiatan proteksi radiasi.
seperti survaimeter dan monitor radiasi
biasanya menerapkan cara arus (current
mode) sedangkan dalam kegiatan aplikasi
dan penelitian menerapkan cara pulsa (pulse
mode).
Setiap radiasi yang mengenai alat ukur akan
dikonversikan menjadi sebuah pulsa listrik,
baik dengan mekanisme ionisasi maupun
sintilasi. Bila kuantitas radiasinya semakin
tinggi maka jumlah pulsa listrik yang
dihasilkannya semakin banyak
Informasi yang dihasilkan oleh cara ini
jumlah pulsa dalam waktu tertentu dan tinggi
pulsa listrik. Jumlah pulsa sebanding dengan
kuantitas radiasi yang memasuki detektor.
KELEMAHAN
Penganalisis Penganalisis
Diskriminator salur tunggal ( salur ganda (
SCA), MCA )
Alat pencatat
atau skaler,
Konsep
Detektor terdiri dari sebuah tabung berdinding
logam sebagai katode yang diisi gas dan
mempunyai kawat di tengahnya sebagai anode.
Skema Silinder metal
Menuju amplifier
isolasi
kawat
Jendela
tipis
gas
Aliran anion
Radiasi 1
_ _ _ _
_ Anode (+)
+ + +
_
+
+
+
+ +
Aliran kation
Katode (-)
Jumlah pasangan ion yang terbentuk bergantung pada
jenis dan energi radiasinya.
Radiasi alfa dengan energi 3 MeV misalnya,
mempunyai jangkauan (pada tekanan dan suhu
standar) sejauh 2,8 cmdapat menghasilkan 4.000
pasangan ion per mmlintasannya.
Radiasi beta dengan energi kinetik 3 MeV mempunyai
jangkauan dalam udara (pada tekanan dan suhu
standar) sejauh 1.000 cmdan menghasilkan pasangan
ion sebanyak 4 pasang tiap mmlntasannya.
Dengan memanfaatkan tingkah laku ion-ion gas dalam
medan listrik, telah berhasil dikembangkan tiga jenis
alat pantau radiasi yang menggunakan gas sebagai
detektornya, yaitu:
alat pantau kamar ionisasi,
alat pantau proporsional, dan
alat pantau Geiger-Muller (GM).
Kelemahan:
- Arus yang timbul sangat kecil, kira-kira 10-12 A sehingga
memerlukan penguat arus sangat besar dan sensitivitas alat baca
yang tinggi.
Alat pantau proporsional
beroperasi pada tegangan
yang lebih tinggi daripada
kamar ionisasi. Daerah ini
ditandai dengan mulai
terjadinya multiplikasi gas
yang besarnya bergantung
pada jumlah elektron mula-
mula dan tegangan yang
digunakan. Karena terjadi
multiplikasi maka ukuran Multiplikasi terjadi karena elektron-elektron yang
dihasilkan oleh ionisasi primer dipercepat oleh
pulsa yang dihasilkan sangat tegangan yang digunakan sehingga elektron
besar. tersebut memiliki energi yang cukup untuk
melakukan ionisasi berikutnya (ionisasi sekunder).
Keuntungan dari alat pantau proporsional adalah
bahwa alat ini mampu mendeteksi radiasi dengan
intensitas cukup rendah. Namun, memerlukan
sumber tegangan yang super stabil, karena
pengaruh tegangan pada daerah ini sangat besar
terhadap tingkat multiplikasi gas dan juga
terhadap tinggi pulsa out put.
tegangan akan mengakibatkan proses ionisasi yang terjadi
dalam detektor menjadi jenuh. Pulsa yang dihasilkan tidak lagi
bergantung pada ionisasi mula-mula maupun jenis radiasi.
Jadi, radiasi jenis apapun akan menghasilkan keluaran sama.
cpm Vk = V1 + ((V2-V1)/3)
Katode (-)
Waktu mati (dead time) adalah waktu saat detektor tidak dapat mencatat karena radiasi
terhambat oleh ion-ion + yang terbentuk pada radiasi pertama.
Waktu pemulihan (recovery time) adalah selang waktu antara waktu mati dan pulih kembali.
Waktu pisah (resolving time) adalah waktu minimum yang diperlukan agar partikel pengion
berikutnya dapat dicatat setelah pencacahan atas partikel pengion sebelumnya
Sistem Kerja: Detektor sintilasi
selalu terdiri dari dua bagian,
yaitu: bahan sintilator
danphotomultiplier. Detektor
sintilasi bekerja memanfaatkan
radiasifluoresensi (biasanya
cahaya) yang dipancarkan ketika
elektron darikeadaan tereksitasi
kembali ke keadaan dasarnya
pada pita valensi. Bahanyang
dipilih sebagai bahan detektor
adalah bahan yang
memungkinkanperistiwa kerlipan
cahaya tersebut dapat terjadi
dalam waktu yang sangatcepat
(kira-kira 1 msekon).
Bahan Sintilator merupakan suatu bahan padat, cair maupun gas,
yang akanmenghasilkan percikan cahaya bila dikenai radiasi pengion.
Photomultiplierdigunakan untuk mengubah percikan cahaya yang
dihasilkan bahansintilator menjadi pulsa listrik. Mekanisme
pendeteksian radiasi padadetektor sintilasi dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu:
• Proses pengubahan radiasi yang mengenai detektor menjadi
kerlipancahaya di dalam bahan sintilator;
• Proses pengubahan kerlipan cahaya menjadi pulsa listrik di dalam
tabung photomultiplier
Di dalam kristal bahan sintilator terdapat pita-pita atau daerah yang
dinamakan sebagai pita valensi dan pita konduksi yang dipisahkan
dengan tingkat energi tertentu.Pada keadaan dasar, ground state,
seluruh elektron berada di pita valensi sedangkan di pita konduksi
kosong. Ketika terdapat radiasi yang memasuki kristal, terdapat
kemungkinan bahwa energinya akan terserap oleh beberapa elektron
di pita valensi, sehingga dapat meloncat ke pita konduksi. Beberapa
saat kemudian elektronelektron tersebut akan kembali ke pita valensi
melalui pita energi bahan aktivator sambil memancarkan percikan
cahaya.
Jumlah percikan cahaya sebanding dengan energi radiasi
diserap dan dipengaruhi oleh jenis bahan sintilatornya. Semakin
besar energinya semakin banyak percikan cahayanya. Percikan-
percikan cahaya ini kemudian ditangkap oleh photomultiplier.
Jenis Detektor Sintilasi
Beberapa kristal sintilator yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
A. Kristal NaI(TI),dibuat untuk mengukur radiasi sinar gamma dan sinar
x.Detektor sintilasi ini dibuat dari kristal tunggal natrium iodida (NaI)
yang sudah diberi sedikit pengotor Talium (TI).Karena Kristal NaI
bersifat higroskopis, maka kristal tersebut ditutup rapat-rapat dalam
wadah alumunium (Al) yang dilapisi cromium (Cr). Di antara Kristal
NaI(Tl) dan dnding wadah Al dimasukan reflektor berupa serbuk
mangan oksida (MnO) atau Alumunium trioksida (Al2O3). Kristal
NaI(Tl) direkatkan pada sebuah tabung pelipat ganda electron
menggunakan perekat bening yang terbuat dari silikon. Pada ujung
tabung pelipat ganda elektron terdapat elektroda peka cahaya yang
disebut fotokatoda.
B.
C. Kristal ZnS(Ag):digunakan untuk mengukur radiasi alpha
dan beta
Kekurangan :
Memerlukan system elektronik (alat
penunjang) sangat rumit.
HPGe & SiLi perlu pendingin