Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koloid adalah suatu system campuran yang berada diantara larutan dan campuran kasar
(suspensi). Koloid adalah salah satu jenis campuran homogen yang memiliki sifat-sifat berbeda
dengan larutan yang selama ini Anda ketahui. Perbedaan sifat ini disebabkan oleh ukuran
partikel zat terlarut yang lebih besar dibandingkan dengan larutan.

Koloid memiliki aplikasi luas mencakup banyak material yang ada di alam maupun yang
dikembangkan di industri, seperti kosmetik, obat-obatan, pengolahan air minum, sampai
material bangunan. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar. Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi
kehidupan sehari-hari, kita harus mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat
menggunakannya dengan benar dan dapat bermanfaat untuk diri kita.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja produk sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari?

2. Bagaimana penerapan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan

1. Mengetahui produk sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengetahui penerapan sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat

1. Makalah ini disusun sebagai bahan bacaan bagi para siswa agar mengetahui penerapan
sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Koloid

Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan
kita sehari-hari. Cairan tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu,
keju, nasi, dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah
pertanian juga merupakan sistem koloid. Koloid adalah suatu sistem campuran “metastabil”
(seolah-olah stabil, tapi akan memisah setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan;
larutan bersifat stabil.

B. Perbedaan Koloid dengan Larutan dan Suspensi

C. Jenis-jenis Koloid

Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut:

2
D. Sifat-sifat Koloid

1. Efek Tyndall

Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan
sinar ke segala jurusan. Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di
angkasa, hingga langit berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari; debu dalam
ruangan akan terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.

2. Gerak Brown

Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi. Karena
gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.

3. Adsorbsi Koloid

Adsorbsi koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi
digunakan dalam proses: pemutihan gula tebu, Norit, dan penjernihan air. Contoh: koloid
antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman penyebab diare

4. Muatan Koloid dan Elektroforesis

Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.

3
Partikel koloid mempunyai kemampuan menyerap ion atau muatan listrik pada
permukaannya. Oleh karena itu partikel koloid manjadi bermuatan listrik. Penyerapan pada
permukaan ini di sebut adsorpsi.

Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik.
Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan
positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan
terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).

Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik
dengan tujuan untuk menggumpalkan debunya.

5. Koagulasi Koloid

Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya


berlawanan. Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi
jernih.

Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:

- Perubahan suhu.

- Pengadukan.

- Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).

- Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.

6. Koloid Pelindung

Sistem koloid di mana partikel terdispersinya mempunyai daya adsorpsi relatif besar
disebut koloid liofil yang bersifat lebih stabil. Sedangkan jika partikel terdispersinya
mempunyai gaya absorpsi yang cukup kecil, maka disebut koloid liofob yang bersifat
kurang stabil. Yang berfungsi sebagai koloid pelindung ialah koloid liofil.

Sol liofob/ hidrofob mudah terkoagulasi dengan sedikit penambahan elektrolit, tetapi
menjadi lebih stabil jika ditambahkan koloid pelindung yaitu koloid liofil. Berikut ini
penjelasan yang lebih lengkap mengenai koloid liofil dan liofob:

4
a) Koloid liofil (suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik menarik yang cukup
besar antara fase terdispersi dan medium pendispersi. Contoh, disperse kanji, sabun,
deterjen.

b) Koloid liofob (tidak suka cairan) adalah koloid di mana terdapat gaya tarik-menarik yang
lemah atau bahkan tidak ada sama sekali antar fase terdispersi dan medium pendispersinya.
Contoh, disperse emas, belerang dalam air.

7. Dialisis

Pada pembuatan koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu
kesetabilan koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses
yang disebut dialisis.

Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan kedalam kantong koloid, lalu kantong
koloid itu di masukkan kedalam bejana yang berisi air mengalir (lihat gambar). Kantong
koloid terbuat dari selaput semipemeable, yaitu selaput yang dapat melewatkan partikel-
partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan koloid. Dengan
demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.

8. Koloid Liofil dan Koloid Liofob

Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung
di sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.

Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid
stabil, cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian
medium pendispersi dari elektrolit.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Produk Sistem Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari


Dalam kenyataannya, banyak produk industri yang diperlukan dalam kehidupan sekarang
ini berupa koloid, baik sebagai bahan makanan, bahan bangunan, maupun produk-produk lain.
Mengapa sistem koloid digunakan dalam produk industri? Salah satu ciri khas koloid, yaitu
partikel padat dari suatu zat dapat tersuspensi dalam zat lain, terutama dalam bentuk cairan. Hal
ini merupakan dasar dari berbagai hasil industri yang dibutuhkan manusia.

Jenis Industri Contoh Produk


Keju, mentega, susu, saus salad, jelly, agar-
Industri makanan
agar
Krim, pasta gigi, sabun, hair cream, skin
Industri kosmetika dan perawatan tubuh
spray, body lotion.
Industri bangunan Cat, tinta
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Minyak ikan, pensilin untuk suntikan,
Industri farmasi
salep, krim

Penggunaan koloid juga dapat menghasilkan campuran hasil industri tanpa saling
melarutkan secara homogen. Di samping itu juga bersifat stabil, sehingga dapat digunakan
dalam waktu yang relatif lama. Koloid yang dapat menstabilkan hasil industri ini dinamakan
koloid pelindung. Misalnya, es krim yang ditambah gelatin. Adanya gelatin dalam es krim
menyebabkan es krim tidak dapat meleleh.

6
B. Penerapan Sistem Koloid Dalam Kehidupan Sehari-hari

1. Bidang Industri

a) Mengurangi Polusi Asap Pabrik

Gas buangan pabrik yang mengandung asap dan


partikel berbahaya dapat diatasi dengan
menggunakan alat yang disebut pengendap cottrel.
Metode ini dikembangkan oleh Frederich Cottrell
(1877-1948) dari Amerika Serikat, dan dikenal
dengan metode Cottrell. Prinsip kerja alat ini
memanfaatkan sifat muatan (elektroforesis) dan
penggumpalan koloid sehingga gas yang dikeluarkan
ke udara telah bebas dari asap dan partikel berbahaya

Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong


asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang tajam
dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 sampai
75.000 volt). Ujung-ujung yang runcing akan
mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion
tersebut akan diadsorpsi oleh partikel asap dan
menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pada elektrode
yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan, yaitu
mencegah polusi udara oleh buangan beracun dan memperoleh kembali debu yang berharga
(misalnya debu logam).

7
b) Penggumpalan Lateks

Lateks merupakan suatu cairan berwarna putih


sampai kekuning-kuningan yang diperoleh dengan
cara penyadapan (membuka pembuluh latek) pada
kulit tanaman karet (Havea brasiliensis L). Partikel
karet murni (isoprene) tersuspensi dalam serum
lateks dan bergabung membentuk rantai panjang
yang disebut poliisoprene (C5H8).

Untuk memperoleh karet, partikel-partikel karet dipisahkan dari cairannya dengan


cara penggumpalan baik secara sengaja maupun alami. Pada prinsipnya, penggumpalan
terjadi akibat terganggunya faktor penunjang kestabilan sistem koloid lateks, misalnya
penurunan pH. Pada saat mulai keluar dari pohon hingga beberapa jam lateks masih
berupa cairan, tetapi setelah kira-kira 8 jam lateks mulai mengental dan selanjutnya
membentuk gumpalan karet. Di dalam proses penggumpalan lateks, terjadi perubahan sol
ke gel dengan pertolongan zat penggumpal. Penggumpalan dapat terjadi dengan
penambahan asam (menurunkan pH), sehingga koloid karet mencapai titik isoelektrik dan
terjadilah penggumpalan. Sehingga peranan pH sangat menentukan mutu karet.

Penggumpalan pada pH yang sangat rendah mengakibatkan warna karet semakin gelap
dan nilai modulus karet semakin rendah. Penggumpalan sengaja yang lazim dilakukan
saat ini adalah dengan penambahan asam, seperti asam format dan asetat untuk
menurunkan pH lateks. Sedangkan lateks dapat menggumpal secara alami akibat
terbentuknya senyawa-senyawa asam hasil perombakan karbohidrat dan lipid yang
terdapat di dalam lateks oleh mikroorganisme (Nazaruddin, 1998).

8
c) Penjernihan Air

Air mengandung kotoran koloid. Kotoran ini dapat dibersihkan keluar dengan
menggunakan elektrolit seperti Alum. Alum yang bermuatan ion positif Al3+ dapat
menarik kotoran koloid yang bermuatan negatif. Jadi Alum digunakan untuk
menghilangkan kotoran dan kotoran berada dalam larutan koloid.

Pengolahan air bersih secara lengkap didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu :

1. Adsorpsi  penyerapan ion pada permukaan koloid

2. Koagulasi  pengendapan/ penggumpalan partikel koloid

Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses penjernihan air antara lain : tawas
(Al2(SO4)3), karbon aktif, klorin/kaporit, kapur tohor, pasir.

Mekanisme penjernihan air di PDAM:

1. Air sungai dipompakan ke dalam bak prasedimentasi. Dalam bak prasedimentasi ini
lumpur dibiarkan mengendap karena pengaruh gravitasi. Lumpur yang mengendap
dibuang dengan pompa.

2. Kemudian air yang masih mengandung partikel – partikel lumpur yang berukuran sangat
kecil sehingga tidak dapat mengendap karena pengaruh gravitasi dialirkan ke dalam bak
ventury. Pada tahap ini air dicampur dengan Al2(SO4)3.18H2O (tawas). Ion Al3+ yang

9
terdapat pada tawas akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi:

Al3+ + 3H2O → Al(OH)3 + 3H+

Al(OH)3 yang terbentuk akan mengabsorpsi menggumpalkan dan mengendapkan


kotoran. Ion Al3+ akan menghilangkan muatan – muatan negatif dari partikel koloid seperti
tanah liat/lumpur, sehingga lumpur yang berukuran kecil menjadi flok – flok yang
berukuran besar (koagulasi). Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama dengan
tawas karena pengaruh gravitasi. Selain berfungsi supaya lumpur lebih mudah mengendap
koagulasi juga bertujuan untuk memudahkan lumpur untuk disaring. Selain itu, tawas
yang membentuk koloid Al(OH)3 juga dapat mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat
pencermar seperti detergen dan pestisida.

Selanjutnya ditambah gas klorin (preklorinasi) yang berfungsi sebagai pembasmi


hama (desinfektan) dan karbon aktif (bila tingkat kekeruhan air baku tinggi). Karbon aktif
ini berfungsi untuk menghilangkan bau, rasa, dan zat organik yang terkandung dalam air
baku.

3. Air yang setengah bersih kemudian dialirkan ke dalam bak saringan pasir. Dari bak
pasir diperoleh air yang hampir bersih, karena sisa flok akan tertahan oleh saringan pasir.

4. Air dalam bak pasir dialirkan ke dalam siphon. Di dalam siphon air yang hampir bersih
ditambahkan kapur untuk menaikkan pH dan gas klorin (post klorinasi) untuk mematikan
hama.

5. Air yang sudah memenuhi standar bersih dari bak siphon dialirkan ke reservoar.

6. Air siap dikonsumsi konsumen

Proses pengolahan air bersih pada industri pengolahan air bersih (PDAM) yang telah
diuraikan di atas disebut sebagai pengolahan air minum sistem konvensional.

10
2. Bidang Pangan

a) Pemutihan Gula

Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.


Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian
larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon. Partikel koloid akan mengadsorpsi zat
warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut
mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula
dapat berwarna putih.

b) Agar-Agar

Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan system
koloid yang disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin, sol ini
akan tetap berwujud cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan
dingin sol menjadi padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel.

c) Pektin

Pektin adalah tepung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan kulit jeruk.
Jika pektin didispersikan di dalam air, terbentuk sol yang kemudian memadat sehingga
membentuk gel. Pektin biasa digunakan untuk membuat selai.

d) Gelatin

Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang,
misalnya sapi. Jika gelatin didispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian
memadat dan membentuk gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang
kapsul. Agar-agar, pectin, gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan, seperti jelly
atau permen ng kenyal (gummy candies).

11
e) Proses Perebusan Telur

Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispresi berupa
protein. Jika telur tersebut direbus akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut
menggumpal.

f) Pembuatan Yoghurt

Susu dapat berubah menjadi yoghurt melalui fermentasi. Pada fermentasi susu akan
terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.

g) Pembuatan Tahu

Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga


terbentuk bubur kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu
CaSO4.2H2O yang disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan
membentuk tahu.

h) Penghilang Kotoran Pada Proses Pembuatan Sirup

Kadang-kadang gula masih mengandung pengotor sehingga jika dilarutkan tidak


jernih. Pada industri pembuatan sirup, untuk menghilangkan pengotor ini biasanya
digunakan putih telur. Setelah gula larut, sambil diaduk ditambahkan putih telur sehingga
putih telur tersebut menggumpal dan mengadsorpsi pengotor. Selain putih telur, dapat
juga digunakan zat lain, seperti tanah diatome atau arang aktif.

12
3. Bidang Kesehatan

a) Hemodialisis

Hemodialisis adalah proses pembersihan


darah dari zat-zat sampah, melalui proses
penyaringan di luar tubuh. Hemodialisis
menggunakan ginjal buatan berupa mesin
dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam
dengan istilah ‘cuci darah’.

Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan


oleh tabung di luar mesin yang bernama
dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses
pencucian, mirip dengan yang berlangsung di
dalam ginjal. Pada dialiser terdapat 2
kompartemen serta sebuah selaput di
tengahnya. Mesin digunakan sebagai pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu, dan
tekanan.

Aliran keluar ke penampungan dialisat.darah masuk ke salah satu kompartemen


dialiser. Pada kompartemen lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu cairan yang memiliki
komposisi kimia menyerupai cairan tubuh normal. Kedua kompartemen dipisahkan oleh
selaput semipermeabel yang mencegah dialisat mengalir secara berlawanan arah. Zat-zat
sampah, zat racun, dan air yang ada dalam darah dapat berpindah melalui selaput
semipermeabel menuju dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi peristiwa
difusi dan ultrafiltrasi. Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat
sampah dan racun, sehingga tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang
telah tersaring menjadi bersih dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang
menjadi kotor karena mengandung zat racun dan sampah, lalu dialirkan.

Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan


dalam dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan
dialirkan kembali ke dalam tubuh.

13
b) Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi
luka, maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung
ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat
netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

c) Penggunaan Arang Aktif

Arang aktif merupakan contoh dari adsorben yang dibuat dengan cara memanaskan
arang dalam udara kering. Arang aktif memiliki kemampuan untuk menjerap berbagai zat.
Obat norit (obat sakit perut) mengandung zat arang aktif yang berfungsi menyerap
berbagai zat dan racun dalam usus. Arang aktif ini juga digunakan para topeng gas, lemari
es (untuk menghilangkan bau), dan rokok filter (untuk mengikat asap nikotin dan tar)

d) Sebagai Deodoran

Deodoran mengandung aluminium klorida yang dapat mengkoagulasi atau


mengendapkan protein dalam keringat.endapan protein ini dapat menghalangi kerja
kelenjer keringat sehingga keringat dan potein yang dihasilkan berkurang.

3. Bidang Lingkungan
a) Pembentukan Delta Di Muara Sungai

Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan
negatif. Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan
positif. Ketika air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan
menetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi yang akan
membentuk suatu delta.

4. Bidang Kosmetik

Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, hal ini disebabkan sifat
karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak
dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Salah
satu kegunaan koloid adalah sebagai bahan kosmetik.

14
Bahan – bahan kosmetika sangat banyak jenisnya, akan tetapi pada prinsipnya hampir
90% dari bahan itu dibuat dalam keadaan koloid. Hal itu disebabkan sifat koloid yang mudah
menyerap pewangi dan pewarna, lembut, mudah dibersihkan, tidak merusak kulit dan rambut
dan sekaligus mengandung dua macam bahan yang tidak dapat saling larut.

Macam macam bentuk bahan kosmetik sebagai berikut :

 Bahan kosmetika yang berbentuk aerosol, misalnya parfum dan deodorant spray, hair
spray, dan penghilang bau mulut yang disemprotkan.

 Bahan kosmetika yang berbentuk sol, misalnya susu pembersih muka dan kulit, cairan
untuk masker, dan cat kuku.

 Bahan kosmetika yang berbentuk emulsi, misalnya susu pembersih muka dan kulit.

 Bahan kosmetika yang berbentuk gel, misalnya deodorant stick dan minyak rambut
(jelly).

 Bahan kosmetika yang berbentuk buih, misalnya sabun cukur dan sabun kecantikan.

 Bahan kosmetika yang berbentuk sol padat misalnya pemerah bibir, pensil alis dan
maskara

5. Bidang Kebutuhan Rumah Tangga

a) Sabun dan Detergen

Sabun dan detergen merupakan bahan pembersih yang penggunaannya untuk


membersihkan benda-benda dari kotoran. Misalkan untuk mencuci alat dapur, mencuci
baju, mandi, mencuci tangan dan sampo. Jenis koloid ini dapat mencemari air berupa
limbah yang berasal dari pemukiman. Selain dari pemukiman juga bisa berasal dari limbah
industri, seperti logam berat (misalnya logam Pb dan Hg).

15
Sabun dengan detergen memiliki perbedaan, yaitu :

Membersihkan benda-benda dengan mencuci memakai sabun maupun detergen


didasarkan pada prinsip absorpsi. Absorpsi adalah peristiwa ketika permukaan suatu zat
dapat menyerap zat lain. Berbeda dengan absorpsi pada umumnya, penyerapan yang
hanya sampai ke bagian dalam di bawah permukaan suatu zat, suatu koloid mempunyai
kemampuan mengabsorpsi ion-ion. Hal itu terjadi karena koloid tersebut mempunyai
permukaan yang sangat luas. Buih sabun mempunyai permukaan yang luas sehingga
mampu mengemulsikan kotoran yang melekat pada benda.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Koloid memiliki aplikasi luas mencakup banyak material yang ada di alam maupun yang
dikembangkan di industri, seperti kosmetik, obat-obatan, pengolahan air minum, sampai
material bangunan. Penerapan system koloid ini menggunakan prinsip atau sifat-sifat yang
dimiliki oleh koloid itu sendiri, misalnya adsorbsi, koagulasi, elektroforesis, dll.

Di bidang industri, penerapan koloid contohnya mengurangi polusi asap pabrik


menggunakan alat Cottrel, penggumpalan lateks, dan penjernihan air. Di bidang pangan,
penerapan koloid contohnya pemutihan gula, agar-agar, pectin, gelatin, proses perebusan telur,
pembuatan yoghurt, pembuatan tahu, dan pengilang kotoran pada proses pembuatan sirup. Di
bidang kesehatan, penerapan koloid contohnya hemodialisis, penggumpalan darah, penggunaan
arang aktif, dan deodoran. Sedangkan contoh peristiwa aplikasi koloid lainnya adalah
pembentukan delta di muara sungai.

B. Saran

Sebaiknya dalam memanfaatkan penerapan sistem koloid ini, kita harus tetap berpegang
teguh pada prinsip agar apapun yang nantinya akan kita lakukan tidak melanggar norma-norma
yang berlaku di masyarakat serta tidak merugikan pihak lain. Dengan begitu semua pihak akan
merasa diuntungkan oleh apa yang kita lakukan. Dan juga setelah membaca artikel ini,
sebaiknya pembaca mendalami lebih jauh lagi atau menerapkan prinsip di sistem koloid dalam
kehidupan sehari-hari.

17

Anda mungkin juga menyukai