Anda di halaman 1dari 17

Cicilia Sinaga

102016170
E1
Identifikasi istilah

Rumusan masalah Mind map


- Ananmnesis
• Anak usia 10 tahun dengan keluhan nyeri tenggorok - Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
- WD dan DD
Hipotesis - Etiologi
- Epidemiologi
• Anak tersebut menderita tonsillitis kronis - Patofisiologi
eksaserbasi akut - Tatalaksana
- Pencegahan
- Komplikasi
- Prognosis
Faring terletak dibelakang cavum nasi,
mulut, dan laring. Bentuknya mirip corong
dengan bagian atasnya yang lebar terletak
di bawah cranium dan bagian bawahnya
yang sempit dilanjutkan sebagai
eosophagus setinggi vertebra cervicalis
enam. Dinding faring terdiri atas tiga lapis
yaitu mukosa, fibrosa, dan muscular.

Berdasarkan letak, faring dibagi atas tiga


bagian yaitu : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring.
 Allo anamnesis
 Identitas
 Keluhan utama, RPS, RPD, RPK, RP Sosial

Dalam kasus pasien datang dengan keluhan rasa nyeri tenggorokan


sejak 3 hari yang lalu. Dimana nyeri yang dirasakan hilang timbul
terutama saat menelan. Terdapat demam dan batuk. Pasien mengaku
tidak ada pembesaran dilehernya namun, merasa mendengkur saat
tidur.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
penunjang

• Kesadran umum : tampak sakit sedang 1. Pemeriksaan


• Kesadaran : compos mentis darah lengkap
• TTV : normal, kecuali suhu 380C

• PF THT
-Telinga dan hidung : normal
-Tenggorokan : Tonsil T3-T3 hiperemis.
Dendrites +/+ berisi kriptus

TO : tonsil masuk di dalam fossa atau sudah diangkat


T1 : <25% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T2 : 25-50% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T3 : 50-75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
T4 : > 75% volume tonsil dibandingkan dengan volume orofaring
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronis Tonsilitis Kronis
Eksaserbasi akut

Hiperemis dan edema Hiperemis dan edema Memebesar/ mengecil tapi tidak hiperemis

Kripte tak melebar Kripte melebar Kripte melebar

Detritus (+ / -) Detritus (+) Detritus (+)

Perlengketan (-) Perlengketan (+) Perlengketan (+)

Antibiotika, analgetika, Sembuhkan radangnya, Jika perlu lakukan tonsilektomi 2 – 6 Bila mengganggu lakukan
obat kumur minggu Tonsilektomi
setelah peradangan tenang
Tonsilisitis
kronis
eksaserbasi
akut

Bermula dari tonsilisitis akut yaitu terjadi peradangan pada tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin waldeyer. Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis
Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis.
Tonsilisitis kronis eksaserbasi akut ditandai dengan gejala nyeri tenggorokan sejak
3 hari yang lalu, pelebaran tonsil T3-T3 hiperemis dan kriptus yang terisi oleh
dendritus beserta keluhan tidur yang mendengkur.
Tonsilisitis akut berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan
tidak jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang keadaan tonsil diluar serangan
terlihat membesar disertai dengan hiperemi ringan yang mengenai pilar anterior
dan apabila tonsil ditekan keluar detritus.

Tonsilisitis akut
berulang
 Penyebaran infeksi dapat melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman.
 Serangan tonsilisitis akut berulang
 Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr
Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA)
 Bakteri gram positif penyebab tersering Tonsilofaringitis Kronis yaitu Streptokokus
alfa, Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, Stafilokokus
epidermidis dan kuman gram negatif berupa Enterobakter, Pseudomonas
aeruginosa, Klebsiella dan E. coli
 Faktor predisposisi timbulnya tonsillitis kronis adalah rangsangan menahun dari
rokok, beberapa jenis makanan, hygine mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
 Data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis
kronis sebesar 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%.
 Pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan
tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4%
diantaranya merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis.
 Data medical record tahun 2010 di RSUP dr M. Djamil Padang bagian THTKL
subbagian laring faring, ditemukan tonsilitis sebanyak 465 dari 1110 kunjungan di
Poliklinik subbagian laring faring dan yang menjalani tonsilektomi sebanyak 163
kasus. Sedangkan insiden tonsilitis kronis di RSUP dr Kariadi Semarang 23,36%
sebagian besar diantaranya pada usia 6-15 tahun.
 Nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap dan obstruksi pada saluran cerna dan
saluran napas

 Gejala demam, namun tidak mencolok

 Tonsil membesar permukaan tidak rata

 Kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh dedritus

 Rasa ada yang mengganjal di tenggorok

 Napas berbau
Penularan lewat
droplet Pembendungan Proses radang
Epitel terkikis Infiltrasi PMN
radang berulang
Kuman invasi
lapisan epitel Epitel mukosa&
jaringan limfoid

Diganti oleh
jaringan parut

Patofisiologi
Infeksi pengerutan
berulang di
tonsil
Kripti melebar
Fungsi
diisi dedritus
pertahanan
tubuh berubah
Timbul Menembus
perlengketan kapsul
Sarang infeksi
dgn jaringan
sekitar
 Medika mentosa

Pemberian antibiotika sesuai kultur bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis

 Cephaleksin + Metronidazole, Klindamisin (terutama jika disebabkan mononukleosis atau

abses)

 Amoksisilin + Asam klavulanat ( jika bukan disebabkan mononukleosis)


 Non medika mentosa

Indikasi tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology – Head and Neck Surgery
Clinical Indicators Compendium tahun 1995 menetapkan
 Serangan tonsillitis lebih dari 3 kali pertahun walaupun telah mendapatkan terapi yang adekuat.
 Tonsil hipertrofi yang menimbulkan maloklusi gigi dan menyebabkan gangguan pertumbuhan
orofacial.
 Sumbatan jalan nafas yang berupa hipertrofi tonsil dengan sumbatan jalan nafas, sleep apneu,
gangguan menelan, gangguan berbicara, dan cor pulmonale.
 Rhinitis dan sinusitis yang kronis, peritonsilitis, abses peritonsil yang tidak hilang dengan
pengobatan.
 Nafas bau yang tidak berhasil dengan pengobatan.
 Tonsillitis berulang yang disebabkan oleh bakteri grub A Streptokokus beta hemolitikus.
 Hipertrofi tonsil yang dicurigai adanya keganasan.
 Otitis media efusi atau otitis media supuratif.
Pencegahan
Sikat gigi yang telah
lama sebaiknya diganti
untuk mencegah infeksi Prognosis
berulang. Orang – orang
yang merupakan karier Baik, jika penanganan
tonsilitis sebaiknya
sering mencuci tangan cepat dan istirahat
untuk mencegah cukup
penyebaran infeksi pada
orang lain

Komplikasi
Daerah sekitarnya : rhinitis kronik,
sinusitis atau otitis media secara
perkontinuitatum
Komplikasi jauh : secara hematogen
atau limfogen (endokarditis, artritis,
myositis, nefritis uveitis, iridosiklitis,
dermatitis, pruritus, urtikaria, dan
furunkolosis)
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik anak tersebut didiagnosis

Thankyou
menderita tonsilitis kronis eksaserbasi akut. Ditandai dengan nyeri tenggorokan yang
dirasakan saat menelan, mendengkur saat tidur, dan demam sejak 3 hari yang lalu.
Ditemukan pembesaran tonsil T3-T3 hiperemis dan terdapat dendritus di dalam
kripta. Terapi pada pasien ini adalah dilakukannya tonsilektomi untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut dan prognosisnya baik jika dilakukan penanganan yang tepat.

Hipotesis diterima

Anda mungkin juga menyukai