Anda di halaman 1dari 20

FRAKTUR

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN


GENGGONG - PROBOLINGGO
DEFINISI
 Fraktur adalah terputusnya tulang dan ditentukan sesuai
dengan jenis dan luasnya (Wijaya & Putri, 2013 : 235).
 Fraktur tulang terjadi apabila resistensi tulang terhadap
tekanan menghasilkan daya untuk menekan
KERUSAKAN
Beberapa proses penyembuhan tulang adalah sebagai berikut (Oryan,
2015)

 Jenis penyembuhan ini melibatkan pembentukan tulang


intramembran dan remodeling kortikal langsung tanpa
pembentukan jaringan eksternal (kalus).
fragmen yang patah tetap tersuplai darah, tidak ada infeksi
immobilitas
Penyembuhan primer atau langsung +
Cont..
 Penyembuhan tulang tidak langsung adalah proses
memerintahkan perbaikan dan reorganisasi tulang
( osteoclast – osteoblast)
FASE PENYEMBUHAN TULANG

1. Fase Inflamatori hematoma – hipoksia – pembelahan sel


– migrasi ke lokasi fraktur – tahap penyembuhan
2. Fase Proliferasi ditandai oleh pembentukan kalus dan
dimulai dengan pertumbuhan pembuluh darah yang
berlanjut.
3. Fase Remodeling osteoklas membuat lubang erosif pada
permukaan tulang yang dikenal sebagai 'kekosongan
Howship.' Setelah selesai, osteoblas dapat merebahkan baru
tulang di permukaan yang terkikis (Oryan, 2015).
ETIOLOGI

 CederaTraumatik Cedera traumatic pada tulang dapat


disebabkan oleh :
1. Cedera langsung
2. Cedera tidak langsung
3. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras
4. Fraktur patologik
Klasifikasi Klinis

 Klasifikasi fraktur menurut Sjamsuhidayat (2010) dalam


Wijaya,dkk (2013 : 237) yaitu :
1. Fraktur Tertutup (simple Fraktur), adalah fraktur dengan
kulit yang tidak tembus oleh fragmen tulang
2. Fraktur Terbuka (compound Fraktur), adalah frktur dengan
kulit ekstremitas yang terlibat telah ditembus,
Cont..
Karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibagi atas
3 derajat, yaitu :
Grade 1 : sakit jelas dan sedikit kerusakan kulit.
1. Luka < 1 cm
2. Kerusakan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk
3. Fraktur sederhana, transversal, atau kominutif ringan
4. Kontaminasi minimal.
Grade II : Fraktur terbuka dan sedikit kerusakan kulit.
1. Laserasi < 1cm
2. Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap atau avulse.
3. Fraktur kominutif sedang
4. Kontaminasi sedang
Grade III : Banyak sekali jejas kerusakan kulit, otot jaringan saraf dan pembuluh darah serta
luka sebesar 6-8 cm.
MANIFESTASI KLINIS

Beberapa tanda dan gejala terjadinya fraktur (Kusuma, 2015) adalah


sebagai berikut :
1. Nyeri, akibat dari pelepasan mediator nyeri oleh terputusnya
kontinuitas jaringan otot, tulang dan pembuluh darah.
2. Deformitas akibat kehilangan kelurusan (alignment) yang
dialami.
3. Pembengkakan akibat vasodilatasi dalam infiltrasi leukosit serta
selsel mast.
4. Repitasi, saat ekstremitas diperiksa di tangan, teraba adanya
derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan
antara fragmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
tanda ini terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. X-ray : untuk menentukan luas/lokasi fraktur.


2. Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,
mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya
kerusakan vaskuler.
4. Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat,
menurun pada perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon
terhadap peradangan.
5. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kretinin untuk
klirens ginjal.
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
tranfusi atau cedera hati (Wijaya & Putri, 2013 : 241).
KONDISI KEGAWATDARURATAN

 Close Fraktur
1. Epidural Hematoma akibat arteri/vena perdarahan tersebut
akan menimbulkan menekan jaringan – jaringan sekitarnya,
sehingga vaskularisasi akan terjadi penghambatan.
2. Flat Emboli akibat Globula lemak kemudian bergabung dengan
trombosit membentuk emboli yang dapat menyumbat pembuluh
darah kecil yang memasok darah ke otak, paru-paru, ginjal dan
organ lainnya.
 Open fraktur
1. Pendarahan Arteri Besar
2. Crush Syndrome (kerusakan otot)
3. Sindroma Kompartemen (tekanan pada otot)
KONSEP LIFTING DAN MOVING Pre-Hospital

 MOVING
Imobilisasi Fraktur
Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin
dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur.
Pemeriksaan Radiologi
umumnya pemeriksaan radiologis pada trauma skeletal merupakan bagian dari survey sekunder.
 LIFTING
1. Immobilisasi
Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal. - Pasien yang mengalami kecelakaan dan diduga mengalami
trauma haruslah di mobilisasi pada arah serviks menggunakan papan yang diletakkan di tulang belakang - Lakukan pemeriksaan
neurologis dan pantau adanya tanda-tanda penurunan fungsional. Pantau adanya tanda henti nafas. Batasi aktifitas fisik. (Fournier,
Joseph. 2016) - Pasien diangkat atau dibawa dengan cara 4 men lift atau menggunakan Robinson’s orthopaedic stretche (Hanafiah,
Hafas. 2010)
2. Stabilisasi Medis= Lakukan tindakan Pemeriksaan vital signs, Pasang
nasogastric tube, Pasang kateter urin , Segera normalkan vital signs,
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik,
Berikan oksigen, monitor produksi urin, Bila perlu monitor AGDA
(analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock, Pemberian
megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu 6
jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.
3. Mempertahankan posisi normal vertebra (Spinal Alignment)
4. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
5. Rehabilitasi= Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin.
Termasuk dalam program ini adalah bladder training, bowel training,
latihan otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi – fungsi neurologik
dan program kursi roda bagi penderita paraparesis atau paraplegia
PENATALAKSANAAN

 PADA FRAKTUR TERTUTUP


1. Metode Perkin
2. Metode Balance Skeletal Traction
3. Traksi Kulit Bryant
4. Traksi Russel
 FRAKTUR TERBUKA
Penanganan awal fraktur terbuka tetap mengedepankan keadaan umum (life – threatening) pasien
terlebih dahulu yaitu : memasang cairan intravena dua jalur, pemeriksaan klinis dan radiologi
terhadap toraks, abdomen, cervical dan lain-lain, pemeriksaan laboratorium seperti darah rutin
dan urinalisa dan pemeriksaan lain sesuai indikasi. Hal yang paling penting dalam penangan fraktur
terbuka adalah untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi.
1. Debridement
2. Stabilisasi fraktur
DISLOKASI SENDI

 Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (Kapita Selecta Kedokteran, 2012).
 ETIOLOGI= Cedera olah raga, Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga, Benturan keras pada
sendi,
 KLASIFIKASI=
1. Dislokasi congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang.
3. Dislokasi traumatic
 MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas pada persendiaan
2. Gangguan gerakan
3. Pembengkakan
 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar-X (Rontgen)
2. CT Scan
3. MRI
KONDISI KEGAWATDARURATAN

 Sendi yang terkena harus di imobilisasi saat pasien


dipindahkan.Pada saat Dislokasi sendi ini harus segera
dilakukan reposisi atau dislokasi reduksi yaitu dikembalikan
ke tempat semula dengan menggunakan anestesi, misalnya
bagian yang bergeser dikembalikan ke tempat semula yang
normal.Dislokasi sendi kecil dapat direposisi di tempat
kejadian tanpa anestesi.
 Sendi kemudian di imobilisasi dengan pembalut, bidai, gips,
atau traksi dan dijaga tetap dalam posisi stabil. Beberapa hari
sampai satu minggu setelah reduksi, dilakukan mobilisasi
dengan gerakan aktif lembut 3 – 4 x sehari yang berguna
untuk mengembalikan kisaran gerak sendi.
PENATALAKSANAAN HOSPITAL
AMPUTASI , SPRAIN & STRAIN

 Amputasi diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian seperti kaki, tanggan, lutut,
atau seluruh bagian ekstremitas (Wright, 2014), Amputasi dilakukan ketika ekstremitas sudah tidak
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain atau terdapatnya kondisi yang dapat
membahayakan keselamatan tubuh atau merusak organ tubuh yang lain.
 Etiologi
1. Amputasi minor
2. Mayor
 INDIKASI dan KONTRAINDIKASI
1. akibat penyakit vaskular perifer
2. nyeri atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi
3. infeksi yang menyebar secara luas dan tidak responsif
 KOMPLIKASI
Komplikasi pasca operasi
 Komplikasi khusus untuk operasi amputasi meliputi komplikasi lokal seperti hematoma tunggul,
nekrosis flap, atau infeksi. Masalah psikologis dan depresi sering terjadi setelah amputasi, sebagai
bagian dari adaptasi emosional terhadap kehilangan anggota tubuh.
STRAIN DAN SPRAIN

 Sprain adalah cedera yang terjaadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada ligament dan kapsul sendi
yang memberika stabilitas sendi. Sprine terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang
normal,seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki (Wahid, 2013, hal.61)
 Strain adalah bentuk cidera berupa kerobekan pada struktur muskulo tendinous (otot dan tendon). Strain akut
pada struktur muskulo tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Biasanya strain terjadi
karena adanya otot yang terulur dan berkontraksi secara mendadak (Wahid, 2013 hal.61)
 ETIOLOGI
1. Terjatuh atau kecelakan
2. Pukulan
3. Tidak melakukan pemanasan
Dengan melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur.
Etiologi dari strain (Wahid, 2013 hal.61) :
 Pada strain akut, ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak.
 Pada strain kronis, terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan atau tekanan berulang-ulang,
menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
 KLASIFIKASI
1. Derajat I (ringan)
2. Derajat II (sedang)
3. Derajat III (berat)
Cont..
 Patofisiologi
1. Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya
yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja.
2. Sedangkan Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau
ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring
(otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps.
 PENATALAKSANAAN
1. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest,
ice, compression, elevation)
 KOMPLIKASI
Komplikasi Sprain meliputi (Wahid, 2013 hal.67) :
1. Dislokasi berulang
2. Gangguan fungsi ligamen
Komplikasi strain yang mungkin terdapat meliputi (Wahid, 2013 hal.67) :
1. MiosRuptura total otot yang memerlukan perbaikan melalui pembedahan.
2. itis osifikan (inflamasi kronis dengan endapan menyerupai tulang) akibat klasifikasi jaringan parut
(koplikasi lanjut).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai