Close Fraktur
1. Epidural Hematoma akibat arteri/vena perdarahan tersebut
akan menimbulkan menekan jaringan – jaringan sekitarnya,
sehingga vaskularisasi akan terjadi penghambatan.
2. Flat Emboli akibat Globula lemak kemudian bergabung dengan
trombosit membentuk emboli yang dapat menyumbat pembuluh
darah kecil yang memasok darah ke otak, paru-paru, ginjal dan
organ lainnya.
Open fraktur
1. Pendarahan Arteri Besar
2. Crush Syndrome (kerusakan otot)
3. Sindroma Kompartemen (tekanan pada otot)
KONSEP LIFTING DAN MOVING Pre-Hospital
MOVING
Imobilisasi Fraktur
Tujuan Imobilisasi fraktur adalah meluruskan ekstrimitas yang cedera dalam posisi seanatomis mungkin
dan mencegah gerakan yang berlebihan pada daerah fraktur.
Pemeriksaan Radiologi
umumnya pemeriksaan radiologis pada trauma skeletal merupakan bagian dari survey sekunder.
LIFTING
1. Immobilisasi
Yang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal. - Pasien yang mengalami kecelakaan dan diduga mengalami
trauma haruslah di mobilisasi pada arah serviks menggunakan papan yang diletakkan di tulang belakang - Lakukan pemeriksaan
neurologis dan pantau adanya tanda-tanda penurunan fungsional. Pantau adanya tanda henti nafas. Batasi aktifitas fisik. (Fournier,
Joseph. 2016) - Pasien diangkat atau dibawa dengan cara 4 men lift atau menggunakan Robinson’s orthopaedic stretche (Hanafiah,
Hafas. 2010)
2. Stabilisasi Medis= Lakukan tindakan Pemeriksaan vital signs, Pasang
nasogastric tube, Pasang kateter urin , Segera normalkan vital signs,
Pertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik,
Berikan oksigen, monitor produksi urin, Bila perlu monitor AGDA
(analisa gas darah), dan periksa apa ada neurogenic shock, Pemberian
megadose Methyl Prednisolone Sodium Succinate dalam kurun waktu 6
jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis.
3. Mempertahankan posisi normal vertebra (Spinal Alignment)
4. Dekompresi dan Stabilisasi Spinal
5. Rehabilitasi= Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin.
Termasuk dalam program ini adalah bladder training, bowel training,
latihan otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi – fungsi neurologik
dan program kursi roda bagi penderita paraparesis atau paraplegia
PENATALAKSANAAN
Dislokasi ialah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan suatu
kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera (Kapita Selecta Kedokteran, 2012).
ETIOLOGI= Cedera olah raga, Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga, Benturan keras pada
sendi,
KLASIFIKASI=
1. Dislokasi congenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang.
3. Dislokasi traumatic
MANIFESTASI KLINIS
1. Deformitas pada persendiaan
2. Gangguan gerakan
3. Pembengkakan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar-X (Rontgen)
2. CT Scan
3. MRI
KONDISI KEGAWATDARURATAN
Amputasi diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian seperti kaki, tanggan, lutut,
atau seluruh bagian ekstremitas (Wright, 2014), Amputasi dilakukan ketika ekstremitas sudah tidak
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain atau terdapatnya kondisi yang dapat
membahayakan keselamatan tubuh atau merusak organ tubuh yang lain.
Etiologi
1. Amputasi minor
2. Mayor
INDIKASI dan KONTRAINDIKASI
1. akibat penyakit vaskular perifer
2. nyeri atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi
3. infeksi yang menyebar secara luas dan tidak responsif
KOMPLIKASI
Komplikasi pasca operasi
Komplikasi khusus untuk operasi amputasi meliputi komplikasi lokal seperti hematoma tunggul,
nekrosis flap, atau infeksi. Masalah psikologis dan depresi sering terjadi setelah amputasi, sebagai
bagian dari adaptasi emosional terhadap kehilangan anggota tubuh.
STRAIN DAN SPRAIN
Sprain adalah cedera yang terjaadi karena regangan berlebihan atau terjadi robekan pada ligament dan kapsul sendi
yang memberika stabilitas sendi. Sprine terjadi ketika sendi dipaksa melebihi lingkup gerak sendi yang
normal,seperti melingkar atau memutar pergelangan kaki (Wahid, 2013, hal.61)
Strain adalah bentuk cidera berupa kerobekan pada struktur muskulo tendinous (otot dan tendon). Strain akut
pada struktur muskulo tendinous terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Biasanya strain terjadi
karena adanya otot yang terulur dan berkontraksi secara mendadak (Wahid, 2013 hal.61)
ETIOLOGI
1. Terjatuh atau kecelakan
2. Pukulan
3. Tidak melakukan pemanasan
Dengan melakukan pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur.
Etiologi dari strain (Wahid, 2013 hal.61) :
Pada strain akut, ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak.
Pada strain kronis, terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan atau tekanan berulang-ulang,
menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
KLASIFIKASI
1. Derajat I (ringan)
2. Derajat II (sedang)
3. Derajat III (berat)
Cont..
Patofisiologi
1. Sprain adalah kekoyakan (avulsion) seluruh atau sebagian dari dan disekeliling sendi, yang disebabkan oleh daya
yang tidak semestinya, pemelintiran atau mendorong / mendesak pada saat berolah raga atau aktivitas kerja.
2. Sedangkan Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau
ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha),hamstring
(otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps.
PENATALAKSANAAN
1. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah prinsip RICE (rest,
ice, compression, elevation)
KOMPLIKASI
Komplikasi Sprain meliputi (Wahid, 2013 hal.67) :
1. Dislokasi berulang
2. Gangguan fungsi ligamen
Komplikasi strain yang mungkin terdapat meliputi (Wahid, 2013 hal.67) :
1. MiosRuptura total otot yang memerlukan perbaikan melalui pembedahan.
2. itis osifikan (inflamasi kronis dengan endapan menyerupai tulang) akibat klasifikasi jaringan parut
(koplikasi lanjut).
TERIMAKASIH