Anda di halaman 1dari 9

TUGAS SEJARAH PEMINATAN

(PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI DI INDONESIA)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK : 5

1. Diva Miranda 4. Endri Susanto


2. Dewi Yudanti 5. Fasha Fikarussyifa
3. Dwi Ratusyah Putri 6. Mia Julia
4. Eva Anggraini
KELAS : X IPS 1

SMA NEGERI 1 KALIANDA


JL. KOLONEL MAKMUN RASYID NO. 149 KALIANDA
LAMPUNG SELATAN
TP. 2018/2019
PERKEMBANGAN HISTORIOGRAFI DI INDONESIA

Historiografi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup


pesat. Perkembangan historiografi di Indonesia di sebabkan oleh
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di negeri ini. Historiografi
telah mengalami beberapa fase peristiwa penting, mulai dari
masuknya Hindu-Buddha, masuknya Islam, penjajahan yang sangat
lama oleh beberapa negara, kemudian Indonesia merdeka sebagai
hasil perjuangan rakyat indonesia sendiri hingga menjalani
kehidupan modern di zaman seperti ini. Dengan adanya beberapa
fase tersebut, historiografi Indonesia dapat terbagi menjadi
historiografi tradisional, kolonial, dan Indonesia modern (nasional).
1. Historiografi Tradisional
Historiografi tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman
Hidnu-Buddha sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia.
Historiografi tradisional dapat dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu historiografi
tradisional kuno, historiografi tradisional tengah, historiografi tradisional
baru.

a. Historiografi Tradisional Kuno


ciri - ciri historiografi tradisional kuno, yaitu hasil terjemahan
kebudayaan Hindu, bersifat religiomagis dan kratonsentris, serta
bertujuan untuk manaikkan Kasta Brahmana.

b. Historiografi Tradisional Menengah


ciri-ciri historiografi tradisional menengah, yaitu peristiwanya terjadi di
luar istana, serta bersifat etnosenstris, naratif-konsepsional, dan
nonofficial.

c. Historiografi Tradisional Baru


ciri-ciri historiografi tradisional baru, yaitu nsur-unsurnya bergaya Islam
Jawa (mitologis) serta bersifat kronologis, etnosentris, dan feodalistik.
Dari keseluruhan uraian tersebut apabila dirangkum maka historiografi
tradisional bercirikan sebagai berikut :
a. Bersifat istana / keraton sentries.
b. Bersifat religio magis,
c. Bersifat regio-sentrisme
d. Bersifat etnosentrisme
e. Bersifat psikopolitis

Adapun tujuan dari historiografi tradisional sebagai berikut :


a. Untuk menunjukkan kesinambungan yang kronologis.
b. Untuk meningkatkan solidaritas dan integrasi dibawah kekuasaan
pusat.
c. Untuk membuat simbol identitas baru.
d. Untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja dan nama raja,
serta wibawa raja.
2. Historiografi Kolonial

Historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang


membahas masalah penjajahan atas bangsa Indonesia oleh
Belanda. Beberapa contoh karya historiografi kolonial sebagai
berikut
a. “History of Java” karya Thomas Stanford Raffles;
b. “Geschiedenis van indonesia” (Sejarah Indonesia) karya H.J.
de Graaf;
c. “Geschiedenis van den Indischen Archipel” (Sejarah
Nusantara) karya B.H.M. Vleke;
d. “Schets ener aconomische Geschhiedenis van Nederlands”
(Sejarah Ekonomi Hindia Belanda) karya G. Gonggrijp.
e. “Indonesian Trade and Society” karya Y.C. Van Leur;
f. “Indonesian Sociological Studies” Karya Schrieke; dll.
3. Historiografi Indonesia Modern

Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya


pada tanggal 17 Agaustus 1945, muncul kesadaran tentang kebutuhan
penulisan buku sejarah oleh anak bangsa. Sebelumnya, penulisan sejarah
umumnya dilakukan oleh orang Belanda sehingga berfokus pada
masyarakat Belanda di Indonesia. Sekiranya terdapat pembahasan
tentang bangsa indonesia tentunya dari perspektif Barat. Oleh karena
itu, muncul pemikiran untuk menulis sejarah oleh orang indonesia
sendiri. Penulisan sejarah ini dilakukan melalui penyadurn dengan
membalikkan posisi pelaku sejarah.
Model historiografi Indonesia bergeser dari sifat yang
Belandasentris menjadi Indonesiasentris (nasional). Label
“pemberontak” bagi Belanda seperti terhadap Teuku Umar misalnya,
berganti menjadi “pahlawan” bagi bangsa Indonesia. Sartono Kartodirdjo
mengatakan bahwa secara umum karya-karya penulisan sejarah periode
ini (post revolusi) merupakan ekspresi dari semangat nasionalistis yang
berkobar-kobar dalam menentang bangsa asing.
Sementara itu, Seminar Sejarah Indonesia pertama mendorong
penulisan sejarah yang bersifat Indonesia Sentris dengan ciri berikut:
a. Bersifat kritis analitis menggunakan pendekatan
multidimensional.
b. Menonjolkan peran bangsa indonesia.
c. Menggunakan micro history sehingga menghasilkan sejarah
populis, bukan elitist.
d. Mengingat adanya character and nation building.
e. Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri,
mereka yang memahami dan menjiwai, dengan tidak
meninggalkan syarat-syarat ilmiah.
Untuk melaksanakan aspirasi yang berkembang dalam seminar sejarah
yang kedua itu, akhirnya pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan SK. No. 0173/1970 mengangkat Panitia Penyusunan
Buku Standard Sejarah Nasional Indonesia berdasarkan Pancasila yang
dapat digunakan di Perguruan Tinggi dan sekaligus akan dijadikan bahan
dari buku teks sejarah untuk Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah
Menengah Atas. Panitia ini berhasil menyusun buku teks Sejarah Nasional
sebanyak enam jilid.

Buku tersebut disusun dengan priodisasi sebagai berikur :


a. Jilid I, zaman Prasejarah di Indonesia.
b. Jilid II, zaman Kuno (awal Masehi sampai 1600 M).
c. Jilid III, zaman Pertumbuhan dan Perkembangan kerajaan-kerajaan
Islam di Indonesia (1600 M – 1800 M).
d. Jilid IV, abad kesembilan belas (1800 M – 1900 M).
e. Jilid V, zaman kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda
(1800 – 1900 M).
f. Jilid VI, zaman Jepang dan zaman Republik Indonesia (1942 –
sekarang).

Anda mungkin juga menyukai