Anda di halaman 1dari 22

 Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemberian pelayanan

keperawatan melalui suatu proses keperawatan kepada individu,


masyarakat maupun keluarga yang membutuhkan pelayanan
keperawatan.
 Kegawat daruratan adalah suatu kondisi dimana seseorang
mengalami suatu keadaan yang mengancam jiwanya dan
membutuhkan pertolongan dengan segera ( EMS 119 Jakarta, 2009
)
 Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat
trauma ( dr. Jan Tmabayong, 2000 )
 Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang ( Brunner , 1996 )
 Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada fraktur adalah suatu
pelayanan keperawatan melalui tahap / proses keperawatan
kepada individu yang mengalami suatu keadan yang mengancam
jiwanya karena individu tersebut mengalami terputusnya
kontinuitas tulang
Menurut Sjamsu Hidayat ( 1998 ), penyebab
fraktur adalah :
 Trauma langsung

 Tekanan yang berulang-ulang

 Kelemahan abnormal pada tulang

Menurut Barbara C. Long ( 1996 ), penyebab


fraktur adalah :
 Trauma

 Fraktur patologik

 Keletihan ( fatique )
Menurut Handayani ( 1998 ), Aton (1993 ), dan Long ( 1996 ), raktur dapat
dibedakan menjadi berikut :
 Berdasarkan tulang yang mengalami fraktur misal fr. Humerus, fr.
Tibialis dan sebagainya.
 Berdasarkan garis fraktur yang terjadi :
A. Fraktur komplet, jika garis patah melalui seluruh penampang tulang.
B. Fraktur inkompletus, jika garis patah tidak melalui seluruh
penampang tulang.
 Berdasarkan jumlah garis patah
a. Fraktur komunitif : garis patah lebih dari satu dan saling
berhubungan
b. Fraktur segmental : garis patah lebih dari satu dan tidak saling
berhubungan
c. Fraktur multiple : garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang
berlainan
Berdasarkan posisi fragmen
 Displaced : fragmen tulang bergeser dari tempat yang
seharusnya
 Undisplaced : fragmen tulang tidak bergeser
Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar
 Fraktur terbuka : terdapat hubungan antara fragmen
fraktur dengan dunia luar
 Fraktur tertutup : tidak terdapat hubungan anatra
fragmen fraktur dengan dunia luar.
Berdasarkan bentuk garis patah
 Gari patah melintang
 Garis patah oblik / miring
 Garis patah rotasi
Menurut Henderson ( 1997 ) dan Handayani ( 1998 ), gambaran
klinis fraktur adalah :
 Nyeri tekan dan bengkak sekitar fraktur
 Deformitas
 Gangguan fungsi
 Tendeness.
 Perubahan warna
 Krepitasi.

Menurut Barbara C. Long ( 1996 ) :


 Nyeri.
 Hilangnya fungsi di tempat yang cedera.
 Deformitas dan krepitasi pada bagian yang terkena
 Kemerahan
Tahapan penyembuhan pada tulang menurut
Barbara C. Long :
 Pembentukan hematom

 Pembentukan fibrin

 Inflamasi osteoblast

 Pembentukan collus

 Remodelling.
Fraktur

Terputusnya kontinuitas tulang Cedera jaringan

Resti infeksi Nyeri Kerusakan Pembuluh darah Trauma langsung pada cervikal / otak

Perdarahan

Gangguan sirkulasi

Aliran darah ke otak kurang

Distress pernapasan Penurunan kesadaran

Gangguan pola napas Lidah jatuh

Sumbatan jalan napas

Bersihan jalan napas


Cairan tubuh kurang dari kebutuhan

Syok neurogenik Syok hipovolemik


Pemeriksaan fisik :
 Inspeksi : bengkak, kemerahan, deformitas,
dan fungtio laesa
 Palpasi : krepitasi dan nyeri tekan

Pemeriksaan Penunjang :
 Radiologi.

 Venogram atau angiogram.

 CT Scan

 Laboratorium.
Prinsip penanganan fraktur :
 Recognition.

 Reduction.

 Retaining.

 Rehabilitation
Penanganan di lapangan :
 Nilai bahaya yang mungkin masih ada baik
bagi klien, penolong maupun lingkungan.
 Amankan klien.

 Lakukan pemeriksaan respons pasien.

 Jika respons klien masih baik maka segera


lakukan tindakan pertolongan pertama pada
frakturnya ( mulai no. 6).
Jika respon tidak ada periksa jalan napas dan pernapasan pasien
dengan :
 Memposisikan kepala extensi ( head tilt chin lift dan jaw thrust)
 Pada kasus dugaan cedera servikal ( jejas lebih dari 1 pada daerah
klavikula keatas, tarum kepala dengan penurunan kesadaran, dan
multiple trauma ) cukup dilakukan jaw thrust.
 Lihat adakah sumbatan yang tampak
 Lakukan pemeriksaan melihat pergerakan dinding dada,
merasakan hembusan napas dan mendengarkan suara napas. Jika
ada sumbatan pada jalan napas segera bersihkan.
 Beri napas buatan.
 Jika setelah pemberian ventilasi tidak ada respons maka periksa
sirkulasi.
 Jika sirkulasi tidak ada pertimbangkan RJP.
 Jika setelah RJP klien masih apneu, pertimbangkan intubasi
endotracheal.
 Periksa tempat fraktur.
 Jika fraktur terbuka dan banyak perdarahan, segera tutup luka dan tekan tempat
perdarahan dengan ring perband ( donat ) atau dapat dipakai torniket ( dengan syarat
tejadi kehancuran parah atau bagian tersebut akan diamputasi ). Penekanan dilakukan
selama 3 – 4 menit lalu lepaskan, sedang torniket dipakai selama maksimal 50 menit, jika
lebih lakukan tekan lepas.
 Lakukan pembidaian. Pembidaian dapat dilakukan dengan bidai yang sudah ada,
tandu, anggota tubuh yan lain atau dengan alat lain yang keras dan lurus. Dapat pula
dilakukan traksi jika kebetulan ada portable skin traction.
 Jika terjadi trauma thorax yang memungkinkan terjadinya pneumothorax atau
hematothrax maka lakukan preventif needle chest tube.
 Beri infus dengan menggunakan abocath besar dan slang transfusi.
 Pada cedera servikal pasang neck collar pada leher, jika tidak ada neck collar
pergunakan botol infus atau benda lain yang ada diletakkan di samping leher klien dan
difiksasi.
 Evakuasi klien dengan segera. Perhatikan keadaan umum pasien saat evakuasi dan
persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan selama dalam transportasi.
Penanganan di Rumah Sakit :
 Penanganan dirumah sakit pada prinsipnya
sama, tapi dirumah sakit dengan peralatan
yang lebih lengkap memungkin di lakukannya
operasi dan tindakan definitif care dengan
segera. Misalnya dapat dilakakan operasi
pemasangan ORIF, WSD dan sebagainya
 Bersihan jalan napas tidak efektif sehubungan
penyumbatan oleh lidah yang jatuh atau
akumulasi cairan
 Gangguan pola napas sehubungan dengan distress
penapasan akibat kurangnya aliran darah ke otak.
 Nyeri berhubungan terputusnya kontinuitas
tulang dan cedera jaringan
 Gangguan pemenuhan kebutuhan cairan tubuh
sehubungan dengan perdarahan yang hebat.
 Resiko tinggi infeksi berhubungan cedera jaringan,
terputusnya kontinuitas tulang
Diagnosa a
 Tujuan : bersihan jalan napas efektif

 Tindakan : Lakukan finger sweap, atau suction

Pasang oroparingeal airway tube


Beri oksigen
Atur possisi setengah duduk jika
memungkinkan
Diagnosa b
Tujuan : pola napas efektif
Tindakan : Lakukan tindakan preventif ( pasang
ETT atau PNCT)
Berikan oksigen
Posisi setengah duduk
Kolaborasi pemeriksaan BGA
Kolaborasi dokter pemberian
ventilator
 Diagnosa c
 Tujuan : Nyeri berkurang
 Tindakan : Pasang bidai
Ajarkan teknik relaksasi
Kolaborasi dokter pemberian
analgetik

 Diagnosa d
 Tujuan : Cairan tubuh sesuai kebutuhan tubuh
 Tindakan : Lakukan penekanan pada daerah
cedera
Jahit luka kalau perlu
Kolaborasi pemberian cairan
intravena
Kolaborasi pemeriksaan Hb
Kolaborasi pemberian transfusi
darah
Diagnosa e
 Tujuan : Tidak terjadi infeksi

 Tindakan : Lakukan perawatan luka

Gunakan prinsip steril dalam


melakukan perawatan luka
Kolaborasi pemberian antibiotic
Kolaborasi diit TKTP
 Tindakan dan evaluasi sesuai dengan rencana
dan diagnosa keperawatan

Anda mungkin juga menyukai