Anda di halaman 1dari 19

Rachmawati Dwi Puspita, S.

Ked J510185087
Afifah Ulinnuha, S.Ked J510185090
M. Eko Andry Setyawan, S.Ked J510185107

REFERAT TETANUS NEONATORUM


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RSUD DR. HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
PENDAHULUAN

• Tetanus neonatorum disebabkan oleh basil Clostridium tetani  adanya luka


terbuka
• Bayi baru lahir  pemotongan tali pusat dengan alat yang tidak steril, atau
berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan  kematian ibu
dan kematian bayi
• Pada tahun 2015, dilaporkan terdapat 53 kasus dari 13 provinsi
 meninggal 27 kasus atau CFR 50,9%
• Pencegahan  program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur
(WUS) dan ibu hamil
• Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat
lahir rendah, dan infeksi
Tetanus neonatorum (TN) disebabkan masuknya basil Clostridium tetani ke
tubuh melalui luka. Penyakit ini menginfeksi bayi baru lahir yang berusia
kurang dari 28 hari.
Salah satu penyebab TN adalah apabila pemotongan tali pusat tidak
menggunakan alat yang steril. Kasus tetanus neonatorum banyak ditemukan di
negara berkembang terutama negara dengan cakupan persalinan oleh tenaga
kesehatan yang rendah (Novita Sari, 2017)

DEFINISI
Penyakit tetanus merupakan salah satu yang berbahaya
karena mempengaruhi sistem saraf dan otot. Kata
tetanus diambil dari bahasa yunani yaitu tetanos dari
teinein yang berarti menegang. Penyakit ini adalah
penyakit infeksi di mana spasme otot tonik dan
hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme
otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus),
spasme glotal, kejang dan spasme dan paralisis
pernapasan.
ETOLOGI

Clostridium tetani
• Obligat anaerob
• Batang gram positif
• Bergerak
• Gambaran tongkat penabuh drum atau raket
tenis
• Ukurannya kurang lebih 0,4 x 6 μm.
• Toksin tetanolisin dan tetanospasmin
• Kotoran manusia, hewan dan tanah
Tetanus neonatorum saat ini
EPIDEMIOLOGI merupakan suatu penyakit yang
dapat dikatakan langka di banyak
negara maju dan berkembang, di
mana proses partus yang steril dan
pemberian vaksin tetanus secara
umum telah disosialisasikan dan
dilaksanakan sebagai suatu prosedur
kesehatan wajib.

Tahun 2009 sudah 151 negara yang


mencapai eliminasi TMN, dan 42
negara belum mencapai eliminasi
TMN .

Per Desember 2010 masih terdapat


38 negara yang belum mencapai
eliminasi TMN, terutama berada di
Afrika dan Asia2 . Hingga Februari
2012, masih terdapat 34 negara
yang belum tereliminasi TMN
EPIDEMIOLOGI
Kasus tetanus neonatorum
berdasarkan provinsi menunjukkan
pada tahun 2011 terdapat sebanyak
15 provinsi yang memiliki kasus
tetanus neonatorum

Provinsi yang memiliki kasus tetanus


neonatorum terbanyak adalah
Provinsi Banten sebanyak 38 kasus
tetanus neonatorum dan disusul oleh
Provinsi Jawa Timur sebanyak 22
kasus tetanus neonatorum.
FATOR RISIKO
Pencemaran
Lingkungan Fisik dan
Biologik

Alat Pemotongan Tali


Pusat Umur tua atau anak-
anak

Cara Perawatan Tali


Faktor Risiko Luka yang dalam dan
Pusat Faktor Predisposisi
kotor

Kebersihan Tempat
Pelayanan Persalinan Belum terimunisasi

Faktor Kekebalan Ibu


Hamil
PATOFISIOLOGI
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
• Anamnesis (Hassan dkk, 2007):
• Bayi kesulitan hingga tidak sanggup menghisap dan akhirnya mengalami
gangguan menyusu
• Kekakuan rahang (trismus) dan mengakibatkan tangisan bayi berkurang hingga
akhirnya berhenti
• Terdapat kekakuan tubuh yang dipicu oleh rangsangan-rangsangan seperti suara
atau sentuhan. Kemudian kejang akan terjadi secara spontan dan akhirnya terus
menerus
PEMERIKSAAN FISIK
• Tali pusat bayi dapat ditemukan dalam kondisi kotor dan berbau
merupakan tanda port d’entrée Clostridium tetani.
• Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpermond)
• Kekakuan pada wajah dimana bibir tertarik ke arah lateral, dan alis tertarik
ke atas yang disebut risus sardonicus.
• Kaku kuduk hingga epistotonus
• Pemeriksaan dengan spatula lidah dapat digunakan untuk mendeteksi dini
penyakit ini
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan biakan
• Nilai hitung leukosit dapat tinggi
• Pemeriksaan cairan serebrospinal
• Kadar antitoksin didalam darah 0,01 U/mL atau lebih
• Kadar enzim otot (kreatin kinase, aldolase) di dalam darah dapat
meningkat.
• EMG
Edukasi

TT, DT,
DPT
Perawatan
Imunisasi
postpartum

Pencegahan

Meningkatan prinsip 1 dosis = 0,5 cc TT


aseptik saat melahirkan secara IM atau SC
dan perawatan tali pusat.
(WHO, 2006).

Perawatan Perawatan
melahirkan prenatal
IMUNISASI
Wanita usia subur dan wanita hamil tanpa pernah terpapar TT, Td, ataupun DPT
Dosis TT Waktu pemberian Durasi proteksi yang
atau Td diharapkan
1 Saat pertama kali kontak atau secepat -
mungkin saat kehamilan

2 Minimal 4 minggu setelah TT1 1-3 tahun


3 Minimal 6 bulan setelah TT2 atau selama Minimal 5 tahun
kehamilan berikutnya
4 Minimal 1 tahun setelah TT3 atau selama Minimal 10 tahun
kehamilan berikutnya
5 Minimal 1 tahun setelah TT4 atau selama Selama usia subur dan
kehamilan berikutnya dalam jangka waktu yang
lama
Wanita usia subur dan wanita hamil yang sudah pernah terpapar TT/DPT/DT/Td
pada saat bayi/anak-anak/dewasa

Rekomendasi imunisasi yang diberikan


Vaksinasi saat
Imunisasi sebelumnya Saat kontak/hamil Selanjutnya
usia
(jarak 1 tahun)
Bayi 3 DPT 2 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
(min. 4 minggu
antar dosis)
Anak-anak 4 DPT 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
Usia sekolah 3 DPT + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td 1 dosis TT/Td
Usia sekolah 4 DPT + 1 DT/Td 1 dosis TT/Td Tidak perlu
Dewasa 4 DPT + Tidak perlu Tidak perlu
1 DT pada usia 4-6 tahun +
1 TT/Td pada usia 14-16
tahun
Kontraindikasi TT
• Riwayat alergi terhadap komponen vaksin TT
• Memiliki penyakit akut

Belum ada laporan mengenai efek samping vaksin TT terhadap fetus


Target Terapi Tetanus Neonatorum
Eliminasi sumber produksi
Netralisasi sirkulasi Manajemen gejala klinis
toksin
• ATS 10.000-20.000 IU • Pembersihan yang • Bayi diletakkan di
IV serius pada tali pusat lingkungan yang sunyi
• TIG 1.000-3.000 IU IM • Terapi antibiotik dengan cahaya yang
• dosis dibagi 2 pada otot redup
sistemik: pertama  • Gangguan hidroelektrolit
yang berbeda penisilin G benzatin dan asam-basa harus
atau metronidazol (IV) dikontrol dan dikoreksi
kedua  sefaleksin dan • Pemberian nutrisi yang
eritromisin oral cukup
• Spasme otot 
Benzodiazepin (IV)
• Analgetik  fentanil
• Pancuronium atau
vekuronium (harus
diberikan ventilasi
mekanik
KOMPLIKASI
• Kenyan  20-40% neonatal tetanus mengalami kerusakan otak yang
bermanifestasi sebagai mikrosefali dan gangguan ringan masalah neurologi,
perkembangan dan kebiasaan
• Nigeria  20% mengalami serebralpalsi, keterlambatan kognitif, dan ketulian
• Laringospasm (spasme pita suara) dan/atau spasme dari otot-otot pernapasan
• Fraktur vertebra
PROGNOSIS
• Prognosis bergantung pada masa inkubasi, waktu yang dibutuhkan dari inokulasi
spora hingga gejala muncul, dan waktu dari pertama kali munculnya gejala hingga
spasme tetanik yang pertama. Statistik terbaru menunjukkan tingkat mortalitas
pada tetanus ringan-sedang mencapai 6%. Sedangkan tetanus berat memiliki
tingkat mortalitas 60%.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai