Anda di halaman 1dari 20

TUBERCULOSIS

PEMBIMBING :
DR. IQBAL, SP.P

OLEH
• ALMIRA YANUAR DEWI RETNO WULAN
• IDZA FARIHA AFRI R.I.P JOEY POESPO
• RAMADANA YUDHA PERKASA TOMY WIJAYA KURNIAWAN
• TRISTY YUNITA PRATIWI

SMF ILMU PENYAKIT PARU


RS BHAYANGKARA KEDIRI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016
BAB I
Pendahuluan

 Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi


Mycobacterium tuberculosis dan varian mycobacterium lainnya
seperti M. africanum, M. bovis, M. canettii, dan M. microti. (Hasan,
2010)

 Dari seluruh kematian yang dapat dicegah, 25% diantaranya


disebabkan oleh TB. Di Negara maju diperkirakan 10 -20 kasus baru
setiap 100.000 penduduk dengan kematian 1 – 5 per 100.000
penduduk sedang di negara berkembang angkanya masih tinggi.
 Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit yang telah lama
dikenal dan sampai saat ini dan masih menjadi penyebab kedua
terbanyak penyebab kematian di dunia (Depkes, 2007).

 Pembuatan diagnosis tuberkulosis paru kadang-kadang sulit,


sebab penyakit tuberkulosis paru yang sudah berat dan progresif,
sering tidak menimbulkan gejala yang dapat dikenali
Bab II
Tinjauan Pustaka

 Definisi
Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan varian mycobacterium lainnya
seperti M. Africanum dan M. Bovis. (Hasan, 2010).
 Epidemiologi
WHO tahun 2011 (berdasarkan data tahun 2010) sekitar 8,8 juta
(antara 8,5-9,2 juta) kasus baru terjadi di seluruh dunia. survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI 1992 TB
paru sebagai penyebab kematian nomor tiga.(Hasan, 2010)
 Etiologi
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung,
tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 ± 0,6 mm dan
panjang 1 ± 4 mm.
 Patofisiologi
Patogenesis dan manifestasi patologi tuberkulosis paru merupakan hasil respon
imun seluler dan reaksi hipersensitivitas tipe lambat terhadap antigen kuman
tuberkulosis. Perjalanan penyakit tuberkulosis terjadi melalui 5 stage. (PDPI,2006)
 Klasifikasi
Secara patologis, TB dibagi menjadi 2;
1. primer  adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang belum pernah
terpajan.
2. post primer  Terjadi setelah periode laten (beberapa bulan/tahun) setelah
infeksi primer. Dapat terjadi karena reaktivasi dan reinfeksi. Karakteristik TB post
primer adalah adanya kerusakahn paru yang luas dengan kavitas, hapusan
dahak positif, pada lobus atas, umumnya tidak terdapat limfadenopati
intratoraks. (PDPI,2006)
WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni
1. Kategori I,
2. Kategori II
3. Kategori III
 Diagnosi  Pemeriksaan Fisik
Anamnesa :  Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak
menunjukkan suatu kelainan pun terutama pada
1. Batuk/Batuk darah kasus-kasus dini
2. Demam  Bila ada infiltrat yang luas, maka didapatkan perkusi
3. Sesak napas yang redup dan auskultasi suara napas bronkia
 TB paru sering asimtomatik dan penyakit baru
4. Nyeri dada
dicurigai dengan didapatkannya kelainan
5. Malaise radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji
tuberkulin yang positif. (Aru W. Sudoyo, 2009)
(Aru W. Sudoyo dkk, 2009)
Penunjang

 Pemeriksaan Radiologis  Sputum


 lesi tuberkulosis umumnya di daerah  Sewaktu, pagi sewaktu
apeks paru
untuk menegakkan diagnosis, menilai
 Bercak seperti awan keberhasilan pengobatan dan
menentukan potensi penularan
 Bila lesi berupa jaribgan ikat bayangan
terlihat bulatan batas tegas
(tuberkuloma)
 bercak-bercak halus yang umumnya
tersebar merata pada seluruh
lapangan paru tbc millier
Tatalaksana

 Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif


(2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang
digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan
(Kemenkes RI, 2014).
Ringkasan Paduan Obat
KATEGORI Kasus Resimen Pengobatan

Fase Awal Fase Lanjutan

I TB paru BTA+ 2RHZE 4RH

BTA– dengan lesi luas 2RHZE 6HE

TB ekstrapulmoner kasus berat

2RHZE 4R3H3

II Kambuh 3RHZE 6RH

Gagal terapi 2RHZES+1RHZE 5R3H3E3

TB paru lalai berobat

III TB paru BTA– lesi minimal 2RHZ atau 4RH atau

TB ekstrapulmoner kasus ringna 2RHZ 4R3H3

IV Kronik Sesuai uji resistensi atau H seumur hidup

MDR TB Sesuai uji resistensi+ kuinolon atau H seumur hidup


Evaluasi Pengobatan

 evaluasi klinik
 Bakteriologik
 Radiologik
 efek samping obat
 serta evaluasi keteraturan berobat.
Resisten Ganda (Multi Drug Resistance/ MDR)
 Resistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap rifampisin dan INH
dengan atau tanpa OAT lainnya.
 Obat tunggal
 Paduan obat tidak adekuat
 Pemberian obat tidak teratur
 Addition syndrome
 Pengetahuan penderita kurang tentang penyakit TB
 Belum menggunakan strategi DOTS
 Kasus MDR-TB rujuk ke ahli paru
 Pengobatan Tuberkulosis Resisten Ganda (MDR)
 Belum ada paduan pengobatan yang distandarisasi
untuk penderita MDR-TB.
bergantung dari hasil uji resistensi dengan
menggunakan minimal 2-3 OAT yang masih sensitif dan
obat tambahan lain yang dapat digunakan yaitu
golongan fluorokuinolon
 memerlukan waktu yang lama yaitu minimal 12 bulan, bahkan bisa sampai 24 bulan
Keadaan Khusus
 TB MILIER :

 Paduan obat: 2 RHZE/ 4 RH dapat diperpanjang sampai 7


bulan
 Pemberian kortikosteroid : Tanda / gejala meningitis, Sesak
napas, Tanda / gejala toksik, Demam tinggi
 prednison 30-40 mg/hari, dosis diturunkan 5-10 mg setiap 5-7 hari, lama pemberian 4 - 6 minggu
 PLEURITIS EKSUDATIVA TB (EFUSI PLEURA TB)

 Paduan obat: 2RHZE/4RH.


 Evakuasi cairan
 Dosis steroid : prednison 30-40 mg/hari, diturunkan 5-10 mg
setiap 5-7 hari, pemberian selama 3-4 minggu.
 TB DI LUAR PARU
 Paduan obat 2 RHZE/ 10 RH.
 Prinsip pengobatan sama dengan TB paru
 TB PARU DENGAN DIABETES MELITUS (DM)
 Paduan obat: 2 RHZ(E-S)/ 4 RH dengan regulasi baik/ gula darah terkontrol
 Bila gula darah tidak terkontrol, fase lanjutan 7 bulan : 2RHZ(E-S)/ 7 RH
 TB PARU DENGAN HIV / AIDS
 Rekomendasi ATS yaitu: 2 RHZE/RH diberikan sampai 6-9 bulan setelah konversi
dahak
 TB PARU PADA KEHAMILAN DAN MENYUSUI\
 OAT tetap dapat diberikan kecuali streptomisin karena efek samping
streptomisin pada gangguan pendengaran janin (Eropa)
 TB Paru dan Gagal Ginjal
 Jangan menggunakan OAT streptomisin, kanamisin dan capreomycin
 Hindari penggunaan etambutol
 diberikan dengan pengawasan kreatinin
 TB Paru dengan Kelainan Hati
 pemeriksaan faal hati sebelum pengobatan
 Paduan Obat yang dianjurkan / rekomendasi WHO: 2SHRE/6 RH atau 2
SHE/10 HE
BAB III
Kesimpulan

 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi global menginfeksi sekitar 20–33%


penduduk dunia. Indonesia negara dengan prevalensi TB tertinggi nomor
3 di dunia. WHO menyebut penyakit ini sebagai global public health
emergency.
 TBC adalah penyakit yang dapat disembuhkan, untuk itu penderita
dituntut untuk minum obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh
dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

 Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi. 2009. “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”.
Jilid III Edisi V
 Brooks, G.F., Butel, J. S. and Morse, S. A., 2004. “Jawetz, Melnick &Adelbergh’s:
Mikrobiologi Kedokteran”. Buku I, Edisi I, Alih bahasa:Bagian Mikrobiologi FKU Unair,
Jakarta : Salemba Medika
 Depkes RI. 2008. Jurnal Konsensus Nasional Tuberkulosis. Jakarta.
 Departemen Kesehatan RI. Pointers Menkes Menyambut Hari TBC Sedunia 2007 .
www.depkes.go.id 2007.
 Hasan, Helmia, 2010. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru 2010.
Departemen ilmu penyakit paru FK UNAIR. Surabaya.
 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan pedoman Nasioan Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta:
Bakti Husada 2011 hal 11-37
 Naning R. Tuberculosis Infection in Infant and Children Who Have Contact with Positive Sputum
Adult Tuberculosis. http://puspasca.ugm.ac.id. 2010.
 Kemenkes RI. 2014. Pedoman Nasional Pengandalian Tuberkulosis. Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
 PDPI.2006. Tuberkulosis Pedoman Diagnosis & Tatalaksana. www.klikpdpi.com (online) diakses
tanggal 3 Maret 2016
 Rahajoe. 2008. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak Edisi ke 2. Jakarta : UKK Respirologi
 Sub Direktorat TB Departemen Kesehatan RI dan World Health Organization (WHO). Hari TB
Sedunia : Lembar Fakta Tuberkulosis. www.tbcindonesia.or.id. 2008.
 World Health Organization. World Global Tuberculosis Control 2011. GenevaWorld Health
Organization. 2011
 WHO.2003 Treatment of Tuberculosis, Guidelines for National Programme. Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan pertama.Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2007

Anda mungkin juga menyukai