Anda di halaman 1dari 22

MANAJEMEN

KEGAWATDARURATAN ANAK
TRAUMA
• Penyebab tertinggi kematian pada anak
• Tatalaksana awal dibagi 4 fase :
a. Survei promer
b. Resusitasi awal
c. Survei sekunder
d. Terapi definitif
a. Survei Primer
• Algoritma ATLS ( A-B-C-D-E)
b. Resusitasi awal :
1. bebas & pertahankan jalan nafas
2. tangani masalah pernapasan/toraks akut
3. pasang dua akses IV line
4. ganti vol secara cepat dg NS 20ml/kg (jk perfusi sistemik tdk adekuat)  cek lab
darah
5. jk frekuensi denyut jantung, tingkat kesadaran, tanda perfusi lainnya tdk membaik
 bolus kedua NS atau RL 20 ml/kg
6. Jk perfusi sistemik tdk berespons thd kristaloid 60 ml/kg, pertimbangkan transfuse
PRBC 10-15 ml/kg
c. Survei Sekunder

• Anamnesa AMPLE (allergies, medication, past history, last meal, events)


• Pemeriksaan fisik lengkap(kepala-kaki)  cari cedera (rontgen)
d. Terapi Definitif
• Pindahkan px ke rg OK, ICU atau radiologi
• Pertimbangkan pilihan pencitraan sesuai indikasi (CT kepala, CT toraks, CT
abdomen atau pelvis)
• Konsultasi dengan bagian lain sesuai keperluan
LUKA GIGITAN
• Luka gigitan & manusia  1% pada semua kunjungan di UGD
• Tata laksana diperlukan pemahaman yg baik akan mikrobiologi inf luka,
penilaian luka beresiko rendah/tinggi, strategi terapi, profilaksis tetanus
• Luka gigitan sering kali mengandung berbagai macam spesies :
Pasteurella spesies : luka gigitan anjing dan kucing
Etikenella corrodens : gigitan manusia
Capnocytophaga canimorsus : gigitan anjing atau kucing, dapat menyebabkan
septicemia dan syok pada pasien asplenia atau imunosupresi
Organisme lain yang umum menyebabkan : streptokokus, stfikokus, anaerob oral
• Amoxicillin / asam klavulanat merupakan antimikroba pilihan : mencakup semua
pathogen potensial pada infeksi akibat luka gigitan
Tata laksana
• irigasi dengan cairan mengalir : gunakan ns dengan semprit 20 ml atau lebih
besar serta angiocath
• jika diindikasikan, lakukan debrideman dengan hati-hati
• antibiotik profilaksis (risiko tinggi)
• antibiotik terapeutik jika ada tanda infeksi
• penutupan primer : laserasi yang berisiko rendah
• imobilisasi pada posisi sesuai fungsi
• tetanus toksoid jika diindikasikan +/- imunoglobin tetanus bila perlu
• profilaksis rabies jika diindikasikan
catatan : antibiotik saja tidak cukup
Indikasi Rawat Inap
• manifestasi sistemik infeksi (demam, menggigil)
• selulitis berat
• luka menembus sendi, saraf, tulang, tendon
• pasien kemungkinan tidak patuh minum obat
• keadaan luluh-imun akibat penyakit atau obat
• luka gigit signifikan di tangan
• cedera kepala
• infeksi yang tidak mempan dengan terapi oral atau rawat jalan
BENDA ASING
• jika upaya dini untuk mengambil benda asing tidak membuahkan hasil, pikirkan untuk
merujuk kasus dan / atau menggunakan sedasi procedural
Hidung
• tahan badan anak supaya tidak bergerak
• gunakan anestesik topikal dan vasokonstriktor ( lidocaine, phenylephrine atau
xylometazoline
• gunakan speculum hidung dan senter kepala; peralatan (kuret, forsep, alligator, pengisap,
atau kait)
• jangan menekan/mengirigasi ke dalam nasofaring posterior agar tidak terjadi aspirasi
• amoxicillin  mencegah/mengobati infeksi pasca pengambilan benda asing yang sudah
lama tertahan
• komplikasi : rinosinusitis, laserasi, epistaksis, aspirasi, benda asing tertingggal sebagian
Jalan Nafas
• benda asing dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas atas akut  batuk akut,
suara serak, distress napas
• jika anak dapat menangis / berbicara, obstruksi mungkin hanya bersifat parsial
 lakukan back blows (bayi) atau perasat heimlich (anak)
• sering kali tidak menunjukkan distress akut kecuali batuk ringan atau mengi :
trakea : stridor pada inspirasi dan ekspirasi
bronkus cabang utama : mengi unilateral
• jika bronkus sepenuhnya tersumbat : volume menurun, terbentuk atelektasis dan
infiltrate pada sisi yang terkena
Rontgen Toraks
• foto pada saat inspirasi dan ekspirasi menunjukkan adanya udara yang
terperangakap akibat efek ball-value
• lakukan foto lateral dekubitus kanan dan kiri pada anak yang lebih muda
• hiperaerasi pada sisi yang terkena, penurunan volume paru kontralateral akibat
atelektasis
• setiap ketidaksimetrisan radiolusen, tidak terlihat pada radiograf
• rontgen dada yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan adanya benda
asing
Saluran Cerna
• akibat ingesti benda asing yang paling berat  impaksi esofagus
• tersangkut di tempat-tempat yang memang memiliki penyempitan alamiah : krikofaring,
thoracic inlet, arkus aorta, taut gastroesofagus
• kebanyakan benda asing di esophagus berbentuk bulat dan radioopak
• koin : 50-75% benda asing di esophagus, sepertiganya asimtomatik
• gambaran : tercekik, muntah, hipersalivasi, nyeri ketika menelan, dan tidak mau makan
• adanya disfagia atau hipersalivasi yang tidak dapat dijelaskan mungkin menandakan
adanya ingesti yang tidak disaksikan
• periksa rongga mulut : jika tidak terlihat adanya benda asing  cari menggunakan
rontgen
Tata Laksana
jika tidak terlihat adanya benda asing pada radiografi atau pemeriksaan, tata
laksananya di dasarkan pada gejala :
• jika nyerinya signifikan, konsul THT untuk dilakukan endoskopi
• jika nyeri ringan, mampu menelan, tidak ada distress napas : sensasi adanya benda
asing mungkin disebabkan oleh goresan pada mukosa; pertimbangkan untuk
memulangkan pasien dan minta pasien untuk datang kembali bila sensasi tetap
bertahan
• jika gejala positif dan dicurigai ada benda asing yang tidak bersifat radio-opak,
lakukan foto barium meal
segera angkat benda asing jika ada di esofagus, terutama benda tajam dan
baterai kancing
risiko : distress napas atas, perforasi esofagus, mediastinitis, fistula
pada benda yang bundar dan nonkorosif, tunggu 24 jam untuk memberi waktu
benda tersebut lewat dengan sendirinya, bila tidak ada gejala dan tindak lanjut
baik
detektor logam portabel dapat digunakan untuk memeriksa pasien yang
menelan koin
apabila benda asing sudah dapat masuk ke lambung, tidak diperlukan
radiografi sebagai tindak-lanjut
glucagon tidak memiliki peran pada anak karena adanya resiko muntah
KERACUNAN

• adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, inhalasi
atau kontak langsung yang menimbulkan tanda dan gejala klinis yang khas.
• Pada dasarnya semua zat kimia dapat menimbulkan keracunan tergantung
pada jumlah dan cara masuknya kedalam tubuh.
• Keracunan pada bayi dan anak adalah keadaan gawat darurat medik dan
keterlambatan bertindak akan membawa akibat fatal.
Tatalaksana Keracunan Bahan Kimia
1. Eliminasi Racun
• dianjurkan tidak melakukan evakuasi isi lambung, karena dikhawatirkan
mengakibatkan aspirasi dan menambah beratnya intoksikasi.
• hidrokarbon  secara inhalasi (dan menimbulkan kerusakan paru), tidak melalui
saluran cerna, dan tidak pula merusak saraf pusat secara langsung.
2. Antimikroba
• antibiotik dipertimbangkan bila anak dengan gizi buruk disertai keracunan yang
parah, terutama pada masa akut antara 24-96 jam pertama
3. Kortikosteroid
• secara teoritis kortikosteriod diharapkan mampu mencegah fibrosis dan edema paru,
namun beberapa pakar meragukan kegunannya
4. Pengobatan Oksigen Dan Perbaikan Ventilasi

• pengobatan suportif untuk hipoksia : perbaikan vertilasi  mencegah dan


mengurangi sumbatan jalan nafas serta pemberian oksigen tambahan.
• Untuk mencegah perburukan hipoksia terutama pada kasus berat  oksigen dengan
cpap (continous positive airway pressure) atau dengan ippb (intermittent positive
pressure breathing) yang diharapkan memperbaiki proses disosiasi gas dalam paru.
tindakan ini sangat penting dan merupakan upaya yang paling mendasar.
5. Pencegahan
• hidrokarbon adalah barang beracun sehingga harus dismpan rapi, pada tempat
yang jauh dari jangkauan anak.
Tatalaksana Keracunan Makanan
• umumnya sama dengan keracunan yang lain yaitu, eliminasi racun dengan jalan
muntah atau bilas lambung, menghalangi penyerapan racun lebih lanjut dan
pemberian antidotum.
• amil/natrium nitrit dan na-tiosulfat bekerja-sama dan berpotensiasi dalam proses
detoksifikasi.
• Na-tiosulfat diberikan dalam konsentrasi 10% secara i.v. diberikan pelan-pelan,
dengan dosis sekitar 0,5 ml/kgbb/kali (sekitar 10-50 ml) dan natrium nitrit 3% ml,
i.v.
LUKA BAKAR
• anak yang lebih tua cenderung lebih rentan terluka akibat api
• berbagai derajat kedalaman yang berbeda
• bagian tengah  luka bakar yang lebih dalam
• luka bakar superfisial  24 jam pertama luka bakar yang lebih dalam
• luka bakar
• superfisial
• partial thickness
• full thickness
• derajat keempat
Pertolongan Pertama
• hentikan luka bakar dan bantu mengurangi panas
• bilas dengan air dingin mengalir atau gunakan kassa yang direndam dalam salin
• hati-hati dengan area luka bakar yaang besar karena berisiko menimbulkan
hipotermia
• jangan rendam luka dalam air es atau ditempelkan ke es
• pada area luka bakar yang besar: bungkus dengan selimut yang bersih pada
penilaian awal pasien untuk mengurangi nyeri
KORBAN TENGGELAM
• tenggelam ( drawning ) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi cairan
ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke
dalam cairan.
Penanganan Pertama Pada Korban Tenggelam
1. Prinsip Pertolongan di Air :
• raih ( dengan atau tanpa alat ).
• lempar ( alat apung ).
• dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita ).
• renang ( upaya terakhir harus terlatih dan menggunakan alat apung ).
2. Penanganan Korban
• pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman.
• bila ada kecurigaan cedera spinal  pertahankan posisi kepala, leher dan tulang
punggung (satu garis lurus).
• buka jalan nafas penderita, periksa nafas. bila tidak ada maka upayakan untuk
memberikan nafas awal secepat mungkin dan berikan bantuan nafas sepanjang
perjalanan.
• upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
• sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
• berikan oksigen bila ada sesuai protokol.
• jagalah kehangatan tubuh penderita, ganti pakaian basah dan selimuti.
• lakukan pemeriksaan fisik, rawat cedera yang ada.
• segera bawa ke fasilitas kesehatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai