Anda di halaman 1dari 57

MANAJEMEN PASIEN DEMAM TIFOID

SECARA HOLISTIK, KOMPREHENSIF DENGAN


MENGGUNAKAN PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA
DI PUSKESMAS MACCINI SAWAH MAKASSAR

Nusrini Rahma Nasir


111 2016 2023
BAB 1
Pendahuluan
 Demam tifoid merupakan suatu penyakit
menular dan merupakan penyakit endemik di
Indonesia. Penyakit ini erat hubungannnya
dengan lingkungan, tertutama lingkungan yang
tidak memenuhi syarat kesehatan seperti
penyediaan air, sanitasi lingkungan yang buruk
dan higine pribadi yang rendah, sehingga
demam tifoid banyak ditemukan dalam
kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan
maupun di pedesaan.
 Di Sulawesi Selatan tahun 2013 angka
kejadian 31.633 penderita. Pada penelitian
yang dilakukan di RSUD Kota Makassar
menunjukkan bahwa proporsi tertinggi
penderita demam tifoid pada periode
Januari-Desember 2014 berdasarkan bulan
adalah bulan Mei 13,9%, berdasarkan umur
dan jenis kelamin adalah kelompok umur 18-
30 tahun sebesar 57,6% dengan proporsi laki-
laki 23,8% dan perempuan 33,8%,
berdasarkan pendidikan adalah pendidikan
menengah (SLTP/SLTA) 67,4% , berdasarkan
pekerjaan tertinggi adalah
pelajar/mahasiswa 33,7%.
Bab II
Analisis Kepustakaan Berdasarkan
Kasus
Kerangka Teori

Bakteri Berkembang Biak

Bakteri Menginvasi Ke Jaringan


Konsep Mandala
Gaya Hidup
•Kebiasaan pasien mengonsumsi makanan di sekitar sekolah yang tidak
terjamin kebersihannya

Perilaku Kesehatan Lingkungan Psiko-Sosial-Ekonomi


• Tidak cuci tangan menggunakan • Kehidupan sosial dengan lingkungan baik
sabun sebelum makan, dan • Kondisi ekonomi pasien tergolong kalangan
menengah
sesudah buang air. • Kurangnya pengetahuan mengenai demam
• Memakan makanan yang tidak tifoid
terlalu matang. • Orang tua pasien khawatir jika keadaan
• Berobat tidak teratur. sakitnya memburuk

Pelayanan Kesehatn
Keluarga Lingkungan Kerja

• Jarak rumah dan puskesmas dekat Penjual makanan di sekolah tidak


memerhatikan kebersihan dari makanan
• Jaminan kesehatan yaitu BPJS yang dijualnya.
Pasien
Demam 4 hari
Mual Muntah
Sulit BAB +4 hari
Nyeri Perut

Lingkungan Fisik
• Sampah basah di dapur dekat dengan
Faktor biologi tempat masak.
• invasi Kuman Patogen • Sumber air sehari-hari adalah sumur
bor
• Usia • Halaman rumah pasien cukup luas
• Jenis kelamin dan bersih, terdapat kandang burung
dipojok halaman.

Komunitas
Pemukiman cukup padat
Pembahasan
•Demam tifoid juga dikenal sebagai enteric fever atau thyphoid
abdominalis merupakan suatu penyakit infeksi akut yang terjadi pada
saluran pencernaan yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
Definisi typhii dan salmonella parathyphi.

•Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella.


•berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk spora, motil,
berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar).
Etiologi

•Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di


daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang
tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah.
•menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang nyata
Epidemiologi antara insiden pada laki-laki dan perempuan.
Epidemiologi
Trias Epidemiologi Variabel Epidemiologi
 Faktor Host  Orang
 Faktor Agent  Waktu
 Faktor Environment  Tempat
Manifestasi Klinis
demam suhu
>37,5, meningkat
Obstipasi atau nyeri perut (regio
perlahan pada
diare epigastrium)
sore hari hingga
malam hari

thyphoid tongue
nyeri kepala anorexia
(lidah kotor)

pusing mual, muntah


Diagnosis

Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan


•Lidah kotor ditutupi Penunjang
• Pasien datang ke selaput putih
dokter karena keluhan •Darah perifer lengkap
•Halitosis.
mual dan muntah, beserta hitung jenis
•Hangat saat perabaan leukosis
• demam naik turun •Nyeri tekan regio •IgM antigen O9
terutama malam hari epigatric Salmonella thypi (Tubex-
(demam intermiten). •Hepatospleenomegali TF)®
• Keluhan disertai •Bradikardi relatif •Enzyme Immunoassay
dengan sakit kepala •Pelebaran bunyi pekak test (Typhidot®)
anoreksia dan nyeri pada daerah perut •Tes Widal
perut, gastrointestinal bagian hepar •Uji IgM Dipstik
berupa konstipasi. •Peristaltik menigkat atau •Kultur Salmonella typhi
menurun (gold standard)
Penatalaksanaan
Terapi
Terapi Suportif Terapi Definitf
Simptomatik
• Tirah baring • Untuk • Antibiotik lini
• menjaga menurunkan pertama:
asupan cairan demam dan kloramfenikol,
• minum obat mengurangi Amoksisilin
yang rutin keluhan (aman untuk
gastrointestinal ibu hamil),
• Diet bergizi
kotrimoksazol.
seimbang,
lunak, cukup
kalori, rendah
serat
Pencegahan

Vaksin Parenteral Vaksin Oral Perbaikan Sanitasi


•subkutan 0,5 ml diberikan • Penyediaan air bersih untuk
• bentuk tiga kapsul seluruh warga, . Untuk air
pada empat interval diambil pada hari 1, minum masyarakat
mingguan. membiasakan dengan
3dan 5, dengan dosis
•Tingkat perlindungan memasak sampai mendidih,
adalah70% booster setelah 3 kurang lebih selama 10 menit.
•booster dianjurkan setiap 3 +tahun. • Jamban keluarga yang
memenuhi syarat-syarat
tahun kesehatan. Tidak
•tidak boleh diberikan terkontamminasi oleh lalat dan
kepada wanita hamil dan serangga lain.
merupakan kontraindikasi • Pengelolaan air limbah,
dalam pemulihan mereka kotoran dan sampah harus
dari penyakit serius benar, sehingga tidak
mencemari lingkungan.
• Kontrol dan pengawasan
terhadap kebersihan
lingkungan
Peningkatan Higiene Makanan
Peningkatan Higiene Perorangan
dan Minuman
• Golden rules of WHO dalam • Kegiatan ini merupakan ciri
promosi kebersihan makanan: berperilaku hidup sehat.
• Pilih hati-hati makanan yang Budaya cuci tangan yang
sudah diproses, demi keamanan. benar adalah kegiatan
• Panaskan kembali secara benar terpenting. Setiiap tangan
makanan yang sudah dimasak. yang kontak dengan
• Hindarkan kontak antara feses,urin atau dubur maka
makanan mentah dengan yang
sudah dimasak.
harus dicuci pakai sabun dan
kalu dpat disikat.
• Mencuci tangan dengan sabun.
• Permukaan dapur dibersihkan
dengan cermat.
• Lindungi makanan dari
serrangga, binatang mengerat
dan binatang lainnya.
• Gunakan air bersih atau air yang
dibersihkan.
Komplikasi
Intestinal Ekstra intestinal

Perdarahan Usus Miocarditis

Perforasi Usus Anemia hemolitik

Ileus Pralitik Pneumonia

Pankreatitis hepatitis

delirium
Prognosis
 Bonam
Bab III
Metodologi dan Lokasi Studi Kasus
Metodologi Studi Kasus
 Studi kasus ini menggunakan desain studi
Kohort untuk mempelajari hubungan antara
faktor risiko dan efek (penyakit atau masalah
kesehatan), dengan memilih kelompok studi
berdasarkan perbedaan faktor risiko.
 Cara pengumpulan data dengan wawncra
dan pengmatan terhadap pasien dan
keluarga dengan melakukan home visit
Lokasi dan Waktu Studi Kasus
 Waktu Studi Kasus : tanggal 7 januari 2019.
 Lokasi Studi Kasus: Puskesmas Maccini
Sawah Kota Makassar
Latak Geografis

 Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bontoala


 Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Bara-baraya
utara dan Bara-baraya timur
 Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Panakukang
 Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Barana
Keadaan Demografi Lokasi Studi
Kasus
Jumlah Penduduk

No. Kelurahan Laki-Laki Perempuan Total RT (KK)

1 Maccini Induk 3295 Jiwa 3797 Jiwa 7092 Jiwa 1367

2. Maccini Parang 3897 Jiwa 4017 Jiwa 7914 Jiwa 1681

3. Maccini Gusung 3965 Jiwa 4169 Jiwa 8134 Jiwa 1553

Total 11.157 Jiwa 11.983 Jiwa 23.140Jiwa 4601


Sarana Pelayanan Kesehatan
 Gedung Puskesmas
Terdiri dari 1 (satu) gedung untuk pelayanan pasien
rawat jalan.
 Kendaraan
Satu unit kendaraan beroda empat yang sampai saat
ini masih dalam keadaan baik dan terpakai, yakni
Mobil Home Care (Dottoro’ta).
 Ruangan Medis terdiri dari Ruang Poli Umum,
Laboratorium, Ruang Poli Gigi, Apotek,/Kamar
Obat, Dapue Umum, Gudang, WC, Ruang
Kepegawaian, Ruang KIA dan Imunisasi, Ruang KB
& IMS, Ruang Kepala Puskesmas, Ruang Keuangan,
Ruang P2M dan Kesling.
Visi dan Misi Puskesmas
Maccini Sawah
Visi Puskesmas Maccini Sawah
 Terwujudnya pelayanan kesehatan yang
merata dan terjangkaudi wilayah kerja
puskesmas Maccini Sawah.
Misi Puskesmas Maccini Sawah
 Menjalankan Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM)
 Mendorong kemandirian hidup sehat bagi
keluarga dan masyarakat
 Meningkatkan persan serta masyarakat
mencapai desa sehat siaga
Upaya Kesehatan
Upaya Kesehatan
Upaya Kesehatan Wajib
Pengembangan
• Upaya Promosi Kesehatan ( • Upaya Perkesmas
Promkes ) • Upaya Kesehatan Jiwa
• Upaya Kesehatan • Upaya Kesehatan Indra
Lingkungan ( Kesling ) • Upaya Kesehatan Kerja
• Upaya Kesehatan Ibu dan • Upaya Pokja HIV/IMS
Anak ( KIA ) dan Keluarga
• Upaya Kesehatan Gigi dan
Berencana (KB)
Mulut
• Upaya Perbaikan Gizi
Masyarakat.
• Upaya Pencegahan Penyakit
Menular ( P2M )
• Upaya Pengobatan
10 Penyakit Utama di Puskesmas
Maccini Sawah
 ISPA : 361 Kasus
 Dyspepsia : 220 Kasus
 Rheumatisme : 138 Kasus
 Faringitis : 124 Kasus
 Hipertensi : 120 Kasus
 Dermatitis dan eksim : 105 Kasus
 Diare : 55 Kasus
 Diabetes Mellitus : 43 Kasus
 Demam Tifoid : 22 Kasus
 TB Paru : 15 Kasus
Bab IV
Hasil dan Pembahasan
Identitas Pasien
 Nama : An. A
 Umur : 17 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Bangsa/suku : Makassar
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Pelajar
 Alamat : Jl. Maccini Kidul no. 8 C
 Tanggal Pemeriksaan : 7 Januari 2019
Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
 Mual dan Muntah
Anamnesis Terpimpin
 Seorang anak laki-laki usia 17 tahun datang ke puskesmas
diantar oleh neneknya dengan keluhan mual muntah
yang dialami sejak malam hari. Malamnya pasien muntah
lebih 5 kali, paginya pasien muntah 2 kali. Ampas (+) Air (+)
Darah (-). Pasien juga mengeluh demam yang dialami
sejak + 4 hari dan suhunya meningkat pada malam hari.
Sakit kepala (+), nyeri perut (+), lemas (+), dan sulit makan
(+). Pasien tidak buang air besar sejak 4 hari yang lalu,
buang air kecil lancar.
Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Pasien belum pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya.
Riwayat Penyakit Pada Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengeluhkan
atau menderita hal yang sama dengan pasien.
Riwayat Sosioekonomi
 Pasien adalah seorang anak tunggal. Ayah bekerja di
perusahaan swasta, ibunya seorang ibu rumah
tangga.Pasien tinggal bersama kedua orang tua dan
neneknya. Pasien sehari-hari bersekolah di salah satu Sekolah
Menengah Atas.
Riwayat Kebiasaan
 Pasien sering makan di penjual sekitar sekolah yang
tidak terjamin kebersihannya.
Riwayat Pengobatan
 Orang tua hanya memberikan obat penurun panas
(paracetamol) pada anak namun demamnya tidak
kunjung sembuh.
Pemeriksaan Fisik
Telinga
 Keadaan Umum: Compos  Tophi : (-)
Mentis/Sakit sedang/Gizi Cukup  Pendengaran : Dalam batas normal
 Status Generalis:  Nyeri tekan di prosesus mastoideus: (-)
1. Kepala : Normocephal Hidung
 Ekspresi : Simetris, Lemas  Perdarahan : (-)
 Rambut : Hitam, sulit dicabut  Sekret : (-)
Mulut
 Mata : Eksoptalmus atau
enoptalmus: (-)  Bibir : Kering (-)
 Gigi geligi : Karies (-)
 Tekanan bola mata : Tidak
 Gusi : Perdarahan (-)
dilakukan pemeriksaan
 Faring : hiperemis (-)
 Kelopak mata : Dalam batas
 Tonsil : T1-T1
normal
Leher
 Konjungtiva : Anemis (-)/Anemis (-
 Kelenjar getah bening : MT (-), NT (-)
)/
 Kelenjar gondok : MT (-), NT (-)
 Kornea: Jernih  DVS : R-2 cmH2O
 Sklera: Ikterus (-)/Ikterus (-)  Kaku kuduk : (-)
 Pupil : Isokor 2,5 mm/2,5 mm  Tumor : (-)
Dada
 Inspeksi : Simetris ki=ka  Batas paru belakang kanan :
 Bentuk : Normochest V Th IX Dextra Posterior
 Pembuluh darah : Bruit (-)  Batas paru belakang kiri: V Th
 Buah dada : Tidak ada X Sinistra Posterior
kelainan
 Auskultasi : Bunyi Pernafasn :
 Sela iga : Tidak ada
Vesikuler
pelebaran
Thorax
 Bunyi tambahan : Rh -/- Wh-
/-
 Palpasi : Fremitus Raba : Ki=Ka
 Nyeri tekan : (-) Punggung
 Perkusi : Paru kiri: Sonor  Inpeksi : skoliosis (-), kifosis (-)
Paru kanan : Sonor  Palpasi : MT (-), NT (-)
 Batas paru hepar Batas paru  Nyeri ketok : (-)
hepar : ICS VI Dextra
 Auskultasi : Rh -/- Wh -/-
Anterior
Cor Abdomen
 Inspeksi : Ictus kordis  Inspeksi : Datar, ikut gerak
tidak tampak napas
 Palpasi : Ictus cordis  Palpasi : MT (-), NT (+) sulit
tidak teraba dinilai
 Perkusi : Pekak,batas  Hati : Tidak teraba
jantung kesan normal  Limpa : Tidak teraba
 Auskultasi : BJ I/II murni  Ginjal : Ballotement (-)
regular  Perkusi : Timpani
 Bunyi tambahan : Bising (-)  Auskultasi : Peristaltik (+),
kesan normal
Pemeriksaan Penunjang:  Diagnosis
 Trombosit :293x103/uL Demam Typhoid
 Widal :
Typhi O :1/320
Typhi H :1/320
Penatalaksanaan dan Edukasi
 Paracetamol tablet 3x1  Bed Rest sampai bebas
tablet demam
 Domperidon tablet 3 x 1  Hindari makan
Tablet makanan yang
 Chloramphenicol 3 x 1 kebersihannya tidak
Tablet terjamin
 Memperbaiki higienitas
pribadi dan keluarga
 Mengkomsumsi
makanan yang bergizi
seperti sayur dan buah
Pendekatan Holistik
 Profil Keluarga

No Nama Status Keluarga Jenis kelamin Usia


Pekerjaan

1 Tn. M Kepala Keluarga Laki-laki 38 tahun Karyawan


Swasta

2 Ny. L Istri Perempuan 35 tahun IRT

3 Ny. S Nenek Perempuan 57 tahun IRT

4 An. A Anak Laki-laki 17 tahun Pelajar


Keadaan Rumah
Status Kepemilikan Rumah : Milik Pribadi
Daerah perumahan : Padat
Karakteristik Rumah dan Lingkungan Kesimpulan

Luas rumah 10 x 7 m2 An. A tinggal di


Jumlah penghuni dalam satu rumah : 4 orang rumah pribadi yang cukup
sehat tetapi, lingkungan
Luas halaman rumah 1,5 x 7 m2
rumah padat penduduk
Rumah bertingkat
dengan ventilasi yang
Dapur
kurang memadai.
Penerangan listrik 1300
Lantai rumah dari : tegel
watt, menggunakan
Dinding rumah dari : tembok
sumur bor sebagai sumber
Jamban keluarga : 1 wc
air bersih untuk mandi dan
Tempat bermain : tidak ada
air minum.
Penerangan listrik : 1300 watt
Ketersediaan air bersih : ada
Tempat pembuangan sampah : ada
Kamar Tidur : 2
Ruang Tamu
 Kepemilikan Barang-
Barang Berharga  Penilaian Perilaku
Kesehatan
Keluraga An. A memiliki
beberapa barang  Jenis tempat berobat
elektronik di rumahnya :
antara lain yaitu, satu buah Puskesmas
televisi yang terletak di  Asuransi/Jaminan
ruang keluarga, kulkas yang Kesehatan : BPJS
terletak di dapur serta
perlengkapan masak
lainnya.
 Pola Konsumsi Keluarga  Pola Dukungan Keluarga
Keluarga pasien An. A  Faktor Pendukung
memiliki kebiasaan makan Terselesaikannya Masalah
3 kali dalam sehari, namun Dalam Keluarga : Di antara
yang merupakan faktor
pasien sering makan di pendukung dalam
warung dekat sekolah. Ibu penyelesaian masalah
dari An. A selalu keluarga seperti ada
menerapkan pola makan komunikasi yang baik
dengan gizi yang dalam keluarga. Keluarga
seimbang yakni makan sangat terbuka untuk
dengan lauk pauk seperti setiap masalah kesehatan
nasi, ikan dan sayuran yang yang dihadapi.
di masak sendiri oleh ibu  Faktor Penghambat
pasien. Terselesaikaanya Masalah
Dalam Keluarga : Tidak
ada.
Fungsi Fisiologis (Skor Apgar)
 Suatu penentu sehat tidaknya suatu
keluarga yang dikembangkan oleh Rosan,
Guyman dan Leyton, dengan menilai 5
Fungsi pokok keluarga, antara lain:
1. Adaptasi
2. Partnership
3. Growth
4. Affection
5. Resolve
 Penilaian:
Hampir Selalu = skor 2
Kadang-kadang = skor 1
Hampir tidak pernah =0

 Total Skor
8-10 = Fungsi keluarga sehat
4-7 = Fungsi keluarga kurang sehat
0-3 = Fungsi keluarga sakit
Penilaian

No Pertanyaan Kadang Hampir Tidak


Hampir selalu
Kadang Pernah
(2)
(1) (0)
1. Adaptasi

Saya puas dengan keluarga saya karena √


masing – masing anggota keluarga sudah
menjalankan kewajiban sesuai dengan seharusnya
2. Partnership (Kemitraan)

Saya puas dengan keluarga saya karena



dapat membantu memberikan solusi terhadap
permasalahan yang saya hadapi

3. Growth (Pertumbuhan)

Saya puas dengan kebebasan yang diberikan



keluarga saya untuk mengembangkan kemampuan
yang saya miliki

4. Affection (Kasih Sayang)

Saya puas dengan kehangatan/ kasih sayang √


yang diberikan keluarga saya

5. Resolve (Kebersamaan)

Saya puas dengan waktu yang disediakan √


keluarga untuk menjalin kebersamaan

Total Skor 10
Fungsi Keluarga Sehat
A. Fungsi Patologis
Aspek sumber daya patologi
 Sosial: Pasien dapat hidup bermasyarakat dengan baik.
 Cultural: Pasien dan keluarganya mengadakan acara
pernikahan, aqiqah, dan khitanan sesuai adat istiadat
daerah setempat.
 Religious: Keluarga pasien rajin melakukan ibadah
sebagai umat Islam, seperti: sholat lima waktu, tadarrus,
puasa pada bulan Ramadhan Ekonomi: Keluarga pasien
merasa kebutuhan ekonomi tercukupi.
 Education: Tingkat pendidikan tertinggi di keluarga
pasien yaitu SMA
 Medication: Pasien dan keluarga menggunakan sarana
pelayanan kesehatan dari Puskesmas.
Genogram (Fungsi Genogram)

 Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita


penyakit demam tifoid ataupun riwayat terkena demam
tifoid. Namun memungkinkan penyakit demam tifoid
yang diderita pasien juga dapat diderita anggota
keluarganya.
Bentuk Keluarga
 Bentuk keluarga ini adalah Extended Family
dimana An.A tinggal bersama ayah Tn. M, ibu Ny.
L, dan nenek Ny. S.
Hubungan Anggota Keluarga
 Tn. M merupakan kepala keluarga,
memiliki istri Ny. L. Pasangan ini memiliki
seorang anak yaitu An. A, serta Ny. S
merupakan ibu dari Ny. L, hubungan
mereka cukup baik karena hampir setiap
hari di rumah bersama-sama, sering
berkumpul dan berkomunikasi.
Genogram

: Keluarga An. A

: Laki-laki normal

: Wanita normal

: Anak Demam Tifoid

: Laki-laki normal meninggal


Analisis Kasus
No Masalah
Skor
Awal
Upaya Penyelesaian
Resume
Akhir
Hasil Skor
Akhir

Faktor Perilaku  Edukasi kepada pasien


Kesehatan dan keluarga agar
 Tidak mencuci membiasakan mencuci
tangan tangan menggunakan
menggunakan sabun sebelum makan
sabun sebelum dan sesudah buang air.
makan dan  Mengedukasi pasien dan - Penyuluhan
1. sesudah buang 3 keluarga agar memasak terselenggara 5
air. makanan hingga matang,
 Makan makanan dan memakan makan
yang tidak terlalu yang matang.
matang.  Mengedukasi pasien agar
 Berobat tidak minum obat teratur dan
teratur. mengikuti anjuran dokter
untuk tirah baring selama
masih demam hingga
bebas demam 7 hari

Faktor Lingkungan
Psikososial dan
Ekonomi  Edukasi pasien dan
 Kurangnya keluarga mengenai
pengetahuan penyakit demam tifoid.
3 - Penyuluhan
2. tentang demam  Memberikan 5
terselenggara
tifoid pemahaman kepadan
 Orang tua pasien orangtua pasien bahwa
khawatir jika demam tifoid dapat
keadaan anaknya segera sembuh jika
memburuk pasien minum obat
teratur dan tirah baring.
Faktor Lingkungan
Kerja
 Penjual makanan  Mengedukasi penjual
di sekolah tidak makanan tentang
3. 3 - -
memerhatikan kebersihan makanan dan
kebersihan cara penyimpanan
makanan yang makanan yang bersih.
dijual.
Faktor Lingkungan
Fisik
 Sampah basah di  Edukasi pasien dan
- Penyuluhan
4. dapur yang dekat 3 keluarga agar sampah 4
terselenggara
dengan tempat basah tidak dimpan
memasak. dalam rumah.
 Menggunakan  Edukasi pasien dan
Faktor Lingkungan
Fisik
 Sampah basah di  Edukasi pasien dan
dapur yang dekat keluarga agar sampah
dengan tempat basah tidak dimpan
memasak. dalam rumah.
 Menggunakan  Edukasi pasien dan
sumur bor keluarga sebelum
- Penyuluhan
3 menggunakan air dari 4
terselenggara
sumur bor untuk minum
dan memasak, terlebih
dahulu air dimasak
 Halaman rumah hingga mendidih.
cukup luas dan  Mengedukasi pasien dan
bersih, terdapat keluarga agar rajin
kandang burung membersihkan halaman
di pojok halaman dan kandang burung.
Faktor Gaya Hidup
 Kebiasaan  Edukasi kepada pasien
mengonsumsi mengenai akibat - Penyuluhan
3 5
makanan yang mengonsumsi jajanan di terselenggara
tidak terjamin pinggir jalan yang tidak
kebersihannya terjamin kebersihannya
Total Skor 15 19
Rata-Rata Skor 3 5
 Klasifikasi skor kemampuan menyelesaikan masalah:
 Skor 1 : Tidak dilakukan, keluarga menolak, tidak
ada partisipasi.
 Skor 2 : Keluarga mau melakukan tapi tidak
mampu, tidak ada sumber (hanya keinginan),
penyelesaian masalah dilakukan sepenuhnya
oleh provider.
 Skor 3 : Keluarga mau melakukan namun perlu
penggalian sumber yang belum dimanfaatkan,
penyelesaian masalah dilakukan sebagian besar
oleh provider.
 Skor 4 : Keluarga mau melakukan namun tak
sepenuhnya, masih tergantung pada upaya provider.
 Skor 5 : Dapat dilakukan sepenuhnya oleh
keluarga

Dengan hasil yang didapatkan pada tabel di atas berarti


bahwa pasien dan keluarga pasien dapat menyelesaikan
masalah kesehatan secara mandiri.
Bab V
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
 Diagnosa Klinis : Demam Tifoid
 Diagnosa Psikososial :
 Kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga
mengenai demam tifoid, kurangnya pengetahuan
pasien untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat, tetapi terdapat kekhawatiran jika keadaan
pasien semakin memburuk
Saran
 Mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan
demam tifoid
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit demam tifoid
 Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang perilaku
hidup bersih dan sehat. Hasil yang diharapkan keluarga
dapat memahami sehingga dapat mengupayakan
pencegahan untuk penyakit tersebut.
 Memberi edukasi pada pasien tentang penatalaksanaan
penyakit demam tifoid.
 Menganjurkan pasien meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dengan memperhatikan dan memperbaiki asupan
makanan.
 Menjelaskan kepada pasien agar selalu rajin kontrol
kesehatan dan rutin meminum obat.
 Menganjurkan kepada pasien untuk kontrol kembali ke
puskesmas jika keluhan belum berkurang/bertambah
berat setelah intervensi pengobatan.
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai