Anda di halaman 1dari 74

LIDIA DEBBY

030.11.167
Pembimbing : dr. FAJAR DANU AJI,Sp.A
Nama : An. MR

Usia : 2 Tahun 5 bulan

Alamat : Pekiringan, RT 13/02

Agama : Islam

No. RM/CM : 467191

Suku : Jawa

Masuk RS : 22 Juni 2016


2
3

Keluhan
Utama:
• Sesak napas
sejak satu
hari sebelum
masuk RS
4

Pasien datang ke IGD RSUD DR Batuk dan pilek sudah


Soeselo Slawi diantar oleh ayah dan
ibunya dengan keluhan sesak napas dirasakan sejak dua hari
sejak satu hari SMRS. Sesak napas sebelum masuk RS. Demam
dirasakan hilang timbul, timbul dirasakan sejak satu hari
terutama malam hari, sesak napas SMRS, demam naik turun.
tidak dipengaruhi aktifitas dan
terdapat bunyi ngik pada saat Ibu pasien menyangkal
sesak. Ibu pasien mengaku setiap adanya mual, muntah, bersin
sesak napas disertai dengan batuk. setiap pagi hari,dan nafsu
Ibu pasien mengaku adanya batuk makan yang menurun. Buang
berdahak tetapi dahak tidak bisa
keluar, demam dan pilek dengan air besar dan buang air kecil
ingus yang bening. normal.
5

Riwayat Penyakit Dahulu


• Sebelumnya pasien pernah mengalami
hal yang sama sebanyak 2 kali dalam satu
bulan terakhir.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Tidak ada keluarga pasien yang memiliki
keluhan sama dengan pasien
RIWAYAT PENYAKIT
YANG PERNAH RIWAYAT KEHAMILAN
DIDERITA DAN PERSALINAN
 pasien lahir spontan
pervaginam,
 langung menangis ,
 neonatus cukup bulan
dengan berat badan lahir
sesuai masa kehamilan.
RIWAYAT
PERKEMBANGAN RIWAYAT IMUNISASI
 Perkembangan sesuai  Selalu mengikuti jadwal
dengan usia dan tidak imunisasi tetapi lupa
terdapat keterlambatan. dengan usia anak saat
imunisasi
 Imunisasi terakhir =>
campak saat usia 9 bulan
RIWAYAT LINGKUNGAN
RUMAH

 Hidup bersama ayah,


ibu, dan satu orang
kakak
 Lingkungan padat
penduduk
 Ventilasi dan cahaya
matahari dapat masuk
ke rumah.
9

Antropometri

• Berat badan : 11 kg
• Tinggi badan : 86 cm
• Status Gizi
• BB / U = 11/13,1 x 100 % = 84%
• TB / U = 86/91 x 100 % = 94,5%
• BB / TB = 11/12,5 x 100 % = 88% (gizi kurang) => kurva CDC tahun
2000

Keadaan Umum

• Tampak Sakit Sedang

Kesadaran

• Compos Mentis
10

Tanda Vital

• Tekanan darah : Tidak diperiksa


• Nadi : 96 x/menit
• Laju pernapasan : 38 x/menit
• Suhu aksila : 37,5 0C
11

 KEPALA DAN WAJAH


 Rambut : Warna hitam, tidak mudah dicabut
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-
/-) , Refleks cahaya (+/+), Pupil bulat isokor
 Telinga : Membran timpani intak, sekret -/-,
serumen -/-
 Hidung : Septum nasi di tengah, sekret -/-, napas
cuping hidung: (+/+)

 Mulut : Mukosa mulut merah muda, bibir agak


kering.
 Lidah : Normoglosia, mukosa merah muda (-), atrofi
papil (-), coated tongue (-)
12

 LEHER
Trakea di tengah, KGB tidak teraba

 THORAX
 Paru-Paru
I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerak dada simetris
kiri dan kanan pada saat statis dan dinamis, retraksi
dinding dada (+)
P : Vocal fremitus simetris kiri dan kanan
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikular +/+, rhonki +/+, wheezing +/+
13

 JANTUNG
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea
midklavikularis sinistra
P : Batas atas : ICS II linea sternalis
sinistra
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS IV linea midklavikularis
sinistra
A : Bunyi Jantung I dan II regular, gallop (-),
murmur (-)
14

 ABDOMEN
I : Bentuk abdomen datar, tidak terlihat
pelebaran vena
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba, Nyeri
tekan Epigastrium (-), Undulasi (-), Turgor
kulit baik
P : Timpani pada seluruh kuadran
A : Bising Usus (+), 3 x/menit
15

 KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar

 Kulit : warna sawo matang merata, ptekie (-), pucat (-), ikterik
(-), sianosis (-), turgor kulit baik.
 Genital : tidak dilakukan pemeriksaan
 Anal : tidak dilakukan pemeriksaan
16

 IGD pada tanggal 22 Juni 2016


Laboratorium Nilai Nilai Normal
Hemoglobin 13,2 g/ dl 10.8-12.8 g/dl
Hematokrit 39 % 37-42 %
Leukosit 18.500 sel/uL 5.500-15.500 sel/uL
Eritrosit 5.1 juta/uL 3.60 - 5.20 juta/uL
Trombosit 263.000 ribu/uL 150.000 – 450.000

Laboratorium Nilai Nilai normal


Hitung jenis
Basofil 1,0 % 0-1
Eosinofil 0,20 % 1-3
Neutrofil 68,50 % 50-70
Limfosit 24,00 % 25-40
Monosit 6.3% 2-8
 Jenis foto thoraks AP
 Deskripsi :
Jantung : CTR < 50%
Bentuk dan letak jantung
normal
Paru : Corakan vaskuler meningkat
Tampak bercak pada perihiler
kanan kiri
 Diafragma kanan setinggi kosta 10
posterior
 Sinus kostofrenikus kanan kiri
lancip

 Kesan : Jantung tidak membesar


Gambaran bronkopnemonia
 An. R, usia 2 tahun 5 bulan datang ke  Pemeriksaan fisik :
IGD RSUD DR Soeselo Slawi
Keadaan umum composmentis, tampak
 Keluhan sesak napas sejak satu hari sakit sedang, Nadi 96 x/menit reguler
SMRS. Sesak napas dirasakan hilang kuat,RR 38 x/menit,dan suhu 37,50C
timbul, timbul terutama malam hari. (axila), napas cuping hidung (+/+). Pada
 Ibu pasien mengaku setiap sesak napas pemeriksaan paru didapatkan retraksi
disertai dengan batuk dan bunyi ngik. dinding dada, ronki basah kasar dan
wheezing pada kedua paru.
 Ibu pasien mengaku adanya batuk
berdahak tetapi dahak tidak bisa keluar,
demam dan pilek dengan ingus yang  Pemeriksaan laboratorium :
bening.
Leukositosis 18.5 ribu/μL, Hb 13.2 gr/dL,
 Batuk dan pilek sudah dirasakan sejak limfosit 24%, eosinofil 1,00%.
dua hari sebelum masuk RS. Sedangakan
deman dirasakan sejak 1 hari SMRS.
 Sebelumnya pasien pernah mengalami  Pemeriksaan radiologi :
hal yang sama sebanyak 2 kali dalam satu Corakan vaskuler yang meningkat dan
bulan terakhir. tampak bercak pada perihiler kanan kiri
dengan kesan gambaran
bronkopnemonia.
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSA KERJA
 Bronkiolitis,  Bronkopnemonia
 Asma bronkial
MEDIKAMENTOSA: NON MEDIKAMENTOSA

 Infus 2A ½ NS 10 tetes per menit  Komunikasi, informasi,


 Injeksi Ceftazidime 2x500 mg iv edukasi kepada orang
 Injeksi dexametason 3x ½ ampul iv tua pasien mengenai
 Injeksi solvinex 3x1/2 ampul iv keadaan pasien.
 Injeksi paracetamol 6 x 150 mg iv
jika suhu > 37,60C  Observasi tanda vital
 Azitromicyn 200mg 1 x 1 p.o terutama respirasi, nadi,
 Salbutamol 1,1 mg dan ambroxol dan suhu.
5,5mg 3x1 pulveres  Diet: 3x lunak.
 Ad Vitam : Ad bonam
 Ad Functionam : Ad bonam
 Ad Sanationam : Dubia ad bonam
S O A P
Demam (+) TSS, CM, napas cuping Bronkopnemonia Terapi lanjut
Batuk (+), hidung +
pilek (+), N: 120 x/menit
sesak napas S: 37.9C
(+) R: 35 x/menit
Mesocephali
Mata: CA -/-, SI -/-,
Mulut: sianosis
Thoraks: SNV, Wh+/+.
Rh +/+;retraksi +
BJ 1&2 reg, m -, g -
Abdomen: supel, BU +,
Hepar teraba 1 jari di
bawah arcus costae
Ekstremitas: akral
hangat +, CRT 2 detik,
S O A P
Batuk (+), TSS, CM, Bronkopnemonia Terapi lanjut
pilek (+), N: 110 x/menit Nebulisasi 2x/hari
sesak napas S: 37C dengan combivent
(+) R: 30 x/menit UDV 1 Rps
Demam (-) Mesocephali
Mata: CA -/-, SI -/-,
Mulut: sianosis
Thoraks: SNV, Wh+/+.
Rh +/+;
BJ 1&2 reg, m -, g -
Abdomen: supel, BU +,
Hepar teraba 1 jari di
bawah arcus costae
Ekstremitas: akral
hangat +, CRT 2 detik,
S O A P
Batuk (+) TSS, CM, Bronkopnemonia Terapi lanjut
dahak (+) N: 100 x/menit
tidak bisa S: 36.4C Nebulisasi 2x/hari
keluar, pilek R: 25 x/menit dengan combivent
(+), sesak Mesocephali UDV 1 Rps
napas (+)↓ Mata: CA -/-, SI -/-, Fisioterapi dada
Demam (-) Mulut: sianosis
Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh
+↓/+↓;
BJ 1&2 reg, m -, g -
Abdomen: supel, BU +,
Hepar teraba 1 jari di
bawah arcus costae
Ekstremitas: akral
hangat +, CRT 2 detik,
S O A P
Batuk (+) TSS, CM, Bronkopnemonia Terapi lanjut
dahak (+) N: 110 x/menit
tidak bisa S: 36.6C Nebulisasi 2x/hari
keluar, pilek R: 30 x/menit dengan combivent
(+) lendir Mesocephali UDV 1 Rps
berwarna Mata: CA -/-, SI -/-, Fisioterapi dada
bening, sesak Mulut: sianosis
napas (-), Thoraks: SNV, Wh-/-. Rh
muntah (-), +↓/+↓;
Demam (-) BJ 1&2 reg, m -, g -
Abdomen: supel, BU +,
Hepar teraba 1 jari di
bawah arcus costae
Ekstremitas: akral
hangat +, CRT 2 detik,
S O A P
Batuk (+) TSS, CM, Bronkopnemonia Terapi lanjut
dahak (+) N: 100 x/menit
tidak bisa S: 36.7C Nebulisasi 2x/hari
keluar, pilek R: 25 x/menit dengan combivent
(+) lendir Mesocephali UDV 1 Rps
berwarna Mata: CA -/-, SI -/-, Fisioterapi dada
bening, sesak Mulut: sianosis
napas (-), Thoraks: SNV, Wh-/-.
muntah (-), Rh -/-;
Demam (-) BJ 1&2 reg, m -, g -
Abdomen: supel, BU +,
Hepar teraba 1 jari di
bawah arcus costae
Ekstremitas: akral
hangat +, CRT 2 detik,
S O A P
Batuk (+) TSS, CM, Bronkopnemonia Boleh pulang
dahak (+), N: 96 x/menit
pilek (+) S: 36.4C
lendir R: 25 x/menit
berwarna Mesocephali
bening, sesak Mata: CA -/-, SI -/-,
napas (-), Mulut: sianosis
muntah (-), Thoraks: SNV, Wh-/-.
nyeri perut (-) Rh -/-;
Demam (-) BJ 1&2 reg, m -, g -
Abdomen: supel, BU +,
Hepar teraba 1 jari di
bawah arcus costae
Ekstremitas: akral
hangat +, CRT 2 detik,
 Infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
jaringan interstitial

• Peradangan paru yang disebabkan oleh


mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit)

• Bronkopnemonia
Peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal bronkiolus
terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveoli
 masalah di berbagai negara terutama di negara
berkembang seperti Indonesia

 Insidensi anak < 5 tahun di


 Negara maju : 2-4 kasus/100anak/tahun
 Negara berkembang : 10-20 kasus/100anak/tahun

 Di negara berkembang : >5 juta kematian/ tahun anak


balita
 S. Pneumonia  penyebab tersering pneumonia
bakterial di segala umur.

 Virus lebih sering pada anak < 5 tahun

 Respiratory Syncytial Virus (RSV) penyebab tersering


pada usia < 3 tahun

 Mycoplasma pneumonia dan Chlamidya pneumonia


 penyebab tersering anak usia >10 tahun
Bakteri

Protozoa Etiologi Virus

Jamur
 Defisit imunologi
 Polusi
 GERD (Gastroesofageal Reflux)
 Aspirasi
 Gizi buruk
 BBLR
 Adanya saudara serumah yang batuk
 Lingkungan padat
Berdasarkan klinis dan Berdasarkan bakteri
epidemiologis penyebab
 Pneumonia komuniti  Pneumonia bakterial /
tipikal
 Pneumonia nosokomial
 Pneumonia atipikal,
 Pneumonia aspirasi (disebabkan Mycoplasma,
 Pneumonia pada Legionella dan Chlamydia
)
penderita Immunocompr
 Pneumonia virus
omised
 Pneumonia jamur (sering
merrupakan infeksi
sekunder)
Berdasarkan predileksi
infeksi
 Pneumonia lobaris
 Bronkopneumonia
 Pneumonia interstisial
Penyebaran :
1. Inokulasi langsung
2. Hematogen
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Aspirasi
 Kongesti (4 – 12 jam pertama)

 Red hepatization (48 jam berikutnya)

 Grey hepatization (3 – 8 hari)

 Resolusi (7 – 11 hari)
 Gambaran infeksi umum  Gambaran gangguan
 demam: suhu bisa respiratori:
mencapai 39 – 40 oC  batuk yang awalnya kering
 sakit kepala kemudian menjadi
 gelisah produktif
 malaise  sesak nafas
 penurunan nafsu makan  retraksi dada
 keluhan gastrointestinal,  takipnea
seperti mual, muntah,  napas cuping hidung
atau diare  penggunaan otot
 kadang – kadang pernafasan tambahan
ditemukan gejala infeksi  merintih
ekstrapulmoner  sianosis
Inspeksi • retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung

Palpasi • vokal fremitus yang simetris. Bila perluasan infeksi paru


(kolaps paru/atelektasis) vocal fremitus berkurang.

Perkusi • tidak terdapat kelainan

Auskultasi • Crackles
 Pemeriksaan Foto Thorak

Bronkpnemonia
Gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak –
bercak infiltrat halus yang dapat
meluas hingga daerah perifer
paru, disertai dengan
peningkatan corakan
peribronkial
 Pemeriksaan Laboratorium
 Darah rutin dan Hitung jenis leukosit
 Kultur dan pewarnaan gram sputum
 Efusi pleura pungsi pleura
 Uji Tuberkulin ( terutama pada anak kontak dengan
penderita TB dewasa)

 Pulse Oxymetri
 gambaran klinis yang
menunjukkan
keterlibatan sistem
respiratori, serta
gambaran radiologi
 WHO
Gejala klinis sederhana :
napas cepat, sesak napas
(retraksi epigastrium ),
dan berbagai tanda
bahaya agar anak segera
dirujuk ke rumah sakit
Pneumonia lobaris

Atelektasis Bronkioloitis

Diagnosis
Banding
Tuberkulosis Asma Bronkial

Aspirasi benda
asing
Kriteria Rawat Inap
Bayi Anak
 Saturasi oksigen ≤ 92%,  Saturasi oksigen < 92%,
sianosis sianosis
 Frekuensi nafas >  Frekuensi nafas
60x/menit >50x/menit
 Distress pernafasan , apnea  Distress pernafasan,
intermitten
grunting
 Tidak mau
 Terdapat tanda dehidrasi
minum/menyusu
 Keluarga tidak bisa  Keluarga tidak bisa
merawat di rumah merawat dirumah
Tatalaksana Umum
Antibiotika

 Rekomendasi UKK Respirologi :


 Neonatus – 2 bulan : ampisilin +gentamisin
 > 2bulan:
 Lini pertama : ampisilin bila dalam 3 hari tidak ada
perbaikan dapat ditambahkan kloramfenikol
 Lini kedua : Seftriakson

• WHO
Balita dan anak yang lebih besar = antibiotik beta – laktam
dengan/tanpa klavulanat
Kasus yang lebih berat = beta – laktam/klavulanat + makrolid
baru intravena, atau sefalosporin generasi ketiga
Komplikasi Prognosis
 Efusi pleura  Sembuh total
 Empiema  Mortalitas kurang dari 1
 Abses paru %.
 Pneumotorak  Tidak mempengaruhi
 Gagal nafas
tumbuh kembang anak.3
 Sepsis
 Anak laki-laki berusia 2 tahun 5 bulan dirawat di
bangsal anggrek dengan diagnosis bronkopneumonia

TEORI

Bronkopnemonia /pnemonia
lobularis
• Peradangan akut dari parenkim paru yang
biasanya terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkus dan juga alveolus sekitarnya berupa
distribusi berupa bercak-bercak (patchy
distribution),
• Sering menimpa anak-anak dan balita
TEORI
Usia pasien

Spektrum etiologi Gambaran klinis Strategi pengobatan


Teori Kasus
 Segi usia => penyebab  Laki-laki, 2 tahun 5
dari infeksi paru => bulan
Streptococcus
 1 Virus : RSV (<5th) pneumoniae
RSV
 2. Bakteri : Streptococcus
pneumoniae, Staphylococcus
aureus
Staphylococcus aureus,
dan Hemophilus
Hemophilus
influenzae (<3th) influenzae
Teori Kasus
 Defek anatomi sistem respirasi
bawaan,  Gizi yang kurang yang
 Imunodefisiensi, => daya tahan tubuh
 GERD,
 Gangguan sistem neurologi (aspirasi),
menurun,
 Gizi buruk,  Kemungkinan pada
 BBLR,
 Tidak mendapatkan ASI, imunisasi lingkungan bermain
tidak lengkap, pasien ini terdapat hal
 Terdapat anggota keluarga serumah
yang batuk, yang sama, dan
 Sedang mendapatkan perawatan di RS
terutama di bagian perawatan intensif
atau sedang menjalani prosedur
tindakan invasif.
Teori Kasus
 Diawali dari patofisiologi  Keluhan : sesak napas,
bronkopnemonia batuk dengan dahak yang
 Sesak yang timbul =>
tidak bisa keluar, demam
batuk yang awalnya kering
kemudian menjadi  PF: RR yang meningkat,
produktif => suhu meningkat, nafas
meningkatnya respirasi cuping hidung (+),retraksi
(takipnoe)=> nafas cuping
hidung=> peningkatan dinding dada, terdapat
nafas menggunakan otot- ronki basah kasar dan
otot inspirasi dan ekspirasi wheezing
paksa => retraksi dada
membentuk koloni dan
Patogen yang terhirup
menginfeksi saluran menempel pada
masuk ke saluran nafas nafas seperti faring, dinding alveoli
laring, dan trakea

proses peradangan yang radang pada dinding pertahanan


meliputi empat alveoli dan jaringan
stadium sekitarnya tubuh tidak kuat
peningkatan aliran
Peradangan di daerah pelepasan mediator-
pengaktifan sel imun darah dan
baru yang terinfeksi mediator peradangan
dan cedera jaringan permeabilitas kapiler
(stadium hiperemia) dari sel-sel mast
di tempat infeksi

meningkatkan jarak
perpindahan eksudat
gangguan pertukaran yang harus ditempuh edema antar kapiler
plasma ke dalam
gas oleh oksigen dan dan alveolus
ruang interstisiel
karbondioksida

Tubuh merespon
dengan bernapas Nafas cuping hidung
hiperkapnea dan
hipoksia cepat (takipnoe) , Retraksi dinding dada
dyspnea
PF: ronki basah kasar
+, wheezing +

terisi oleh sel


darah merah, peningkatan
Reaksi peradangan
eksudat, leukosit leukosit
dan fibrin

Lobus yang udara alveoli tidak


Sesak napas
terkena menjadi ada atau sangat
bertambah
padat minimal

Napas cuping hidung +, retraksi dinding


dada +
Reaksi peradangan

Penumpukan sekret di bronkus dan


alveoli

Merangsang reflek batuk dan


mucociliary clearance

Batuk
Meraqngsang
hipotalamus Meningkatkan suhu
Reaksi peradangan
meningakatkan patokan basal
suhu (set point)

Pelepasan piroen Sinyal mencapai SSP


DEMAM
endogen membentuk PG

IL-1, IL-6
Merangsang saraf vagus
Menembus sawar otak
23: Bangsal, demam +,
sesak napas +, batuk +,
21: Demam +, pilek +, nafas cepat +,
sesak napas +, nafas cuping hidung +,
batuk +, pilek retraksi dinding dada
+ + ,rh +, wh +
22: IGD, sesak napas +, batuk +,
pilek +, nafas cepat +, nafas
cuping hidung +, retraksi
dinding dada + ,rh +, wh +
24:demam -, sesak napas 27:demam -, sesak napas
+, batuk +, pilek +,,rh +, -, batuk +, pilek +,rh +↓,
wh + wh -

25:demam -, sesak napas


+ ↓, batuk +, pilek,rh +,
wh +
28:demam -, Stad. Kongesti (12
sesak napas -,
batuk +, pilek jam)
+,rh +↓, wh - Stad. Red
hepatisasi (48
jam berikutnya)
29:demam -, Stad.grey
sesak napas -,
batuk +, pilek
hepatisasi dan
+,rh -, wh - stad.resolusi
Teori Kasus
 Pem.Lab:  Pem.Lab:
- Pnemonia virus : leukosit
normal/meningkat Leukositosis : 18.500/uL =>
- Pnemonia bakteri : leukosit bakteri
meningkat dengan  Ro: paru:
predominan PMN
 Rontgen: gamb. Difus merata Corakan vaskuler meningkat
pada ke2 paru, berupa Tampak bercak pada
bercak2 infiltrat halus yang
dapat meluas hingga daera perihiler kanan kiri
perifer paru, disertai dengan  Kesan :
peningkatan corakan
peribronkial Gamb.bronkopnemonia
Teori Kasus

 Diagnosis :
 Diagnosis :
 Anamnesis : sesak napas,
anamnesis, PF batuk dengan dahak yang
pem.laboratorium, tidak bisa keluar, demam
 PF: RR yang meningkat,
gambaran radiologis suhu meningkat, nafas
 demam, sianosis, dan cuping hidung (+),retraksi
lebih dari satu gejala dinding dada, terdapat
respiratori sebagai ronki basah kasar dan
wheezing
berikut: takipnea, batuk,  Pem.Lab:
napas cuping hidung,
Leukositosis : 18.500/uL
retraksi, ronki, dan suara
 Ro paru:
napas melemah. Gamb.bronkopnemonia
Teori
Kasus
 Pneumonia berat: Batuk dan
atau kesulitan bernapas
ditambah minimal salah satu
hal berikut ini:
 kepala terangguk – angguk  Termasuk
 pernapasan cuping hidung
 tarikan dinding dada bagian
bronkopnemonia berat
bawah ke dalam
 foto dada menunjukkan
gambaran pneumonia ( infiltrat
luas, konsolidasi, dll. )
 Selain itu bisa didapatkan
pula tanda berikut ini:
 Napas cepat
 Pada auskultasi terdengar
 crackles ( ronki )
 suara pernapasan menurun
 suara pernapasan bronkial
Teori Kasus
 Bronkiolitis :
-Inflamasi pada bronkiolus
 Diagnosa banding
-Etiologi : RSV Bronkiolitis
-Usia 2-24 bulan, puncaknya 2-8 bulan.
-95% <2th, 75% < 1th Asma bronkiale
-Gejala awal : IRA ec virus
-Gejala lanjutan seperti pnemonia
-Pem.lab: Leukosit normal
 Asma :
Mengi berulang dan/atau batuk
persisten dengan karakteristik sebagai
berikut: timbul secara episodik,
cenderung malam hari/dini hari,
musiman, setelah aktivitas fisik, terdapat
riwayat asma atau atopi pada keluarga.
Teori Kasus
 Indikasi ranap:  Tanda-tanda distres
- saturasi oksigen ≤ 92 %, pernafasan =>> adanya
sianosis takipnoe, nafas cuping
- frekuensi napas ≥ 50 hidung, dan adanya
x/menit
retraksi pada dinding
- distress pernapasan
dada pasien.
- Grunting
- terdapat tanda dehidrasi
- keluarga tidak bisa
merawat dirumah
Teori Kasus
 Dasar tatalaksana :  Suportif:
 Tindakan suportif. : - O2 nasal kanul 2lt/menit =>
-terapi oksigen tanda-tanda distres
- cairan intravena, pernafasan
- - cairan IV => pemberian
obat secara intravena ,
memasukkan cairan rehidrasi
(infus 2A ½ NS 12 tpm)
Teori Kasus
Dosis Paracetamol = 10-20mg/kgBB Paracetamol injeksi jika T>37,6
(6x150mg iv)
Dosis solvinex = 0.5mg/kgBB/hari Injeksi solvinex (3x2mg iv) =>
dibagi 3 dosis mukolitik

Dosis dexametason = 0.5-2 Injeksi dexametason (3x2.5mg iv ) =>


mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 kali antiradang untuk membantu
mengurangi inflamasi pada paru-paru

Dosis salbutamol = 0.3-0.6 Salbutamol oral (3x1.1mg) =>short


mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 kali acting β2 agonis => reliever dan
mencegah bronkospasme
Dosis ambroksol = 0,5 mg/kgbb/x ambroxol oral(3x 5,5mg ) => membantu
dan pengenceran dahak
Teori Kasus
 Combivent : salbutamol  Nebulisasi combivent
dikombinasi dengan
ipratropium bromida UDV 1 respul
 efek bronkodilatasinya
lebih baik daripada jika
masing-masing obat
diberikan sendiri-sendiri.
 Kombinasi ini sebaiknya
diberikan setelah 1 kali
nebulisasi beta 2 agonis
tidak/kurang memberikan
respon
Teori Kasus
 Pengobatan kausal dengan  Ceftazidime injeksi =>
antibiotik yang sesuai pengalaman empiris :
 WHO merekomendasi 1. kemungkinan etiologi
anak usia 2 bulan- 5 penyebab
tahun+pneumonia berat 2. mempertimbangkan usia dan
=> ampisilin parenteral 3. keadaan klinis pasien serta
atau penisilin + gentamicin 4. faktor epidemiologis
sebagai obat lini pertama  Kombinasi dengan Azitromisin
 Cefalosporin generasi per oral => digunakan bila
dicurigai kuman Staphylococcus
ketiga sebagai lini kedua aureus sebagai penyebab
apabila gagal dengan lini
pertama
Dosis ceftazidime = Ceftazidime 2x500mg iv
30-100mg/kgBB/hari dibagi 2-3 kali

Dosis Azitromisin = 10-15 Azitromicyn oral 1x200mg


mg/kgBB/hari
Teori Kasus
 Rekomendasi IDAI, fisioterapi dada tidak
bermanfaat dan tidak dianjurkan untuk anak  hari ketiga rawat inap,
yang menderita pnemonia
 Fisioterapi dada membantu mengeleminasi pasien dianjurkan
inflamatory eksudat dan sekret
trakeobronkial, menghilangkan obstruksi
saluran napas, mengurangi hambatan udara,
fisioterapi dada
menambah pertukaran gas, dan mengurangi
kerja pernapasan  Pasien diijinkan pulang
 Kriteria pulang:
-Gejala dan tanda pneumonia menghilang
pada hari ke6
-Asupan peroral adekuat
-Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah
(peroral)
-Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian
terapi dan rencana kontrol
-Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan
lanjutan dirumah
Teori Kasus
 Prognosis sembuh total Prognosis
 Ad vitam : ad bonam
 Mortalitas kurang dari 1 (tidak mengancam nyawa dan
% terjadi perbaikan klinis pada pasien)
 Ad fungsinam : ad bonam
 Mortalitas dapat lebih (fungsi-fungsi pada pernafasannya
tinggi didapatkan pada tidak mengalami gangguan yang
bermakna setelah terjadinya
anak-anak dengan perbaikan klinis)
keadaan malnutrisi  Ad sanationam : dubia ad bonam
(apabila daya tahan tubuh pasien
energi – protein dan kembali melemah dan disertai
datang terlambat untuk adanya penularan kepada pasien
tersebut.)
pengobatan

Anda mungkin juga menyukai