030.11.167
Pembimbing : dr. FAJAR DANU AJI,Sp.A
Nama : An. MR
Agama : Islam
Suku : Jawa
Keluhan
Utama:
• Sesak napas
sejak satu
hari sebelum
masuk RS
4
Antropometri
• Berat badan : 11 kg
• Tinggi badan : 86 cm
• Status Gizi
• BB / U = 11/13,1 x 100 % = 84%
• TB / U = 86/91 x 100 % = 94,5%
• BB / TB = 11/12,5 x 100 % = 88% (gizi kurang) => kurva CDC tahun
2000
Keadaan Umum
Kesadaran
• Compos Mentis
10
Tanda Vital
LEHER
Trakea di tengah, KGB tidak teraba
THORAX
Paru-Paru
I : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerak dada simetris
kiri dan kanan pada saat statis dan dinamis, retraksi
dinding dada (+)
P : Vocal fremitus simetris kiri dan kanan
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikular +/+, rhonki +/+, wheezing +/+
13
JANTUNG
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba pada ICS IV linea
midklavikularis sinistra
P : Batas atas : ICS II linea sternalis
sinistra
Batas kanan : ICS V linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS IV linea midklavikularis
sinistra
A : Bunyi Jantung I dan II regular, gallop (-),
murmur (-)
14
ABDOMEN
I : Bentuk abdomen datar, tidak terlihat
pelebaran vena
P : Supel, hepar dan lien tidak teraba, Nyeri
tekan Epigastrium (-), Undulasi (-), Turgor
kulit baik
P : Timpani pada seluruh kuadran
A : Bising Usus (+), 3 x/menit
15
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
Kulit : warna sawo matang merata, ptekie (-), pucat (-), ikterik
(-), sianosis (-), turgor kulit baik.
Genital : tidak dilakukan pemeriksaan
Anal : tidak dilakukan pemeriksaan
16
• Bronkopnemonia
Peradangan akut dari parenkim paru pada bagian distal bronkiolus
terminalis dan meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris,
sakus alveolaris, dan alveoli
masalah di berbagai negara terutama di negara
berkembang seperti Indonesia
Jamur
Defisit imunologi
Polusi
GERD (Gastroesofageal Reflux)
Aspirasi
Gizi buruk
BBLR
Adanya saudara serumah yang batuk
Lingkungan padat
Berdasarkan klinis dan Berdasarkan bakteri
epidemiologis penyebab
Pneumonia komuniti Pneumonia bakterial /
tipikal
Pneumonia nosokomial
Pneumonia atipikal,
Pneumonia aspirasi (disebabkan Mycoplasma,
Pneumonia pada Legionella dan Chlamydia
)
penderita Immunocompr
Pneumonia virus
omised
Pneumonia jamur (sering
merrupakan infeksi
sekunder)
Berdasarkan predileksi
infeksi
Pneumonia lobaris
Bronkopneumonia
Pneumonia interstisial
Penyebaran :
1. Inokulasi langsung
2. Hematogen
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Aspirasi
Kongesti (4 – 12 jam pertama)
Resolusi (7 – 11 hari)
Gambaran infeksi umum Gambaran gangguan
demam: suhu bisa respiratori:
mencapai 39 – 40 oC batuk yang awalnya kering
sakit kepala kemudian menjadi
gelisah produktif
malaise sesak nafas
penurunan nafsu makan retraksi dada
keluhan gastrointestinal, takipnea
seperti mual, muntah, napas cuping hidung
atau diare penggunaan otot
kadang – kadang pernafasan tambahan
ditemukan gejala infeksi merintih
ekstrapulmoner sianosis
Inspeksi • retraksi otot epigastrik, interkostal, suprasternal, dan
pernapasan cuping hidung
Auskultasi • Crackles
Pemeriksaan Foto Thorak
Bronkpnemonia
Gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak –
bercak infiltrat halus yang dapat
meluas hingga daerah perifer
paru, disertai dengan
peningkatan corakan
peribronkial
Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin dan Hitung jenis leukosit
Kultur dan pewarnaan gram sputum
Efusi pleura pungsi pleura
Uji Tuberkulin ( terutama pada anak kontak dengan
penderita TB dewasa)
Pulse Oxymetri
gambaran klinis yang
menunjukkan
keterlibatan sistem
respiratori, serta
gambaran radiologi
WHO
Gejala klinis sederhana :
napas cepat, sesak napas
(retraksi epigastrium ),
dan berbagai tanda
bahaya agar anak segera
dirujuk ke rumah sakit
Pneumonia lobaris
Atelektasis Bronkioloitis
Diagnosis
Banding
Tuberkulosis Asma Bronkial
Aspirasi benda
asing
Kriteria Rawat Inap
Bayi Anak
Saturasi oksigen ≤ 92%, Saturasi oksigen < 92%,
sianosis sianosis
Frekuensi nafas > Frekuensi nafas
60x/menit >50x/menit
Distress pernafasan , apnea Distress pernafasan,
intermitten
grunting
Tidak mau
Terdapat tanda dehidrasi
minum/menyusu
Keluarga tidak bisa Keluarga tidak bisa
merawat di rumah merawat dirumah
Tatalaksana Umum
Antibiotika
• WHO
Balita dan anak yang lebih besar = antibiotik beta – laktam
dengan/tanpa klavulanat
Kasus yang lebih berat = beta – laktam/klavulanat + makrolid
baru intravena, atau sefalosporin generasi ketiga
Komplikasi Prognosis
Efusi pleura Sembuh total
Empiema Mortalitas kurang dari 1
Abses paru %.
Pneumotorak Tidak mempengaruhi
Gagal nafas
tumbuh kembang anak.3
Sepsis
Anak laki-laki berusia 2 tahun 5 bulan dirawat di
bangsal anggrek dengan diagnosis bronkopneumonia
TEORI
Bronkopnemonia /pnemonia
lobularis
• Peradangan akut dari parenkim paru yang
biasanya terlokalisir yang biasanya mengenai
bronkus dan juga alveolus sekitarnya berupa
distribusi berupa bercak-bercak (patchy
distribution),
• Sering menimpa anak-anak dan balita
TEORI
Usia pasien
meningkatkan jarak
perpindahan eksudat
gangguan pertukaran yang harus ditempuh edema antar kapiler
plasma ke dalam
gas oleh oksigen dan dan alveolus
ruang interstisiel
karbondioksida
Tubuh merespon
dengan bernapas Nafas cuping hidung
hiperkapnea dan
hipoksia cepat (takipnoe) , Retraksi dinding dada
dyspnea
PF: ronki basah kasar
+, wheezing +
Batuk
Meraqngsang
hipotalamus Meningkatkan suhu
Reaksi peradangan
meningakatkan patokan basal
suhu (set point)
IL-1, IL-6
Merangsang saraf vagus
Menembus sawar otak
23: Bangsal, demam +,
sesak napas +, batuk +,
21: Demam +, pilek +, nafas cepat +,
sesak napas +, nafas cuping hidung +,
batuk +, pilek retraksi dinding dada
+ + ,rh +, wh +
22: IGD, sesak napas +, batuk +,
pilek +, nafas cepat +, nafas
cuping hidung +, retraksi
dinding dada + ,rh +, wh +
24:demam -, sesak napas 27:demam -, sesak napas
+, batuk +, pilek +,,rh +, -, batuk +, pilek +,rh +↓,
wh + wh -
Diagnosis :
Diagnosis :
Anamnesis : sesak napas,
anamnesis, PF batuk dengan dahak yang
pem.laboratorium, tidak bisa keluar, demam
PF: RR yang meningkat,
gambaran radiologis suhu meningkat, nafas
demam, sianosis, dan cuping hidung (+),retraksi
lebih dari satu gejala dinding dada, terdapat
respiratori sebagai ronki basah kasar dan
wheezing
berikut: takipnea, batuk, Pem.Lab:
napas cuping hidung,
Leukositosis : 18.500/uL
retraksi, ronki, dan suara
Ro paru:
napas melemah. Gamb.bronkopnemonia
Teori
Kasus
Pneumonia berat: Batuk dan
atau kesulitan bernapas
ditambah minimal salah satu
hal berikut ini:
kepala terangguk – angguk Termasuk
pernapasan cuping hidung
tarikan dinding dada bagian
bronkopnemonia berat
bawah ke dalam
foto dada menunjukkan
gambaran pneumonia ( infiltrat
luas, konsolidasi, dll. )
Selain itu bisa didapatkan
pula tanda berikut ini:
Napas cepat
Pada auskultasi terdengar
crackles ( ronki )
suara pernapasan menurun
suara pernapasan bronkial
Teori Kasus
Bronkiolitis :
-Inflamasi pada bronkiolus
Diagnosa banding
-Etiologi : RSV Bronkiolitis
-Usia 2-24 bulan, puncaknya 2-8 bulan.
-95% <2th, 75% < 1th Asma bronkiale
-Gejala awal : IRA ec virus
-Gejala lanjutan seperti pnemonia
-Pem.lab: Leukosit normal
Asma :
Mengi berulang dan/atau batuk
persisten dengan karakteristik sebagai
berikut: timbul secara episodik,
cenderung malam hari/dini hari,
musiman, setelah aktivitas fisik, terdapat
riwayat asma atau atopi pada keluarga.
Teori Kasus
Indikasi ranap: Tanda-tanda distres
- saturasi oksigen ≤ 92 %, pernafasan =>> adanya
sianosis takipnoe, nafas cuping
- frekuensi napas ≥ 50 hidung, dan adanya
x/menit
retraksi pada dinding
- distress pernapasan
dada pasien.
- Grunting
- terdapat tanda dehidrasi
- keluarga tidak bisa
merawat dirumah
Teori Kasus
Dasar tatalaksana : Suportif:
Tindakan suportif. : - O2 nasal kanul 2lt/menit =>
-terapi oksigen tanda-tanda distres
- cairan intravena, pernafasan
- - cairan IV => pemberian
obat secara intravena ,
memasukkan cairan rehidrasi
(infus 2A ½ NS 12 tpm)
Teori Kasus
Dosis Paracetamol = 10-20mg/kgBB Paracetamol injeksi jika T>37,6
(6x150mg iv)
Dosis solvinex = 0.5mg/kgBB/hari Injeksi solvinex (3x2mg iv) =>
dibagi 3 dosis mukolitik