Anda di halaman 1dari 30

KEBIJAKAN FISKAL

OLEH : KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

A.A. ISTRI RATNA DEWI


(1707511068)
WAYAN PEBRI ANDIKA PUTRI
(1707511069)
NI PUTU EKA PRATIWI DHARMA
PUTRI
(1707511070)
POKOK BAHASAN :
1. Pola-Pola Penerimaan Pemerintah Indonesia
2. Analisa Mengenai Pola Penerimaan Negara
3. Pola-Pola Pengeluaran Pemerintah Indonesia
4. Analisa Mengenai Pola Pengeluaran Negara
5. Kebijakan Perpajakan Dan Pengeluaran
Pemerintah Sebagai Bagian Dari Kebijakan
Moneter
6. Analisa Mengenai Kebijakan Perpajakan Dan
Pengeluaran Pemerintah
1. Pola-Pola Penerimaan
Pemerintah Indonesia

Kebijaksanaan fiskal pada umumnya terdiri dari


kebijaksanaan penerimaan dan pengeluaran
negara/pemerintah. Penerimaan pemerintah Indonesia
dibedakan menjadi :
1. Penerimaan dalam negeri
2. Hibah
Data mengenai penerimaan dalam negeri dan hibah
disajikan dalam bentuk yang lebih rinci pada Tabel 9.4, di mana
ternyata bahwa jumlah penerimaan negara dari tahun 2002
selalu mengalami kenaikan dari Rp. 298.605 miliar menjadi Rp.
694.088 miliar pada tahun 2007, atau telah menjadi dua kali
lipat dalam enam tahun atau rata-rata kenaikan sebesar 50
persen. Dari jumlah ini hanya sebagian kecil (kurang dari satu
persen) merupakan hibah yang ternyata mengalami kenaikan
pada tiga tahun pertama untuk kemudian mengalami penurunan
pada dua periode terakhir
Penerimaan dalam negeri dibedakan menjadi :
1. Penerimaan dari perpajakan (baik pajak langsung
maupun tidak langsung, baik di dalam negeri
maupun pajak dari perdagangan internasional)
2. Penerimaan bukan pajak (penerimaan negara bukan
pajak), semua penerimaan negara yang bukan pajak
seperti halnya uang sekolah (SPP), penerimaan dari
penjualan bibit oleh departemen yang membuat
pembibitan untuk rakyat, asset milik pemerintah yang
dijual kepada rakyat seperti misalnya rumah dinas,
mobil dinas, dan sebagainya
Anggaran untuk dua komponen ini untuk 2002-
2007 (dalam miliar rupiah) adalah seperti pada
tabel 9.5
Dari angka-angka dalam Tabel 9.5 ternyata
bahwa baik anggaran penerimaan negara dari
perpajakan maupun bukan pajak telah mengalami
kenaikan lebih dari dua kali lipat dalam kurun waktu
enam tahun dari 2002-2007, yakni untuk penerimaan
negara dari perpajakan telah menjadi 2,34 kali dari
jumlah tahun 2002, sedangkan dari sumber bukan
pajak telah menjadi 2,24 dari jumlah tahun 2002. Ini
berarti usaha-usaha intensifikasi dan ekstensifikasi
penagihan pajak dan bukan pajak telah membuahkan
hasil, meskipun tidak tertutup kemungkinan perbaikan
di masa akan datang.
Dari sudut jumlah penerimaan pajak telah terjadi
kenaikan yang terus menerus dari tahun 2002 sejumlah
Rp. 210.088 miliar menjadi Rp.492.001 miliar pada
tahun 2007, sedangkan angka-angka untuk bukan
pajak mengalami peningkatan dari Rp. 88.440 menjadi
Rp. 198.254 miliar pada tahun 2007. Selanjutnya
penerimaan negara dari pajak dibedakan menjadi :
1. Pajak Dalam Negeri, yang terdiri dari komponen :
pajak penghasilan dari migas dan non migas, pajak
pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, bea
perolehan hak atas tanah & bangunan, cukai, dan
pajak lainnya
2. Pajak dari perdagangan internasional, pajak impor
dan pungutan administrasi ekspor
Sedangkan pajak dari perdagangan
internasional adalah sebagai berikut di mana
sebagian besar karena bea masuk untuk impor,
sedangkan pajak ekspornya hanyalah sekedar
bea administrasi ekspor seperti terlihat pada
Tabel 9.8
Komponen penerimaan negara dari bukan pajak
beserta jumlah (dalam miliar rupiah) dapat dilihat
pada Tabel 9.9 dibawah ini. Dari tabel tersebut
kelihatan bahwa komponen penerimaan negara bukan
pajak yang paling besar adalah dari sumber daya
alam, di mana minyak bumi mempunyai pangsa lebih
dari 60 persen, kemudian diikuti oleh gas alam sekita
20 persen dari total sumbangan sumber daya alam.
Komponen lain dari penerimaan bukan pajak selain
dari penerimaan SDA adalah Bagian Laba BUMN,
Surplus Bank Indonesia,
dan penerimaan negara bukan pajak lainnya.
2. Analisa Mengenai Pola
Penerimaan Negara
Penerimaan pemerintah (baik pemerintah pusat
maupun daerah) dapat berasal dari pungutan pajak
maupun bukan pajak, serta sumbangan ataupun
bantuan dan pinjaman. Untuk pemerintah daerah,
sumbangan atau bantuan yang terbesar diterima
biasanya dari pemerintah pusat. Yang termasuk dalam
penerimaan bukan pajak, untuk kasus penerimaan
pemerintah daerah ini, adalah seperti: retribusi, hasil
penjualan dan/atau penyewaan aktiva (kekayaan)
milik pemerintah daerah, serta hasil pengenaan denda
terhadap para pelanggar peraturan.
Penerimaan dari pajak
Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam
sebuah negara, tanpa pajak kehidupan negara tidak
akan bisa berjalan dengan baik. Pembangunan
infrastruktur, biaya pendidikan, biaya kesehatan,
subsidi bahan bakar minyak (BBM), pembayaran para
pegawai negara dan pembangunan fasilitas publik
semua dibiayai dari pajak.
Penerimaan Bukan Pajak
Pada awalnya penerimaan negara yang sering
dibahas oleh para ahli ekonomi hanya dari sisi
perpajakan semata. Padahal ada jenis penerimaan
negara yang walaupun jumlahnya tidak sebesar
pajak, namun kontribusinya cukup signifikan untuk
membiayai belanja negara yaitu penerimaan negara
bukan pajak.
Selaku fungsi budgetary, penerimaan negara
bukan pajak berperan besar dalam memberikan
kontribusi terhadap pendapatan negara. penerimaan
negara bukan pajak merupakan penyumbang
pendapatan negara terbesar kedua setelah
pendapatan perpajakan. sebagai fungsi regulatory,
penerimaan negara bukan pajak merupakan instrumen
strategis dalam mengarahkan dan menetapkan
regulasi dan kebijakan pemerintah pusat di berbagai
sektor pemerintahan.dalam upaya menjalankan fungsi
budgetary, pemerintah pusat melakukan kegiatan
intensifikasi dan ekstensifikasi guna menggali potensi
penerimaan negara bukan pajak sehingga tercapainya
optimalisasi penerimaan negara bukan pajak.
Pinjaman Negara
Pemerintah perlu melakukan kegiatan-kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Kegiatan-
kegiatan tersebut harus ditunjang dengan pengeluaran
pemerintah yang dibiayai dengan penerimaan
pemerintah. Jika penerimaan pemerintah dalam APBN
tidak mencukupi untuk menutup pengeluarannya, maka
dibutuhkan sumber-sumber lain berupa pinjaman yang
berasal dari dalam dan luar negeri (pinjaman negara).
Pinjaman negara memainkan peranan penting dalam
pengelolaan keuangan negara. Dalam kaitannya dengan
keuangan negara, pinjaman negara adalah salah satu
kewajiban pemerintah. Pinjaman negara sebagai sumber
pembiayaan pembangunan bisa jadi lebih baik jika
dibandingkan dengan penarikan pajak.
3. Pola-Pola Pengeluaran
Pemerintah Indonesia

Anggaran belanja negara/pemerintah terdiri


dari anggaran untuk Pemerintah Pusat dan
aggaran untuk Pemerintah Daerah, di mana
anggaran untuk Pemerintah Pusat sekitar dua kali
dari anggaran untuk Pemerintah Daerah, seperti
yang ditunjukkan oleh Tabel 9.10 di bawah ini.
Anggaran belanja untuk Pemerintah Pusat, demikian juga
keadaannya untuk Pemerintah Daerah, dibedakan menjadi untuk
pengeluaran rutin (administrasi pemerintahan) dan untuk
pengeluaran pembangunan. Anggaran rutin Pemerintah Pusat
relative tetap untuk 2002,2003,dan 2004, sekitar Rp. 180 an triliun
kemudian melonjak tajam ke tahun 2005-P menjadi diatas Rp. 325
triliun dan pada anggaran 2007 menjadi di atas Rp.426 triliun.
4. Analisa Mengenai Pola
Pengeluaran Negara
Pola-pola pengeluaran Pemerintah Indonesia terdiri
dari Pengeluaran Pemerintah Pusat (anggaran belanja
pemerintah pusat) dan Pengeluaran Pemerintah Daerah
(anggaran belanja pemerintah daerah).
1.Anggaran Belanja Pemerintah Daerah
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
merupakan kebijaksanaan keuangan tahunan pemerintah
daerah yang disusun berdasarkan ketentuan Perundang-
undangan yang berlaku, serta berbagai pertimbangan
lainnya dengan maksud agar penyusunan, pemantauan,
pengendalian dan evaluasi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah mudah dilakukan. Pada sisi yang lain
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dapat pula
menjadi sarana bagi pihak tertentu untuk melihat atau
mengetahui kemampuan daerah baik dari sisi
pendapatan maupun sisi belanja.
2. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat
Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam
perekonomian yang dilakukan oleh pemerintah melalui
instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). APBN adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana penerimaan dan
pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari -
31 Desember).
APBN merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran
dan pendapatan negara dalam rangka membiayai
pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan,
mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan
nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan
arah serta prioritas pembangunan secara umum.
Fungsi APBN menurut Undang-
undang No. 17 Tahun 2003, yaitu
sebagai berikut:
1. Fungsi otorisasi
2. Fungsi perencanaan
3. Fungsi pengawasan
4. Fungsi alokasi
5. Fungsi distribusi
6. Fungsi stabilisasi
5. Kebijakan Perpajakan Dan
Pengeluaran Pemerintah Sebagai
Bagian Dari Kebijakan Moneter
Sebagaimana kita ketahui bahwa anggaran belanja
pemerintah (dan anggaran untuk lembaga sosial)
berbeda dengan anggaran belanja rumah tangga
pribadi. Kalau dalam anggaran untuk rumah tangga
pribadi pertama-tama ditentukan penerimaan rumah
tangga tersebut sebagai dasar untuk menentukan
anggaran pengeluarannya, maka keadaan sebaliknya
berlaku untuk anggaran rumah tangga pemerintah dan
lembaga sosial, di mana pertama-tama ditentukan
jumlah pengeluaran yang diperlukan sebagai dasar
untuk menentukan berapa besar dan dari mana saja
beban belanja tersebut bersumber.
Pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap
penghasilan nasional.
Pengeluaran pemerintah rutin dan pembangunan
dibayarkan kepada masyarakat. Mereka menerima
tambahan pendapatan. Dari tambahan pendapatan
tesebut mereka cenderung untuk melakukan tambahan
konsumsi dan tambahan tabungan. Kecenderungan
tambahan konsumsinya disebut MPC (marginal
propensity to consume) dan kecenderungan tambahan
untuk menabung disebut MPS (marginal propensity to
save). MPC biasanya dinyatakan dalam pproporsi
terhadapt penghasilan (Y), demikian juga MPS
dinyatakan dalam proporsi terhadap pengasilan (Y),
sehingga MPC+MPS = 1 kali besarnya penghasilan.
Pengaruh pajak terhadap penghasilan nasional
Untuk membiayai pengeluarannya, pemerintah
menarik pajak dari rakyat. Pajak ini mempunyai sifat
mengurangi pendapatan dari mereka yang membayar
pajak itu (orang 1). Karena pendapatannya berkurang,
mereka cenderung mengurangi konsumsi (sebesar MPC
kali berkurangnya penghasilan), dan mereka cenderung
untuk mengurangi menabung (sebesar MPS kali
berkurangnya penghasilan). Demikian proses berjalan,
sama seperti logika pada pengeluaran pemerintah,
sampai pada orang yang ke tidak terhingga, jumlah
penghasilan masyarakat berkurang karena ada pajak
adalah sebesar pajak itu dikalikan dengan faktor
pengganda. Faktor penggandanya dapat diperoleh
dengan memanipulasi aljabar dasar sebesar k = -
(1/MPS-1).
Pengganda untuk anggaran berimbang
Oleh karena dalam anggaran berimbang, jumlah
pengeluaran pemerintah sama dengan jumlah pajak,
maka akibat dari anggaran belanja yang seimbang
terhadap penghasilan nasional adalah : (jumlah kenaikan
penghasilan nasional karena pengeluaran pemerintah)
dikurangi (jumlah pengurangan penghasilan nasional
karena adanya pajak). Karena yang pertama adalah
sebesar (1/MPS) kali jumlah pengeluaran pemerintah,
dan yang disebut belakangan adalah –(1/MPS-1),maka
tambahan penghasilan neto karena anggaran seimbang
adalah (1/MPS) – (1/MPS-1) = 1 kali anggaran
berimbang tersebut. Dengan kata lain faktor pengganda
untuk anggaran berimbang adalah (+1).
Tabungan pemerintah dan pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi satu negara dapat dibiayai
oleh sumber-sumber dari dalam negeri dan luar negeri.
Sumber pembiayaan pembagunan ekonomi dari dalam
negeri dapat berupa tabungan perorangan, tabungan
perusahaan, dan tabungan pemerintah, sedangkan yang
bersumber dari luar negeri adalah berupa bantuan dan
pinjaman luar negeri, penanaman modal langsung dari luar
negeri atau penanaman modal tidak langsung dari luar
negeri.
Yang dimaksud dengan tabungan pemerintah adalah
semua penerimaan dari dalam negeri dikurangi dengan
semua pengeluaran rutin. Namun untuk Indonesia masih
dikurangi lagi dengan anggaran belanja untuk daerah
yang harus dikeluarkan oleh pemerintah Pusat tiap tahun.
6. Analisa Mengenai Kebijakan
Perpajakan Dan Pengeluaran Pemerintah

Perpajakan
Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang–undang (yang dapat dipaksakan) dengan
tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang dapat langsung
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Pajak mempunyai dua fungsi yaitu, Fungsi penerimaan
(budgetair) dimana pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah
untuk untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya, dan fungsi
mengatur (regulerend) dimana pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi. Kebijakan perpajakan (Tax policy) adalah kebijakan
mengenai perubahan sistem perpajakan yang sesuai dengan
perkembangan, tujuan ekonomi, politik dan sosial pemerintah
Dengan adanya kebijakan perpajakan ini pemerintah
mengharapkan terjadi peningkatan penerimaan dari sektor pajak,
dalam rangka untuk mencapai kemandirian pembiayaan dan
pembangunan.
Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan
pemerintah. Apabila pemerintah telah menetapkan suatu
kebijakan untuk membeli barang dan jasa, pengeluaran
pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut.
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai
indikator besarnya kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh
pengeluaran pemerintah. Semakin besar dan banyak kegiatan
pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang
bersangkutan. Boediono (1999) mengungkapkan bahwa dalam
teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga
pos utama yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1.Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
2.Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai.
3.Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment
SESI DISKUSI

Anda mungkin juga menyukai