“MOBILITAS PENDUDUK”
OLEH KELOMPOK 3
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas paper ini yang berjudul
Mobilitas Penduduk. Adapun di dalam pembuatan paper ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga
dapat memperlancar pembuatan paper ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan paper ini. Namun tidak lepas dari itu,kami menyadari bahwa di
dalam pembuatan paper ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan paper di masa yang akan datang.
Semoga dengan disusunnya paper ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya paper ini dapat berguna bagi kami sendiri dan bagi orang
yang membacanya. Kami mohon maaf jika di dalam penyusun paper ini terdapat
kesalahan-kesalahan yang tidak sengaja kami perbuat. Demikian yang dapat kami
sampaikan semoga paper ini dapat memberikan manfaat.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………..…..1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
3.1.Kesimpulan ..................................................................................................... 21
3.2.Saran ................................................................................................................ 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara dengan jumlah penduduk
t e r b e s a r k e - 5 s e s u d a h RRC, India, USSR, dan USA, sangat merasakan
dampaknya. Banyaknya jumlah penduduk berdampak positif dan negatif.
Dampak positifnya adalah semakin banyaknya sumber daya manusia yang dapat
mengabdikan diri untuk memajukan Negara, tetapi dampak negatifnya adalah
dapat memunculkan masalah-masalah kependudukan akibat kurangn ya
sarana untuk mengimbangi jumlah penduduk dan penyebarannya yang tidak
merata.
Mobilitas penduduk telah berlangsung sejak terciptan ya manusia
pertama kali. Manusia melakukan perburuan maupun meramu tumbuh-
tumbuhan yang berguna u n t u k k e l a n g s u n g a n h i d u p n ya . S e b e l u m
m u l a i m e n a t a p m e r e k a m e l a k u k a n aktivitas di bidang pertanian yang
mulai dengan pola berpindah-pindah kemudian m e l a k u k a n pertanian
m e n e t a p . P a d a d a s a r n ya m a n u s i a m e l a k u k a n m o b i l i t a s dengan
suatu tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidupn ya mulai
dengan pemenuhan kebutuhan pangan sekunder lainnya. Dengan kata lain dapat
d i n ya t a k a n b a h w a s e s e o r a n g a k a n m e l a k u k a n m o b i l i t a s d e n g a n
tujuan untuk m e m p e r o l e h pekerjaan akan pendapatan.
D e n g a n d e m i k i a n d a e r a h t u j u a n mobilitas penduduk merupakan
derah dimana terdapat peluang yang lebih besar u n t u k m e m p e r o l e h
pekerjaan yang lebih baik, atau peningkatan pen dapatan.
Sehingga kesempatan kerja yang tersedia disuatu daerah
merupakan salah satu faktor pendorong adanya mobilitas penduduk.
S e l a n j u t n ya , j i k a k e b u t u h a n d a s a r n y a t e l a h d a p a t t e r p e n u h i
m a k a m o b i l i t a s dilakukan dengan tujuan memenuhi kebutuhan sekunder,
termasuk wisata bahkan m u n g k i n sampai tingkat foya -foya.
Mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses
pembangunan secara keseluruhan. Mobilitas telah menjadi penyebab dan
4
penerima dampak dari perubahan dalam struktur ekonomi dan s o s i a l s u a t u
d a e r a h . O l e h s e b a b i t u , t i d a k t e r l a l u t e p a t u n t u k h a n ya m e n i l a i
semata-mata aspek positif maupun negatif dari mobilitas
penduduk t e r h a d a p pembangunan yang ada, tanpa memperhitungkan
pengaruh kebaikannya. Tidak akan terjadi proses pembangunan tanpa adanya
mobolitas penduduk. Tetapi juga tidak akan terjadi pengarahan penyebaran
penduduk yang berarti tanpa adanya kegiatan pembangunan itu sendiri.
1.2.Rumusan Masalah
1.2.1. Definisi Dan Konsep Mobilitas Penduduk
1.2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk
1.2.3. Dampak Mobilitas Penduduk
1.2.4. Ukuran-Ukuran Mobilitas Penduduk
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1. Untuk Mengetahui Definisi Dan Konsep Mobilitas Penduduk
1.3.2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas
Penduduk
1.3.3. Untuk Mengetahui Dampak Mobilitas Penduduk
1.3.4. Untuk Mengetahui Ukuran-Ukuran Mobilitas Penduduk
1.4.Manfaat Penulisan
1.4.1. Tersedianya Sumber Pengetahuan Bagi Mahasiswa
1.4.2. Dapat Menambah Wawasan Bagi Mahasiswa
1.4.3. Dapat Menambah Prestasi Mahasiswa
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Dan Konsep Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari satu
daerah ke daerah lain. Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu yang
lama atau menetap seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan migrasi. Mobilitas
penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain
atau dari suatu daerah ke daerah lain. Beberapa jenis mobilitas penduduk yaitu :
1. Mobilitas Non Permanen (Tidak Tetap)
Mobilitas non permanen (tidak tetap) yaitu gerak penduduk dari suatu
wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan.
Mobilitas non permanen disebut juga dengan sirkuler. Data mobilitas penduduk
sirkuler sukar didapat karena para pelaku mobilitas sirkuler tidak memberitahu
kepergian mereka kepada kantor desa di daerah asal, begitu juga dengan
kedatangan mereka di daerah tujuan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
mobilitas penduduk sirkuler lebih banyak terjadi daripada mobilitas permanen.
Hal ini disebabkan, antara lain faktor sentrifugal dan sentripetal; perbaikan sarana
transportasi serta kesempatan kerja di sektor informal lebih besar dibanding
sekitar formal.
1. Faktor Sentrifugal dan Sentripetal
Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang terdapat di suatu wilayah yang
mendorong penduduk untuk meinggalkan daerahnya. Sementara itu, kekuatan
sentripetal adalah kekuatan yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal di
daerahnya. Kedua kekuasaan ini tarik-menarik. Kurangnya kesempatan kerja di
bidang pertanian, nonpertanian, dan terbatasnya fasilitas pendidikan yang ada
mendorong orang untuk pergi ke daerah yang tersedia fasilitas yang lebih lengkap.
Hal-hal yang mengikat penduduk untuk tetap tinggal didesa, antara lain sebagai
berikut.
- Jalinan persaudaraan dan kekeluargaan di antara warga desa yang sangat
erat.
- Adanya sistem gotong-royong yang kuat di pedesaan.
6
- Penduduk sangat erat dengan tanah pertaniannya.
- Warga desa terikat pada desa tempat mereka tinggal.
2. Perbaikan Sarana Transportasi
Dorongan untuk melaksanakan mobilitas sirkuler dipengaruhi oleh adanya
perbaikan sarana transportasi yang menghubungi antardesa dan kota. Sebelumnya,
penduduk desar yang bekerja di kota terpaksa mondok di kota, tetapi setelah jalan-
jalan diperbaiki dan banyaknya kendaraan umum, mereka mejadi penglaju
(malaju; pagi berangkat ke kota sore pulang ke desa).
3. Kesempatan kerja di sektor imformal lebih besar dibanding sektor formal.
Proses urbaniasai di indonesia tidak diikuti oleh perlunya lapangan
pekerjaan dengan urpa rendah tidak menentu. Kecil pendapatan migran dari desa
yang bekerja di kota dan tingginya biaya hidup di kota, tidaklah mungkin bagi
merka untuk betempat bersama keluarganya di kota. Hal ini yang menyebabkan
menjadi pengalaju.
7
Jenis-Jenis Migrasi
a. Migrasi Antarnegara (Internasional), yaitu perpindahan penduduk dari
suatu negara ke negara lain. Yang termasuk migrasi antarnegara adalah
sebagai berikut :
1. Imigrasi, yaitu masuknya penduduk negara lain ke satu negara.
Misalnya masuknya orang Malaysia ke Indonesia. Orang Malaysia
tersebut disebut sebagai imigran. Perpindahannya tersebut disebut
imigrasi. Imigrasi dapat bersifat permanen, artinya tinggal menetap
untuk selamanya. Sebaliknya dapat pula bersifat sementara,
misalnya TKI ke Arab Saudi berdasarkan kontrak dua tahun.
2. Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara
lain. Misalnya, orang-orang Indonesia yang pindah ke New
Caledonia dan Suriname. Mereka disebut emigran. Perpindahannya
disebut emigrasi.
3. Remigrasi, yaitu kembalinya para emigran ke negara asalnya.
Misalnya, orang-orang Ambon yang tadinya pindah ke Belanda
sebagai emigrant, kemudian kembali lagi ke Indonesia.
b. Migrasi Dalam Negeri (Nasional), yaitu perpindahan penduduk dari
suatu daerah ke daerah lain di wilayah negara itu. Misalnya,
perpindahan penduduk antarprovinsi. Yang termasuk migrasi dalam
negeri yaitu :
1. Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu pulau atau
provinsi yang berpenduduk padat ke suatu pulau atau provinsi lain
yang berpenduduk jarang di negara sendiri. Macam-macam
transmigrasi adalah sebagai berikut :
a. Transmigrasi umum, yaitu transmigrasi yang semua biayanya
ditanggung pemerintah, baik biaya perjalanan maupun biaya
hidup selama satu tahun di daerah transmigrasi.
b. Transmigrasi swakarsa, yaitu transmigrasi yang
pembiayaannya sebagian ditanggung sendiri dan sebagian
8
ditanggung pemerintah. Pemerintah member tanah dua hektar
dan membiayai perjalanannya.
c. Transmigrasi spontan, yaitu transmigrasi yang seluruh biaya
ditanggung oleh transmigran itu sendiri.
d. Transmigrasi bedol desa, yaitu transmigrasi yang dilakukan
oleh seluruh penduduk desa beserta pejabat pemerintah desa.
e. Transmigrasi khusus, yaitu transmigrasi yang diselenggarakan
oleh Departemen Transmigrasi beserta instansi pemerintah atau
organisasi lain.
f. Transmigrasi bekas pejuang, yaitu transmigrasi yang
diselenggarakan oleh bekas pejuang dan yang
ditransmigrasikan adalah mantan ABRI yang sudah pensiun.
2. Urbanisasi, yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota atau
kota-kota besar. Permasalahan yang berkaitan dengan urbanisasi
adalah
a. Keadaan di desa, banyak penduduk tidak memiliki tanah,
pendapatan penduduk rendah, dan sulit mencari pekerjaan di
luar bidang pertanian.
b. Keadaan di kota, banyak daya tarik di kota. Misalnya hiburan,
rekreasi, gedung-gedung, fasilitas pendidikan lengkap, luasnya
kesempatan kerja.
c. Akibat urbanisasi, kekurangan tenaga kerja di desa. Akibatnya
sulit mencari tenaga yang berpendidikan di desa dan sulit
mencari tenaga penggerak pembangunan di desa.
d. Akibat urbanisasi di kota, timbul pengangguran karena tidak
semua yang urbanisasi dapat pekerjaan, timbul tuna wisma,
timbul daerah kumuh, meningkatnya kriminalitas.
e. Usaha pemerintah mengurangi urbanisasi, pemerintah
membatasi penduduk desa pindah ke kota, melaksanakan
pembangunan sampai ke daerah-daerah, mengembangkan
kota-kota kecil, serta menyediakan fasilitas yang
9
dibutuhkan penduduk desa, misalnya fasilitas pendidikan,
kesehatan, hiburan, rekreasi, dan penerangan.
3. Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal adalah semua gerakan penduduk dalam usaha perubahan
status sosial. Contohnya, seorang buruh tani yang berganti pekerjaan menjadi
pedagang termasuk gejala perubahan status sosial. Begitu pula, seorang dokter
gigi beralih pekerjaan menjadi seorang aktor film juga termasuk mobilitas
vertikal.
4. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal adalah semua gerakan penduduk yang melintas batas
wilayah tertentu dalam periode waktu tertentu. Batas wilayah yang umumnya
adalah batas adminitrasi, seperti provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan.
Mobilitas horizontal dibagi menjadi dua, yaitu mobilitas permanen dan mobilitas
nonpermanen.
10
Dimana mobilitas dilakukan telah melampaui pengertian berwiraswasta
secara wajar yang dapat dimasukkan dalam kategori berfoya-foya dengan
konsumsi yang berlebihan.
11
kekayaan materi; (2) status;(3) rasa nyaman; (4) stimulasi; (5) otonomi; (6)
afiliasi; dan (7) mobilitas, yang dibobot secara rasional oleh pelaku mobilitas.
Untuk melakukan mobilitas atau tidak, sesorang akan memilih alternatif yang
diharapkan dapat memberikan manfaat terbesar. Tcha (1996, dalam
Susilowati,2001) mengungkapkan bahwa beberapa ahli (Mincer,1978;
Borjas,1990) menggunakan variabel non ekonomi untuk menjelaskan perilaku
keputusan melakukan migrasi. Mincer melihat keterikaitan suami istri dalam
peluang bermigrasi, sementara Borjas menggunanakan variable kesejahteraan
anak-anak dalam menerangkan keputusan bermigrasi. Sehingga pendekatan
psikologis dipakai sebagai aspek terpenting dalam memutuskan pilihan
bermobilitas.
3. Pendekatan Sosial
Pembahasan mobilitas penduduk tidak dapat dilepaskan dari pendekatan
sosial sebab tidak dapat disangkal bahwa antara pelaku mobilitas dengan
penduduk di tempat tujuan akan terjadi interaksi sosial. Menurut Sukanto (2000),
interaksi sosial merupakan hubungan –hubungan sosial yang dinamis menyangkut
hubungan antar personal, antar kelompok manusia, atau antar personal dengan
kelompok manusia. Adanya interaksi sosial memungkinkan terjadinya berbagai
aktivitas sosial. Proses interaksi sosial dapat bergerak kedua arah, yaitu pada
perwujudan kehidupan bersama yang penuh pertentangan. Atau dengan perkataan
lain, proses interaksi sosial dapat berada pada dua proses dasar, yaitu (1) proses
asosiatif dan (2) proses disosiatif. Proses asosiatif adalah suatu proses dimana
adanya inyang diwarnai oleh adanya persamaan –persamaan kebutuhan,
kegemaran atau perasaan sehingga cenderung bergerak pada perwujudan
keakraban, kerja sama, asimilasi, dan integrasi.
Proses disosiatif, adalah interaksi yang diwarnai oleh perbedaan-perbedaan
kepentingan perasaan atau aspirasi yang cenderung menimbulkan kompetesi dan
konflik. Suprapto (1997) memberikan contoh nyata dalam program transmigrasi.
Disebutkan bahwa agar program transmigrasi tidak mengarah kepada proses
disosiatif, melainkan lebih menekankan pada proses asosiatif seperti kerja sama,
12
asimilasi dan integrasi, maka program transmigrasi harus mulai menata kegiatan
yang mempertimbangkan dan mengantisipasi proses interaksi antar kelompok
pendatang dan penduduk asli. Dengan demikian dapat dilaksanakan perencanaan
yang mencari kecocokan antar kelompok dan penyiapanladangdan tanah tempat
tinggal para transmigran.
4. Pendekatan ekonomi
Pendekatan ini umumnya merupakan pendekatan yang sering
dipergunakan oleh para ahli dalam mengambarkan dinamika mobilitas penduduk.
Beberapa studi dan penelitian juga menyatakan bahwa faktor ekonomi adalah
faktor utama penduduk melakukan mobilitas. Revenstein (1885) dalam salah satu
hukum migrasinya mengatakan bahwa motif ekonomi merupakan pendorong
utama seseorang melakukan migrasi. Lee (1966), Todaro (1979), dan Titus (1982)
berpendapat bahwa motif seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi. Motif
tersebut berkembang karena adanya ketimpangan ekonomi antar daerah
(Mantra,2003). Mantra (1992) menjelaskan bahwa kondisi yang paling dirasakan
menjadi pertimbangan rasional dimana individu melakukan mobilitas ke kota
adalah adanya harapan untuk memperoleh pekerjaan dan memperoleh
pendapatanyang lebih tinggi daripada yang diperoleh didesa. Robert dan Smith
(1977, dalam Hossain, 2001,) mengemukakan bahwa tidak meratanya pekerjaan
dan penghasilan pertanian di pedesaan menjadi motivasi migrasi desa-kota.
Bintarto (1983, dalam Murjana Yasa, 1993) mengemukakan bahwa rendahnya
penghasilan perkapita, kurangnya pemilikan tanah, terjadinya pengangguran baik
nyata maupun di desa merupakan sebagian faktor pendorong penduduk desa untuk
melakukan migrasi. Pada sisi yang lain, tersedianya kesempatan kerja di kota
dengan upah yang menarik merupakan salah satu faktor daya tarik penduduk desa
atau kota lain untuk datang ke kota tersebut. Pendekatan ekonomi dari suatu
mobilitas penduduk dapat dilihat dari beberapa contoh model pendekatan
mobilitas penduduk yang dikembangkan oleh beberapa ahli, antara lain (a) model
dua sektor dari Lewis, (b) model migrasi desa –kota dari Todaro dan (c) model
ekonomi migrasi baru dari Stark dan Bloom (1985, dalam Massey et.al, 1993).
13
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk
Pada dasarnya, faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan
mobi litas penduduk dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor-faktor
pendorong dan faktor-faktor penarik.
Faktor-faktor pendorong dapat berupa hal-hal seperti berikut ini.
1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan, seperti menurunnya daya
dukung lingkungan dan menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang
bahan bakunya makin susah diperoleh, seperti hasil tambang, kayu, atau bahan
dari pertanian.
2. Menyempitnya lapangan pekerjaan di tempat asal (misalnya, tanah untuk
pertanian di pedesaan yang makin menyempit).
3. Adanya tekanan-tekanan politik,agama,dan suku sehingga mengganggu hak
asasi penduduk di daerah asal.
4. Alasan pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan.
5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau panjang,
atau adanya wabah penyakit.
Faktor-faktor penarik antara lain sebagai berikut.
1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan kerja untuk memperbaiki
kehidupan.
2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, seperti iklim,
perumahan,sekolah, dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, atau pusat
kebudayaan yang merupakan daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk
bermukim di kota besar.
14
1. Daerah Asal (Desa)
Dampak Negatif
Mobilitas penduduk dapat berdampak pada daerah asal yakni
berkurangnya penduduk yang berkaitan dengan berkurangnya tenaga kerja,
kurangnya perkembangan desa, pengolahan lahan yang tidak teratur dan
berkurangnya modal desa. Dari pendapat di atas maka dapat diketahui dampak
yang ditimbulkan dari mobilitas penduduk bagi daerah asal yakni berkurangnya
perkembangan di daerah asal, yang disebabkan oleh penduduk yang berpindah ke
daerah perkotaan karena menuntut ilmu atau mencari pekerjaan sehingga ketika
pulang ke desa kebanyakan dari mereka tidak mengembangkan ilmunya, bahkan
kebanyakan dari mereka memilih untuk menjadi warga kota dan ikut
berpartisipasi mengembangkan kota sehingga di daerah asal kekurangan SDM
yang mengakibatkan pembangunan desa terbengkalai.
Selain itu tanah pertanian ataupun perkebunan yang di tinggalkan
penduduk yang berpindah ke kota akan terbengkalai, karena kebanyak dari
mereka lebih memilih untuk berdagang di daerah perkotaan karena dengan
pekerjaan tersebut mereka mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi. Hal
tersebut akan berpengaruh pada produksi desa yang terhambat bahkan tidak
berjalan. Dengan tidak terurusnya lahan di pedesaan tersebut, modal desa akan
berkurang dan dapat mengganggu pembangunan desa. Dampak yang ditimbulkan
terhadap daerah asal juga meliputi stabilitas keamanan yang menurun, akibat
banyaknya penduduk muda yang melakukan migrasi.
Dampak Positif
a)Berkurangnya jumlah penduduk. Bagi wilayah yang cukup padat, adanya
migrasi memberikan dampak berkurangnya kepadatan penduduk. Dampak ini
memberikan akibat berkurangnya tekanan penduduk di wilayah padat.
b.Berkurangnya jumlah pengangguran. Migrasi biasanya dilakukan oleh penduduk
antara lain dengan tujuan untuk pemenuhan kebutuhan dengan mencari pekerjaan.
Pengangguran yang tadinya menumpuk di daerah asal migrasi, akan menjadi
15
berkurang. Akibatnya, kesejahteraan penduduk wilayah tersebut pun bisa
terangkat.
16
mereka tidak memiliki penghasilan bahkan tidak memilki uang untuk kembali
ke kampung halaman. Hal tersebut mengundang adanya tindakan
kriminalitas yang mungkin saja di lakukan oleh masyarakat desa yang ada di kota
demi mempertahankan hidup di kota. Kriminalitas tersebut dapat berupa
pencurian, penculikan, penipuan dan lain-lain.
Dampak Positif
a. Jumlah tenaga kerja meningkat.
b. Terjadi percampuran budaya antara penduduk pribumi dan pendatang yang
pada akhirnya dapat membentuk budaya baru.
𝐼
mi= 𝑥𝑘
𝑃
di mana :
mi = angka migrasi masuk
17
I = jumlah migran masuk
P = penduduk pertengahan tahun
k = konstanta (1.000)
3. Angka Migrasi Keluar (mo)
Angka yang menunjukkan banyaknya migran yang keluar per 1.000 orang
penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun
𝑂
mo= 𝑥 𝑘
𝑃
di mana :
mo = angka migrasi keluar
O = jumlah migran keluar
P = penduduk pertengahan tahun
K = konstanta (1.000)
4. Angka Migrasi Neto (mn)
Angka yang menunjukkan selisih banyaknya migran masuk dan keluar,
ked an dari suatu daerah per 1.000 penduduk dalam satu tahun.
𝐼−𝑂
mn= 𝑥𝑘
𝑃
di mana :
mn = angka migrasi neto
I = jumlah migran keluar
O = jumlah migrant masuk
P = penduduk pertengahan tahun
K = konstanta (1.000)
18
di mana :
mg = angka migrasi bruto
P₁ = penduduk pertengahan tahun di tempat tujuan
P₂ = penduduk pertengahan tahun di tempat asal
k = konstanta (1.000)
Pada bagian berikut ini, disajikan perhitungan angka migrasi masuk, migrasi
keluar, migrasi neto, dan migrasi bruto untuk provinsi DKI Jakarta dan Jawa
Barat. Hasil SP 1990 menunjukkan bahwa jumlah migrasi antara dua tempat,
misalnya DKI Jakarta dan Jawa Barat, migran risen keluar dari DKI Jakarta ke
Jawa Barat tahun 1990, sebanyak 695.456 jiwa. Jumlah migrant risen masuk dari
Jawa Barat ke DKI Jakarta sebanyak 213.258 jiwa. Jumlah penduduk DKI Jakarta
pada tahun 1990 adalah 7.398.502 jiwa. Jumlah penduduk Jawa Barat tahun 1990
adalah 31.111.110 jiwa.
Dengan demikian, angka migrasi risen masuk di DKI Jakarta dari Jawa
Barat pada tahun 1990 adalah sebagai berikut
213.258
mᵢ= 7.398.502 𝑥 1.000 = 28,8 𝑃𝑒𝑟 1.000
Artinya, dari setiap 1.000 penduduk DKI Jakarta terdapat 28 dan 29 orang yang
masuk dari Jawa Barat.
Angka migrasi risen ke luar dari DKI Jakarta ke Jawa Barat pada tahun
1990 adalah
695.456
m0= 7.398.502 𝑥 1.000 = 93,9 𝑃𝑒𝑟 1.000
Artinya, dari setiap 1.000 penduduk DKI Jakarta terdapat 93 dan 94 orang yang
meninggalkan DKI Jakarta menuju Jawa Barat
Angka migrasi neto di Jakarta terhadap Jawa Barat tahun 1990 adalah
sebagai berikut
19
213.258−695.456
mn= 𝑥 1.000 = 65,18 𝑃𝑒𝑟 1.000
7.398.502
Artinya, dari setiap 1.000 penduduk DKI Jakarta ada lebih banyak antara 65 dan
66 orang yang meninggalkan DKI Jakarta menuju Jawa Barat daripada yang
masuk ke DKI Jakarta dari Jawa Barat
Angka migrasi bruto di DKI Jakarta terhadap Jawa Barat adalah sebagai
berikut
213.258+695.456
mg= 7.398.502+31.111.110 𝑥 1.000 = 23,6 𝑃𝑒𝑟 1.000
20
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang kami dapatkan dari paper ini adalah mobilitas
penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat yang lain
atau dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk terdiri dari mobilitas
permanen, mobilitas non permanen, mobilitas vertikal, dan mobilitas horizontal.
Mobilitas penduduk dapat memberikan beberapa dampak terhadap daerah asal dan
daerah yang dituju. Dampak tersebut dapat berupa dampak positif maupun
dampak negatif. Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat melakukan
mobilitas penduduk salah satu nya adalah keinginan untuk mendapatkan
pendapatan yang lebih dibandingkan di daerah asal (desa). Terdapat berbagai
macam ukuran dalam mobilitas penduduk yaitu angka mobilitas, angka migrasi
masuk, angka migrasi keluar, angka migrasi neto, angka migrasi bruto, dan angka
migrasi parsial.
3.2. Saran
Akhirnya paper yang berjudul “Mobilitas Penduduk” dapat kami
selesaikan. Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik ataupun saran dari
berbagai pihak, yaitu :
1. Dari pihak dosen, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang
disampaikan demi penyempurnaan paper kedepannya
2. Dari teman-teman mahasiswa, kami mengharapkan adanya kritik dan saran
demi paper yang lebih baik kedepannya. Kami juga berharap paper ini dapat
bermanfaat dan berguna sebagai sarana belajar
21
DAFTAR PUSTAKA
22