‘TERNAK LELE’
OLEH KELOMPOK 5 :
PUTU NADIA K (1707511071)
ANAK AGUNG ISTRI RATNA DEWI (1707511072)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan paper “Evaluasi Proyek Bidang
Perikanan Ternak Lele” ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan paper ini dengan baik. Kami tentu menyadari
bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan.
Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami
revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali lagi kami menyadari bahwa
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran dan konstruktif, supaya paper ini
nantinya dapat menjadi paper yang lebih baik lagi.
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan Lele merupakan salah satu usaha yang banyak diminati para pelaku
usaha di bidang peternakan/perikanan. Hal ini dibuktikan dengan banyak
ditemukannya budidaya lele di berbagai daerah. Kebutuhan masyarakat akan lele
cukup besar mengingat manfaat dan gizi yang terkandung didalam ikan lele
tersebut sangat banyak. Salah satu manfaatnya adalah kaya akan leusin dan lisin
yang keduanya merupakan asam amino essensial yang sangat diperlukan untuk
pertumbuhan anak-anak dan menjaga keseimbangan nitrogen. Selain itu leosin juga
berguna untuk perombakan dan pembentukan protein otot.
Meningkatnya permintaan masyarakat akan ikan lele memacu peternak lele
untuk meningkatkan produksi ikan lele. Seiring dengan kebutuhan untuk
meningkatkan ikan lele, menyebabkan penyediaan pakan lele juga semakin
meningkat. Kondisi ini berakibat pada biaya produksi yang membesar sehingga
merupakan kendala bagi peternak lele. Budidaya lele dikembangkan secara intensif
dengan mengandalkan pakan sebagai sumber pemacu pertumbuhan. Sekitar 40 –
60% biaya produksi dicurahkan kepada pakan. Hal ini mendorong perkembangan
industri pakan komersial.
Budidaya ikan lele sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, terutama
dengan semakin maraknya Usaha Warung Pecel Lele di Daerah sekitar Denpasar.
Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat
populer di kalangan masyarakat. Sebelum tahun 1990-an, menurut masyarakat, ikan
lele merupakan binatang yang mengelikan dengan bentuk seperti sular dan hidup di
tempat yang kotor. Tetapi saat ini pamor ikan lele menjadi naik. Kepopuleran ikan
lele tidak hanya di dalam negeri saja.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
4
2.4 Keputusan yang dihasilkan dalam evaluasi proyek
Menerima atau menolak seluruh proyek tersebut.
Memilih satu atau beberapa proyek yang memungkinkan menghasilkan laba dan
sesuai dengan dana yang tersedia.
Memilih skala prioritas, dari beberapa proyek yang layak.
2.5 Pengertian Tambak
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang
diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan. Hewan yang
dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang. Penyebutan
“tambak” ini biasanya dihubungkan dengaair payau atau air laut. Kolam yang
berisiair tawar biasanya disebut kolam saja atau empang.
2.6 Keuntungan Tambak Lele
Ternyata, ada sejumlah keuntungan dan keunggulan yang ditawarkan, seperti
pemaparan berikut ini:
1. Tahan Banting
Lele termasuk ikan yang terkenal "tahan banting” Untuk dapat bertahan
hidup, lele tidak memerlukan kondisi atau persyaratan air khusus seperti halnya
ikan air tawar Iainnya (ikan bersisik). Ikan air tawar Iain memerlukan oksigen
terlarut dalam air yang cukup, sedangkan lele tidak terlalu membutuhkannya.
Lele bahkan bisa menghirup oksigen di udara dengan cara menyembul ke
permukaan air, karena lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut
labirin atau arborescent. Hal yang tak mungkin dilakukan ikan bersisik.
Kemampuan Ikan lele seperti disebut di atas membuat ikan ini dapat
dibudidayakan hampir di setiap daerah dan di sembarang tempat. Di suatu
daerah yang minim air, bahkan di comberan pun, kasarannya, lele dapat
dibesarkan atau dibudidayakan. Syaratnya, jangan menebar benih berukuran
kecil. Gunakan ukuran 9-12 cm, atau bila perlu ukuran di atasnya. Meski
demikian, dalam budi daya lele tak berarti kondisi air bisa diabaikan atau
diremehkan begitu saja. Untuk memacu pertumbuhan, produktivitas, dan
menjaga kesehatan lele, tentu saja ketersediaan dan pemeliharaan air menjadi hal
penting yang harus dilakukan.
2. Masa Pemeliharaan Lebih Singkat
Masa pemeliharaan lele Iebih singkat dibandingkan dengan masa pemeliharaan
ikan air tawar Iainnya, baik pembenihan maupun pembesaran. Sebagai contoh,
budi daya pembesaran lele yang dilakukan secara intensif hanya membutuhkan
waktu sekitar 2-3 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi, tergantung padat
5
penebarannya. Kondisi di atas berbeda dengan ikan air tawar Iainnya yang
memerlukan waktu pemeliharaan relatif lebih lama. Ikan nila misalnya,
memerlukan waktu sekitar 5 - 6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi.
Sementara itu, gurami membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk panen
ukuran konsumsi.
3. Pilih Penebaran Rendah atau Padat?
Dalam budidaya pembesaran lele secara intesif dikatakan penebaran rendah, jika
populasinya antara 150 – 200 ekor/m3. Untuk mencapai ukuran konsumsi,
biasanya dibutukan waktu sekitar dua bulan. Artinya, dalam satu tahun bisa
dipanen sebanyak enam kali. Sebaliknya disebut penebaran padat apabila,
apabila populasi lele antara 200-350 ekor/m3. Untuk mencapai ukuran
konsumsi, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Artinya dalam satu tahun bisa
memanen lele sekitar empat kali. Lalu, lebih baik mana penebaran rendah atau
padat? Menurut pengalaman beberapa petani, penebaran padat lebih
menguntungkan. Walaupun memerlukan masa pemeliharaan yang sedikit lebih
lama & frekuensi panen per tahun tak sesering penebaran rendah, tetapi
produktivitasnya lebih tinggi, jika dibandingkan dengan dengan penebaran
rendah.
4. Teknik Pemeliharaan Cukup Sederhana
Dibandingkan dengan budi daya ikan bersisik, teknik yang digunakan pada
pemeliharaan lele cukup sederhana. Peralatan dan bahan yang dipakai pun
terbilang mudah ditemukan di sekitar kita. Namun, ada satu hal terpenting
diperhatikan, yakni aspek ketelatenan. Dalam hal pergantian air pun tak harus
sesering seperti membudidayakan ikan bersisik. Pada tahap pembesaran, malah
selama 10 hari pertama sejak penebaran, dianjurkan untuk tidak mengganti air
sama sekali. Dalam pembesaran lele tidak memeriukan sistem air deras seperti
yang dilakukan pada pembesaran ikan mas.
5. Siklus Keuangan Cepat
Masa pembenihan dan pembesaran lele yang relatif singkat membuat perputaran
keuangan sangat cepat. Karena itu, tidak perlu menunggu terlalu lama untuk
menikmati keuntungan secara finansial dari hasil pemeliharaan lele. Apabila
mempunyai kolam cukup banyak dengan perputaran uang yang begitu cepat
dapat dimanfaatkan untuk membiayai operasional kolam Iainnya, seperti
membeli bibit dan membeli pakan. Selain itu, pembudidaya bisa mengatur
6
waktu panen agar dapat berlangsung setiap minggu atau bulan. Caranya,
penebaran bibit di beberapa kolam dilakukan secara bergilir dengan interval
waktu yang diatur menurut rencana panen atau target pasar.
6. Benih Ikan Lele Relatif Lebih Murah dan Gampang Diperoleh
Pada pembesaran Iele, salah satu keuntungannya adalah harga benihnya yang
tidak terlalu mahal. Sebagan contoh, kisaran harga benih Iele ukuran 5-7 cm saat
ini sekitar Rp. 250,- per ekor. Besaran tersebut merupakan harga rata-rata di
beberapa daerah di Indonesia. Ukuran benih yang sama untuk ikan nila, ikan
mas & gurami, harganya bisa dua atau tiga kali lipat dari harga benih lele
tersebut. Selain murah, benih lele relatif mudah didapat, karena hampir di setiap
daerah terdapat petani unit pembenihan lele. Namun demikian, harga benih lele
di beberapa daerah bisa lebih murah dari harga rata-rata. Petani di Kampung
Lele bisa memperoleh bibit dengan harga jauh lebih murah. Di daerah
Kalimantan yang terjadi malah sebaliknya. Harga benih lele di daerah tersebut
sangat mahal, mencapai. Lebih mahal lagi di daerah Papua. Namun, di daerah
tersebut harga jual lele ukuran konsumsi menyesuaikan dengan harga benih.
Artinya, harga lele ukuran konsumsi juga tergolong mahal. Dengan demikian,
tidak akan mengganggu tingkat perolehan laba petani.
7
7. Relatif Tahan Terhadap Penyakit
Walaupun merupakan ikan tanpa sisik, lele dipersenjatai dengan lendir yang
melapisi kulitnya. Lendir ini berguna untuk melindungi kulit atau tubuh lele,
termasuk menangkal serangan penyakit. Karena itu, hindari perlakuan terhadap
lele yang dapat mereduksi atau mengikis lendir di kulit lele. Jika dalam
pemeliharaan lele diterapkan prinsip "mencegah lebih baik daripada mengobati"
akan menghindarkan lele dari serangan berbagai penyakit.
8. Permintaan Pasar Stabil
Permintaan lele, baik benih maupun konsumsi sangat stabil, bahkan terus
meningkat. lmplikasinya, usaha budi daya lele seperti tidak ada matinya.
Permintaan lele untuk konsumsi, terutama diserap oleh segmen warung tenda
atau populer dengan warung pecel lele. Selain itu, supermarket, restoran, dan
rumah makan juga membutuhkan pasokan lele konsumsi yang cukup tinggi dan
kontinu. Restoran dan hotel membutuhkan lele ukuran konsumsi, baik lele hidup
atau lele segar (dalam keadaan mati).
8
BAB III
METODOLOGI PRAKTEK
B. Sumber Data
Sumber data pada Praktik lapang Evaluasi Proyek Perikanan yaitu :
1. Data primer (menggunakan kuisioner), merupakan data yang diperoleh secara
langsung di lapangan melalui wawancara dan observasi.
2. Studi pustaka, merupakan data yang diperoleh dari literatur.
D. Analisis Data
Analisis Kriteria Investasi yang akan digunakan dalam Evaluasi Proyek ada 5 yaitu :
1. Net Present Value (NPV)
Adapun rumus NPV adalah:
NPV = Σ{(Bt – Ct) / (1 – i)t}atauNPV = Σ{(Bt – Ct) x DF}
Dimana:
Bt = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya) pada tahun ke-t
N = Jangka waktu umur proyek (tahun)
DF atau i = discount Faktor ( bunga yang berlaku)
Kriteria:
NPV > 0, maka proyek suatu usaha menguntungkan
NPV = 0, maka proyek tidak untung dan tidak rugi
NPV < 0, maka proyek suatu usaha merugikan
2. Analisis Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Rumus analisis Net Benefit Cost Ratio adalah :
Dimana:
NPV (+) = Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah positif
9
NPV (-) = Total nilai PV of Net Benefit yang berjumlah negatif
Kriteria:
Net B/C > 1, maka usaha layak untuk di lanjutkan
Net B/C = 1, maka usaha impas
Net B/C < 1, maka usaha tidak layak untuk dikembangkan.
3. Analisis Internal Rate of Return (IRR)
Adapun formulasi dari analisis IRR adalah sebagai berikut :
Dimana : i’ adalah DF dengan NPV positif
“i” adalah DF dengan NPV negatif
NPV’ adalah nilai NPV positif
NPV” adalah nilai NPV negatif
Bt = Benefit (manfaat) pada tahun ke-t
Ct = Cost (biaya) pada tahun ke-t
n = Jangka waktu umur proyek (tahun)
DF atau i = discount Faktor ( bunga yang berlaku)
Kriteria:
IRR > tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha layak untuk di
kembangkan
IRR < tingkat suku bunga yang berlaku, maka usaha tidak layak untuk
dikembangkan.
10
BAB IV
ANALISIS
4.1 Kondisi Umun Masyarakat
Usaha budidaya lele ini masih tergolong sedikit di daerah Pemecutan. Cuaca yang
bersuhu hangat sangat cocok untuk usaha budidaya lele ini. Benih lele biasa
didatangkan dari Jembrana, Bali. Namun pada saat ini bibit lele agak sulit untuk
didapatkan dikarenakan banyaknya bibit gagal atau mati.
Ikan lele dumbo (Clarias Gariepinus) dalam kegiatan budidaya secara intensif, ikan
lele didorong untuk tumbuh secara maksimum hingga mencapai ukuran optimal.
Lele dumbo merupakan komoditas yang dapat dipelihara dengan padat tebar tinggi
dalam lahan terbatas (hemat lahan) di kawasan marginal dan hemat air. Untuk
kolam ukuran 3x3x1 m lele dumbo dapat ditebar sebanyak 2000 ekor benih. Selama
3 bulan dapat diproduksi lele sebanyak 400 kg.
Permintaan ikan lele siap jual sangat meningkat dari tahun ke tahun. Terbukti dari
permintaan di Provinsi Bali yang mencapai 8 ton dalam sehari dan Bali sendiri
hanya mempu memenuhi hanya sekitar 2 ton. Masih kurang 6 ton yang harus
dipenuhi setiap hari di Provinsi Bali.
4.2 Strategi Pemasaran
Hasil budidaya lele dumbo ini tidak lepas dari penjualan atau pemasaran
setelah panen. Pemasaran akan dilakukan beberapa metode yang tepat untuk
menarik minat pembeli dari daerah terdekat maupun daerah yang jauh. Metode
pemasaran sebagai berikut:
- Kerja sama dengan pengepul ikan lele
Sebelum merintis usaha budidaya lele, telah dilakukan kerja sama dengan
pengepul. Pengepul ini yang nantinya akan membeli ikan lele yang sudah
panen.
- Kerja sama dengan warung makan
Banyaknya warung makan yang menyediakan aneka masakan dari bahan lele
bisa diajak kerja sama dalam pemasokan ikan lele segar untuk dijadikan
bahan olahan masakan.
11
- Internet kreatif
Banyaknya pengguna akun facebook, dan lain sebagainya menjadikan
peluang usaha ini menjadi lebih bagus. Pemanfaatan media sosial tersebut
untuk menarik perhatian dalam transaksi jual ikan lele. Nantinya ikan lele
tidak harus dijual di beberapa daerah terdekat, melainkan bisa dijual di
berbagai daerah yang telah memesan lewat akun social media tersebut.
Keuntungan yang didapat bisa membuat usaha ini menjadi lebih besar
dengan membangun kolam kolam lain untuk dijadikan tempat budidaya ikan
lele bumbo.
= Rp 5.760.000,-
12
Biaya air : Rp 30.000,- x 3bulan = Rp
90.000,-
Biaya Penyusutan Kolam Terpal : Rp 57.875,- (kayu usuk sama papan kayu
belu masuk)
13
Biaya Harga Satuan Total Biaya
No Jml Satuan
Biaya Tetap Biaya Variabel (Rupiah) (Rupiah)
Sewa lahan untuk 2.250 2.250.000
1 kolam lele (3 tahun) 2 are
2 Kolam tembok 2.250.000 4 unit 9.000.000
3 Gudang/pondok jaga 250.000 15 m2 3.750.000
4 Pagar batako 90.000 130 m2 11.700.000
5 Jaringan pipa 1.200.000 1 buah 1.200.000
6 Perijinan 300.000 300.000
7 Bibit lele 150 60 ekor 9.000.000
8 Gaji karyawan 1.500.000 1 orang 18.000.000
9 Pakan ikan lele 160 210 buah 33.600.000
Biaya listrik, air,
10 telepon 5.000.000 5.000.000
Biaya penyusutan 750.000 750.000
11 lahan 1 tahun
Biaya penyusutan 3.000.000 3.000.000
12 Kolam tembok 1 tahun
Biaya penyusutan 1.250.000 1.250.000
13 Gudang/pondok jaga 1 tahun
Biaya penyusutan 1.000.000 1.00
14 Pagar batako 1 tahun 0.000
Biaya penyusutan 400.000 400.000
15 Jaringan pipa 1 tahun
28.20
Total Biaya Tetap 0.000
72.00
Total Biaya Variabel 0.000
100.20
Total Biaya Keseluruhan 0.000
14
4.5 Analisis Benefit Cost
Setelah mengetahui anggaran biaya proyek secara terinci, maka akan dilakukan
perhitungan PV Benefit dan biaya proyek Ternak Lele dalam kurun waktu 5 tahun. Tabel
Perhitungan PV Benefit dan Biaya Proyek Ternak lele pada Social Discount Rate = 15%
Setelah dilakukan perhitungan PV benefit dan biaya proyek pada social discount
rate = 15% dapat diasumsikan jumlah benefit yang diterima selama 5 tahun kurang lebih
adalah Rp 353.992.320 dan jumlah biaya yang dikeluarkan adalah kurang lebih Rp
341.504.320 Dengan begitu, dapat dilakukan perhitungan mengenai net present value
dari arus benefit dan biaya (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR).
Dengan jumlah nilai sekarang dari benefit sebesar Rp 353.992.320 dan jumlah nilai
sekarang dari biaya sebesar Rp 341.504.320 maka NPV sebesar Rp 353.992.320 - Rp
341.504.320 = Rp 12.433.920. Jadi, hasil net present value dalam jangka waktu 5 tahun
sebesar Rp 12.433.920. Maka diasumsikan Ternak Lele memperoleh keuntungan
pertahun sebesar Rp 2.486.784
Dengan demikian dapat dilakukan perhitungan mengenai Net Present Value dari
arus benefit dan biaya (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR) dan Net Benefit-Cost
Ratio (Net B/C) guna menentukan apakah proyek tersebut layak atau tidak.
Namun untuk menghitung Internal Rate of Return (IRR) diperlukan lebih dari
satu discount rate, yang pada kesempatan ini menggunakan i1 = 15% dan i2 = 21%.
15
Nilai discount rate i yang membuat NPV positif mendekati nol (i1 dan NPV1) dan nilai
discount rate i yang membuat NPV negatif mendekati nol ( i2 dan NPV2)
Tabel Perhitungan PV Benefit dan Biaya Proyek Ternak lele pada Social
Discount Rate = 21%
Biaya Present Value
Tahun Discount Jumlah Jumlah
Modal Rutin Jumlah Benefit
Factor (1,21) Biaya Benefit
Dengan perhitungan Present Value biaya dan benefit pada social discount
rate (i2) sebesar 21% maka dapat diasumsikan bahwa jumlah benefit yang
diterima selama 8 tahun kurang lebih adalah sebesar Rp 308.985.600,- dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan kurang lebih sebesar Rp 310.872.000,- sehingga
diperoleh Net Present Value (NPV2) sebesar Rp 310.872.000 - Rp 308.985.600 =
-Rp 1.886.400
16
i2 = 79% dengan NPV2 = -67.037.917
Maka dapat dihitung IRR dengan:
IRR = 0,67
IRR sebesar 0,67 lebih besar dari social discount rate 15% (0,15)
0 100.200.000 - 100.200.000
Net B/C Ratio 1,124 (lebih besar dari 1) memiliki arti setiap penambahan
biaya Rp 1,00 maka akan menambah net benefit sebesar Rp 1,124 dan karena
B/C > 1, maka usaha ini layak untuk diusahakan/dikembangkan.
17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis proyek yang telah dibahas dapat diketahui bahwa hasil dari
NPV dan IRR pada tingkat suku bunga 15% adalah sebagai berikut:
NPV = 12.433.920 (lebih besar dari 0)
IRR = 0,67% (lebih besar dari tingkat suku bunga 15%)
Net B/C = 1,124 > 1
Ini berarti bahwa proyek Tambak Lele ini layak untuk dikembangkan. Hal ini
dapat dibuktikan dari hasil NPV lebih besar daripada 0 dan hasil IRR lebih besar dari
tingkat suku bunga yang berlaku yang berarti bahwa jika proyek ini dikembangkan
maka penerimaan yang akan dicapai akan sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan.
5.2.Saran
Akhirnya makalah yang berjudul “Evaluasi Proyek Bidang Perikanan Tambak
Lele” dapat kami selesaikan. Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik ataupun
saran demi makalah yang lebih baik kedepannya. Kami juga berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan berguna sebagai sarana belajar
18
DAFTAR PUSTAKA
Gray, Clive (1993). Pengantar Evaluasi Proyek, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://pertenakanikan.blogspot.co.id/2011/11/keuntungan-memilih-usaha-budidaya-
ikan.html
http://ibnu90ihsan.blogspot.co.id/2012/11/proposal-pkm.html
19