Anda di halaman 1dari 36

1.

Rosiana Ramadhania 31115104


2. Sherinda sondarisa 31115105
3. Siti samrotul puadah 31115107
4. Sony sandria subarna 31115108
5. Susanti 31115109
Bagaimana jika ada alumni
yang bekerja di rumah sakit
yang sudah lama, apa yang di
kerjakannya ?
Rumah sakit merupakan sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat
berfungsi sebagai tempat pendidikan dan penelitian. Rumah
sakit adalah fasilitas atau sarana kesehatan bagi salah satu
sumber daya kesehatan yang mempunyai tugas untuk
memelihara dan memulihkan kesehatan.

Farmasi Rumah Sakit merupakan suatu instalasi. Unit


dirumah sakit yang bertugas dang bertanggung jawab
sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan
dengan obat/ perbekalan kesehatan yang beredar dan
digunakan di rumah sakit tersebut.
Seorang alumni yang berprofesi sebagai
apoteker khususnya yang bekerja di rumah
sakit lama dituntut untuk merealisasikan
perluasan pradigma pelayanan kefarmasian.
Apoteker harus dapat memenuhi hak pasien
agar terhindar dari hal-hal yang tidak
diinginkan.
Yang Harus Dilakukan Apoteker yang
Bekerja Di Rumah Sakit Lama

1. Melakukan pembaruan Visi dan Misi


2. Melakukan pembaruan Struktur Organisasi
3. Melakukan pelayanan Non Klinik
4. Melakukan pelayanan Klinik
5. Membuat Satelit Farmasi
Melakukan pembaruan
Visi dan Misi

Visi
Visi IFRS merupakan suatu pernyataan tentang keadaan
atau status suatu IFRS yang diinginkan oleh pimpinan IFRS
pada suatu titik tertentu di masa yang akan datang.

Misi
Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai
mengapa sebuah rumah sakit didirikan, apa tugasnya, dan
untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan kegiatan.
Melakukan pembaruan
Struktur Organisasi
Pelayanan Farmasi Non Klinik

Pemilihan Penerimaan Pemusnahan

Perencanaan Penyimpanan Pengendalian

Pengadaan Pendistribusian Administrasi


Pemilihan

Pemilihan bertujuan :
• Untuk menentukan jenis obat yang digunakan
berdasarkan : formularium rumah sakit, standar
pengobatan atau pedoman diagnosa dan terapi,
standar sediaan farmasi/alat kesehatan/bahan medis
habis pakai.
• Untuk memilih merk obat yang efektif dan aman,
bermutu, harga terjangkau, dan ketersediaan di
pasaran
Perencanaan

Perencanaan berdasarkan pola penyakit, pola


konsumsi, atau gabungan, dan kemampuan
masyarakat. Pengadaan berdasarkan anggaran yang
tersedia, sisa persediaan, data pemakaian periode
yang lalu, waktu tunggu pemesanan, dan rencana
pengembangan. Dibuat buku atau formulir
pemesanan obat yang meliputi : no, nama pesanan,
nama PBF, nama obat, jumlah, pabrik, dan
keterangan. Keterangan digunakan untuk memberi
catatan bahwa obat sudah dipesan, dan keterangan
lain yang diperlukan.
Pengadaan

• RS pemerintah berdasarkan peraturan/PerUU yang


berlaku
• RS swasta dilakukan oleh IFRS atau bagian lain
sesuai aturan RS bersangkutan
- Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis
habis pakai harus memiliki izin edar
- Expired date minimal 2 tahun, kecuali untuk
bahan tertentu (vaksin, reagensia, dll)
Penerimaan

• RS pemerintah penerimaan dilaksanakan sesuai


peraturan per UU yang berlaku. Sedangkan RS
swasta sesuai kebijakan RS bersangkutan
• Obat yang diterima harus di catat dalam
komputer/buku penerimaan meliputi : no, tanggal
penerimaan, no faktur, tanggal faktur, nama obat, no
batch, jumlah tanggal, tanggal kadaluarsa,
keterangan. Juga harus dibuat kartu gudang meliputi :
nama obat, no batch, tanggal kadaluarsa, tanggal
masuk, tanggal keluar, sisa.
Penyimpanan

• Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan


keamanan sediaan farmasi/alat kesehatan/naham
medis habis pakai sesuai dengan persyaratan
kefarmasian.
• Persyaratan kefarmasian meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan.
• Metode penyimpanan : FIFO (first in first out) dan
FEFO (first expire first out).
• Untuk bahan yang mirip (LASA : Look Alike Sound
Alike) harus dijauhkan.
Pendistribusian

Distribusi ke ruangan dan ke pasien. Ke pasien meliputi


sistem individual, floor stock, unit dose, gabungan.
Pemusnahan

• Obat kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis


dan bentuk sediaan. Pemusnahaan obat kadaluarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan sisaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
obat lainnya dilakukan oleh apoteker dan disaksikan oleh tenaga
kefarmasian lain yang memiliki SIP atau SIK. Pemusnahan
dibuktikan dengan berita acara pemusnahan menggunakan Formulir
1.
• Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan dilakukan oleh apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya 3 petugas lain di apotek dengan cara dibakar
atau cara lain yang dibuktikan dengan berita acara pemusnahan reep
menggunakan formulir 2 dan selanjutnya dilaporkan pada dinas
kesehatan kabupaten/kota.
Pengendalian

Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis


dan jumlah persediaan sesuai kebutuhan pelayanan,
melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran. Hal ini bertujuan
untuk menghindari terjadinya.
Administrasi

• Pelaporan : laporan narkotika dan psikotropika secara online


ke Dinas Kesehatan kabupaten/kota dilaksanakan oleh
administrasi IFRS
• Keuangan : administrasi keuangan dilakukan oleh administrasi
IFRS
• Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai yang
tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi
standar, dengan cara membuat usulan penghapusan kepada
pihak terkait sesuai dengan prosdur yang berlaku.
Dilaksanakan oleh administrasi IFRS.
• Administrasi pemilihan dan perencanaan dilaksanakan oleh
administrasi IFRS
• Administrasi oenerimaan dilaksanakan oleh bagian gudang.
Pelayanan Farmasi Klinik

1. Pengkajian Resep 6. Pelayanan Farmasi Di


2. Penelusuran Riwayat Rumah (Home Pharmacy
Care)
Penggunaan Obat Pasien
7. Evaluasi Penggunaan Obat
3. Rekonsilisasi Obat (EPO)
4. Visite 8. Dispensing Sediaan Steril
5. Monitoring Efek Samping 9. Pemantauan Kadar Obat
Obat (MESO) dalam Darah (PKOD)
10. Konseling
Pengkajian/Pelayanan Resep

• Terdiri dari pengkajian administrasi, pengkajian farmasetik dan


pengkajian klinik terhadap resep pasien
• Sebelum melakukan dispensing, dilakukan pengkajian resep meliputi
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan
klinis, baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.
1. Persyaratan administrasi : nama dokter, izin praktek, alamat,
nama pasien, TB, BB, jenis kelamin, tanggal resep, asal ruangan
2. Persyaratan farmasetik : nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan,
dosis dan jumlah obat, stabilitas dan aturan cara penggunaan
3. Persyaratan klinis : ketepatan indikasi, dosis dan waktu
penggunaan obat duplikasi pengobatan, alergi dan reaksi obat
tidak dikehendaki (ROTD), kontraindikasi, interaski obat.
Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat

Untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat dan


sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan.

a. Kegiatan penelusuruan riwayat penggunaan obat pasien :


• Penelusuran riwayat penggunaan obat pasien
• Melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan
obat
b. Informasi yang harus didapat :
• Nama obat, dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan,
indikasi dan lama penggunaan.
• ROTD termasuk riwayat alergi
• Kepatuhan pasien terhadap regimen penggunaan obat
(jumlah obat tersisa)
Rekonsiliasi Obat

Membandingkan instruksi oengobatan dengan


obat yang telah didapat pasien. Dilakukan untuk
mencegah terjadinya kesalahan obat (Medication
error). Bertujuan untuk rekonsilisasi obat :
• Memastikan informasi yang akurat tentang obat
yang digunakan
• Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terdokumentasinya instruksi dokter
• Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak
terbaca instruksi dokter
Home Pharmacy Care

Untuk lebih meningkatkan pelayanan


kefarmasian (Pharmaceutical Care) apoteker
dapat memantau penggunaan obat di rumah,
terutama untuk penyakit kronis, yang dipantau
adalah dosis interval, lama pengobatan,
keadaan pasien, cara penggunaan dan lain lain.
MESO

Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan


pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang
terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan
profilaksis, diagnosa dan terapi.

MESO bertujuan:
• Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang
• Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang
baru saja ditemukan
• Mengenal semua faktor yang mungkin dapat
menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO
• Meminimalkan risiko kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki dan
• Mencegah terulangnya kejadian reaksi Obat yang tidak dikehendaki
Visite

Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat


inap yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim
tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara
langsung, dan mengkaji masalah terkait Obat, memantau terapi
Obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan
terapi Obat yang rasional, dan menyajikan informasi Obat
kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.
Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar
Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai
dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan
Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care).
EPO

Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program


evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan
berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif.

Tujuan EPO yaitu:


• Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola
penggunaan Obat
• Membandingkan pola penggunaan Obat pada periode
waktu tertentu
• Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat
dan
• Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat
Dipensing Sediaan Steril

Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi


Farmasi dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas
dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan
zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian Obat.

Dispensing sediaan steril bertujuan:


• Menjamin agar pasien menerima Obat sesuai dengan
dosis yang dibutuhkan
• Menjamin sterilitas dan stabilitas produk
• Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya dan
• Menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat
PKOD

Pemantauan Kadar Obat dalam Darah


(PKOD) merupakan interpretasi hasil
pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan
dari dokter yang merawat karena indeks terapi
yang sempit atau atas usulan dari Apoteker
kepada dokter.

PKOD bertujuan:
• Mengetahui Kadar Obat dalam Darah dan
• Memberikan rekomendasi kepada dokter yang
merawat.
Konseling

Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian


nasihat atau saran terkait terapi Obat dari Apoteker
(konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya.
Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap
di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas
inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien
atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif
memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga
terhadap Apoteker.
Pemberian konseling Obat bertujuan untuk
mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko
reaksi Obat yang tidak dikehendaki (ROTD).
Membuat Satelit Farmasi

 Satelit farmasi merupakan cabang dari IFRS


yang terletak di luar IFRS menyediakan sediaan
farmasi sesuai kebutuhan dan
bertanggungjawab kepada kepala IFRS
 Satelit farmasi dipimpin oleh apoteker
 Satelit farmasi dimaksudkan untuk
meningkatkan pelayanan secara cepat dan tepat
 Satelit farmasi sebaiknya berlokasi di sekitar
ruangan perawatan
Fasilitas dan peralatan

Fasilitas ruang harus memadai dalam hal


kualitas dan kuantitas agar dapat menunjang
fungsi dan proses Pelayanan Kefarmasian,
menjamin lingkungan kerja yang aman untuk
petugas, dan memudahkan sistem komunikasi
Rumah Sakit

Fasilitas utama dalam kegiatan pelayanan


diInstalasi Farmasi, terdiri dari:
1. Ruang Kantor/Administrasi Ruang Kantor/Administrasi
a) ruang pimpinan
b) ruang staf
c) ruang kerja/administrasi tata usaha
d) ruang pertemuan

2. Ruang penyimpanan Sediaan Farmasi, Alkes, dan Bahan Medis Habis Pakai
Rumah sakit harus memiliki ruangan yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan, serta harus memperhatikan kondisi sanitasi, temperatur,
sinar/cahaya, kelembaban, ventilasi, pemisahan untuk menjamin mutu
produk dan keamanan petugas, terdiri dari :
a. Kondisi umum untuk ruang penyimpanan:
• Obat jadi
• Obat produksi
• bahan baku Obat
• Alat Kesehatan
b. Kondisi khusus untuk ruang penyimpanan:
• Obat termolabil
• bahan laboratorium dan reagensia
• Sediaan Farmasi yang mudah terbakar
• Obat/bahan Obat berbahaya (narkotik/psikotropik)
3. Ruang distribusi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis
Habis Pakai
• Ruang distribusi untuk pelayanan rawat jalan, di mana ada ruang
khusus/terpisah untuk penerimaan resep dan peracikan.
• Ruang distribusi untuk pelayanan rawat inap, dapat secara
sentralisasi maupun desentralisasi di masing-masing ruang rawat
inap.

4. Ruang konsultasi / konseling Obat


Ruang konsultasi/konseling Obat harus ada sebagai sarana untuk
Apoteker memberikan konsultasi/konseling pada pasien dalam
rangka meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan pasien.

5. Ruang Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan Informasi Obat dilakukan di ruang tersendiri dengan
dilengkapi sumber informasi dan teknologi komunikasi, berupa
bahan pustaka dan telepon.
6. Ruang peracikan
7. Laboratorium Farmasi
8. Ruang produksi Non Steril
9. Ruang Penanganan Sediaan Sitostatik
10. Ruang Pencampuran/Pelarutan/Pengemasan
Sediaan Yang Tidak Stabil
11. Ruang Penyimpanan Nutrisi Parenteral
Fasilitas penunjang dalam kegiatan pelayanan di
Instalasi Farmasi, terdiri dari

– Ruang tunggu pasien


– Ruang penyimpanan dokumen/arsip Resep dan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai yang rusak
– Tempat penyimpanan Obat di ruang perawatan
– Fasilitas toilet, kamar mandi untuk staf

Anda mungkin juga menyukai