Regina Amelia
Pratama Perdana
Kesultanan Mataram adalah
kerajaan Islam di Pulau Jawa yang
pernah berdiri pada abad ke-17.
Kerajaan ini dipimpin
suatudinasti keturunan Ki Ageng
Sela dan Ki Ageng Pemanahan,
yang mengklaim sebagai suatu
cabang ningrat keturunan
penguasa Majapahit.
• Peta Mataram Baru yang telah dipecah menjadi empat kerajaan pada tahun 1830,
setelah Perang Diponegoro. Pada peta ini terlihat bahwaKasunanan
Surakarta memiliki banyak enklave di wilayah Kasultanan Yogyakarta dan wilayah
Belanda. Mangkunagaran juga memiliki sebuah enklave di Yogyakarta. Kelak
enklave-enklave ini dihapus.
• Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Plered (1647), tidak jauh dari Karta.
Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar sultan, melainkan "sunan" (dari
"Susuhunan" atau "Yang Dipertuan"). Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil
karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Pada masanya, terjadi
pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat
bersekutu dengan VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga
dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral),
sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan
pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi
ke Kartasura (1680), sekitar 5km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama
dianggap telah tercemar.
Pengganti Amangkurat II berturut-turut adalah Amangkurat III (1703-1708),
Pakubuwana I (1704-1719), Amangkurat IV (1719-1726), Pakubuwana II
(1726-1749). VOC tidak menyukai Amangkurat III karena menentang VOC
sehingga VOC mengangkat Pakubuwana I (Puger) sebagai raja. Akibatnya
Mataram memiliki dua raja dan ini menyebabkan perpecahan internal.
Amangkurat III memberontak dan menjadi "king in exile" hingga tertangkap
di Batavia lalu dibuang ke Ceylon.
Kekacauan politik baru dapat diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah
pembagian wilayah Mataram menjadi dua yaituKesultanan
Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari 1755.
Pembagian wilayah ini tertuang dalam Perjanjian Giyanti (nama diambil dari
lokasi penandatanganan, di sebelah timur kota Karanganyar, Jawa Tengah).
Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah. Walaupun
demikian sebagian masyarakat Jawa beranggapan bahwa Kesultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta adalah "ahli waris" dari Kesultanan
Mataram.
Nama – Nama Raja yang Pernah
Menjabat :
1. Ki Ageng Pamanahan, menerima tanah perdikan
Mataram dari Jaka Tingkir
2. Panembahan Senopati (Raden Sutawijaya) (1587 -
1601), menjadikan Mataram sebagai kerajaan
merdeka.
3. Panembahan Hanyakrawati (Raden Mas Jolang) (1601
- 1613)
4. Adipati Martapura (1613 selama satu hari)
5. Sultan Agung (Raden Mas Rangsang / Prabu
Hanyakrakusuma) (1613 - 1645)
6. Amangkurat I (Sinuhun Tegal Arum) (1645 - 1677)
Kehidupan Sosial Budaya
•
• Pada masa Paku Buwono II ini di istana Surakarta terdapat seorang pujangga
bernama Yasadipura I (1729-1803). Yasadipura I dipandang sebagai sastrawan besar
Jawa. Ia menulis empat buku klasik yang disadur dari bahasa Jawa Kuno (Kawi),
yakni Serat Rama, Serat Bharatyudha, Serat Mintaraga, serta Arjuna Sastrabahu.
Selain menyadur sastra-sastra Hindu-Jawa, Yasadipura I juga menyadur sastra
Melayu, yakni Hikayat Amir Hamzah yang digubah menjadi Serat Menak. Ia pun
menerjemahkan Dewa Ruci dan Serat Nitisastra Kakawin. Untuk kepentingan
Kasultanan Surakarta, ia menerjemahkan Taj as-Salatin ke dalam bahasa Jawa
menjadi Serat Tajusalatin serta Anbiya. Selain buku keagamaan dan sastra, ia pun
menulis naskah bersifat kesejarahan secara cermat, yaitu Serat Cabolek dan Babad
Giyanti.
Kehidupan Ekonomi
• Posisi ibukota Mataram di Kota Gede yang berada di pedalaman menyebabkan Mataram
sangat tergantung kepada hasil pertanian. Dengan kehidupan masyarakat yang agraris
membentuk tatanan masyarakat sistem feodal. Bangsawan, priyayi dan kerabat kerajaan yang
memerintah suatu wilayah diberi tanah garapan yang luas, sedangkan rakyat bertugas untuk
mengurus tanah tersebut. Sistem ini melahirkan tuan tanah yang menganggap menguasai
wilayahnya.
• Kehidupan kerajaan Mataram mengandalkan dari agraris, sedangkan daerah pesisir pantai di
wilayah yang dikuasai tidak dimanfaatkan. Dengan mengandalkan dari pertanian, Mataram
melakukan penaklukan ke beberapa kerajaan-kerajaan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Dengan
menarik upeti dari wilayahwilayah penghasil beras menyebabkan perekonomian berkembang
dengan cepat.