Bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri (kausa materialis Pancasila) Konsekuensinya secara historis Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat negara serta ideologi negara dan negara bukannya suatu ideologi yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri. B. Landasan Kultural Setiap bangsa di dunia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara senantiasa memiliki suatu pandangan hidup, filsafat hidup serta pegangan hidup agar tidak terombang-ambing dalam pergaulan internasional. Setiap bangsa memiliki ciri khas serta pandangan hidup yang berbeda dengan bangsa lain. Nilai kenegaraan dan kemasyarakatan yang terkandung dalam sila-sila pancasila bukanlah merupakan suatu hasil konseptual melainkan karya besar bangsa Indonesia sendiri yang diangkat dari nilai-nilai kultural yang dimiliki oleh bangsa Indonesia melalui proses refleksi filosofis para pendiri negara Soekarno, Moh Yamin, Moh Hatta, Soepomo serta para pendiri negara lainnya C.Landasan Yuridis Berdasarkan UU nO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Kajian Pancasila diletakkan pada: 1. Tekad untuk mewujudkan Pancasila sebagai dasar negara, yg nampak dlm kebijakan politik hukum serta tumbuhnya kesadaran hukum baik penyelenggara negara maupun masyarakat 2. Tekad mewujudkan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang melandasi terbentuknya kesadaran moral bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara 3. Mengindari terulangnya praktek politik yang mempolitisir pancasila sebagai alat penguasa dalam upaya mempertahankan kekuasaan mengatas namakan demi ideologi Pancasila. D. Landasan Filosofis Bahwa Bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mendasarkan nilai-nilai yang tertuang dalam nilai-nilai Pancasila secara filosofis merupakan filosofi bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara.
Secara filosofis bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah
bangsa yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdasarkan kenyatan obyektif bahwa manusia adalah makhluk Tuhan YME
Sehingga seluruh aspek penyelenggaraan negara harus bersumber
pada nilai-nilai pancasila termasuk sistem peraturan perundang- undangan di Indonesia. PERUMUSAN DASAR NEGARA PANCASILA A. Pengertian Pancasila Secara Etimologis Etymos = kata Logos = Ilmu Menurut M.Yamin dalam bahasa sansekerta perkataan Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu “panca” artinya lima dan “syila” vokal i pendek artinya batu sendi, alas, dasar. Sedangkan “syila” vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting Kemudian dlm Bahasa Indonesia terutama Bahasa Jawa diartikan susila yang memiliki hubungna dengan moralitas. Pancasila memiliki makna leksikal berbatu sendi lima atau secara harfiah “dasar yang memiliki 5 unsur” B. Pengertian Pancasila Secara Historis Sidang BPUPKI 1. dr. Radjiman Widyodiningrat 2. M.Yamin 3. Soepomo 4. Soekarno Pada 1 Juni 1945 Ir. Sukarno berpidato memberi nama dasar negara dengan nama Pancasila artinya lima dasar. Pada 17 Agustus 1945 memproklamirkan kemerdekaan, kemudian 18 Agustus 1945 disahkan UUD 1945 tersebut Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya termuat dasar negara yg berisi lima prinsip sebagai dasar negara yang diberi nama Pancasila. 1. Mr. M.Yamin (29 Mei 1945) Dalam pidato : 1. Peri Kebangsaan 2. Peri Kemanusiaan 3. Peri Ketuhanan 4. Peri Kerakyatan 5. Kesejahteraan Rakyat
Dalam usulan tertulis :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa 2. Kebangsaan persatuan Indonesia 3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan 5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia 2. Ir. Soekarno (1 Juni 1945) 1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia 2. Internasionalisme atau perikemanusiaan 3. Mufakat atau demokrasi 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan yang berkebudayaan Disederhanakan menjadi trisila 1. Sosio Nasional yaitu nasionalisme dan internasionalisme 2. Sosio Demokrasi yaitu Demokrasi dan kesejahteraan rakyat 3. Ketuhanan Yang Maha Esa. Disederhanakan menjadi eka sila Yang intinya gotong-royong. 3. Piagam Jakarta (22 Juni 1945) Pada tanggal 22 Juni 1945 sembilan tokoh nasional, 3 tokoh dokuritsu zyunbi tioosakay mengadakan sidang berhasil menyusun piagam yang dikenal “Piagam Jakarta” yang di dalamnya memuat Pancasila : 1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya 2. Kemanusiaan yang adil dan beradab 3. Persatuan Indonesia 4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam musyawaratn perwakilan 5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia C. Pengertian Pancasila secara Terminologis Diawali proklamsi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 lahirnya negara Indonesia. BAB III PEMBUKAAN UUD 1945 A. Sumber Tertib Hukum Tertinggi Adapun syarat-syarat tertib hukum sbb: 1. Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum. 2. Adanya kesatuan asas kerokhanian, mrp suatu dasar dari keseluruhan peraturan-peraturan hukum, yang bersumber dari segala sumber hukum. 3. Adanya kesatuan daerah, dimana perturan berlaku, terpenuhinya kalimat seluruh tumpah darah Indonesia 4. Adanya kesatuan waktu, dimana seluruh peraturan berlaku saat mulai berdirinya negara RI B. Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara Yang Fundamental 1. Dari Segi Terjadinya ditentukan oleh pembentuk negara 2. Dari Segi isinya memuat isi dasar-dasar pokok negara a. Tujuan negara b. Ketentuan diadakannya UUD Negara c. Bentuk negara d. Dasar Filsafat Negara (asas kerokhanian negara) Pokok kaidah negara yang fundamental menurut ilmu hukum mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap, melekat pada kelangsungan hidup negara, dan oleh karena kedudukan sebagai tertib hukum tertinggi maka secara hukum tidak dapat diubah, karena mengubah pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan pembubaran negara RI. Hubungan Pembukaan UUD 1945 dengan Batang Tubuh UUD 1945 1. Dalam hub dg tertib hukum Pembukaan UUD 1945 terpisah dengan batang tubuh UUD 1945. Dalam kedudukan sbg pkok kaidah fundamental Pembukaan mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada UUD 1945. 2. Pembukaan UUD 1945 merupakan tertib hukum tertinggi dan hakikatnya memiliki kedudukan lebih tinggi daripada batang tubuh UUD 1945 3. Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah negara yang fundamental yang menentukan adanya UUD 1945, yang menguasai hukum dasar negara, baik tertulis maupun tidak tertulis. 4. Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan ke dalam pasal-pasal. BAB IV DINAMIKA PELAKSANAAN UUD 1945 A. UUD 1945 (Awal Kemerdekaan) Disahkan 18 Agustus 1945 dg 37 Pasal 4 Aturan Peralihan dan aturan tambahan 1. Pasal IV Aturan Peralihan UUD 1945 berlaku yaitu sblm MPR. DPR dan DPA dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) 2. Sistem kabinetnya presidensiil. DPA terbentuk yang anggotanya terdiri atas golongan politik, golongan karya, wakil daerah dan tokoh nasional, MPR/DPR blm terbentuk. 3. Maklumat No. X tanggal 16 Oktober 1945 KNIP sblumnya menjadi pembantu presiden menjadi badan legislatif. 4. Selanjutnya kabinet presidensiil menjadi kabinet parlementer, yang menyimpang UUD 1945 krn diikuti demokrasi liberal. (maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945) B. Konstitusi RIS Berdasarkan Konferensi Meja Bundar (KMB) maka terbentuklah RIS pada tanggal 27 Desember 1949 Hal ini membuktikan bahwa Indonesia dipecah-pecah oleh Belanda Sistem Pemerintahannya Kabinet Parlementer yang berdasarkan demokrasi liberal. Terjadi pemberontakan DI/TII C. UUDS 1950 Berlaku 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959 Sistem pemerintahnnya parlementer, demokrasinya liberal dan sudah bisa membentuk badan konstituante Pemerintahan tidak stabil, sering pergantian kabinet, bidang ekonomi dan keamanan kacau, konstituante tidak dapat melaksanakan tugasnya. D. UUD 1945 (Berdasarkan Dekrit Presiden) 1. Dekrit Presiden 2. Penyelewengan terhadap UUD 1945 a. Bidang Ideologi b. Bidang Konstitusi c. Bidang Sosial Politik d. Bidang Ekonomi e. Bidang Agama dan Moral E. UUD 1945 Masa Orde Baru BAB V PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA Asal Mula Ideologi Pancasila 1. Asal mula yang langsung a. Asal mula bahan (kausa materialis) b. Asal mula bentuk (kausa formalis) c. Asal mula karya (kausa effecient) d. Asal mula tujuan (kausa finalis) 2. Asal mula yang tidak langsung Pancasila terwujud dalam 3 azas 1. Asas kebududayaan 2. Asas Religius 3. Asas Kenegaraan