No Materi
CHECKLIST Skor (paraf) Keterangan
0 1 2 3
2 = dilakukan dengan
Produk
Halal
Sertifikat
Halal MUI
“Hai sekalian umat manusia, makanlah dari apa
yang ada di bumi ini secara halal dan baik. Dan
janganlah kalian ikuti langkah-langkah setan.
Sesungguhnya ia adalah musuh yang nyata bagi
kalian.” (Q.S. Al-Baqarah: 168)
Sertifikat Halal adalah fatwa tertulis yang
dikeluarkan oleh MUI yang menyatakan
kehalalan suatu produk yang merupakan
keputusan sidang Komisi Fatwa MUI
berdasarkan proses audit yang dilakukan oleh
LPPOM MUI.
Sertifikasi Halal adalah suatu proses untuk
memperoleh sertifikat halal melalui beberapa
tahap untuk membuktikan bahwa bahan,
proses produksi dan SJH memenuhi standar
LPPOM MUI.
CEROL-SS23000 adalah sistem pelayanan
sertifikasi halal LPPOM MUI secara online.
Dengan sistem ini perusahaan dapat
mengajukan permohonan sertifikasi halal
produk secara online tanpa batas waktu dan
tempat.
• Keunggulan CEROL-SS23000 :
1. Total waktu proses sertifikasi menjadi lebih cepat.
2. Dapat memonitor perkembangan proses sertifikasi secara
real time.
3. Mengurangi penggunaan kertas (Go Green).
4. Dapat mengunduh Sertifikat Halal dari sistem.
5. Data sertifikasi tersimpan di sistem dengan baik (History).
6. Tidak ada batas waktu dalam pengisian data, sehingga dapat
dikerjakan secara bertahap (dicicil).
7. Khusus register perpanjangan, tidak perlu mengulang
pengisian data bahan dan produk dari register sebelumnya
(untuk kelompok produk yang sama).
8. Kemudahan akses pencarian produk bersertifikat halal.
• Sebelum memulai proses registrasi, pastikan
perusahaan telah menerapkan Sistem Jaminan
Halal (SJH) dan menyiapkan data sertifikasi
halal.
• Untuk memahami kriteria SJH, maka
perusahaan harus mengikuti pelatihan SJH
yang diadakan LPPOM MUI. Pendaftaran
pelatihan SJH dapat dilakukan melalui email
pelatihanhalal@halalmui.org.
1. Kertas kerja produksi (worksheet) mengacu pada LPPOM MUI.
2. Bahan untuk produksi telah mendapatkan halal pass dari
LPPOM MUI.
3. Bahan bebas dari kontaminasi najis dan bahan haram.
4. Lini produksi hanya digunakan untuk bahan yang halal.
5. Bila lini produksi juga digunakan untuk bahan yang belum
disertifikasi halal, maka prosedur pembersihan dipastikan
dapat menghilangkan/menghindari produk dari kontaminasi
silang.
6. Bila ada produk yang tidak disertifikasi mengandung turunan
babi, alat dan lini produksi dipastikan benar-benar terpisah.
7. Harus dipastikan bahwa di area produksi tidak boleh ada
bahan-bahan.
8. atau barang-barang yang tidak digunakan untuk produksi.
9. Catatan produksi didokumentasikan dengan baik dan lengkap.
• Segala hal yang berhubungan dengan pangan
ataupun produk halal harus menjadi perhatian kita
bersama baik pemerintah, pelaku industri, dan
masyarakat muslim itu sendiri.
• Selaku pelaku industri, sertifikasi halal tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan daya jual produk
tetapi juga sebagai sarana pertanggungjawaban
moral kita untuk menyediakan produk yang halal
sesuai dengan aturan syariah.