Anda di halaman 1dari 38

 Informasi Kejadian Phlebitis terkait

Pemberian Obat Injeksi dan


How to Handle Infectious Waste

PPI RS BETHESDA
Apa itu Plebitis ?
Definisi Plebitis :
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2); September 2015
Plebitis merupakan suatu peradangan pada tunika
intima pembuluh darah vena biasanya merupakan
komplikasi karena pemberian cairan melalui
pembuluh darah vena.
Insiden plebitis akan meningkat seiring dengan
lamanya pembuluh darah vena dipakai sebagai akses
pemberian cairan dan obat-obatan kedalam tubuh
Plebitis adalah inflamasi pada satu
atau lebih lapisan dinding vena yang
menyebabkan nyeri, kulit berwarna
merah dan teraba keras, dan pasien
merasa tidak nyaman selama
pemberian obat (Higginson & Parry,
2011).
Visual infusion Phlebitis (VIP) Score
Jenis Jenis Plebitis
1. Mekanik : Terkait dengan pemilihan vena dan
penempatan kanula
2. Kimiawi : Terkait dengan repon tunika intima
terhadap ph dan osmolaritas cairan infus atau
obat abat yang dimasukkan melalui intra vena.
3. Bakterial : radang pada vena dikaitkan dengan
infeksi bakteri
Data Plebitis
Angka kejadian Plebitis di Rumah Sakit
masih cukup tinggi dan meningkat setiap
tahunnya, padahal angka ini merupakan
salah satu indikator mutu pelayanan RS.
Pengetahuan dan perilaku perawat dalam
pencegahan flebitis penting untuk
menurunkan angka kejadian flebitis
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 17, No. 3, November 2014, hal 108-118 pISSN 1410-4490, eISSN 2354-
9203
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu tahun
2006 dijelaskan bahwa angka kejadian plebitis masih
sangat tinggi sekitar 52%. Dalam laporan
penelitian yang dilakukan oleh Idayanti tahun 2008
ada 51% kejadian plebitis di rumah sakit Arifin
Achmad Pekanbaru, dimana rata-rata kejadian
plebitis terjadi pada hari ke 3. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan
oleh Darmawan pada tahun 2008 didapatkan hasil
mengenai kejadian plebitis berkisar antara 18%-39%
dengan rincian sebagai berikut : 18 % pada
pasien bedah yang mendapatkan nutrisi parenteral,
35 % pada pasien penyakit dalam, dan 39% pada
psien pneumonia
Updated data e jurnal Sariputra
juni 2018
Data Depkes RI Tahun 2013 angka kejadian Phlebitis di Indonesia
sebesar (50,11%) untuk Rumah Sakit Pemerintah
sedangkan untuk Rumah Sakit Swasta sebesar (32,70%)
(Rizky,2014).
Terapi intravena (IV) merupakan salah satu
prosedur yang paling sering dilakukan di
rumah sakit di seluruh dunia. Di USA, hampir
20 juta pasien dari total 40 juta pasien yang
dirawat mendapatkan terapi intravena
(Yalcin, 2004, dalam Uslusoy, 2008).
PENGUMPUL DATA
Tim PPI bertanggung jawab atas
pengumpulan data HAIs Plebitis , karena
mereka yang memiliki keterampilan dalam
mengidentifikasi IRS sesuai dengan
kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana
pengumpul data adalah IPCN yang dibantu
IPCLN.
IPCLN mengisi data demografi pasien dan
data alat invasive yang terpasang pada setiap
pasien beserta bundles pencegahan infeksi
yang dilakukan pada surveillance online yang
ada di computer masing masing ruangan
Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi, IPCLN
segera melaporkan kepada IPCN untuk
ditindaklanjuti (investigasi).
Sumber Data
Sumber data diperoleh dari :
Rekam medis
Catatan perawatan
Catatan hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium dan radiologi)
Farmasi
Pasien / keluarga pasien.
Numerator :
Angka kejadian infeksi Plebitis.

Denominator :
Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer

Insiden rate Plebitis =


Jumlah kasus Plebitis : Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer X 1000
Perhitungan

Perhitungan dilakukan dalam satu bulan. Kurun waktu harus jelas


dan sama antara numerator dan denominator sehingga laju
tersebut mempunyai arti.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu
dan menyita hampir separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga
dibutuhkan penuh waktu / full time. Dalam hal ini bantuan
komputer akan sangat membantu, terutama akan meningkatkan
efisien pada saat analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan
dan kompleksitas cara analisisnya merupakan alasan mutlak
untuk menggunakan jasa komputer, meski di RS kecil sekalipun.
Analisis dan interpretasi
Data insiden rate dianalisa, apakah ada perubahan yang
signifikan seperti penurunan maupun peningkatan IRS yang cukup
tajam atau signifikan, kemudian dibandingkan dengan jumlah
kasus dalam kurun waktu bulan yang sama pada tahun yang
lalu.Jika terjadi perubahan yang signifikan dicari faktor-faktor
penyebabnya mengapa hal tersebut terjadi. Bila diketemukan
penyebab dilanjutkan dengan alternatif pemecahannya. Dan
diantara pemecahan dipilih yang laik laksana bagi RS atau
Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat. Hasil analisa data
disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan grafik .
DATA KEJADIAN PLEBITIS DI RUANG RAWAT INTENSIF RS BETHESDA 2018

NO RUANG JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEPT OKT NOV DES

1 IRI 3       1 2 5 5 5 2 2  

2 IMC             13 7 10 5 3 2

3 PSA           1            

  TOTAL  3 0 0 0 1 3 18 12 15 7 5 2
DATA KEJADIAN PLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS BETHESDA 2018

NO RUANG jan feb mar apr mei juni juli ags sept okt nov des
1 B         1              
2 C                        
3 D         1              
4 E                        
5 F             1     1    
6 H                     1 1
7 G II OBSGIN         1              
8 G 3 ANAK BARAT         1   1     1    
9 VI     1 1 1 1            
10 RUANG BAYI                        
11 SUITE ROOM                        
12 SRIKANDI                        
13 ANGGREK                        
14 SHINTA                        
15 BAKUNG                        
16 CANA                        
17 EDELWEIS             1          
18 FLAMBOYAN                        
19 GARDENIA       2                
20 HIBISKUS           1   1 1      
21 G 2 SYARAF               1        
22 G 3 ANAK TIMUR                        
23 G4                        
24 CATLEA             3 1        
   JML TOTAL 0 0 1 3 5 2 6 3 1 2 1 1
Kejadian Plebitis Kimia dibandingkan Plebitis Mekanis
dan Bakterial
RS Bethesda Th 2018

KEJADIAN TIAP BULAN DALAM TAHUN 2018


JENIS
NO PLEBITIS Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov des

1 Bakterial 1 1 3 1

2 Mekanis' 3 1 5 1 1

3 Kimia 2 7 5 18 23 14 16 9 6 3

TOTAL 8 8 7 18 26 15 16 9 6 3
Pelaporan, Rekomendasi dan
Diseminasi

Prinsip Laporan dibuat sistematik, singkat,


tepat waktu dan informatif.
Laporan dibuat dalam bentuk grafik atau
tabel.
Laporan dibuat bulanan, triwulan, semester
atau tahunan.
Laporan disertai analisis masalah dan
rekomendasi penyelesaian.
TREND KEJADIAN PLEBITIS 2019
1.1
1.09

1.08

1.06

1.04

1.02

1 1 1 1 1 1
1

0.98

0.96

0.94
Ja nua ri Febuari Maret Apri l Mei Juni

ta rget < 1 ‰ real i s as i ‰


Diseminasi
Tujuan diseminasi : agar pihak terkait dapat
memanfaatkan informasi tersebut untuk
menetapkan strategi pengendalian IRS.
Laporan disampaikan pada seluruh anggota
komite, Direktur rumah sakit, ruangan atau
unit terkait.
Rekomendasi Pencegahan Plebitis :
1. Tindakan Korektif :
Perawatan luka tusukan infus dan sekitar dengan kompres nacl
0,9 %
2. Tindakan Preventif :
a. Lakukan Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan
tindakan.
b. Gunakan sarung tangan
c. Periksa keutuhan kemasan infus set dan cairan serta tgl
kadaluarsanya
d. Lakukan disinfeksi kulit dengan alcohol+ clorhexidin swab
e.Tutup luka tusukan infus dengan Transparan dresing
f.Observasi secara teratur tanda tanda phlebitis miimal tiap
8 jam / shift
g. Pemilihan vena : vena besar, lurus, panjang , tidak
rapuh.
Vena yang dianjurkan : metacarpal, sefalika, basilica,
antebrachial medialis, hindari vena yang sudah
mengeras/haematom.
h. Pemeilihan kanula yang tepat :
1) Pilih kanula yang bersifat elastis dan permukaanya
lembut.
2) Sesuaikan dengan umur, keperluan dan lamanya therapy.
3). semakin besar nomor, semakin kecil ukuran, panjang dan
diameter.
4). Ukuran sediaan kanula :
no 16,18, 20,22 untuk dewasa
no 24,26 untuk anak-anak dan neonatus

i. Pasang Transparan dressing sebagai penutup luka tusukan


infus untuk memudahkan monitoring luka tusukan.
j. Lakukan pemberian obat injeksi intra vena secara benar
menggunakan triway.
How to Handle Infectious Waste
PENGELOLAAN LIMBAH INFEKSIUS
a. Risiko Limbah
Rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain
sebagai sarana pelayanan kesehatan adalah tempat
berkumpulnya orang sakit maupun sehat, dapat
menjadi tempat sumber penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan
dan gangguan kesehatan, juga menghasilkan limbah
yang dapat menularkan penyakit. Untuk menghindari
risiko tersebut maka diperlukan pengelolaan limbah
di fasilitas pelayanan kesehatan.
b. Jenis Limbah
Fasilitas pelayanan kesehatan harus mampu
melakukan minimalisasi limbah yaitu upaya
yang dilakukan untuk mengurangi jumlah
limbah yang dihasilkan dengan cara
mengurangi bahan (reduce), menggunakan
kembali limbah (reuse) dan daur ulang limbah
(recycle).
Jenis wadah dan label limbah medis padat
sesuai kategorinya
c. Tujuan Pengelolaan Limbah

1. Melindungi pasien, petugas kesehatan,


pengunjung dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan dari
penyebaran infeksi dan cidera.
2. Membuang bahan-bahan berbahaya
(sitotoksik, radioaktif, gas, limbah
infeksius, limbah kimiawi dan farmasi)
dengan aman.
d. Proses Pengelolaan Limbah

Proses pengelolaan limbah dimulai dari


identifikasi, pemisahan,labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga
pembuangan/pemusnahan.
Identifikasi jenis limbah:

Secara umum limbah medis dibagi menjadi


padat, cair, dan gas. Sedangkan kategori
limbah medis padat terdiri dari benda tajam,
limbah infeksius, limbah patologi, limbah
sitotoksik, limbah tabung bertekanan, limbah
genotoksik, limbah farmasi, limbah dengan
kandungan logam berat, limbah kimia, dan
limbah radioaktif.
Pemisahan Limbah
Pemisahan limbah dimulai pada awal
limbah dihasilkan dengan memisahkan
limbah sesuai dengan jenisnya. Tempatkan
limbah sesuai dengan jenisnya, antara lain:
Limbah infeksius

Limbah yang terkontaminasi darah dan cairan


tubuh masukkan kedalam kantong plastik
berwarna kuning.
Contoh: sampel laboratorium, limbah patologis
(jaringan, organ, bagian dari tubuh, otopsi, cairan
tubuh, produk darah yang terdiri dari serum,
plasma, trombosit dan lain-lain), diapers
dianggap limbah infeksius bila bekas pakai
pasien infeksi saluran cerna, menstruasi dan
pasien dengan infeksi yang di transmisikan lewat
darah atau cairan tubuh lainnya.
Limbah non-infeksius:

Limbah yang tidak terkontaminasi darah dan


cairan tubuh, masukkan ke dalam kantong
plastik berwarna hitam.

Contoh: sampah rumah tangga, sisa makanan,


sampah kantor.
Limbah  benda  tajam: Limbah yang memiliki permukaan tajam, masukkan kedalam wadah tahan
tusuk dan air. Contoh: jarum, spuit, ujung infus, benda yang berpermukaan tajam.

Limbah cair segera dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah cair (spoelhoek).
Pembuangan Benda Tajam

◦ Wadah benda tajam merupakan limbah medis dan


harus dimasukkan ke dalam kantong medis
sebelum insinerasi.
◦ Idealnya semua benda tajam dapat diinsinersi,
tetapi bila tidak mungkin dapat dikubur dan
dikapurisasi bersama limbah lain.
◦ Apapun metode yang digunakan haruslah tidak
memberikan kemungkinan perlukaan.
mari cegah Phlebitis
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai