Anda di halaman 1dari 20

 1. Rahwati  9.St.

Mushofa
 2. Rifa zulfarihah M  10.solehatun nisa
 3.Rury Putri  11. sulistiawati
 4.Sarmilah  12.syifa
 5.Shellyana  13. Venni T
 6. Sindy A
 14. Wahidah A
 7. St. Anwariyah
 15. Wulandari
 8. st. Fitriyanti
 16. Yuli A.
 17. Yulistiani D.nn
NORMA DAN NILAI PRAKTIK BUDAYA
DALAM KEMAMPUAN REPRODUKSI
DAN SEKSUALITAS
 A. Pengertian Norma
Norma berasal dari bahasa latin, yakni norma, yang
berarti penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas
yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sini kita dapat
mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan
atau kebiasaan. Jadi norma ialah sesuatu yang dipakai
untuk menagtur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran.
Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau
keburukan suatu perbuatan. Jadi secara terminology
kita dapat mengambil kesimpulan menjadi dua
macam.Pertama, Norma menunjuk suatu
teknik.Kedua, Makna tersebut lebih bersifat normative.
Norma yang kita perlukan adalah norma yang brsifat
praktis, norma yang dapat diterapkan pada perbuatan
konkret.
 Adapun Norma dalam kehidupan, yakni :
1. Norma Agama :
a. Berasal dari Tuhan Yang Maha Esa
b. Tercantum dalam kitab suci setiap agama
c. Pelanggaran terhadap norma agama merupakan dosa
d. Agar setiap orang beriman dan bertakwa
terhadap Tuhannya
e. Agar tercipta masyarakat yang agamis, tertib, tentram,
rukun, damai dan sejahtera.
2. Norma Masyarakat/sosial :
a. Bersumber dari masyarakat sendiri
b. Pelanggaran atas norma sosial berakibat pengucilan dari
masyarakat
c . Tujuan norma sosial supaya tercipta masyarakat yang
saling menghormati dan saling menghargai
3. Norma Kesusilaan :
a. Berasal dari setiap manusia
b. Pelanggaran dari norma ini berakibat penyesalan
c. Dalam kehidupan sehari-hari sebaiknya setiap
individu berusaha agar setiap sikap, ucapan dan
perilakunya selalu dijiwai oleh nilai-nilai atau norma
agama, kesopanan dan hukum.
4. Norma Sosial:
a. Berasal dari Negara
b. Pelanggran atas normaini berakibat hukuman
sesuai dengan peraturan
c. Pelanggaran norma hukum dalam masyarakat akan
memicu berbagai kerusuhan dan perbuatan amoral yang
tidak bertanggung jawab.
 B. Pengertian Praktik Budaya
Praktik budaya menurut pengertiannya secara
umum adalah norma-norma dalam kebudayaan
yang harus dihormati oleh seorang individu
maupun berkelompok, dimana salah satu ketika
seseorang melanggarnya maka ia akan menerima
sanksi baik itu secara halus maupun secara kasar,
contohnya seperti di kucilkan, bahkan tak di
anggap dari kelompok budaya tersebut yang
dapat membuat orang tersebut di keluarkan dari
budaya tersebut dan di keluarkan dari komunitas
budaya itu.
 C. Norma dan Praktik Budaya dalam
Kehidupan Seksualitas
Norma-norma dan praktik budaya dalam
kehidupan seksualitas dimana seseorang
mengalami gangguan dan keterkaitan terhadap
suatu kelainan akibat trauma, sehingga banyaknya
jumlah seseorang meningkatkatkan kehidupan
seksual yang kurang di hormati di kalangan
masyarakat,baik itu melalui pergaulan bebas di
kalangan remaja, homoseksualitas, dan bahkan
kelainan kelainan seksualitas lainnya yang banyak
di langgar oleh sebagian orang.
 D. Norma dan Praktik Budaya dalam Kemampuan
Reproduksi, meliputi:
 1. Revolusi seks : seks bebas tidak untuk menghasilkan
keturunan. Jika seks tidak untuk menghasilkan keturunan,
maka keturunan tidak harus didapat dari hubungan
seksual.Pemikiran ini mempertajam pemahaman manusia
tentang makna prokreasi dan seksualitas.
 2. Gerakan feminisime dan hak gay : jika lelaki dan
perempuan tidak saling melengkapi dan berpengaruh
secara generatif, maka bayi tidak harus hadir melalui
persatuan ovum dan sperma. Maka monogami yang
diangggap sebagai tempat ideal terjadinya prokreasi tidak
akan terlalu
 dalam norma budaya kita. Untuk itu, kloning
akan menjadi pilihan terakhir: orang tua
tunggal. Pemikiran ini mempertajam
pemahaman tentang kesetaraan gender.
 3. Melalui kloning dihasilkan anak yang
diinginkan. Ini menguji pemahaman umum
bahwa anak yang dilahirkan adalah anak yang
diinginkan.Pemikiran semacam ini digunakan
untuk menentang aborsi dan kontrasepsi
 E. Etimologi dalam Kehidupan Seksualitas yang
Menyangkut Norma dan Praktik Budaya yang
Menyimpang
Kata homoseksual adalah hasil penggabunganbahasa
Yunani dan Latin dengan elemen pertama berasal dari
bahasa Yunani homos, 'sama' (tidak terkait dengan kata Latin
homo, 'manusia', seperti dalam Homo sapiens), sehingga
dapat juga berarti tindakan seksual dan kasih sayang antara
individu berjenis kelamin sama, termasuk
lesbianisme. Dimana hubungan gay umumnya mengacu
pada homoseksualitas laki-laki, tetapi dapat digunakan
secara luas untuk merujuk kepada semua
orangLGBT.Dalam konteks seksualitas, lesbian, hanya
merujuk pada homoseksualitas seseorang.
 F. Sejarah Homoseksual dalam Kehidupan
Seksualitas yang Menyangkut Norma dan
Praktik Budaya yang Menyimpang
Kemunculan istilah homoseksual pertama kali
ditemukan pada tahun 1869 dalam sebuah pamflet
Jerman tulisan novelis kelahiran Austria Karl-
Maria Kertbeny yang diterbitkan secara
anonim, berisi perdebatan melawan hukum anti-
sodomi Prusia.Pada tahun 1879, Gustav
Jager menggunakan istilah Kertbeny dalam
bukunya, Discovery of The Soul(1880).
Pada tahun 1886, Richard von Krafft-
Ebingmenggunakan istilah homoseksual dan
heteroseksual dalam bukunya Psychopathia
Sexualis. Buku Krafft-Ebing begitu populer di
kalangan baik orang awam dan kedokteran
hingga istilah "heteroseksual" dan
"homoseksual" menjadi istilah yang paling luas
diterima untuk orientasi seksual.
 G. Penggunaan Sinonim kata Homoseksual dalam
Kehidupan Seksualitas yang Menyangkut Norma dan
Praktik Budaya yang Menyimpang
Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki atau
LSL (digunakan di kalangan medis ketika secara khusus
membahas aktivitas seksual), homoerotis(mengacu pada
karya seni), heterofleksibel (mengacu pada orang yang
mengidentifikasi diri sebagai heteroseksual, tetapi
terkadang terlibat dalam kegiatan seksual sesama jenis),
dan metroseksual(merujuk pada pria non-gay dengan
selera stereotipegay seperti makanan, mode, dan desain).
Istilah peyoratif dalam bahasa Inggris
termasuk queer,faggot, fairy (peri), poof, dan homo.
 H. Orientasi Seksual, Identitas, Perilaku dalam
Norma dan dalam Ruang Lingkup Kehidupan
Bersosial Budaya
American Psychological Association, American
Psychiatric Association, dan National Association
of Social Workers menyatakan orientasi seksual
"bukan hanya karakteristik pribadi yang
didefinisikan secara tersendiri. Malahan, orientasi
seksual seseorangditentukan dengan siapa orang
tersebut menemukan hubungan yang
memuaskan".
Orientasi seksual umumnya dibahas sebagai
karakteristik individu, seperti jenis kelamin
biologis, identitas gender, atau usia. Perspektif
ini tidak lengkap karena orientasi seksual
selalu didefinisikan dalam istilah
relasional yang harus melibatkan hubungan
dengan orang lain.
 I. Perkembangan identitas seksual Di Ruang
Lingkup Budaya Masyarakat "proses coming-out”
Dimana banyak orang yang merasakan ketertarikan
kepada anggota jenis kelamin sama memiliki fase
"coming out" dalam kehidupan mereka. Umumnya,
coming out digambarkan dalam tiga fase. Fase pertama
adalah fase "mengenali diri", dimana muncul
kesadaran seseorang untuk terbuka dengan suatu
hubungan bahkan mulai mencoba keluar melalui
norma hukum suatu kebudayaan dengan menggambil
suatu rasiko tampa disadari ketika di mana sebagian
orang mencoba hubungan sesama jenis.
 J. Konstruksi sosial dan Norma Etika
Homoseksual
Orientasi homoseksual bersifat kompleks dan multi-
dimensi, beberapa akademisi dan peneliti, terutama
dalam studi Queer, berpendapat bahwa homoseksual
adalah konstruksi sejarah dan sosial. Pada tahun
1976 sejarawan Michel Foucault berpendapat bahwa
homoseksualitas sebagai identitas yang tidak ada pada
abad ke-18. Orang-orang pada masa itu berbicara
tentang "sodomi" yang mengacu kepada tindakan
seksualdalam ruang lingkup merampas hak bela diri
seseorang dan moral etika
sehingga sodomi saat itu merupakan kejahatan
yang sering diabaikan oleh beberapa orang yang
berprilaku menyimpang, sehingga
mereka terkadang dijatuhi hukuman berat, karena
di anggap orang yang melanggar hukum itu
merupakan orang yang berperilaku menyimpang
yang kurang memahami etika, dan peraturan –
peraturan terhadap norma – norma kemanusian
dan kurang dapat menghargai struktur ikatan
budaya social yang ada di suatu daerah atau
negara tertentu.
 K. Pengendalian terhadap Ruang Lingkup Seksual yang
mencangkup Norma – Norma dan Prakik Sosial Budaya
1. Membuat norma – norma baru dalam luang kehidupan
Dimana dibuatnya norma – norma atau peraturan bagi setiap
kelompok masyarakat atau individu agar tidak adanya
melakukan kejahatan seksual seperti halnya kekerasan dan juga
sodomi hingga menyebabkan penyelimpanagan sesual sesama
jenis semangkin meningkat dari tahun ke tahun.
 2. Memperketat aturan Norma Budaya
Dimana suau budaya memulai menjelaskan mengenai
penyelimpangan-penyelimpangan dan hal apa saja yang akan
terjadi apabila dilakukannya penylimpangan,
 dan menjelaskan juga mengenai apa yang dilarang oleh Budaya
setempat maupun Agama yang diyakini sehingga menyadarkan
sebagian orang agar menghindari penyelimpangan tersebut.
3. Rehabilitasi bagi para homoseksual
Dimana peran masyarakat, keluarga, orang terdekat juga seperti
sahabat maupun teman memberikan support mendalam kepada
pelaku homoseksual agar pelaku menyadari kesalaan yang telah
di lakukannya sedikit demi sedikit dan mencoba membantu
menyadarkan agar belajar untuk kembali menjadi manusia yang
normal tampa melakukan adanya penyimpangan social lagi
dalam hubungan yang tidak semestinya, yang melanggar norma
hukum dan melanggar dari social budayayang telah tertanam
kuat di lingkungan atau Negara itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai