405150116
Pemicu 5
blok Respirasi
LO1.
Tuberculosis , HIV disertai TB, TB MDR
TUBERCULOSIS
DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis complex.
Morfologi dan Struktur Bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk :
• batang lurus atau sedikit melengkung
• tidak berspora dan tidak berkapsul.
• ukuran lebar 0,3 – 0,6 mm dan panjang 1 – 4 mm.
• Dinding M. tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari
lapisan lemak cukup tinggi (60%) bersifat tahan
asam.
EPIDEMIOLOGI
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai
“Global Emergency”.
Diperkirakan angka kematian akibat TB adalah 8000 setiap hari dan 2 - 3 juta setiap tahun.
Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika.
Indonesia menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan Cina. Di
Indonesia tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan merupakan
penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada
seluruh kalangan usia.
PATOGENESIS
A. TUBERKULOSIS PRIMER
B. TUBERKULOSIS POSTPRIMER
d. Kasus gagal
Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada
akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan.
e. Kasus kronik
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai pengobatan
ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
f. Kasus Bekas TB
- Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran radiologi
paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan gambaran
yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
- Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan
OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi
B. TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal,
saluran kencing dan lain-lain.
1. Gejala klinik
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan :
• gejala lokal
• gejala sistemik
bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah
gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat)
1. Gejala respiratorik (tidak ada gejalagejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi)
- batuk > 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit tidak ada gejala batuk.
2. Gejala sistemik
- Demam
- malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
Pleuritis tuberkulosis
• pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura.
• Pada perkusi ditemukan pekak.
• pada auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada
sisi yang terdapat cairan.
Limfadenitis tuberkulosis
• pembesaran kelenjar getah bening leher (pikirkan kemungkinan
metastasis tumor), kadang di ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat
menjadi “cold abscess”.
Pemeriksaan Bakteriologik
a. Bahan pemeriksasan
• dahak,
• cairan pleura,
• liquor cerebrospinal
• bilasan bronkus
• bilasan lambung,
• kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL)
• Urin
• feces
• jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)
b. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan
Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):
- Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)
- Pagi ( keesokan harinya )
- Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi)
atau setiap pagi 3 hari berturut-turut.
Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung :
• dalam pot yang bermulut lebar
• berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak mudah pecah dan tidak
bocor.
• Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat sediaan apus pada gelas objek
(difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium.
• Spesimen dahak yang ada dalam pot yang akan dikirim ke laboratorium, harus
dipastikan telah tertulis identitas pasien yang sesuai dengan formulir permohonan
pemeriksaan laboratorium.
• Bila lokasi fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien,
spesimen dahak dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos.
Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:
• Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya.
• Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas
saring sebanyak + 1 ml.
• Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak.
• Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal di
dalam dus.
• Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam kantong plastik kecil.
• Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan menghadapkan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi.
• Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak.
• Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium.
c. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.
dapat dilakukan dengan cara
• Mikroskopik
• Biakan
Pemeriksaan mikroskopik:
• Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
• Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya untuk
screening)
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan
dapat dinyatakan sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :
• Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru
dengan luas tidak lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak
di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan dan prosesus
spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta
tidak dijumpai kaviti
• Lesi luas, bila proses lebih luas dari lesi minimal.
Pemeriksaan khusus
teknik yang dapat mengidentifikasi kuman tuberkulosis secara lebih cepat.
1. Polymerase chain reaction (PCR)
dapat mendeteksi DNA, termasuk DNA M.tuberculosis.
2. Pemeriksaan serologi:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons humoral berupa proses antigen-
antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap
dalam waktu yang cukup lama.
INH 5-15 (maks 300 mg) 15-40 (maks. 900 mg) 15-40 (maks. 900 mg)
Rifampisin 10-20 (maks. 600 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-20 (maks. 600 mg)
Sudoyo W, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009.
TB dengan HIV
• Penderita HIV paliing sering terkena TB, penyebab terbesar kematian pada
penderita HIV.
• Infeksi TB yang baru diperoleh olah penderita yang terinfeksi HIV
berkembang menjadi penyakit aktif dalam hitungan minggu.
• TB dapat muncul di stadium HIV mana saja.
• Tahap HIV dimana hanya CMI yang terkena infiltrat lobus superior, ada
kavitas tanpa limfadenopati yang signifikan atau efusi pleura.
• Di tahap akhir HIV CD4+ sel T < 200/μL seperti TB primer, difusi
interstisial dan infiltrat halus, ada sedikit kavitas atau tidak ada, efusi
pleura, limfadenopati intratoraks.
• Tetapi gejala diatas kurang jelas terlihat penggunaan ART.
• BTA sering kurang + kondisi paru terkait HIV mirip TB.
TB dengan HIV
• Pemeriksaan menggunakan Xpert MTB/RIF assay, terapi dilakukan
sesegera mungkin setelah hasil + karena terlambat terapi fatal.
• Terapi glukokortikoid, prednisolon diberikan selama 4 minggu
dengan dosis rendah (1,5 mg/kgBB/hari selama 2 minggu dan
setengahnya untuk sisa 2 minggu).
TB MDR
RESISTEN GANDA (Multi Drug Resistance)
Definisi
Resistensi ganda menunjukkan M.tuberculosis resisten terhadap
rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya
Secara umum resistensi terhadap obat tuberkulosis dibagi menjadi :
- Resistensi primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah
mendapat pengobatan TB
- Resistensi inisial ialah apabila kita tidak tahu pasti apakah pasiennya
sudah pernah ada riwayat pengobatan sebelumnya atau tidak
- Resistensi sekunder ialah apabila pasien telah punya riwayat
pengobatan sebelumnya.
Ada beberapa penyebab terjadinya resitensi terhadap obat tuberkulosis, yaitu
:
- Pemakaian obat tunggal dalam pengobatan tuberkulosis
- Penggunaan paduan obat yang tidak adekuat, yaitu jenis obatnya yang
kurang atau di lingkungan tersebut telah terdapat resistensi yang tinggi
terhadap obat yang digunakan, misalnya memberikan rifampisin dan INH
saja pada daerah dengan resistensi terhadap kedua obat tersebut sudah
cukup tinggi
- Pemberian obat yang tidak teratur, misalnya hanya dimakan dua atau tiga
minggu lalu stop, setelah dua bulan berhenti kemudian berpindah dokter
dan mendapat obat kembali selama dua atau tiga bulan lalu stop lagi,
demikian seterusnya
Etiologi
• Infeksi terjadi karena Bordetella Pertusis dan Bordetella Parapertusis
Patogenesis
Bordetella pertusis
masuk mll sal. nafas
• Toksin adenilat
Mengeluarkan toksin siklase
dan substansi • Toksin dermonekrotik
• Toksin hemolisin
• Sitotoksin paratrakeal
Nekrosis epitelium
dan inflitrasi PMN
Temuan Klinis
Setelah inkubasi 2 minggu, timbul :
• Stadium kataral
• Batuk ringan dan bersin
• Tampak sakit ringan
• Pasien sangat infeksius (organisme dalam droplet >>>)
• Stadium paroksismal
• Batuk ekspolsif khas (whooping)
• Lelah, muntah, sianosis dan kejang
• Limfositosis absolut (16000-30000/mikroL)
Manifestasi Klinis
• Gejala IRA (rhinitis, bersin dan batuk yang teriritasi)
• Demam ringan (> 38,3 C→superinfeksi / penyebab lain)
• Batuk paroximal (stlah 2 mgg), 10-30 batuk kuat dan diakhiri
dengan inspirasi keras (whooping) , bila parah whooping tdak
ada.
• Muntah, sianosis, berkeringat, capai.
• Bila terimunisasi, gejalanya hanya batuk teriritasi 1-2 mgg.
• Pada yang tidak, gejalanya 8-12mgg/ lebih.
• Severe PH & hyperleukocytosis → severe disease
Pemeriksaan Penunjang
• WBC count : 20.000-30.000 /μL dengan 70 -80% limfosit →akhir
catarrhal stage.
• Kultur
• Jumlah organisme menurun pada awal & akhir catarrhal stage
• PCR
• Rö thorax : penebalan bronchi, “shaggy” batas jantung.
DD
• Bacterial tuberculous
• Chlamydial
• Viral penumonia
• Cystic fibrosis
• Aspirasi benda asing
Pencegahan
• Vaccine DTaP in early infantcy
• Booster vaccine in ages 11 and 18
• Chemoprophylaxis :
• Azithromycin / erithromycin
Penatalaksanaan
• Medikamentosa • O2 → pneumoni / komplikasi paru
• Ab : • Anti kolcusan
• ameliorate pada awal infeksi. • Ab untuk bacterial pneumonia dan otitis
• Erythromycin estolate (resistance to media
macrolide) • Non Medikamentosa
• 40-50 mg/Kg/ 24 H dibagi dalam 4 dosis • Nutrisional :
selama 14 hari.
• Makanan kecil yang sering, pemberian NGT ,
atau IV
Chlarythomycin 7D dan azithomycin 5 D (-
E.S GI tract)
• Ampicillin (erythromycin rest.)
• 100 mg/Kg/ D dibagi dalam 4 dosis
• Kortikosteroid → masking effect
• Albuterol (ES tachycardia)
• 0,3-0,5 mg/Kg/D di bagi dalam 4
dosis
Komplikasi
• Superinfeksi
• Atelectasis
• Otitis media
• Apnea
• Sudden death
• Seizures
• enchephalopathy
Prognosis
• Baik karena adanya pengobatan dan penanganan yang tepat.
• Penyakit ini sangat serius bagi anak2 yang < 1th, kematian pada
pertusis sering muncul pada usia ini.
• Anak dengan komplikasi encephalopaty memiliki prognosis yang
buruk.
Pertusis - KIE
1. Kewaspadaan penularan melalui droplet:
• Sampai hari ke-5 pemberian antibiotik yang efektif--
• Sampai minggu ke-3 setelah timbul batuk paroksismal, apabila tidak diberikan
–antibiotik
2. Imunisasi:
• Terdapat 2 tipe vaksin pertusis, yaitu: 1) vaksin whole-cell (wP) dengan basis
B. pertussis yang dimatikan dan 2) vaksin acellular (aP) dengan komponen
organisme highly purified.
DD Pertusis vs Batuk Kronik
LO3.
Bronkiektasis
Definisi
• Suatu penyakit yang di tandai dengan dilatasi dinding bronchus, sering di sertai
infeksi paru
• Dilatasi nya di klasifikan menjadi
1. Cylindric bronchiectasis
• Smooth outline
2. Varicose bronchiectasis
• Irregular w/area of dilatation and constriction
3. Saccular or cystic bronchiectasis
• Marked, w/ destruction of structural components of the airway wall
Klasifikasi bronkiektasis berdasarkan tingkat
beratnya penyakit (oleh Brewis)
• Bronkiektasis ringan
Batuk-batuk dan sputum warna hijau hanya terjadi sesudah demam (ada infeksi
sekunder), produksi sputum terjadi dengan adanya perubahan posisi tubuh, biasanya
ada hemoptisis sangat ringan, pasien tampak sehat dan fungsi paru normal. Foto dada
normal.
• Bronkiektasis sedang
Batuk-batuk produktif terjadi setiap saat, sputum timbul setiap saat (umumnya warna
hijau dan jaringan mukoid, serta bau mulut busuk), sering ada hemoptisis, pasien
umumnya masih tampak sehat dan fungsi paru normal, jarang terdapat jari tabuh.
Sering ditemukan ronki basah kasar pada daerah paru yg terkena, gambaran foto dada
masih normal.
Klasifikasi bronkiektasis berdasarkan
tingkat beratnya penyakit (oleh Brewis)
• Bronkiektasis berat
Batuk-batuk produktif dengan sputum banyak bewarna kotor dan berbau.
Sering ditemukan adanya pneumonia dengan hemoptisis dan nyeri pleura.
Sering ditemukan jari tabuh.
Bila ada obstruksi saluran napas akan dapat ditemukan adanya dipsnea,
sianosis atau tanda kegagalan paru.
Keadaan umum kurang baik.
Sering ditemukan infeksi piogenik pada kulit, infeksi mata,dsb.
Pasien mudah timbul pneumonia, septikemia, abses metastasis, kadang
terjadi amiloidosis.
Ada ronki basah kasar pada daerah yg terkena.
Pada gambaran foto dada ditemukan kelainan: (1) penambahan
bronchovascular marking, (2) multiple cysts containing fluid levels (honey
comb appeareance)
Etiologi
• Lokal :
• Terjadi setelah pneumonia brat/ distal endobronkial (benda asing /tumor) /
obstruksi ekstrabronkial (TB KGB hilus – Brock Synd.)
• Generalisata :
• Fibrosis kistik,diskinesia silier (Kartagener Synd.) , Young Synd. (kelainan
mukus) , defek imun (def. Ig / C, granumatulosa kronis) , williams-campbell
Synd. , Marnier-Khun Synd. , right middle lobe synd. , yellow nail synd. →
infeksi presisten & krusakan dinding bronkus
Pathofisiologi
• Retensi sekret bronkus mengakibatkan infeksi paru, yang tidak
sembuh sehingga terjadi kolonisasi paru. Selain itu, bakteri tertentu
menurunkan bersihan sputum lebih lanjut. Terbentuk siklus berulang
dan respons peradangan kronis pada saluran pernafasasn
menyebabkan kerusakan jaringan dan dilatasi dinding bronkus
Manifestasi Klinis
• Batuk kronik
• Sputum purulen
• Demam
• Penurunan BB
• Infeksi sal.nafas berulang
• Dyspnea
• Hemoptysis (> adults)
DD
• Bacteria (B.Pertussis) • Chronic aspiration of gastric
• Virus (adenovirus) • Oropharyngeal contents
• Organisme (M. tuberculosis) • Allergic bronchopulmonary
• CF aspergillosis
• PCD
• Immunodeficiency
• Collagen vascular condition
• Foreign body aspiration
Pemeriksaan Fisik
• Clubbing finger
• Rales
• Ronchi
• Penurunan jalan nafas
Pemeriksaan Penunjang
• Rö thorax : bayangan cincin tebal (tram lines)
• HRCT : signet ring
• Pemeriksan Ig
• Tes sakarin: suspek kelainan silier
• Tes fungsi paru
• Analisis gas darah
• Mikroskopik dan kultur sputum
Penatalaksanaan
• Medikamentosa
• Bronkodilator : b-agonis,antikolinergik, dan inhalasi steroid
• Ig replacement
• Ab
• O2
• Non Medikamentosa
• Fisioterapi
• Surgical
Prognosis
• Sebagian hanya memiliki sedikit gejala dan dapat menjalani hidup
dengan normal.
• Pasien dengan fibrosis kistik/ diskinesia silier yang menyebabkan
penyakit generalisata cenderung berkembang menjadi gagal nafas.
LO4.
Kanker Paru
DEFINISI
• Pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam jaringan paru
yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan,
terutama asap rokok.
• Menurut WHO, kanker paru merupakan penyebab kematian utama
dalam kelompok kanker baik pada pria maupun wanita.
EPIDEMIOLOGI
• NSCLC adalah tipe yang paling umum dari kanker
paru, mencakup
• Adenokarsinoma mencakup 40% kanker paru, > pada
wanita.
• Squamous cell karsinoma lebih jarang dijumpai, 25%
dari kasus kanker paru dan > pada pria dan orang tua.
• Tipe kanker paru yang paling jarang adalah kanker
paru large cell, mencakup 10% kanker paru, tumbuh
lebih cepat dibanding tipe lain serta menyebar cepat
dalam paru.
KLASIFIKASI
• Small cell carcinoma (SCLC = KPKSK) kanker paru jenis
karsinoma sel kecil.
• Non-small cell carcinoma ( NSCLC = KPKBSK) yaitu :
• Karsinoma sel squamosa
• Adenokarssinoma
• Karsinoma sel besar
• Pola kombinasi
• Paling sering
• Campuran karsinoma sel squamosa dan adenokarsinoma
• Campuran karsinoma sel squamosa dan SCLC
SCLC NSCLC
• Kemoterapi
• Pada kasus NSCLC stadium lanjut, kemoterapi merupakan
pilihan terapi pertama.
• Kemoterapi dapat diberikan dengan atau tanpa radioterapi,
sesuai kebutuhan pasien.
• Kemoterapi biasanya diberikan dalam bentuk kombinasi dua
obat.
• Meliputi empat kombinasi dasar platinum yaitu
cisplatin/paclitaxel, gemcitabine/cisplatin,
cisplatin/docetaxel dan carboplatin/paclitaxel.
• Jika pasien tidak memberikan respon terhadap terapi lini
pertama atau kanker muncul kembali, maka terapi lini kedua
harus diberikan. Kemoterapi lini kedua yang umum
digunakan adalah docetaxel dan pemetrexed dan navelbine
dalam makrofag
lalu menyebar
berkembang
secara hematogen
dalam bentuk
ke seluruh tubuh
koloni ragi
Gejala awal muncul serupa dengan penyakit flu yang
ringan, dan berkembang dengan berbagai gejala,
termasuk :
• demam, kelelahan, kehilangan berat badan,
hepatosplenomegali dan limfadenopati.
• Kurang lebih 50% pasien mengalami batuk kering, sakit
dada dan sesak napas, sementara sejumlah yang lebih
kecil mengalami masalah perut-usus dan kulit. Kurang
lebih 10% mengalami renjatan dan kegagalan beberapa
organ tubuh.
• Histoplasmosis juga dapat berpengaruh pada sumsum
tulang anemia, leukopenia dan trombositopenia.
Penyakit paru akibat histoplasmosis serupa dengan TB dan
dapat semakin berat selama bertahun-tahun.
Secara klinis histoplasmosis terbagi menjadi histoplasmosis asimptomatik,
histoplasmosis pulmoner akut, histoplasmosis pulmoner kronik dan
histoplasmosis diseminata.
1. Histoplasmosis Asimptomatik
Histoplasmosis asimptomatik biasanya terjadi di daerah endemis. Sebanyak
50 – 85% orang yang tinggal di daerah endemis pernah terinfeksi jamur
tersebut.
2. Histoplasmosis Pulmoner Akut
Bentuk yang paling sering ditemukan, dapat primer. Bentuk primer seringkali
asimptomatik, masa tunasnya pada bayi dan anak kecil ialah 10 - 23 hari,
banyak dijumpai di daerah endemis. Satu-satunya tanda infeksi adalah uji
kulit histoplasmin positif. Bila timbul gejala akan menyerupai influenza yaitu
panas mendadak, malaise, nyeri otot sakit kepala, batuk nonproduktif,
dapat disemi rhonkhi yang difus dan hepatosplenomegali ringan.
Pemeriksaan radiologis menunjukkan infiltrat kecil-kecil tersebar di paru dan
pembesaran kelenjar pada hilus. Kelainan ini bersifat ringan dan sembuh
sendiri Pada anak-anak berlangsung tidak lebih dari tiga minggu. Bentuk
sekunder, gejalanya serupa dengan yang primer, pada pemeriksaan
radiologis tampak nodul-nodul milier tersebar di paru menyerupai
tuberkulosis miliaris. Dalam beberapa bulan kelainan ini dapat menghilang
sendiri dengan atau tanpa perkapuran. Uji tuberkulin negatif sedangkan uji
kulit histoplasmin positif
3. Histoplasmosis Pulmoner Kronik
Dijumpai pada orang dewasa setengah umur, perokok dan mempunyai riwayat
penyakit obstruksi paru kronis, belum pernah ditemukan pada anak-anak. .
Gejalanya demam, batuk kronik dengan produksi sputum, malaise, lelah, berat badan
turun, nyeri dada dan hemoptisis.
Pada pemeriksaan radiologis paru terlihat kavitasi pada lobus atas dan fibrosis yang
progresif pada bagian bawah paru.
4. Histoplasmosis Diseminata
Suatu penyakit yang akut pada bayi, anak kecil dan penderita dengan imunospresi.
Kelainan dimulai dengan infeksi paru akut, demam, batuk, sesak napas dan cepat
menjadi progesif serta menyerang banyak organ.
Penderita tampak sakit berat, mual, muntah, sakit perut dan diare.
Ditemukan rhonkhi, limfa- denopati, hepatosplenomegali, anemia, leukopenia dan
trombositopenia. Bila tidak diobati, kelainan akan memburuk dan dapat terjadi
kegagalan pernapasan, perdarahan gastro-intestinal yang tidak dapat dikontrol,
koagulasi intravaskuler diseminata (DIC) dan/atau sepsis, akhimya dapat
menimbulkan kematian.
Gambaran radiologis paru terlihat infiltrate interstitial difus atau bentuk
retikulonodular yang dengan cepat menjadi acute respiratory distress syndrome.
Kelainan yang bersifat subakut atau kronis dapat di temukan pada penderita dewasa,
biasanya dengan gejala ulserasi pada mulut, faring, laring dan saluran pencernaan,
insufisiensiadrenal, endokarditis, osteomielitis, arthritis dan meningitis.
PATOGENESIS DAN PATOLOGI
• Inhalasi mikrokonidia merupakan stadium awal infeksi manusia. Konidia
mencapai alveoli, bertunas, dan berproliferasi sebagai ragi. Infeksi awal
adalah bronkopneumonia. Ketika lesi paru awal bertambah usianya
terbentuk sel raksasa disertai dengan pembentukan granuloma dan
nekrosis sentral. Pada saat pertumbuhan spora, sel ragi masuk ke dalam
sistem retikuloendotelial melalui sistem limfatik paru dan limfonodi hilus.
Penyebaran dengan keterlibatan limpa khas menyertai infeksi paru primer.
• Pada hospes normal, respons imun timbul pada sekitar 2 minggu. Lesi paru
awal sembuh dalam 2 sampai 4 bulan tetapi dapat mengalami kalsifikasi
menyerupai kompleks Ghon tuberkulosis, atau mungkin ditemukan
kalsifikasi buckshot yang melibatkan paru dan limpa.
DIAGNOSIS
Diagnosis histoplasmosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik dan
pemeriksaan laboratorium mikologi.
Selain itu dapat pula dilakukan dengan pemeriksaan serologi untuk
mendeteksi antigen dan antibody.
Debu Pneumokoniasis
Proliferasi
Inflamasi
fibroblast