TENSION PNEUMOTHORAX
DEFINISI
Tension pneumothorax merupakan keadaan
dimana meningkatnya pasokan udara dalam
rongga pleura yang biasanya disebabkan karena
laserasi pada paru yang menyebabkan udara
masuk ke dalam paru namun tidak bisa keluar
kembali. Tekanan positif ventilasi bisa
berkemungkinan menyebabkan buruknya efek
‘satu-jalur-katup’(PTBMMKI, 2016).
ETIOLOGI
Adapun etiologi Tension Pneumothoraks, antara lain:
Pneumothoraks spontan primer: pecahnya pleura blebs biasanya
terjadi pada orang-orang muda tanpa penyakit paru-paru
parenchymal atau terjadi dalam ketiadaan cedera traumatis
dada atau paru-paru
Pneumothoraks spontan sekunder: terjadi dalam kehadiran
penyakit paru-paru, emfisema terutama, tetapi juga dapat
terjadi dengan tuberkulosis (TB), Sarkoidosis, cystic fibrosis,
keganasan, dan fibrosis paru
Iatrogenik: komplikasi prosedur medis atau operasi, seperti
terapi thoracentesis, trakeostomi, biopsi pleura, kateter vena
sentral penyisipan, ventilasi mekanik tekanan positif, sengaja
intubasi bronkus kanan mainstem
Traumatis: bentuk paling umum dari Pneumotoraks dan
hemothorax, disebabkan oleh trauma dada terbuka atau tertutup
terkait dengan cedera tumpul atau menembus. (Matt Vera: 2012)
KLASIFIKASI
1. Pneumotraks spontan terbagi menjadi dua:
a. Pneumotoraks spontan primer: terjadi tanpa
disertai penyakit paru yang mendasarinya.
b. Pneumotoraks spontan sekunder: merupakan
komplikasi dari penyakit paru yang
mendahuluinya
2 Pneumotoraks traumatik berdasarkan
kejadian:
a. Pneumotoraks traumatik non iatrogenik
b. Pneumotoraks traumatik iatrogenik
3. Pneumotorak berdasarkan fistulanya:
a.Pneumotoraks tertutup: tekanan udara di rongga
pleura sedikit lebih tinggi di bandingkan tekanan
pleura pada sisi hemitoraks kontralateral tetapi
tekanan masih lebih rendah dari tekanan atmosfer.
b.Pneumotoraks terbuka: terjadi karena luka
terbuka pada dinding dada, sehingga pada saat
inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut
c.Tension pneumotoraks: terjadi karena mekanisme
chekvalve yaitu pada saat inspirasi udara masuk ke
rongga pleura, tetapi pada saat ekspirasi udara
dari rongga pleura tidak dapat keluar.
PATOFISIOLOGI
Meningkatnya tekanan intra pleural sehingga akan menyebabkan kemampuan dilatasi
alveoli menurun dan lama-kelamaan mengakibatkan atelektasis (layuhnya paru-paru).
Apabila luka pada dinding dada tertutup dan klien masih mampu bertahan, udara yang
berlebihan dapat diserap hingga tekanan udara di dalam rongga pleura akan kembali
normal.
Karena adanya luka terbuka atau oleh pecahnya dinding paru-paru, kuman dapat
terhisap dan berkoloni di dalam pleura hingga terjadi inspeksi pleuritis. Jenis kuman
penyebab radang yang terbanyak adalah F nechrophorum, chorinebacterium Spp, dan
streptococcus spp. Oleh radang akan terbentuk exudat yang bersifat pnukopurulent,
purulent akan serosanguineus yang disertai pembentukan jonjot-jonjot fibrin.
Pada luka tembus dada, bunyi aliran udara terdengar pada area luka tembus. Yang
selanjutnya disebut “sucking chest wound” (luka dada menghisap). Jika tidak
ditangani maka hipoksia mengakibatkan kehilangan kesadaran dan koma. Selanjutnya
pergeseran mediastinum ke arah berlawanan dari area cedera dapat menyebabkan
penyumbatan aliran vena kava superior dan inferior yang dapat mengurangi cardiac
preload dan menurunkan cardiac output. Jika ini tidak ditangani, pneumothoraks
makin berat dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit. Beberapa
pneumothoraks spontan disebabkan pecahnya “blebs”, semacam struktur gelembung
pada permukaan paru yang pecah menyebabkan udara masuk ke dalam kavum pleura.
Robekan pada percabangan trakeobronkial menyebabkan kolaps paru dan pergeseran
mediastinum ke sisi yang tidak sakit.
MANIFESTASI KLINIS
Tanda – tanda klasik pada tension pneumothorax adalah deviasi pada jalur trakea
dari samping dengan ketegangan, perluasan (hyper expanded) area dada,
peningkatan perkusi dada dan perluasan bidang dada yang sedikit bergerak saat
respirasi. Tekanan vena sentral biasanya meningkat, tapi akan normal atau rendah
pada keadaan hipovolemik. Akan tetapi tanda – tanda tersebut biasanya tidak
muncul dan biasanya yang terjadi pada pasien adalah takikardi, takipnea, dan
hipoksia. Tanda – tanda ini diikuti oleh kolaps sirkulasi dengan hipotensi dan trauma
lanjutan dengan pulseless electrical activity (PEA
1. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fisik dengan bantuan sketoskop menunjukkan adanya
penurunan suara
Gas darah arteri untuk mengkaji PaO 2 dan PaCO2
Pemeriksaan EKG
2. Penatalaksaan Medis
Chest wound/sucking chest wound
Palpasi toraks
Torakotomi emergency bila
Auskultasi dan dengarkan bunyi napas diperlukan
Management: Operasi Eksplorasi vaskular
Lakukan bantuan ventilasi bila perlu
Intervensi :
1. Identifikasi status nutrisi
2. Identifikasi kwbutuhan klalori dan jenis nutrient
3. Monitor asupan makanan
4. Monitor berat badan
5. Lakukan oral hygine sebelum makan
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama .....x24jam diharapkan pasien dapat
tidur dengan kriteria hasil :
Melaporkan istirahat tidur malam yang
optimal.
Tidak menunjukkan perilaku gelisah.
Wajah tidak pucat dan konjungtiva mata
tidak anemis
INTERVENSI
1.pantau keadaan umum pasien atau observasi
2. kaji pola tidur pasien
3. kaji fungsi pernafasan : bunyi nafas,
kecepatan nafas
4. kaji faktor penyebab sulit tidur
IMPLEMENTASI
1.Mengidentifikasi tanda – tanda vital pasien
2.Mengkaji pola tidur pasien : pasien tidur
pada saat pukul berapa , kenyamanan tidur
pasien , perasaan tidur pasien tenang atau
masih gelisah
3.Mengkaji pernafasan pasien : saat tidur
apakah pasien mengalami sesak di malam
hari
4.Mengetahui faktor penyebab sulit tidur
pasien : apakah adanya cahaya lampu
EVALUASI
S : klien mengatakan mulai bisa tidur meskipun
hanya beberapa jam
O : - pasien terlihat agak tenang Pasien tidak
lagi gelisah TTV : TD 110/70 mmHg , RR 20
x/mnt , Nadi 88x/mnt , Suhu 36C
A : masalah pola tidur teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan