P
Manullang
NIM : 5173530008
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja
Segi proses
Dalam Mekanis
pembangkitan tenaga listrik, khususnya dalam pusat-
pusat listrik, banyak hal yang dapat menimbulkan kecelakaan dan
memerlukan langkah-langkah pencegahannya adalah:
a) Bagian-bagian yang berputar atau bergerak, seperti: roda gila(roda daya),
roda penggerak, ban berjalan, dan rantai pemutar, harus secara mekanis
diberi pagar sehingga tidak mudah disentuh orang serta diberi tanda
peringatan.
b) Bejana-bejana berisi udara atau gas yang bertekanan yang dapat
menimbulka ledakan berbahaya, seperti : ketel uap dan botol angin,
harus dilengkapi dengan katup pengamanan serta dilakukan pengujian
periodik.
c) Tempat, tempat yang licin harus dihindarkan keberadaannya, seperti :
laintai yang ada tumpahan minyak pelumas.
d) Personil yang bekerja harus menggunakan topi pelindung kepala untuk
melindungi kepala terhadap benda-benda keras yang jatuh dari atas
dengan mengingat bahwa lantai-lantai dipusat listrik banyak yang terbuat
dari lantai besi yang berlubang.
e) Personil yang melakukan pekerjaan diketinggian yang berbahaya harus
menggunakan sabuk pengaman.
i) Mesin-mesin pengangkut termasuk lift, harus diperiksa secara periodic
keamanannya, khususnya yang menyangkut sistem rem, sistem kabel baja,
dan pintu darurat lift.
j) Personil yang mengerjakan pekerjaan las harus menggunakan tameng las
untuk melindungi mata dan wajah agar matanya tidak rusak karena sinar las
SegiyangListrik
menyilaukan dan wajahnya tidak “terbakar” oleh sinal ultravioler busur
Darilas.
segi listrik, hal-hal yang memerlukan perhatian bagi segi keselamatan kerja
adalah:
1. Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (bukan instalasi listrik), harus
dibumikan/ditanahkan dengan baik sehingga potensialnya selalu sama
dengan bumi dan tidak akan timbul tegangan sentuh yang membahayakan
manusia. Bagian instalasi yang dimaksud dalam butir ini, misalnya: lemari
panel dan pipa-pipa dari logam.
2. Titik- titik pentanahan / pembumian harus selalu dijaga agar tidak rusak
pentanahan / pembumian tersebut dalam butir I di atas yang berlangsung
dengan baik.
3. Pekerjaan las listrik yang dilakukan pada instalasi yang menghasilkan logam,
misalnya: instalasi ketel uap PLTU, harus menggunakan tegangan yang cukup
rendah agar tidak menimbulkan tegangan sentuh yang membahayakan.
4. Bagian dari instalasi yang bertegangan, khusus tegangan tinggi, harus dibuat
dapat memudahkan orang disentuh orang
5. Dalam melaksanak dan pekerjaan di instalasi tegangan tinggi, ada
a. Jangan hal
beberapa sekali-kali dibuka
yang perlu sakelar pemisuh
diperhatikan yaitu : (PMS) yang masih dilalui arus,
karena hal ini dapat menimbulkan ledakan yang berbahaya. Untuk
mencegah keluar hal ini, terlebih dahulu pemutus tenaga (PMT) harus
dibuka agar tidak lagi arus yang melalui PMS yang diminta. Instalasi yang
baru (mutakhir) menggunakan sistem interlock di mana artinya PMS tidak
dapat dibuka atau ditutup sebelum PMT dibuka atau ditutup terlebih
dahulu. Bila tidak ada sistem interlock maka bekerja dalam instalasi seperti
itu perlu ekstra hati-hati di mana harus ada dua orang yang bekerja,
scorang yang melakukan pembukaan atau memasang PMS dan PMT,
seorang lagi yang dapat mengamati bahwa pelakasaan pekerjaan ini tidak
6. Jikakeliru.
akan dilakukan pekerjaan disisi sekunder transformator arus, misalnya
b. Bagian
untuk instalasi yang
mengecek alat harus
ukur melepaskan
atau mengecek tegangannya dan akan
nilai relai, disentuh,
jangan lupa
harus ditanahkan / dibumikan
menghubung-singkatkan terlebihtransformator
sisi sekunder dahulu. arus tersebut terlebih
c. Jikauntuk
ahulu melaksanakan pekerjaan tegangan
mencegah timbulnya yang melibatkan
tinggi. beberapa orang, maka
pembagian tanggung jawab harus jelas
d. Harus ada tanda pemberitahuan yang jelas bahwa sedang ada pekerjaan
pemeliharaan sehingga tidak ada orang yang memasukkan PMT.
Kesehatan Kerja
Ruangan kerja yang mengandung gas beracun dapat membahayakan personil.
Ruangan kerja yang mempunyai potensi sebagai ruangan yang mengandung gas
beracun harus mempunyai ventilasi yang baik agar gas beracun tersebut hilang dari
ruangan. Ruangan-ruangan
a. Ruangan yang
baterai aki yang demikian potensi
mempunyai adalah: mengadung uap asam sulfat atau
uap bash
b. Ruang kloronisasi untuk menyuntikkan gas klor ke dalam air pendingin PLTU.
Ruangan ini mempunyai potensi mengandung gas klor.
c. Ruang-ruang kejra dilingkungan PLTP mempunyai potensi mengandung banyak
gas asam belerang yang dibawa oleh uap PLTP
d. Saluran gas buang unit pembangkit termis yang menuju cerobong harus dijaga
agar
Prosedur Pembebasan
tidak bocor. Tegangan
Karena apabila bocor, gas buang inidan
bias memasuki ruangan
kerja personil pusat listrik yang bersangkutan dan membahayakan
Pemindahan
kesehatannya karena Beban.
mengandung berbagai gas seperti dan
Prosedur Pembebasan Tegangan
Saluran keluar yang menyalurkan daya keluar dari sebuah pusat listirk umumnya
dikelola oleh manajemen yang berbeda dengan manajemen pusat listrik. Oleh
karena itu, prosedur pembebasan tegangannya memerlukan koordinasi
mannajemen yang baik agar tidak timbul kecelakaan terutama dalam sistem
interkoneksi.
Gambar Prosedur
Pembebasan Tegangan
Pada Penghantar No.1
Antara Pusat Listrik A
Dan GI B.
Gambar memperlihatkan saluran keluar dari sebuah pusat listrik berupa saluran
ganda yang terletak pada satu tiang transmisi. Misalkan saluran yang akan
dibebaskan tegangannya adalah saluran (penghantar) No.1 antara pusat listrik A
dan GI B, seperti diperlihatkan oleh Gambar 4.19 karena pekerjaan perbaikan yang
akan dilasanakan
1. Tanggal harus
dan jam dilakukan tanpa
pelaksanaanya tegangan. tegangan harsu ditentukan dan
pembebasan
Prosedur untukoleh
disetujuin membebaskan tengangan
pusat pengaturan ini adalah
beban sistem,sebagai
karenaberikut:
hal ini memengaruhi
operasi sitem interkoneksi.
2. PMT A1 dan PMT B1 ada ujung-ujung penghantar No.1 antara pusat listrik A dan
GI B dibuka atas perintah pusat pengatur beban atau secara telekontrol oleh
pusat pengatur beban.
3. Oleh penguasa pusat lisstrik A, PMS A11 dan PMS A12 dibuka, kemudian PMS
5. Kepala regu kerja yang akan melaksanakan pekerjaan perbaikan pada
penghantar No.1 antara pusat listrik A dan GI B harus menyaksikan
maneuver tersebut dalam 3 butir dan butir 4 agar yakin ahwa penghantar
No.1 telah bebas tegangan dan telah ditanahkan. Apabila pusat listrik A
dan GI B letakknya berjauhan,kepala regu kerja dapat mendelegasikan
kesaksian ini kepada anak buahnya atau kepada penguasa pusat listrik A
dan penguasa GI B.
6. Setelah yakin bahwa penghantar No.1 antara pusat hstnk A dan GI B telah
bebas tegangan, kepala regu kerja penghantar bersama anak buahnya
menuju ke bagian penghantar No 1 yang akan diperbaiki Tempat ini bisa
jauh letaknya dari pusat listrik A maupun dari GI B. Di tempat tim kepala
regu kerja penghantar bersangkutan harus terlebih dahulu melempar
rantai pentanahan ke penghantar : No.1 yang akan disentuh untuk
membuang muatan kapasitif yang masih tersisa dalam penghantar
tersebut. Selain itu, rantai pentanahan berfungsi menjaga agar potensial
penghantar yang disentuh selalu sama dengan potensial bumi/tanah
terutama karena ada induksi dari penghantar No. 2 yang tetap beroperasi
Sebelum melemparkan rantai pentanahan ke penghantar No. l, Kepala regu
kerja penghantar harus yakin dan bertanggung jawab bahwa yang
dilempar rantai pentanahan adalah penghantar No. 1 bukan penghantar
No. 2 yang sedang beroperasi. Kekeliruan semacam ini dapat terjadi
mengingat bahwa penghantar No. 1 dan penghantar No. 2 terpasang pada
8. Setelah menerima pemberitahuan ini, penguasa pusat listrik A memasukkan
PMS A11 dan PMS A12 serta mengeluarkan PMS tanah A13. Sedangkan
penguasa GI B memasukkan PMS Bll dan PMS B12 serta mengeluarkan PMS
tanah B13.
9. Setelah selesai melakukan manuver tersebut dalam butir 8, penguasa pusat
listrik A dan penguasa GI B masing-masing memberitahu pusat pengatur
beban bahwa PMT A di pusat listrik A dan PMT B1 di GI B siap dimasukkan.
10. Setelah menerima pemberitahuan tersebut dalam butir 9, pusat pengatur
beban memerintahkan ke pusat listrik A untuk memasukkan PMT A1 dan ke GI
B untuk memasukkan PMT Bl atau memasukkannya secara telekontrol.
Sebelum melakukan manuver tersebut dalam butir 8, penguasa pusat listrik A
maupun penguasa GI B harus yakin terlebih dahulu bahwa tidak ada lagi regu
kerja yang bekerja di penghantar No. 1. Sebab bisa terjadi ada dua regu kerja
a.
yang Pusat pengaturan
bekerja beban bertanggung
sendiri-sendiri jawabNo.
pada penghantar bahwa jadwal pembebasan
1 tersebut, misalnya regu
kerjategangan
saluran yangudaradiberikan
tegangantidak menimbulkan
tinggi masalah
(SUTT) dan operasi
regu kerja dalam
telekomunikasi.
Untuksistem interkoneksi,
menghindari misalnya
kekeliruan, menimbulkan
maka gangguan
handel PMS atau tegangan
harus dilengkapi dengan dua
kunciyang terlalu rendah.
(gembok) yang masing-masing dibawa oleh kepala regu SU'IT dan
b. Penguasa
kepala instalasi pusat listrik A bertanggung jawab bahwa dari sisi
regu telekomunikasi.
Daripusat
uraianlistrik A tidak
di atas, ada tegangan
tampak yang masuk
bahwa dalam ke penghantar
pelaksanaan yang
pekerjaan ini, ada 4
sedang
pihak yang dikerjakan.
terlibat dan masing-masing mempunyai tanggung jawab sendiri,
c. Penguasa instalasi GI B bertanggung jawab bahwa dari sisi GI B tidak ada
yaitu:
tegangan yang masuk ke penghantar yang sedang dikerjakan.
Dari uraian diatas, tampak bahwa prlu ada identifikasi yang jelas mengenai
peralatan yang berkaitan dengan maneuver jaringan, misalnya nomor PMT, nomor
PMS dan lain-lainnya
Begitu juga karena luasnya daerah operasi sitem interkoneksi, maka sarana
telekomunikasi radio sangat
Prosedur Pemindahan Beban diperlukan, karena tidak di semua tempat yang
berhubungan dengan pekerjaan
Transformator pemakaian ada da
sendiri semula saran teleponnya,
rel 1 akan misalnya
dipindahkan ke rel2. ditempat
Ada
penghantar
macam keadaandikerjakan.
yaitu :
1. Tegangan Rel 1 dan Rel 2 mempunyai
- Tegangan sama besar
- Fasa sama
- Frekuensi sama
Dalam keadaan yang deikian maka prosedur pemindahan adalah sebagai
berikut
- Masukkan PMT Kopel
- Masukkan PMS 2
- Buka PMS 1 (bias dilakukan karena ujung-ujung kontak PMS tidak
mempunyai beda tegangan)
- Buka PMT Kopel Gambar 4.20 Prosedur
memindah
transformator P.S dari
Rel 1 ke Rel 2
Tegangan Rel 1 dan Rel 2
- Nilainya sama
- Fasanya tidak sama (dari sumber yang berbeda)
- Frekuensinya sama
Dalam keadaan no.2 PMT kopel tidak boleh dimasukkan, sehingga prosedur
pemindahan adalah sebagai berikut:
- Buka PMT transformator P.S
- Buka PMS 1
- Masukkan PMS 2
- Masukkan PMT transformator P.S.
Pada keadaan no.2 proses pemindahan tarnsformator P.S. memerlukan
pemadaman yang tidak bias dihindarkan.
Keadaan 2 tersebut diatas bias terjadi misa rel1 maupun rel2 adalah rel
20kV tetapi diisi oleh transofrmator 150kV/20 kV yang berbeda kelompok
vektornya,
Sekarang banyak dipakai PMT bersama PMS dalam bentuk kubikel. Sstem
kubikel PMS sesunguhnya berupa stop kontak yang apabila PMT dalam
keadaan teerbuka kubike lPMT bias ditarik keluar sehingga PMS yang
berupa stop kontak ini dengan sendirinya terbuka.
Gambar 4.21 memperlihatkan prinsip kontruksi PMT sistem kubikel
sedangkan Gambar 4.22 memperlihatkan aplikasinya pada sistem rel
ganda dengan PMT Ganda.
Konfigurasi Jaringan
Dalam menyusun konfirgurasi jaringan pusat listrik yang beroperasi dalam sistem
interkoneksi, umunya dipergunaan prinsip sebagai berikut:
1. Generator dan transformator pemakaian sendiri dihubungkan pada rel
yang sama.
2. Saluran keluar atau penghantar yang keluar dari pusat listrik dibagi
dalam 2 kelompok.