Anda di halaman 1dari 33

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DALAM

MATERI TEKANAN DENGAN


MENGGUNAKAN THREE TIER TEST PADA
SISWA KELAS VIII SMP LABORATORIUM
UNDIKSHA.

I WAYAN REGEG ASTIKA


Latar Belakang
Perbaikan kegiatan belajar mengajar harus
diupayakan secara optimal agar mutu pendidikan
dapat meningkat. Peningkatan ini mutlak
dilakukan karena majunya pengetahuan dan
teknologi berimplikasi pada meluasnya
cakrawala berfikir manusia terdidik sesuai
dengan tuntutan zaman.
Latar Belakang
Didapatkan 8 kelas yang terdiri dari 30 orang
siswa tiap kelas terdapat 25 siswa yang remidi.
Maka dapat disimpulkan bahwa 83,33% siswa tidak
berhasil dalam pembelajaran materi tekanan yang
diajarkan oleh gurunya. Guru tidak mengetahui bila
siswa memiliki miskonsepsi dan belum mengetahui
cara untuk mengukur miskonsepsi yang dimiliki
siswa selain dengan wawancara.
Latar Belakang

Miskonsepsi atau kekeliruan menunjuk


pada salah satu konsep yang tidak
sesuai dengan pengertian ilmiah yang
di terima pakar di bidang itu.
Latar Belakang
Miskonsepsi siswa pada materi tekanan zat cair yaitu tekanan
pada zat cair seragam tidak bergantung pada kedalaman dan
massa jenis zat cair tersebut. Selain itu, tekanan pada zat
cair paling besar berada di permukaan karena letaknya paling
tinggi sehingga energi potensialnya besar. Sedangkan
miskonsepsi pada materi terapung, melayang dan tenggelam
siswa berasumsi bahwa benda yang besar sudah pasti tenggelam
tidak bergantung pada massa jenisnya serta pada peristiwa
telur mentah dalam air garam terjadi karena pengaruh adanya
zat kimia dan gelembung udara pada air akibat ditambahkannya
garam ke dalam air (Setyowati, 2011).
Latar Belakang
Three tier test menggunakan cara yang sederhana dan mudah
untuk mengidentifikasi miskonsepsi dan membedakannya dengan
kurangnya pengetahuan (lack of knowledge), yaitu dengan
menambahkan tingkat keyakinan jawaban yang dipilih siswa
(Hakim dkk, 2012)
Oleh sebab itu, hal ini mendorong dikembangkannya three tier
test untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang dimiliki siswa
pada materi ajar tekanan yakni tekanan pada zat padat dan zat
cair.
Identifikasi masalah
1. Hasil observasi dengan guru IPA menerangkan bahwa
dalam materi tekanan banyak siswa yang tidak tuntas
pada saat diberikan ulangan harian.
2. Guru tidak tahu apa yang digunakan untuk mengetahui
siswa apakah siswa mengalami miskonsepsi atau tidak.
Sehingga guru tidak bisa mendiagnosa siswa mengalami
miskonsepsi.
Pembatasan masalah
Batasan masalah dari penelitian ini
adalah memberikan suatu cara atau
instrumen untuk mendiagnosa siswa
yang mengalami miskonsepsi, serta
cara menganalisis dengan menggunakan
three-tier test
Rumusan Masalah
1. Berapa persentase siswa yang mengalai miskonsepsi
pada materi tekanan?
2. Miskonsepsi pada konsep apa saja yang dimiliki siswa
SMP cluster atas, cluster menengah dan cluster bawah
pada materi tekanan tersebut?
3. Berapa persentase siswa tiap cluster yang memiliki
miskonsepsi?
Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan presentase miskonsepsi yang dialami


siswa pada materi tekanan di SMP Laboratorium Undiksha.
2. Menjelaskan presentase miskonsepsi tiap cluster pada
materi tekanan.
3. Mendeskripsikan presentase miskonsepsi tiap cluster
yang sudah ditetapkan
Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat Teoretis
Penelitian secara teoretis diharapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang Pendidikan
IPA. Temuan dalam penelitian ini juga menambah wawasan tentang
penerapan Three-Teir Test untuk mendiagnosis miskonsepsi siswa.
Manfaat Hasil Penelitian
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

Bagi Siswa
Penerapan Three-Teir Test untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswa serta membantu siswa agar bisa
mengetahui kemampuannya masing-masing pemahaman terhadap suatu materi. Dari hal itu siswa akan
mengubah pola belajar untuk menjadi siswa yang cerdas dan kreatif.
Bagi Guru
Bentuk tes ini dapat diadaptasi oleh guru dalam mengevaluasi siswa khususnya untuk mengidentifikasi
miskonsepsi yang dimiliki siswa agar data yang diperoleh dapat digunakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran sehingga guru dapat melakukan penanganan yang sesuai untuk mengurangi miskonsepsi
yang dimiliki siswa.
Hasil dari three-tier test ini dapat digunakan oleh guru mata pelajaran IPA sebagai tambahan informasi
dalam mengukur miskonsepsi siswa yang terdapat pada materi tekanan.
Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian mengenai miskonsepsi dengan three-tier test.
Kajian Teori

A. Paradgma Konstruktivisme dalam Pembelajaran


Konsep dan Konsepsi
Definisi Miskonsepsi
Sifat Miskonsepsi
Pembentukan Miskonsepsi
Penyebab Miskonsepsi
Fakta Miskonsepsi
Tekanan
Kajian Teori
Tingkat Soal Tipe Jawaban Ketagori Kode

Three Tier Test B+S+Yakin Miskonsepsi MK

Three-tier diagnostic test ini merupakan tes diagnostik yang tersusun dari tiga tingkatan soal.
Tingkat pertama (one-tier) berupa pilihan ganda biasa, tingkat kedua (two-tier) berupa pilihan
alasan, dan tingkat ketiga (three-tier) berupa pertanyaan penegasan tentang keyakinan dari
jawaban yang telah dipilih pada tingkat satu dan dua (Kirbulut, 2014).
Kajian Teori
Tingkatan 1 tingkatan 2 tingkatan 3 Keputusan

Benar Benar Yakin Konsepsi Ilmiah

Benar Salah Yakin Miskonsepsi

Salah Salah Yakin Miskonsepsi

Salah Benar Yakin Miskonsepsi

Benar Salah Tidak Yakin Menebak

Salah Benar Tidak Yakin Menebak

Benar Benar Tidak Yakin Lucky Guess

Salah Salah Tidak Yakin Lack of knowledge


Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nia Erlina, Wasis, dan Wicakson (2016)
Instrumen three-tier test valid dan reliabel untuk mengukur dan
menggambarkan keterampilan penalaran ilmiah siswa SMA dan Rata-rata
keterampilan penalaran ilmiah siswa berkategori rendah meskipun tahap
perkembangan siswa SMA telah mencapai tahap perkembangan formal.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Natria Wahyuning Subayani
(2016) hasil penelitiannya bahwa presentase miskonsepsi yang dialami
oleh mahasiswa berasal dari jurusan IPA sebesar 55%, ilmu sosial 70%,
dan jurusan kuliner 85%. Kesimpulan hasil penelitiannya yang mengalami
miskonsepsi terbesar berasal dari jurusan kuliner.
Penelitian Relevan
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sarlina (2016), hasil dari penelitiannya yaitu: miskonsepsi
yang dialami siswa kelas X5 SMA Negeri 11 Makassar dalam menyelesaikan soal pokok
bahasan persamaan kuadrattergolong tinggi. Miskonsepsi yang terjadi pada tiap–tiap subyek
dapat terletak dalam hal: (1) Menyatakan ulang sebuah konsep, (2) Mengklasifikasikan objek
menurut sifat–sifat tertentu sesuai dengan konsepnya, (3) Memberi contoh pada suatu
konsep, (4) Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu,
(5) Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. Adapun pesentase
miskonsepsisiswa dalam menyelesaikan soal pokok bahasan persamaan kuadrat, yaitusiswa
yang berkemampuan tinggi (KT) dengan miskonsepsi17%, siswa yang berkemampuan
sedang (KS) sebanyak 27%, dan siswa yang berkemampuan rendah (KR) dengan
miskonsepsi sebanyak 41%.
Penelitian Relevan
4. Penelitian yang dilakukan oleh Yuswa dan Zuni (2017), hasil penelitiannya yaitu:
masih ditemukannya banyak miskonsepsi materi sistem pencernaan pada siswa
kelas VIII MTs di Kota Malang serta kompetensi pedagogik guru masih perlu
ditingkatkan lagi sehingga semua guru mampu memiliki sertifikasi pendidik. Kualitas
kompetensi pedagogik juga tidak berhubungan dengan lama pengalaman mengajar
sehingga hal ini perlu menjadi pertimbangan pihak yang berwenang. Peranan guru
dalam mengatasi miskonsepsi pada siswa sangat penting. Guru dapat
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengurangi miskonsepsi
yang akan terjadi pada siswa disamping mengembangkan kemampuan lainnya
pada siswa.
Penelitian Relevan

5. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri, Ahmad, dan Muhamad (2017) hasil penelitiannya yaitu:
berdasarkan analisis data dan hasil identifikasi kategori konsepsi siswa pada materi fluida
dinamis sub-matei azas kontinuitas, diperoleh 6% siswa termasuk ke dalam kategori paham
konsep, 35% siswa termasuk ke dalam kategori paham sebagian, 28% siswa termasuk ke
dalam kategori miskonsepsi, 30% siswa termasuk ke dalam kategori tidak paham konsep dan
0% siswa termasuk ke dalam kategori tidak dapat dikodekan. Adapun kesimpulan dari
penelitian ini adalah pada materi fluida dinamis, khususnya sub-materi azas kontinuitas
teridentifikasi adanya miskonsepsi dengan menggunakan instrumen four-tier diagnostic test
sebesar 28% dikarenakan pemahaman siswa yang beranggapan bahwa pada pipa yang kecil,
fluida memiliki kelajuan yang besar karena tekanan fluida yang besar.
Penelitian Relevan
6. Penelitian yang dilakukan oleh Septi, Yudi, dan Riski
(2016), hasil penelitiannya yaitu: Berdasarkan dari hasil
analisis data yang dilakukan miskonsepsi pada konsep gaya
pegas terdapat 2 bentuk miskonsepsi, dengan persentase yang
sama yaitu sebesar 40%.
Penelitian yang dilakukan Fera Astuti, Tri, dan Nanik (2016),
hasil penelitiannya yaitu: Terjadi miskonsepsi pada materi
pokok stoikiometri pada siswa kelas, dan Tingkat miskonsepsi
siswa pada konsep persamaan reaksi sebesar 40,46%, pada
konsep Ar/ Mr sebesar 38,36%, dan pada konsep mol sebesar
53,77%.
Penelitian Relevan
7. Penelitian yang dilakukan oleh Abdul, dkk (2018), hasil
penelitiannya yaitu: identifikasi miskonsepsi berdasarkan Felder
Silverman Learning Style Model (FSLSM) pada subjek solusi buffer
untuk siswa di XI SAINS SMA Negeri I Samarinda bahwa siswa yang
memiliki kesalahpahaman tinggi adalah 6,67% dan didominasi oleh siswa
dengan gaya belajar yang kuat, keseimbangan penginderaan intuitif,
keseimbangan visual-verbal, dan keseimbangan sekuensial-global. Siswa
yang mengalami miskonsepsi sedang adalah 70,00% dan didominasi oleh
siswa dengan gaya belajar sedang, penginderaan sedang, keseimbangan
visual-verbal, dan keseimbangan sekuensial-global. Siswa yang
mengalami miskonsepsi rendah adalah 23,33% dan didominasi oleh siswa
dengan gaya belajar active-reflective balance, medium sensing, medium
visual, dan balance sequential-global
Penelitian Relevan
8. Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum, Yulianti, dan
Budiarto (2018), hasil penelitiannya yaitu: Ada banyak
jenis kesalahpahaman siswa dalam konsep persegi panjang
seperti mengidentifikasi properti persegi panjang,
mengidentifikasi kesamaan properti persegi panjang dan
jajaran genjang. Kesalahpahaman siswa ini disebabkan oleh
gambar yang diberikan. Alternatif yang dapat diberikan kepada
siswa ini adalah dengan menggunakan pendekatan konflik
kognitif dalam belajar matematika. Dengan mengetahui
kesalahpahaman, siswa dapat memahami bagaimana pengetahuan
baru ditafsirkan dan berdampak pada kemampuan siswa untuk
belajar dengan benar. informasi di masa depan.
Penelitian Relevan
8. Penelitian yang dilakukan oleh Ningrum, Yulianti, dan
Budiarto (2018), hasil penelitiannya yaitu: Ada banyak
jenis kesalahpahaman siswa dalam konsep persegi panjang
seperti mengidentifikasi properti persegi panjang,
mengidentifikasi kesamaan properti persegi panjang dan
jajaran genjang. Kesalahpahaman siswa ini disebabkan oleh
gambar yang diberikan. Alternatif yang dapat diberikan kepada
siswa ini adalah dengan menggunakan pendekatan konflik
kognitif dalam belajar matematika. Dengan mengetahui
kesalahpahaman, siswa dapat memahami bagaimana pengetahuan
baru ditafsirkan dan berdampak pada kemampuan siswa untuk
belajar dengan benar. informasi di masa depan.
Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian


deskriptif. Dalam hal ini peneliti membiarkan
keadaan lapangan secara alami tanpa memberikan
perlakuan, sehingga temuan merupakan hasil
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Situasi Sosial
Penelitian akan dilaksanakan di SMP yang berada di Kota
Singaraja, yaitu Laboratorium Undiksha dengan jumlah total
sampel sebanyak 240 siswa. Penentuan lokasi beserta sampel
penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling,
yaitu siswa yang dipilih berdasarkan peringkat yang diperoleh
yaitu peringkat 1 sampai dengan peringkat 12. Selanjutnya
peringkat 1 sampai dengan peringkat 4 masuk dalam cluster
pertama, peringkat 5 samapi dengan peringkat 8 masuk dalam
cluster menengah, dan perinfkat 9 sampai dengan peringkat 12
masuk kedalam cluster menengah kebawah.
Model
Penelitian
Metode dan Instrumen Pengumpulan data

Metode penelitian yang dilakukan melalui tiga tahapan


yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap
analisi data dan tahap penyusunan laporan penelitian.
Adapun instrumen yang digunakan sebagai berikut.
1. lembar Observasi
2. tes Diagnostik
Metode dan Teknik Analisis Data

Adapaun teknik pengumpulan data dalam


penelitian ini sebagai berikut.
1. observasi
2. tes
Metode dan Teknik Analisis Data

Presentase pada tiap-tiap cluster sebagai berikut.


𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑚𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑝𝑠𝑖
Presentase miskonsepsi= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑐𝑙𝑢𝑠𝑡𝑒𝑟
Jadwal Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada


semester genap di kelas VIII,
tepatnya bulan September 2020.
Diskusi
Bisa memberikan masukan dan saran ataupun pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai