kelainan struktural ataupun fungsional jantung yang
menyebabkan gangguan kemampuan pengisian ventrikel dan ejeksi darah ke seluruh tubuh • Gejala GJK ditandai dengan sesak nafas pada saat beraktivitas maupun tidur, kelelahan, dan mengalami retensi cairan yang menimbulkan udem paru • Gejala ini harus diatasi dengan cepat melalui tindakan pengobatan yang komprehensif. Tindakan farmasis yang dapat dilakukan dengan memberikan pilihan obat-obatan secara tepat PENGGUNAAN DIURETIK PADA GAGAL JANTUNG Diuretik ini merupakan salah satu diuretik kuat yang berfungsi mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan, sehingga dapat mengurangi edema paru dan kongesti paru. Tujuan dari pemberian diuretik adalah untuk mencapai status euvolemia dengan dosis yang serendah mungkin, yaitu harus diatur sesuai kebutuhan pasien, untuk menghindari dehidrasi atau reistensi. Penggunaan diuretik secara rasional dimulai pada pasien HF stage C dan D untuk menjaga euvolemia Diuretik yang digunakan adalah thiazid (HCT, Chlortalidone, metolazone) dan loop diuretik (furosemid, bumetanide, torsemide) Thiazid diuretik merupakan agen yang lebih lemah dari pada loop diuretik sehingga jarang digunakan sebagai monoterapi Pada pasien dgn penurunan ClCr < 30 mL/menit aktivitas thiazid diuretik menurun kecepatan metolazone • Salah satu obat diuretik yang paling banyak digunakan adalah diuretik loop, seperti furosemide.
• Namun penggunaan diuretik tidak dapat
mengurangi mortilitas, maka penggunaan diuretik biasa diberikan dengan kombinasi obat ACE Inhibitor DOSIS DIURETIK UNTUK PASIEN GAGAL JANTUNG Cara pemberian diuretik Pada pada gagal saat inisiasi jantung pemberian diuretik periksa fungsi ginjal dan serum elektrolit Dianjurkan untuk memberikan diuretik pada saat perut kosong Sebagain besar pasien mendapat terapi diuretik loop dibandingkan tiazid karena efisiensi diuresis dan natriuresis lebih tinggi pada diuretik loop. Kombinasi keduanya dapat diberikan untuk mengatasi keadaan edema yang resisten