Anda di halaman 1dari 48

SINDROM GUILLAIN BARRE

Di Susun oleh:
Rahayu Irmayani
(14071030231)

Pembimbing:
Dr. dr. Herlina Dimiati, Sp.A(K)

BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FK UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Sindrom Guillain Barre (SGB) adalah demielinasi polineuropati
akut yang menyeluruh, dapat berlangsung akut atau subakut,
mungkin terjadi secara spontan atau setelah infeksi.

Infeksi yang paling sering adalah infeksi Campylobacter jejuni,


yang berhubungan dengan 30% kasus sindrom Guillain-Barré
dan 20% dari kasus yang sindrom Miller Fisher.

Agen infeksi terkait sindrom Guillain-Barré adalah Campylobacter


jejuni (30%), sedangkan cytomegalovirus telah diidentifikasi
hingga 10%.
Amerika Serikat, Australia,
dan Eropa menunjukkan
insiden terjadinya SGB
adalah 1-3/100.000 penduduk
per tahun dan hasil serupa
juga ditemukan di negara-
negara lain di Asia.
Angka kejadian
sedikit lebih tinggi
pada laki-laki
Insiden sindrom dibandingkan
Guillain-Barré perempuan (laki-laki :
diperkirakan 0,25-0,65 perempuan = 1,5 : 1).
per 1000 kasus karena
infeksi C. jejuni, dan 0,6-
2,2 per 1000 kasus
Cytomegalovirus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
DEFINISI

• Sindrom Guillan Barre (SGB) adalah demielinasi


polineuropati akut yang menyeluruh, dapat
berlangsung akut atau subakut, mungkin terjadi
* secara spontan atau setelah infeksi.

• SGB terutama mengenai neuron motorik, namun


dapat juga mengenai neuron sensorik dan otonom.
*
ETIOLOGI
Pada sebagian besar kejadian SGB,
terdapat riwayat infeksi yang
mendahului beberapa minggu
sebelumnya

Infeksi pada saluran pernapasan dan


saluran pencernaan adalah yang paling
sering ditemui.

Organisme yang berhasil diisolasi


terutama adalah Campylobacter Jejuni,
Cytomegalovirus, dan Epstein-Barr Virus.
KLASIFIKASI
Acute Acute motor Acute motor and Miller-Fisher
Inflammatory axonal sensory axonal Syndrome
Demyelinating neuropathy neuropathy
Polyneuropathy (AMAN) (AMSAN)
(AIDP)

AIDP mengenai Sering terjadi Sering terjadi Pada sindrom ini


neuron motorik, pada anak-anak pada dewasa. terjadi trias yang
namun dapat dan menyerang Antibodi terdiri dari
mengenai neuron hanya akson dari menyerang akson paralisis otot-otot
sensorik dan neuron motorik. neuron motorik ekstraokular,
otonom dan sensorik. ataksia, dan
Pada AMSAN arefleksia.
sering terjadi
muscle-wasting.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK

Terdapat riwayat infeksi disaluran cerna atau saluran


pernapasan, seperti diare, common cold, dan
pneumonia

Sekitar 10 hari kemudian, pasien mengalami paralisis


yang khas, yang dikenal Landry’s ascending paralysis

Reflex tendon kemudian menghilang tetapi tidak


terdapat atrofi pada otot, gangguan sensibilitas berat,
ringan atau tidak ada sama sekali
DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Kelemahan anggota gerak Landry’s ascending paralysis
Riwayat Infeksi saluran nafas atas/ Parese N. kranialis
Insfeksi saluran pencernaan Gangguan Sensoris
Hiporefleks

Pemeriksaan LCS
Peningkatan kadar protein, Kecepatan konduksi yang
dapat mencapai 200-300 berkurang
mg/100 ml

Pem. Laboratorium Pemeriksaan EMG

Anamnesis yang baik dan benar bisa menegakkan 80% DIAGNOSIS


TATALAKSANA
Terapi suportif :
•Penanganan teurapetik awal bersifat suportif yang terfokus
pada dukungan ventilasi, tekanan darah, dan fungsi jantung.

Terapi Imunoterapi :
Dosis yang diberikan 0,4-0,5 gram/kg/kali selama 4-5 hari
berturut-turut dengan total dosis 2 gr/kg.

Terapi plasmafaresis:
Plasmafaresis dini telah ditemukan untuk menurunkan
keparahan gejala. Plasmafaresis dilakukan 3-5 kali dalam kurun
waktu 5-10 hari, dengan dosis 40-55 ml/kg/kali.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama :Rijalul Ghufran
No. CM : 1-09-76-54
Tanggal Lahir : 19 Februari 2009
Umur Kronologis :7 tahun 8 bulan 5 hari
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat :Krueng Barona Jaya, Aceh
Besar
Tanggal Masuk RS :21 Oktober 2016
Tgl Pemeriksaan :25 Oktober 2016
Tanggal Keluar :30 Oktober 2016
ANAMNESIS
• Keluhan utama : Kelemahan kedua anggota gerak bawah
• Keluhan tambahan : Nyeri pada bagian belakang betis, demam (+), batuk (+),
pilek (+) mencret (+)
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke IGD RSUDZA dengan keluhan
kelemahan anggota gerak bawah sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tersebut muncul secara tiba-tiba, pasien tidak bisa menggerakkan anggota
gerak bawah setelah bangun tidur pada pagi hari. Keluhan diawali dengan rasa
kesemutan pada ujung kaki hingga ke paha atas. Sebelum terjadi kelemahan
anggota gerak bawah, pasien mengeluhkan muntah sebanyak satu kali dan berisi
makanan.
Pasien tiga hari yang lalu mengalami demam, demam bersifat naik turun,
demam turun dengan obat penurun panas. Namun satu hari sebelum masuk
rumah sakit, pasien dapat beraktivitas seperti semula, pasien pergi sekolah. Selain
itu, pasien juga mengeluhkan batuk dan pilek, kaki terasa dingin, mencret sebanyak
dua kali, dengan konsistensi cair.
ANAMNESIS
• Riwayat penyakit dahulu
Keluhan yang sama (-) penyakit campak (+) pada usia 9 bulan

• Riwayat pemakaian obat


Pasien sudah diberikan obat penurun panas berupa paracetamol syrup dan
amoxicillin 3x1/2 tablet, obat batuk syrup tetapi keluarga tidak ingat nama obatnya.

• Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal yang sama.

• Riwayat Kehamilan
Selama hamil ibu melakukan ANC teratur ke bidan dan dokter spesialis kandungan.
ANAMNESIS
• Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak kedua, lahir cukup bulan dengan usia gestasi 34-35 minggu
secara pervaginam dengan berat badan lahir 3600 gram, saat lahir segera
menangis.

• Riwayat Imunisasi
Menurut keterangan dari ibu pasien, pasien imunisasi lengkap sesuai usia.

• Riwayat pemberian makanan


0 - 6 bulan : ASI
6 bulan – 2 tahun : ASI + MPASI
2 tahun – sekarang : Makanan keluarga
PEMERIKSAAN FISIK

Compos 100/70 100 kali 28 kali/


Mentis /menit menit 36,70C
mmHg
PEMERIKSAAN FISIK
Data Antropometri
• Berat badan : 21 kg
• BBI : 25 kg
• PB : 115 cm
• HA : 6 tahun
• Status gizi : BB/U : 21/25 x 100% = 84%
TB/U : 115/127 x 100% = 90%
BB/TB : 21/21 x 100% = 100%
• Kesan : Gizi Baik
PEMERIKSAAN FISIK
• Kebutuhan cairan : 1500 + (nx20) cc/hari
= 1500 + (1x20) cc/hari
= 1500+20 =1520 cc/hari

• Kebutuhan kalori : 70 kkal x BBI


= 70 kkal x 21 kg
= 1470 kkal/hari

• Kebutuhan protein : 1,0 gr x BBI


= 1,0 gr x 21 kg
= 21 gr/hari
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala : Normocephali, rambut hitam, distribusi normal dan tidak
mudah dicabut
• Mata : Simetris, konjungtiva palpebra inferior pucat (-/-), sklera
ikterik (-/-), mata cekung (-/-), pupil isokor (+) Ø 3 mm/3
mm, RCL (+/+), RCTL (+/+)
• Telinga : Daun telinga normal, tidak ditemukan tanda-tanda
peradangan, serumen (-/-)
• Hidung : NCH (-), sekret (-)
• Mulut : Sianosis (-) mukosa lembab (+)
• Tonsil : Hiperemis (-/-), T1/T1
• Leher : Pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Toraks :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, bentuk normochest, retraksi
suprasternal (-),retraksi intercostal (-), retraksi epigastrium (-)

• Cor : BJ I > BJ II, reguler (+), bising (-)


PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen :
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamisi, distensi (-)
Auskultasi : Peristaktik usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Soepel, organomegali (-), nyeri tekan (-)
• Genitalia : Perempuan, tidak ada kelainan
• Anus : Tidak ada kelainan
• Ekstremitas :
PEMERIKSAAN FISIK
Status neurologis
• GCS : E4M6V5 = 15
• Mata : Pupil isokor Ø 3mm/3mm, RCL (+), RCTL (+)
• TRM : Kaku kuduk (-) kernig sig (-) laseque sign (-)
• Refleks fisiologis : Normal
• Refleks patologis
LABORATORIUM
Hematologi Hasil Nilai Normal
Darah Rutin
Hemoglobin 13,5 g/dl 12,0-14,5 g/dL
Hematokrit 41 % 30-43 %
Eritrosit 5,4.106/mm3 3,8-5,5.106/mm3
Leukosit 6,3.103/mm3 6,0-17,5.103/mm3
Trombosit 207.103U/L 150-450.103U/L
Hitung Jenis
Eosinofil 0 0-6%
Basofil 0 0-2%
Neutrofil Batang 0 2-6%
Neutrofil Segmen 21 50-70%
Limfosit 67 20-40%
Monosit 12 2-8%
Kimia Klinik
KGDS 93 mg/dL < 200 mg/dL
Fungsi Ginjal
Ureum 18 mg/dL 13-43 mg/dL
Kreatinin 0,40 mg/dL 0,67-1,17 mg/dL
LABORATORIUM
Hematologi Hasil Nilai Normal

Elektrolit

Natrium 141 g/dl 132-146 mmol/L

Kalium 3,7 % 3,7-5,4 mmol/L

Clorida 101.106/mm3 98-106 mmol/L

Anti Dengue IgM Negatif

Anti Dengue IgG Negatif


PEMERIKSAAN PENUNJANG
FOTO LUMBOSAKRAL AP/LATERAL
(21/10/2016)
DIAGNOSA KERJA
Sindrom Guillain Barre
TERAPI
• IVFD 2:1 15 gtt/menit (makro)
• Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12 jam
• Injeksi Dexamethasone 5 mg/8 jam
• Injeksi Ranitidin 20 mg/8 jam
• Injeksi Novalgin 200 mg/8 jam
• Ambroxol 10 mg
• Salbutamol 2 mg 3x pulv I
• Cetirizine 2,5 mg
PROGNOSIS
QUO AD VITAM

DUBIA ad BONAM

QUO AD
FUNCTIONAM

DUBIA ad BONAM

QUO AD
SANACTIONAM

DUBIA ad BONAM
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
21/10/2016 S/ Batuk pilek 1 minggu yang lalu, demam 3 hari, Th/
15.00 WIB tidak bisa berjalan 8 jam sebelum masuk rumah -IVFD 2:1 15 gtt/menit (makro)
sakit. Saat ini demam (-) BAB (-) riwayat trauma (- -Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12
) jam
-Injeksi Dexamethasone 5
O/Kesadaran = CM mg/8 jam
HR = 100 x/I -Injeksi Ranitidin 20 mg/8 jam
RR= 22 x/I -Injeksi Novalgin 200 mg/8 jam
T=37,20C
Kekuatan otot
55/55
44/44
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-

A/Paraparese inferior ec dd/


1. GBS
2. Polio
3. Mielitis Transversa

P/ Foto Lumbosakral AP/Lateral


Lapor dinas kesehatan
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
22/10/2016 S/ Berjalan (+) lemah tungkai (+) Th/
-IVFD 2:1 15 gtt/menit (makro)
O/ -Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12
HR : 78 x/i jam
-Injeksi Dexamethasone 5
RR : 20 x/i mg/8 jam
T : 35,80C -Injeksi Ranitidin 20 mg/8 jam
-Injeksi Novalgin 200 mg/8 jam
Kekuatan otot
55/55
44/44
Ass/ Paraparese inferior ec dd/
1. GBS
2. Polio
3. Mielitis transversa

P/
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
23/10/2016 S/ Jalan (+) lemah tungkai (+) BAB dan Th/
BAK normal -Bedrest
O/ -IVFD 2:1 15 gtt/menit
HR : 126 x/i (makro)
RR : 30 x/i -Injeksi Ceftriaxone 1
T : 36,10C gr/12 jam (H2)
Kekuatan otot -Injeksi Dexamethasone
55/55 5 mg/8 jam (H2)
44/44 -Injeksi Ranitidin 20
mg/8 jam
Ass/ Paraparese inferior ec dd/ -Injeksi Novalgin 200
1. GBS mg/8 jam
2. Polio

P/
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
24/10/2016 S/ Demam (-) batuk (+) Jalan (+) Th/
O/ - Bedrest
HR : 130 x/i - IVFD 2:1 15 gtt/menit
RR : 28 x/i (makro)
T : 36,10C - Injeksi Ceftriaxone 1
Kekuatan otot gr/12 jam (H3)
55/55 - Injeksi Dexamethasone 5
44/44 mg/8 jam (H3)
Ass/ Paraparese Inferior ec dd/ - Injeksi Ranitidin 20 mg/8
1. SGB jam
2. Polio
P/ Lapor dinas kesehatan
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
25/10/2016 S/ Jalan (+) 2 hari Th/
O/ -Bedrest
HR : 80 x/i I-VFD 2:1 15 gtt/menit
RR : 20 x/i (makro)
T : 36,20C -Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12
Kekuatan otot jam (H4)
55/55 -Injeksi Dexamethasone 5
55/55 mg/8 jam (H4)
-Injeksi Ranitidin 20 mg/8
Ass/ Paraparese inferior ec dd/ jam
GBS -Injeksi Novalgin 200 mg/8
Polio jam

P/ Lapor dinas kesehatan


BAB IV
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
No Tanda dan Gejala Teori

1. Kelemahan pada anggota gerak Sindrom Guillain Barre adalah sekumpulan


bawah gejala poliradikuloneuropati autoimun yang
terjadi paska infeksi, teerutama mengenai
neuron motorik, namun dapat juga
mengenai neuron sensorik dan otonom.
Gejala khas pada SGB berupa paralisis yang
khas, yang dikenal Landry’s ascending
paralysis. Disebut ascending karena paralisis
dimulai dari estremitas bawah, kemudian
naik ke bagian atas, ekstremitas atas, dan
terakhir ke otot-otot bulbaris.
PEMBAHASAN
No Tanda dan Gejala Teori

2. Demam sejak 3 hari yang lalu Hal ini menunjukkan bahwa sebelumnya
demam bersifat naik turun, pasien sudah mengalami infeksi saluran
demam turun dengan obat pernapasan bagian atas. Pada sebagian
penurun panas. Selain itu, besar kejadian SGB, terdapat adanya riwayat
pasien juga mengalami batuk infeksi yang mendahului beberapa minggu
pilek. sebelumnya. Infeksi pada saluran
pernapasan (common cold, radang
tenggorokan) dan saluran pencernaan (sakit
perut karena virus disertai dengan muntah
dan diare) adalah yang paling sering
ditemui. Organisme yang berhasil diisolasi
terutama Campylobacter jejuni.
PEMBAHASAN
No Tanda dan Gejala Teori

3. Pemeriksaan fisik Hal ini berhubungan dengan proses


kekuatan otot pada anggota autoimun. Umumnya sel-sel imunitas
gerak bawah adalah 4444/4444. menyerang benda asing dan organisme
pengganggu, namun pada SGB terbentuk
antibody atau immunoglobulin (Ig) sebagai
reaksi terhadap adanya antigen atau partikel
asing dalam tubuh, seperti bakteri atau
virus.
PEMBAHASAN
No Tanda dan Gejala Teori

4. Penanganan teurapetik awal Penanganan teurapetik awal bersifat suportif


yang diberikan kepada pasien ini yang terfokus pada dukungan ventilasi,
adalah bersifat suportif tekanan darah, dan fungsi jantung. Pada fase
akut, pasien harus dirawat di rumah sakit
untuk mendapatkan terapi suportif dan
pengawasan ketat tehadap komplikasi. Bila
terjadi paralisis otot-otot pernapasan, pasien
membutuhkan intubasi dan ventilator di ICU
agar tidak terjadi gagal napas.
PEMBAHASAN
No Tanda dan Gejala Teori

5. Terapi Pemberian kortikosteroid dosis tinggi


Injeksi Dexamethasone 5 mg/8 sebagai antiradang. Pada beberapa kasus,
jam pemberian kortikosteroid dapat membantu
proses penyembuhan.
PEMBAHASAN
No Tanda dan Gejala Teori

6. Terapi Salah satu efek samping penggunaan steroid


Injeksi Ranitidin 20 mg/8 jam dosis tinggi dapat menyebabkan iritasi
sistem pencernaan bagian atas. Peradangan
yang terjadi pada permukaan lambung
disebut gastritis, sehingga untuk mencegah
hal tersebut perlu diberikan golongan obat
H2-antagonis berupa Ranitidin digunakan
untuk mengurangi produksi asam lambung
sehingga peradangan pada mukosa lambung
dapat diatasi.
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
 Sindrom Guillan Barre (SGB) adalah demielinasi
polineuropati akut yang menyeluruh, dapat berlangsung
akut atau subakut, mungkin terjadi secara spontan atau
setelah infeksi, terutama mengenai neuron motorik,
namun dapat juga mengenai neuron sensorik dan
otonom.
 Pasien dengan SGB mengalami paralisis yang khas, yang
dikenal Landry’s ascending paralysis. Disebut ascending
 Ada tiga hal penting dalam tatalaksana SGB meliputi
terapi suportif, imunoterapi, dan rehabilitasi.

Anda mungkin juga menyukai