Di Susun oleh:
Rahayu Irmayani
(14071030231)
Pembimbing:
Dr. dr. Herlina Dimiati, Sp.A(K)
Pemeriksaan LCS
Peningkatan kadar protein, Kecepatan konduksi yang
dapat mencapai 200-300 berkurang
mg/100 ml
Terapi Imunoterapi :
Dosis yang diberikan 0,4-0,5 gram/kg/kali selama 4-5 hari
berturut-turut dengan total dosis 2 gr/kg.
Terapi plasmafaresis:
Plasmafaresis dini telah ditemukan untuk menurunkan
keparahan gejala. Plasmafaresis dilakukan 3-5 kali dalam kurun
waktu 5-10 hari, dengan dosis 40-55 ml/kg/kali.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama :Rijalul Ghufran
No. CM : 1-09-76-54
Tanggal Lahir : 19 Februari 2009
Umur Kronologis :7 tahun 8 bulan 5 hari
Suku : Aceh
Agama : Islam
Alamat :Krueng Barona Jaya, Aceh
Besar
Tanggal Masuk RS :21 Oktober 2016
Tgl Pemeriksaan :25 Oktober 2016
Tanggal Keluar :30 Oktober 2016
ANAMNESIS
• Keluhan utama : Kelemahan kedua anggota gerak bawah
• Keluhan tambahan : Nyeri pada bagian belakang betis, demam (+), batuk (+),
pilek (+) mencret (+)
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke IGD RSUDZA dengan keluhan
kelemahan anggota gerak bawah sejak ± 4 jam sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan tersebut muncul secara tiba-tiba, pasien tidak bisa menggerakkan anggota
gerak bawah setelah bangun tidur pada pagi hari. Keluhan diawali dengan rasa
kesemutan pada ujung kaki hingga ke paha atas. Sebelum terjadi kelemahan
anggota gerak bawah, pasien mengeluhkan muntah sebanyak satu kali dan berisi
makanan.
Pasien tiga hari yang lalu mengalami demam, demam bersifat naik turun,
demam turun dengan obat penurun panas. Namun satu hari sebelum masuk
rumah sakit, pasien dapat beraktivitas seperti semula, pasien pergi sekolah. Selain
itu, pasien juga mengeluhkan batuk dan pilek, kaki terasa dingin, mencret sebanyak
dua kali, dengan konsistensi cair.
ANAMNESIS
• Riwayat penyakit dahulu
Keluhan yang sama (-) penyakit campak (+) pada usia 9 bulan
• Riwayat Kehamilan
Selama hamil ibu melakukan ANC teratur ke bidan dan dokter spesialis kandungan.
ANAMNESIS
• Riwayat Persalinan
Pasien merupakan anak kedua, lahir cukup bulan dengan usia gestasi 34-35 minggu
secara pervaginam dengan berat badan lahir 3600 gram, saat lahir segera
menangis.
• Riwayat Imunisasi
Menurut keterangan dari ibu pasien, pasien imunisasi lengkap sesuai usia.
Elektrolit
DUBIA ad BONAM
QUO AD
FUNCTIONAM
DUBIA ad BONAM
QUO AD
SANACTIONAM
DUBIA ad BONAM
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
21/10/2016 S/ Batuk pilek 1 minggu yang lalu, demam 3 hari, Th/
15.00 WIB tidak bisa berjalan 8 jam sebelum masuk rumah -IVFD 2:1 15 gtt/menit (makro)
sakit. Saat ini demam (-) BAB (-) riwayat trauma (- -Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12
) jam
-Injeksi Dexamethasone 5
O/Kesadaran = CM mg/8 jam
HR = 100 x/I -Injeksi Ranitidin 20 mg/8 jam
RR= 22 x/I -Injeksi Novalgin 200 mg/8 jam
T=37,20C
Kekuatan otot
55/55
44/44
Refleks fisiologis : +/+
Refleks patologis : -/-
P/
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
23/10/2016 S/ Jalan (+) lemah tungkai (+) BAB dan Th/
BAK normal -Bedrest
O/ -IVFD 2:1 15 gtt/menit
HR : 126 x/i (makro)
RR : 30 x/i -Injeksi Ceftriaxone 1
T : 36,10C gr/12 jam (H2)
Kekuatan otot -Injeksi Dexamethasone
55/55 5 mg/8 jam (H2)
44/44 -Injeksi Ranitidin 20
mg/8 jam
Ass/ Paraparese inferior ec dd/ -Injeksi Novalgin 200
1. GBS mg/8 jam
2. Polio
P/
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
24/10/2016 S/ Demam (-) batuk (+) Jalan (+) Th/
O/ - Bedrest
HR : 130 x/i - IVFD 2:1 15 gtt/menit
RR : 28 x/i (makro)
T : 36,10C - Injeksi Ceftriaxone 1
Kekuatan otot gr/12 jam (H3)
55/55 - Injeksi Dexamethasone 5
44/44 mg/8 jam (H3)
Ass/ Paraparese Inferior ec dd/ - Injeksi Ranitidin 20 mg/8
1. SGB jam
2. Polio
P/ Lapor dinas kesehatan
FOLLOW UP HARIAN
Tanggal/ SOAP Terapi
Jam
25/10/2016 S/ Jalan (+) 2 hari Th/
O/ -Bedrest
HR : 80 x/i I-VFD 2:1 15 gtt/menit
RR : 20 x/i (makro)
T : 36,20C -Injeksi Ceftriaxone 1 gr/12
Kekuatan otot jam (H4)
55/55 -Injeksi Dexamethasone 5
55/55 mg/8 jam (H4)
-Injeksi Ranitidin 20 mg/8
Ass/ Paraparese inferior ec dd/ jam
GBS -Injeksi Novalgin 200 mg/8
Polio jam
2. Demam sejak 3 hari yang lalu Hal ini menunjukkan bahwa sebelumnya
demam bersifat naik turun, pasien sudah mengalami infeksi saluran
demam turun dengan obat pernapasan bagian atas. Pada sebagian
penurun panas. Selain itu, besar kejadian SGB, terdapat adanya riwayat
pasien juga mengalami batuk infeksi yang mendahului beberapa minggu
pilek. sebelumnya. Infeksi pada saluran
pernapasan (common cold, radang
tenggorokan) dan saluran pencernaan (sakit
perut karena virus disertai dengan muntah
dan diare) adalah yang paling sering
ditemui. Organisme yang berhasil diisolasi
terutama Campylobacter jejuni.
PEMBAHASAN
No Tanda dan Gejala Teori