Anda di halaman 1dari 37

KELOMPOK 7:

Neliana Rizky A. S.
Fauziah Rahmani
Vina Wahyu A.
Dini Rachmadyanti
Dewi Kania O.
PENGERTIAN

• Amputasi yaitu hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan


ketidakmampuan seseorang dalam derajat yang bervariasi (tergantung dari
luas hilangnya alat gerak, usia pasien, ketepatan operasi, dan manajemen
paska operasi). (Turck SL)
• Kehilangan sebagian alat gerak akan menyebabkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan aktivitas. Kehilangan alat gerak tersebut dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti faktor cacat bawaan lahir ataupun
kecelakaan. Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini disebut
dengan amputasi. (D.Jumeno)
• Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekonstruksi drastis,
digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi, dan
menyelamatkan atau memperbaiki kualitas hidup pasien.
ETIOLOGI

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena:


1. Iskemia karena penyakit rekularisasi perifer biasanya pada orang tua
seperti klien dengan atherosklerosis, diabetus melitus.
2. Trauma amputasi bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, tremal
injury seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti
pagets disteae dan kelainan kongenital.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

1. Kehilangan anggota gerak (ekstremitas atas atau bawah).


2. Nyeri pada bagian yang diamputasi berasal dari neuron ujung syaraf yang dekat
dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan
keronitis.
4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom).
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan atara penonjolan tulang dan kulit).
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan.
JENIS AMPUTASI

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi:


1. Amputasi selektif
Dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik
serta terpantau secara terus menerus dan dilakukan sebagai salah satu tindakan
alternatif terakhir.
2. Amputasi akibat trauma
Terjadi akibat trauma dan tidak direncanakan. Tindakan yang dilakukan, yaitu
memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat
Dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan dan biasanya memerlukan kerja
yang cepat seperti trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan
kulit yang luas.
JENIS AMPUTASI

Jenis amputasi yang dikenal, antara lain:


1. Amputasi terbuka
Dilakukan pada kondisi infeksi berat, pemotongan pada tulang dan
otot di tingkat yang sama.
2. Amputasi tertutup
Dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan, dibuat skaif
kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang
lebih 5 cm di bawah potongan otot dan tulang.
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi setelah amputasi, antara lain infeksi,


penyembuhan terlambat, nyeri puntung kronik dan nyeri fantom, serta
kontraktur.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Foto rontgen : mengidentifikasi abnormalitas tulang.


2. CT Scan : mengidentifikasi lesi neoplastik,
osteomielitis, pembentukan hematoma.
3. LED : mengidentifikasi respons inflamasi.
4. Kultur luka : mengidentifikasi adanya luka/ infeksi dan
organisme penyebab.
5. Biopsy : mengonfirmasikan diagnosa masa
benigna/maligna.
PENATALAKSANAAN

1. Rigid dressing
a. Menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu di kamar operasi.
b. Rencanakan apakah penderita harus immobilisasi atau tidak.
c. Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan mobilisasi setelah 7-10 hari post operasi.
2. Soft dressing
a. Bila ujung stump dirawat secara konvesional gunakan pembalut steril yamg rapi dan semua tulang yang
menonjol dipasang bantalan yang cukup.
b. Perhatikan pengunaan elastik perban jangan sampai menyebabkan konstriksi pada stump.
c. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan kaki tempat tidur, tidak disarankan untuk mengganjal bantal
pada stump sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur.
d. Biasanya diganti balutan dan drain dicabut setelah 48 jam.
e. Biasanya jahitan dibuka pada hari ke 10-14 post operasi.
f. Pada amputasi di atas lutut, penderita diperingatkan untuk tidak meletakkan bantal di bawah stump.
DISCHARGE PLANNING

1. Berikan dukungan terhadap penderita.


2. Pelajari atau tanyakan alat bantu yang harus digunakan.
3. Motivasi penderita untuk mengembangkan kemampuan yang
dimiliki sehingga dapat menghilangkan perasaan harga diri rendah.
4. Damping selalu penderita dalam melakukan aktivitas sebelum dapat
beradaptasi dengan baik.
DATA FOKUS PENGKAJIAN PRE OP
Pada klien yang akan dilakukan amputasi, pengkajian terfokus pada:
1. Adanya faktor-faktor yang berperan pada perlunya amputasi;
a. Penyakit arteri perifer kronis (alasan paling umum).
b. Trauma.
c. Frostbite.
d. Infeksi berat (gangren gas atau osteomyelitis).
2. Pemeriksaan fisik berdasarkan pada pengkajian veskular perifer dan survei umum untuk
membuat nilai-nilai dasar.
3. Kaji perasaan klien tentang amputasi dan dampaknya pada gaya hidup.
4. Kaji kekuatan otot pada ekstremitas yang tak sakit. Dapatkah klien membalik sendiri dan
menggunakan lengan untuk mengangkat panggul dari matras atau tidak. Kelemahan otot dapat
terjadi pada klien lansia, khususnya yang telah terbaring di tempat tidur karena proses penyakit.
DATA FOKUS PENGKAJIAN POST OP

Pengkajian terfokus pada hal-hal berikut ini :


1. Riwayat kesehatan
Fokuskan pengkajian pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat
mepengaruhi risiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit
jantung, penyakit ginjal, dan penyakit paru.
2. Pemeriksaan fisik
• Sistem Respirasi
Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai ada atau tidaknya sianosis,
riwayat gangguan napas.
• Sistem Kardiovaskuler
Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada klien sebelum operasi
sebagai salah satu indikator fungsi jantung, mengkaji kemungkinan atherosclerosis
melalui penilaian terhadap elastisitas pembuluh darah.
DATA FOKUS PENGKAJIAN POST OP
• Sistem Integumen
Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat hidrasi.
• Sistem Perkemihan
Mengkaji jumlah urine 24 jam, adanya perubahan warna urine, dan BJ urine.
• Sistem Muskuloskeletal
Mengkaji kemampuan otot kontralateral.
• Sistem Neurologis
Mengkaji tingkat kesadaran klien, sistem persyarafan, khususnya system motorik dan
sensorik daerah amputasi.
• Lokasi Amputasi
Kaji kondisi jaringan di atas lokasi amputasi terhadap terjadinya stasis vena atau
gangguan venus return.
KEMUNGKINAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
KEMUNGKINAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN PRE OP

1. Kecemasan b.d kurang pengetahuan tentang kegiatan


perioperatif.
2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) b.d
kehilangan akibat amputasi.
KEMUNGKINAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN POST OP

1. Hambatan mobilitas fisik b.d kehilangan anggota tubuh.


2. Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot.
3. Defisit perawatan diri b.d kurangnya kemampuan dalam merawat
diri.
4. Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring yang lama.
5. Risiko infeksi b.d adanya luka yang terbuka.
6. Gangguan citra tubuh
INTERVENSI PRE OP
DIAGNOSA PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan 1. Memberikan bantuan 1. Secara psikologis
pengetahuan tentang tindakan keperawatan secara fisik dan meningkatkan rasa aman
kegiatan perioperatif selama …. Jam ansietas psikologis, dan meningkatkan rasa
berkurang dengan memberikan dukungan saling percaya.
kriteria hasil : moral.
- Sedikit melaporkan 2. Menerangkan 2. Meningkatkan atau
tentang gugup atau prosedure operasi memperbaiki
cemas. dengan sebaik- pengetahuan atau persepsi
- Mengungkapkan baiknya. klien.
pemahaman tentang 3. Mengatur waktu 3. Meningkatkan rasa aman
operasi. khusus dengan klien dan menungkinkan klien
untuk berdiskusi melakukan komunikasi
tentang kecemasan secara lebih terbuka dan
klien. lebih akurat.
INTERVENSI PRE OP
2. Berduka yang Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk 1. Mengurangi rasa tertekan dalam
antisipasi tindakan keperawatan mengekspresikan perasaan tentang diri klien, menghindarkan depresi,
(anticipated selama …. Jam dampak pembedahan pada gaya meningkatkan dukungan mental.
griefing) b.d berduka yang antisipasi hidup . 2. Membantu klien mencapai
kehilangan akibat dapat teratasi dengan 2. Berikan informasi yang adekuat dan penerimaan terhadap kondisinya
amputasi kriteria hasil : rasional tentang alasan pemilihan melalui Teknik rasionalisasi.
1. Klien mampu tindakan amputasi. 3. Meningkatkan dukungan mental.
mengungkapkan 3. Berikan informasi bahwa amputasi
perasaan bebas, merupakan tindakan untuk
tidak takut. memperbaiki kondisi klien dan
2. Klien menyatakan merupakan langkah awal untuk
perlunya membuat menghindari ketidakmampuan atau
penilaian akan gaya kondisi yang lebih parah. 4. Strategi untuk meningkatkan
hidup yang baru. 4. Fasilitasi untuk bertemu dengan adaptasi terhadap perubahan citra
orang yang berhasil diamputasi diri.
dalam penerimaan terhadap situasi
amputasi.
INTERVENSI POST OP
DIAGNOSA PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO. KEPERAWAT
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
AN
1 Hambatan Setelah dilakukan asuhan 1. Lakukan latihan ROM 1. Latihan ROM membantu mencegah
mobilitas fisik keperawatan selama pada semua sendi. terjadinya kontraktur pada sendi yang
b.d kehilangan …….. jam hambatan membatasi mobilitas.
anggota tubuh mobilitas fisik dapat 2. Pertahankan alat 2. Balutan pascaoperasi mengurangi
teratasi dengan kriteria penyusutan puntung edema dan membentuk puntung untuk
hasil : pasca operasi. prostetik.
1. Klien meningkat 3. Balik dan posisikan 3. Pasien yang mengalami amputasi
dalam aktivitas fisik. klien setiap 2 jam. ekstremitas bawah harus berbaring
2. Mengerti tujuan dari telungkup (prone) setiap 4 jam.
peningkatan mobilitas Pemosisian kembali meningkatkan
menggunakan alat aliran darah ke otot mendorong cairan
bantu. sinovial ke sendi dan membantu
3. Memperagakan mencegah kontraktur.
penggunaan alat bantu
untuk mobilisasi.
INTERVENSI POST OP
4. Kuatkan penyuluhan 4. Penggunaan alat bantu dapat
oleh terapis fisik meningkatkan mobilitas dengan
pada berjalan menyeimbangkan pasien dan
menggunakan kruk memfasilitasi ambulasi.
atau penggunaan alat
bantu.
Kolaborasi:
5. Anjurkan partisipasi 5. Terapi fisik akan membuat letih
aktif pada terapi pasien di tahap awal penyembuhan.
fisik. Dukungan dapat meningkatkan
partisipasi klien pada regimen terapi
fisik, dengan demikian meningkatkan
toleransi aktivitas.
INTERVENSI POST OP
2 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji rasa nyeri yang di derita 1. Memfasilitasi pengkajian objektif
terputusnya keperawatan selama …….. klien pada skala 0 hingga 10 mengenai efektifitas strategi pereda
kontinuitas jam nyeri akut dapat (dengan skala 10 sebagai nyeri nyeri yang dipilih. Nyeri yang
jaringan tulang dan teratasi dengan kriteria paling hebat) sebelum dan meningkat dalam hal intensitas
otot hasil : sesudah dilakukan intervensi. atau tetap tidak reda dengan
1. Skala nyeri klien analgesik dapat mengindikasikan
berkurang. sindrom kompartemen.
2. Klien tampak tidak 2. Membelat dapat mencegah cedera
meringis. 2. Belat dan sokong area yang tambahan dengan mengimobilisasi
3. Klien tidak cedera. puntung dan mengurangi edema
menunjukan proteksi ketika membentuk puntung agar
terhadap lukanya. pas.
3. Meninggikan puntung dapat
3. Tinggikan puntung pada bantal meningkatkan aliran balik vena dan
selama 24 jam pertama setelah mengurangi edema, yang akan
pembedahan, kecuali jika ada meredakan nyeri.
kontraindikasi. 4. Memindahkan dan mengembalikan
4. Pindahkan dan kembalikan klien secara lembut mencegah terjadinya
secara lembut dan perlahan. spasme otot hebat.
INTERVENSI POST OP
5. Anjurkan latihan napas 5. Latihan napas dalam dan
dalam dan relaksasi. relaksasi dapat meningkatkan
efektivitas analgesik dan
memodifikasi pengalaman
nyeri.
6. Posisikan kembali klien tiap 6. Pemosisian kembali
2 jam; balikkan dari sisi ke meredakan tekanan dari satu
sisi dan ke abdomen. area dan mendistribusikan
seluruh tubuh dan membantu
mencegah kram otot.

Kolaborasi: 7. Analgesik dapat meredakan


7. Berikan obat analgesik nyeri dengan menstimulasi
sesuai dengan advice.
tempat reseptor opiate. Pompa
PCA dapat meningkatkan
kendali pasien dan
memungkinkan peredaan nyeri
secara dini sebelum nyeri
semakin intens.
INTERVENSI POST OP
3 Defisit Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien dan 1. Keterlibatan keluarga
perawatan diri asuhan keperawatan keluarga tentang perawatan begitu berarti dalam proses
b.d kurangnya selama …….. jam diri yang benar. penyembuhan.
kemampuan defisit perawatan diri 2. Tingkatkan harga diri klien 2. Dengan mengetahui apa
dalam merawat dapat teratasi dengan dan penentuan diri klien. yang diingankan klien,
diri kriteria hasil : perawat dapat memberikan
1. Klien mengatakan perawatan yang lebih baik.
gerakannya sudah 3. Dengan perawatan kulit
tidak terbatas lagi. 3. Hilangkan dan bersihkan dapat membersihkan dan
2. Penampilan klien bau, kurangi kekeringan menghilangkan bau badan
tampak bersih dan serta sel yang mati dengan dan kulit menjadi lembab.
segar, gigi klien cara perawatan kulit.
bersih, rambut tidak
kusam, dan pakaian
sudah diganti.
INTERVENSI POST OP
4. Rangsang sirkulasi darah, 4. Memandikan dapat
relaksasi otot, buat rasa nyaman memberikan rasa segar pada
dengan memandikan klien. klien, serta pijtan atau masase
selama dimandikan dapat
melancarkan sirkulasi darah.
5. Kurangi nyeri dengan melakukan 5. Rawat gigi secara teratur dan
perawatan gigi dan mulut secara benar dapat membersihkan
teratur. kuman atau sisa makanan yang
dapat menyebabkan infeksi dan
bau.
6. Cegah infeksi daerah kepala 6. Perawatan rambut dapat
dengan perawatan rambut seperti mencegah infeksi dan
mencuci, menyisir, atau memberikan rasa nyaman dan
mencukur rambut. segar.
7. Cegah terjadinya infeksi dan 7. Pembersihan vulva dapat
pertahankan kebersihan daerah mencegah terjadinya infeksi
vulva dengan cara melakukan dan bau pada daerah vulva.
vulva hygiene.
INTERVENSI POST OP
4 Kerusakan Setelah dilakukan asuhan 1. Cuci puntung dengan 1. Hal tersebut diperlukan
integritas kulit b.d keperawatan selama …….. sabun dan air hangat serta untuk mempertahankan kulit
tirah baring yang jam kerusakan integritas keringkan secara yang utuh untuk memastikan
kulit dapat teratasi dengan
lama menyeluruh. Inspeksi keberhasilan penggunaan
kriteria hasil :
1. Integritas kulit yang puntung untuk adanya prostesis.
baik dapat kemerahan, iritasi, atau
dipertahankan abrasi.
2. Tidak ada luka atau lesi 2. Masase ujung puntung 3 2. Masase membantu
pada kulit. minggu setelah desentisasi bagian
3. Klien mampu pembedahan. ekstremitas yang tersisa dan
melindungi kulit dan
mencegah pembentukan
mempertahankan
kelembaban kulit. jaringan parut. Jika kulit
menempel ke jaringan yang
menyertai, hal tersebut akan
robek ketika tertekan dengan
penggunaan prostesis.
INTERVENSI POST OP
3. Pajankan semua area 3. Pajanan udara
kulit yang terbuka meningkatkan
pada bagian penyembuhan.
ekstremitas yang
tersisa selama 1 jam
4x/hari.
4. Ganti kaus puntung 4. Kaus puntung dan
dan pembungkus pembungkus elastis
elastis setiap hari. harus dijaga tetap
Cuci dengan sabun bersih dan kering untuk
ringan dan air, mencegah kerusakan
biarkan kering kulit.
sempurna sebelum
digunakan kembali.
INTERVENSI POST OP
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji luka untuk 1. Kemerahan normal pada
b.d adanya keperawatan selama …….. kemerahan, drainase, kondisi setelah operasi;
luka yang jam hambatan resiko suhu, edema, dan akan tetapi, jika menetap,
infeksi dapat teratasi
terbuka perkiraan jalur jahitan. dapat mengindikasikan
dengan kriteria hasil :
Tidak tampak tanda-tanda infeksi. Area yang terasa
infeksi pada kulit panas dipalpasi di atas
Klien mengetahui tanda- jahitan atau peningkatan
tanda infeksi pada kulit. drainase juga
Klien mampu mengindikasikan infeksi.
membungkus puntung 2. Ukur suhu klien setiap 4 2. Peningkatan suhu tubuh
dengan baik secara mandiri
jam. dapat mengindikasikan
infeksi.
3. Monitor hitung WBC. 3. Hitung WBC meningkat
pada adanya infeksi.
4. Gunakan teknik aseptik 4. Teknik aseptik mencegah
untuk mengganti balutan kontaminasi luka dengan
luka. bakteri.
INTERVENSI POST OP
5. Ajarkan klien mengenai 5. Pembungkusan puntung
teknik membungkus secara tepat dari
puntung. ekstremitas distal hingga
proksimal meningkatkan
aliran balik vena dan
mencegah pengumpulan
cairan, dengan demikian
mengurangi kesempatan
Kolaborasi: infeksi.
6. Kolaborasi pemberian 6. Pemberian antibiotik
antibiotik. dapat menghambat
replikasi sel bakteri dan
membantu mencegah atau
mengeradikasi infeksi.
INTERVENSI POST OP
6 Gangguan citra Setelah dilakukan asuhan 1. Anjurkan pengungkapan 1. Hal ini memungkinkan klien
tubuh keperawatan selama …….. perasaan. mengomunikasikan
jam hambatan gangguan kekhawatiran dan ketakutan
citra tubuh dapat teratasi
serta membiarkan klien
dengan kriteria hasil :
1. Klien mengatakan sudah mengetahui perawat akan
dapat menerima mendengarkan.
keadaannya saat ini. 2. Izinkan klien untuk 2. Pakaian yang biasa memberi
2. Klien mampu menggunakan pakaian dari kenyamanan emosi dan
menyesuaikan diri rumah. membantu pasien mencapai
dengan kesehatan. rasa identitasnya sendiri.
3. Anjurkan klien untuk melihat 3. Melihat dan menyentuh
ke puntung. puntung, membantu klien
menghadapi perasaan
ketakutan yang tidak
diketahui dan berpindah dari
penyangkalan ke
penerimaan.
INTERVENSI POST OP
4. Anjurkan klien untuk 4. Partisipasi aktif
merawat puntung. dalam perawatan
meningkatkan harga
diri dan kemandirian.
5. Partisipasi aktif
5. Anjurkan partisipasi dalam rehabilitasi
aktif dalam meningkatkan
rehabilitasi. kemandirian dan
mobilitas.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai