Suganda
405150116
Blok Respirasi
Pemicu 6
LO1 macam’’ kelainan saluran nafas
dengan gejala sesak nafas
Sesak Napas
• Perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan
aktivitas fisik.
• Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit
dan dapat bersifat akut atau kronis.
• Sesak napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of
Breath”.
Macam - Macam Sesak Napas (Dyspnea) :
• Dyspnea akut
• Dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat.
• Penyebab: penyakit pernapasan (paru-paru dan
pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
• Dyspnea kronis
Disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK),
emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
Macam-macam sesak
napas:
1. Tachypnea, Freq > Normal (12-20/menit)
• Dyspnea (+) / (-)
• Dyspnea Tachypnea (+) / (-)
3. Exertional Fatique
≠ dyspnea yang sesungguhnya
* Cardiovaskuler
* Neuromusculer Fatique
* Penyakit-penyakit non pulmonal lain
4. Orthopnea posisi bersandar
• Rasa nyaman
• Penyebab utama :
(>< ORTHOPNEA)
• Tropopnea = Tidur miring kanan / kiri sesak
• Posisi berbalik sesak (-)
• Sebab lain dari sesak napas :
• - Resistensi jalan nafas
• - Stiff lung yang abnormal
• - Pulmonary embolic disease
• DD : Respiratory
• Cardiovascular
• Anxiety – related / psychosomatic
Etiologi
Sumbatan saluran napas
( hidung-faring-laring-trakhea-bronkus-alveolus)
Kelainan paru
Pneumonia
PPOM
asma bronkial
Gagal jantung Kelainan paru obstruktif PPOM dengan Hipertensi Gangguan metabolik
kongestif pulmonal
Penyakit jantung koroner Kelainan paru restriktif Emboli paru kronik Psikogenik
Perikarditis
Aritmia
Barrel Chest
• Bentuk eliptikal dada normal
diganti dengan yang bulat, dimana
diameter anteroposterior
membesar pada kira-kira diameter
transversal
• Diafragma tertekan dan sternum
terdorong ke depan dengan costae
tampak horizontal, tidak angular
• Dada tampak selalu pada posisi
inspirasi
• Pada neonatus, ratio anteroposterior terhadap
diameter transversal normalnya adalah 1 : 1
• Sejalan dengan perkembangan anak, ratio berubah
bertahap menjadi 1 : 2 pada usia 5 atau 6 th
• Pada pasien yang lebih tua, senile kyphosis pada
vertebra thoracal mungkin disalah artikan menjadi
barrel chest
CRACKLES
• Suara pelan dan tajam yang terdengar pada auskultasi
• Merupakan karakteristik emfisema
RONKI
Suara yang kontinu terdiri dari suara yang kering,
rendah, mirip dengkur, dari dalam leher atau saluran
bronkus akibat obstruksi parsial , seperti oleh sekret
Hiperaerasi
• Siluet jantung yang menyempit,
jantung terangkat, diafragma
lebih rendah dan mendatar,
diameter anteroposterior dada
bertambah, ruang retrosternal
lebih lusen, iga horisontal,
pembuluh darah paru tampak
tersebar
Lo2: Asma Bronkial
Definisi
Penyakit paru dengan karakteristik:
Obstruksi saluran napas yang reversibel baik secara spontan maupun dengan
pengobatan
Inflamasi saluran napas
Peningkatan respon saluran napas terhadap berbagai rangsangan (hipereaktivitas)
FAKTOR RESIKO
1. Jenis kelamin
• anak : laki-laki > perempuan
• dewasa : seimbang
2. Usia
• beberapa tahun pertama kehidupan
3. Riwayat atopi
• Sensitasi alergi thp aleren inhalan, susu, telur, kacang pada tahun pertama
kehidupan, prediktor timbulnya asma
4. Lingkungan
• Serpihan kulit binatang, tunga debu, jamur, kecoa
Sumber : Buku ajar respirologi anak. 1st ed. Ikatan dokter anak Indonesia – hal 76.
FAKTOR RESIKO
1. Ras
• Ras berkulit hitam lebih banyak, dipengaruhi pendapatan dan pendidikan
2. Asap rokok
• Anak yg terpajan rokok kejadian eksaserbasi lebih tinggi
3. Outdoor air pollution
• Contoh : debu jalan raya, NO, karbon monoksida, SO2
• Hygiene hipotesis
4. Infeksi respiratorik
• Infeksi virus berulang yg tidak menyebabkan infeksi respiratorik bawah dapat
memberikan anak proteksi terhadap asma
Sumber : Buku ajar respirologi anak. 1st ed. Ikatan dokter anak Indonesia – hal 76.
Sumber : Buku ajar respirologi anak. 1st ed. Ikatan dokter anak Indonesia – hal 108.
KLASIFIKASI ASMA
• Konsensus pediatri international III 1998
Sumber : Buku ajar respirologi anak. 1st ed. Ikatan dokter anak Indonesia – hal 108-9.
PATOFISIOLOGI
EARLY PHASE REACTION
• Timbul setelah paparan dengan alergen spesifik atau dipicu oleh
beberapa macam faktor pencetus
• Sering kali membaik sendiri (tanpa pengobatan) setelah 1-2 jam
• Mediator yang berperan adalah : histamin, leukotriene, prostaglandin,
platelet activating factor (PAF)
LATE PHASE RESPONSE
• Timbul 4-6 jam setelah early response dan dapat berlangsung hingga
4-36 jam
• Obstruksi saluran nafas disebabkan oleh berbagai sitokin & kemokin
yang dilepaskan oleh berbagai sel radang
• Mediator yang berperan lebih kompleks : eosinophil cationic protein,
major basic protein, platelet activating factor, leukotriene
IRITASI BRONKUS
(ASAP ROKOK , POLUSI)
Sumber : Buku ajar respirologi anak. 1st ed. Ikatan dokter anak Indonesia – hal 110.
PEMERIKSAAN PENUNJANG ASMA
• Pemeriksaan faal paru :
• Spirometri
• Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan alat peak expiratory flow meter (PEF
meter)
• Pemeriksaan hiperreaktifitas sal napas
• Uji provokasi bronkus
• Pengukuran status alergi :
• Uji kulit
• Pengukuran IgE spesifik serum
Sumber : Buku ajar respirologi anak. 1st ed. Ikatan dokter anak Indonesia – hal 113-5.
DIAGNOSIS BANDING ASMA PADA DEWASA
• PPOK
• Bronkitis kronis
• Gagal jantung kongestif
• Batuk kronis karena sebab lain
• Disfungsi larynx
• Obstruksi mekanis (misalnya oleh tumor)
• Emboli paru
DIAGNOSIS BANDING ASMA PADA ANAK
• Benda asing di saluran napas
• Laringotrakeomalasia
• Pembesaran kelenjar limfe
• Tumor
• Stenosis trakea
• Bronkiolitis
TATALAKSANA
TATALAKSANA SERANGAN ASMA
• Oksigenasi
• Bronkodilator
• Aminophylline
• Terbutaline
• Kortikosteroid
• Rehidrasi
• Atasi faktor pencetus
BRONKODILATOR
• Aminophylline :
• Bolus 5 mg/kgBB IV pelan-pelan
• Drip 20 mg/kgBB per 24 jam
• Syarat : tidak ada hipotensi, tidak ada aritmia, tidak ada gangguan lambung
• Terbutaline sulphate :
• Subkutan : 0,25 cc tiap 6 jam
• Nebulisasi : 1 respule tiap 6-8 jam
• Syarat : tidak ada aritmia / kelainan jantung
KORTIKOSTEROID
• Dexamethasone
• Metylprednisolone
• Nebulisasi
• Beclomethasone dipropionate
• Budesonide
• Fluticasone propionate
TATALAKSANA ASMA NON
FARMAKOLOGI
• Saran untuk berhenti merokok
• Aktivitas fisik yang tidak memicu terjadinya bronkokonstriksi
• Edukasi untuk orang tua yang memiliki anak asma :
• Menghindarkan anak dari asap rokok
• Tidak memelihara binatang berbulu seperti kucing, anjing, burung
• Memperbaiki ventilasi ruangan
• Mengurangi kelembapan kamar untuk anak yang sensitif terhadap debu
rumah dan tungau debu
TATALAKSANA ASMA NON
FARMAKOLOGI
• Nutrisi untuk penderita asma :
• Asam lemak dengan rasio ω3 dan ω6 yang baik→mengurangi produksi
leukotrien yang menyebabkan bronkokonstriksi
• Antioksidan→melindungi jaringan saluran napas dari stress oksidatif
• Vitamin D→nutrien antiinfeksi molekuler
• Magnesium→relaksasi otot polos; zat antiinflamasi
KOMPLIKASI ASMA
• Pneumotoraks
• Pneumomediastinum
• Emfisema subkutis
• Ateletaksis
• Gagal nafas
• Bronkitis
Klasifikasi
• Emfisema
• Bronkitis kronik
Etiologi
• Merokok
Riwayat merokok dapat dikategorikan menjadi: (Perokok aktif , Perokok pasif,
Bekas perokok)
Intensitas merokok dapat dinyatakan sebagai Indeks Brinkman, yaitu jumlah
rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan lama merokok (dalam
tahun).
(Ringan: 0-200, Sedang: 200-600, Berat: lebih dari 600 )
• Riwayat terpapar gas atau partikel berbahaya di
lingkungan dan tempat kerja
(Asap kompor, Kayu, Serbuk gergaji, Batu bara, Minyak tanah,
Polusi udara, Gas buang kendaraan bermotor, Debu jalanan)
• Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
Kolonisasi bakteri menyebabkan inflamasi berulang pada
saluran napas.
• Defisiensi antitripsin alfa-1
Antitripsin alfa-1 merupakan inhibitor dari protease serin.
Fungsinya adalah untuk melindungi jaringan paru dari protease
seperti neutrophil elatase. Penumpukan protease pada
alveolus akan menyebabkan kerusakan dinding alveolus dan
menyebabkan emfisema.
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD
Genes
Infections
Socio-economic
status
Aging Populations
© 2015 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
Patogenesis
• Patogenesis dari PPOK dapat dibagi menjadi 4 peristiwa yang saling berkaitan: (1)
paparan kronis terhadap asap rokok menyebabkan perekrutan sel inflamasi
dalam ruang udara di paru-paru. (2) Sel-sel inflamasi ini mengeluarkan proteinase
elastolytic yang merusak matriks ekstraselular paru-paru. (3) Kematian struktur
sel disebabkan oleh stres oksidan dan hilangnya perlekatan matriks-sel. (4)
Perbaikan yang tidak efektif dari elastin dan komponen matriks ekstraselular
lainnya menyebabkan pembesaran ruang udara.
• Menghisap asap rokok juga dapat menyebabkan hiperplasia sel goblet
dan hipertrofi kelenjar submukosa terkait dengan hilangnya jumlah
dan fungsi sel epitel bersilia, yang menyebabkan berkurangnya
pembersihan mukosa dan meningkatnya pembentukan lendir sehinga
terbentuk obstruksi kronik.
Anamnesis
• Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau
tanpa gejala pernafasan
• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi (berat badan lahir rendah, infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi
udara)
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
• Pursed-lip breathing (mulut setengah terkatup atau mencucu)
• Barrel chest (diameter antero-posterior dan transversal sebanding.
• Penggunaan otot bantu napas
• Hipertrofi otot bantu napas
• Pelebaran sela iga
• oBila sudah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di
leher serta edema tungkai.
• Penampilan pink puffer atau blue bloater. Pink puffer — gambaran khas
pada emfisema: pasien kurus, kulit kemerahan, dan pernapasan pursed-
lip breathing. Blue bloater—gambaran khas pada bronkitis kronik:
pasien gemuk, sianosis sentral dan perifer, terdapat edema tungkai dan
ronki basah di basal paru.
Perkusi
• Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil,
letak diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah.
Auskultasi
• Suara napas vesikuler normal atau melemah pada
enfisema.
• Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas
biasa atau pada ekspirasi paksa.
Palpasi
• Pada emfisema, tactile vocal fremitus melemah, sela iga
melebar.
Diagnosis – Uji Bronkodilator
Pemeriksaan penunjang
Darah
• Pasien dengan PPOK ringan memiliki hipoksemia ringan sampai sedang tanpa hiperkapnia.
•o Berkembangnya penyakit menyebabkan hipoksemia memburuk dan hiperkapnia mungkin
dapat terjadi.
Radiologi
• Pada emfisema terlihat tanda-tanda hiperinflasi, seperti diafragma mendatar, parenkim paru
hiperlusen, ruang retrosternal melebar, dan jantung menggantung (jantung pendulum).
• Pada bronkitis kronik, terlihat peningkatan gambaran vaskuler dan brokus (bronchovascular
markings), serta kardiomegali karena kemungkinan pembesaran ventrikel kanan jantung.
PP- Patologi Anatomi
Saluran nafas proksimal (trakea dan bronkus diameter >2mm)
• Tanda-tanda hipertensi pulmoner seperti penebalan otot polos dan penebalan intima
• Terdapat sel inflamasi seperti makrofag dan limfosit
Lo4: Atelektasis
ATELEKTASIS
• Atelektasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat
penyumbatan saluran udara(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat
pernafasan yang sangat dangka
• pengembangan paru yang tidak sempurna karena alveolus bag. paru
yang terserang tidak mengandung udara / kolaps.
ATELEKTASIS
• Etiologi atelektasis :
Penekanan bronkus oleh suatu tumor atau pembesaran kelenjar getah bening
• Faktor risiko terjadinya atelektasis :
Pembiusan jangka panjang
Pernafasan dangkal
Penyakit paru
Klasifikasi berdasarkan etiologi
65
66
PENGOBATAN ATELEKTASIS
Tujuan pengobatan adalah untuk mengeluarkan dahak dari paru dan
kembali mengembangkan jaringan paru yang terkena
Tindakan yang biasa dilakukan:
• Berbaring pada sisi paru yang sehat
• Latihan menarik napas dalam (spirometri intensif)
• Postural drainase
• Antibiotik
• Komplikasi
• Pneumonia
• Atelektasis luas
• Fibrosis
• Pencegahan
Latihan bernafas dalam, paling penting untuk :
• Kasus pascabedah
• Pasien tirah baring
• Pasien lemah dengan napas dangkal dan nyeri
• Pasien dengan pergangan abdominal
68
Lo5: Bronkiolitis
Bronkiolitis
Definisi Etiologi
• Istilah yang digunakan pada • Respiratory Syncytial Virus (RSV)
mengi (wheezing) yang terjadi • Human meta pneumonia
pertama kali akibat infeksi virus
pada saluran respiratori. • Parainfluenza virus 3
• Adenovirus
• Rhinovirus
• Mycoplasma pneumonia (jarang)
Bronkiolitis
Epidemiologi Patofisiologi
• Ditandai dengan obstruksi bronkiolus yang disebabkan oleh
• 50% anak 2 tahun pertama edema dan kumpulan mukus serta seluler dan oleh invasi
masa kehidupannya. bagian-bagian bronkus yg lebih kecil oleh virus.
• Penebalan dinding bronkiolus tahanan jalan napas
• Angka kejadian bronkiolitis saat ekspirasi radius jalan nafas mengecil obstruksi
pernafasan menimbulkan perangkap udara awal dan
menurun tajam usia 1-5 overinflasi.
• Obstruksi pernafasan total dan diabsorbsinya udara yg
tahun. terperangkap atelektasis
• Pertukaran gas tidak lancar, perfusi ventilasi yang tidak
sepadan menyebabkan hipoksemia.
• Makin tinggi frekuensi pernafasan makin rendah tekanan
oksigen di arteri.
• Hiperkapnea (retensi CO2) terjadi ketika pernapasan >
60x/menit takipnea.
Farmako Nonfarmako
• Alpha/beta agonists (racemic epinephrine,
albuterol)
• Terapi oksigen
• Antibiotics (ampicillin, cefotaxime,
ceftriaxone) • Hidrasi
• Antiviral agents (ribavirin) • Ventilasi mekanis
• Monoclonal antibodies (palivizumab) • Pemberian bronkodilator dan preparat
• Intranasal decongestants (oxymetazoline) kortikosteroid belumterbukti efektif
• Corticosteroids (prednisone, sebagai terapi bronkiolitis
methylprednisolone) • Hidung dan oral section
• Apnea dan pemantauan kardiorespirasi
http://emedicine.medscape.com/article/961963-overview
Lo6: Pneumothorax
Definisi
• Kumpulan dari udara atau gas dalam rongga pleura dari dada antara
paru-paru dan dinding dada
• Dapat terjadi secara spontan pada orang tanpa kondisi paru-paru
kronis (primer) serta pada mereka dengan penyakit paru-patu
(sekunder)
Tanda dan gejala
• Nyeri dada yang biasanya mendadak
• Rasa sakit di dada yang bersifat tajam
• Sesak di dada
• Sesak napas
• Denyut jantung yang cepat
• Pernapasan cepat
• Batuk
• Kelelahan
• Sianosis karena penurunan kadar oksigen darah
Etiologi dan faktor resiko
• Pneumotoraks dapat terjadi setiap kali permukaan paru-paru pecah udara
keluar dari paru-paru ke ruang pleura
• Pneumotoraks spontan biasa terjadi tanpa trauma dada, dan biasanya
disebabkan oleh pecahnya kista kecil pada permukaan paru-paru yang bisa
terjadi karena adanya penyakit paru yang menyertai ataupun tidak
• Klasifikasi :
1. Emfisema sentriasinar
2. Emfisema panasinar
3. Asinar distal
4. Irregular
Parasinar •Asinus membesar secara seragam, mulai dari bronkiolus respiratorik sampai
(panlobular) alveolus terminal yg buntu
•Perbedaan dengan sentriasinar : parasiar cenderung tjd pada bagian bawah
paru dan merupakan pada orang yg memiliki defisiensi antitripsin alfa-1
kongenital
Asinar distal •Bagian asinus masih normal tp bagian distal yg terutama terlibat
(paraseptal) •Efisema lebih jelas terlihat diekat pleura disepanjang jaringan ikat septum
lobulus, dan ditepi lobulus
•Terjadi didaerah : fibrosis, skar, atelektasis
•Khas : rongga udara yg membesar, multipel. Kadang membentuk kistik, yg jika
membesar progresif – disebut bula.
•Sering pada kasus pneumotorax spontan dewasa muda
Iregular •Disebut demikian karena asinus yg terlibat tidak teratur dan hampir
seluruhnya berkaitan dengan skar (ex. Akibat penyembuhan penyakit inflamasi)
POLA UTAMA EMFISEMA
A. Diagram struktur normal asinus,
unit yg paling dasar dari paru
B. Emfisema sentriasinus dengan
diatasi yg awalnya mengenai
bronkiolus respiratorik
C. Emfisema parasinus dengan
distensi awal pada seluruh
perifer (ex. Alveolus dan duktus
alveolus)
• Dispnea
• Awalnya tidak terasa namun progresif
• Batuk
• Pasien riwayat bronkitis kronik atau bronkitis asmatik kronik
• BB turun
• Barrel-chest (seperti tong)
• Ekspirasi memanjang
• Posisi berdiri agak maju dan membungkuk
• Untuk mengeluarkan udara dari paru pada setiap ekspirasi
• Pembesaran rongga udara yg berat
Sumber : Buku ajar patologi, Robbins – hal 459
GAMBARAN KLINIS
• PP :
• Uji fungsi paru menunjukan
berkurangnya FEV1, FVC normal
• Patologi anatomi : pembesaran
rongga udara yg nyata, dgn
destruksi septum alveolus
namun tanpa fibrosis & ada
pigmen antrakosis warna hitam