405150116
Pemicu 3
Blok Respirasi
Li1 :Anatomi ( embrio ) dan histology faring ke
laring
Embriologi Kepala & Leher
• Perkembangan dimulai pada saat pembuahan sperma & oosit,
haploid: 23 kromosom, bersatu membentuk zigot diploid: 46
kromosom.
• Kelainan Kromosom & Mutasi Gen: Cacat Kraniofasial Utama.
• Etiologi dari kelainan: gangguan suplai darah / deformasi mekanik.
Cth: malformasi kongenital krn genetik, lingkungan / penyebab tdk
diketahui tjd 4% dari kelahiran hidup, tetapi kelainan minor
ditemukan > 15%.
Sources: Scott-Brown’s Otolaryngology Head & Neck Surgery 7th Edition; Volume 1; Part 12; Chapter 65; Page 792 - 805
Embriologi Kepala & Leher
• Perkembangan Embriologi:
A. Zigot
Minggu ke-2: Zigot → Morula → Blastocyst → Endometrium
Minggu ke-3: massa sel dalam → diskus germinal bilaminar → gastrulasi → mengarah ke diskus trilaminar
tdd ecto-, meso & lapisan endoderm → massa sel blastokista → embrio
Minggu ke 3-8: embrio dmn organ utama rentan thdp teratogen spt obat (thalidomide, alkohol), agen infeksi
(rubella, HIV) & agen fisika (x-ray) dpt menyebabkan cacat lahir utama.
a. Ektoderm: jaringan & organ yg mempertahankan kontak dgn dunia luar - sistem saraf, kulit, epitel
sensorik dari telinga, hidung dan mata & enamel gigi.
b. Endoderm: lapisan epitel saluran pencernaan & pernafasan (rongga timpani, tabung pendengaran,
parenkim dari kelenjar tiroid & paratiroid)
B. Janin
Minggu ke-9 kehamilan s/d minggu ke-38 / 40 (masa kelahiran) stlh timbulnya haid terakhir ditandai o/
pertumbuhan-pematangan jaringan & organ.
Sources: Scott-Brown’s Otolaryngology Head & Neck Surgery 7th Edition; Volume 1; Part 12; Chapter 65; Page 792 - 805
Tulang Tengkorak
• Perkembangan tulang tengkorak terjadi karena faktor genetik dan
mekanik oleh karena pertumbuhan otak, perkembangan faring dan
aktivitas otot.
• Tulang tengkorak terbagi: Neurocranium (menjaga otak) &
Viscerocranium, (dari arcus faring yang terdapat muka dan rahang).
Osifikasi neurocranium & viscerocranium di osifikasi oleh
intramembranosa dan bagian dari osifikasi endokondrial. Dalam
osifikasi intramembran, mesenkim (asal: sel pial neural di atap & sisi
tengkorak & mesoderm paraksial di oksiput & posterior kapsul otik)
→ berdiferensiasi tulang.
Sources: Scott-Brown’s Otolaryngology Head & Neck Surgery 7th Edition; Volume 1; Part 12; Chapter 65; Page 792 - 805
Sources: Scott-Brown’s Otolaryngology
Head & Neck Surgery 7th Edition; Volume
1; Part 12; Chapter 65; Page 792 - 805
Sources: Scott-Brown’s Otolaryngology
Head & Neck Surgery 7th Edition; Volume 1;
Part 12; Chapter 65; Page 792 - 805
Sources: Scott-
Brown’s
Otolaryngology
Head & Neck
Surgery 7th
Edition; Volume
1; Part 12;
Chapter 65;
Page 792 - 810
Anatomi & Histology
Faring
• Saluran pernapasan bagian atas yang terletak dibelakang hidung,
rongga mulut & laring
• Panjang ± 15 cm, diameter 1,5-5 cm
• Batas :
• Superior : basis cranii
• Inferior : pinggir inferior cartilago cricoidea dan pinggir inferior vertebra C6
• Faring memiliki 2 lapisan otot :
• Lapisan luar tersusun sirkuler (kontriksi dinding faring
ketika menelan)
• M. constrictor pharyngis superior
• M. constrictor pharyngis media
• M. constrictor pharyngis inferior
• Lapisan dalam tersusun longitudinal (memperpendek
pharynx & larynx ketika menelan &bicara)
• M. salpingopharyngeus
• M. palatopharyngeus
• M. stylopharyngeus
• Pharynx dibagi 3 :
• Nasopharynx
• Oropharynx
• Laringopharynx
Nasopharynx
• Terletak di posterior cavitas nasi
• Bagian dari traktus respiratorius
• Batas :
• Superior : Nares posterior (Choana)
• Inferior : palatum molle
Nasofaring
Dinding posterosuperior permukaan anterosuperior os. Sphenoid dan
bagian basis dari os. Occipitale (basispehoid). Terdapat nasofaringeal tonsil
(adenoid)
Dinding posterior facia faringobasilar di bagian anterior tulang atlas (Os.
Cervical 1)
Dinding inferior permukaan superior soft palate dan terbuka ke arah
orofaring.
Terdapat hubungan antara faring dan tuba eustachius pada bagian ini. Hal
ini penting untuk mengetahui pembukaan normal tuba eustachius dan
penampakan dari fossa Rosenmüller pada saat pemeriksaan endoskopi
sehingga daerah tersebut dapat secara terpercaya dibiopsi untuk
menyingkirkan kemungkinan nasopharyngeal carcinoma.
• Pada dinding lateral
nasopharynx terdapat
ostium pharynx tuba
eustachius →
menghubungkan
nasopharynx dengan
telinga tengah
• Pada nasopharynx terdapat :
• Tonsila pharyngealis
• Terdapat di atap & dinding posterior nasopharynx
• Ukuran terbesar saat usia 5 tahun, mengalami involusi ketika usia
8-10 tahun
• Bila membesar disebut adenoid
• Tonsila tubaria
• Terdapat di mukosa posterior dari ostium tuba eustachius
Oropharynx
• Terletak di posterior cavitas oris
• Bagian dari tractus digestivus & respiratorius
• Batas :
• Anterior : faucium (isthmus oropharyngeal)
• Superior : palatum molle
• Inferior : bagian superior dari Epiglotis
Orofaring
Dinding posterior otot konstriktor dan membran mukosa
Dinding superior permukaan inferior soft palate dan uvula
Dinding anterior dasar lidah
• Pada oropharynx terdapat :
• Tonsilla palatina
• Terdapat di fossa tonsilaris yang dibentuk oleh arcus palatoglossus
dan arcus palatopharyngeus
• Tonsilla lingualis
• Terdapat di radix lingua
Laringopharynx
• Terletak di posterior larynx
• Bagian dari tractus digestivus & respiratorius
• Batas :
• Superior : epiglottis
• Inferior : pinggir inferior cartilago cricoidea (anterior) & pinggir inferior
vertebra C6 (posterior)
• Laryngopharynx berhubungan dengan larynx melalui aditus laryngeus
PEMBEDA NASOPHARYNX OROPHARYNX LARYNGOPHARYNX
LETAK Di belakang rongga hidung; di Di belakang cavum oris dan Di belakang laring-bagian
atas palatum molle terbentang dari pallatum molle tengah laring.
sampai ke pinggr atas epigllotis
DINDING Dibentuk apertura nasalis Terbuka ke dalam rongga mulut Dibentuk aditus laryngis dan
ANTERIOR posterior melalui isthmus oropharynx membran mucosa yang
(isthmus faucium) meliputi permukaan posterior
larynx
DINDING Membentuk permukaan miring Disokong corpus vertebra cervicalis 2 Disokong corpus vertebra
POSTERIOR yang berhubungan dengan atap dan 3 cervicalis 3,4,5, dan 6
DINDING Tiap2 sisi punya muara tuba Ada arcus palatoglosus & arcus Disokong cartilago thyroidea
LATERAL auditiva ke pharynx palatopharyngeus dan membrana thyrohyoidea
KETERANGAN Atap tonsilla pharyngealis; bila • Terjadi persimpangan antara Ring of waldeyer (jar. Limfoid
m’besar (adenoids) gangguan tractus digestivus dan tractus inkomplit) :tonsilla
pendengaran,obstruksi nasal, respiratorius pharingealis, palatina, lingualis
otitis media • Ada tonsila palatina (di fossa
tonsillaris) Radang tonsilitis
Larynx
• Kompleks organ yang berfungsi memproduksi suara
• Memiliki 9 kartilago & pita suara
• Terletak di leher depan setinggi vertebra C3-C6
• Menghubungkan laryngopharynx dengan trachea
Fungsi
• Sebagai katup yang menjaga agar traktus respiratorius tidak
kemasukan makanan sewaktu menelan
• Pengatur banyaknya udara yang masuk sesuai dengan berbagai
keaktifan
• Vokalisasi
• Rangka pembentuk larynx :
• Cartilago thyroidea
• Cartilago cricoidea
• Epiglotis
• Cartilago arytenoidea
• Cartilago corniculata
• Cartilago cuneiformis
• Cartilago triticeus
Membran & Ligamentum Larynx
• Membrana thyroidea
• Ligamentum cricothyrohyoidea
• Ligamentum thyroepiglotticum
• Ligamentum vocale
• Ligamentum hyoepiglotticum
• Ligamentum cricotracheale
• Membrana cricovocal (conus elasticus)
• Membrana quadrangularis
• Ligamentum vestibularis
Cavitas Laryngeus
• Vestibulum laryngis
• Aditus laryngis – plica vestibularis
• Ventriculus laryngis
• Plica vestibularis – plica vocalis
• Cavitas Infraglotticum
• Plica vocalis – pinggir caudal cartilago cricoidea
• Struktur alat penghasil suara
• Plica Vocalis
• Ligamentum vocalis
• M.vocalis
• Conus elasticus
• Membran mukosa
• Plica Vestibularis
Otot-Otot Larynx
• Otot Ekstrinsik Larynx
• Berfungsi menggerakan larynx secara keseluruhan
• Terdiri dari:
• M. infrahyoidei ( M. omohyoidei, M. sternohyoidei & M. sternothyroidei) → depressor os
hyoidei & larynx
• M. suprahyoidei ( M. stylohyoideus, M. digastricus, M. mylohyoideus, M. geniohyoideus,
M. stylopharyngeus) → Elevator os hyoidei & larynx
• Otot-otot ekstrinsik larynx
• Otot abduktor & adduktor
• Adduktor = M. cricoarytenoidea lateralis
• Abduktor = M. cricoarytenoidea posterior
• Sphincter
• M cricoarytenoidea lateralis, M. arytenoidea transversus, M.
arytenoidea obliquus, M. aryepiglotticus
• Tensor
• M. cricothyroidea
• Relaxer
• M. thyroarytenoidea, M. vocalis
Li2: Sistem Imun
http://www.instantanatomy.net/diagrams/HN
094a.png
Sist. Imun laring faring
Sist. Imun laring faring
• Adenoid = tmpt 1st kontak imun u/ antigen yg terhirup pd anak kecil. Srg
dihub. Dg obstruksi sal. Nafas atas (sepsis), otitis media dg efusi.
• Embriologi : W of gestation = 4-6 jar. Limfoid fossa Rosenmuller &
tuba Eustachia orofice sbg tonsil Gerlach.
• Histo : membran dilapisi epitel gepeng berlapis.
• Arteri : percabangan A. Facial & A. Maxilaris & trunkus thyrocervical
• Vena : V. Jugularis Interna & A. Facial
• P. Limfatik : retropharyngeal lymph nodes, upper deep cervical nodes
• Persarafan : sensory branches of the glossopharyngeal & vagus nerve.
• Tumbuh dg cepat antara 2 – 14 thn. alami kemunduran stlh umur 15
thn. Terlihat paling besar saat umur + - 7th
POKOK BAHASAN
• Definisi
• Etiology
• Faktor risiko
• Patfis
• Tanda dan gejala
• Pf dan dd
• Dd dan working diagnosis
• Tatalaksana
• Komplikasi
• Prognosis
• Pencegahan
Li3:kelainan pada nasofaring
1. Hipertrofi Adenoid
• Definisi: pembesaran kelenjar limfe adenoid akibat dari infeksi bakteri atau
virus faringitis pada anak usia 3-8 tahun.
• Etiologi: infeksi bakteri atau virus pada faringitis.
• Faktor resiko: faringitis, craniofacial anomalies, neuromuscular disorder.
• Patofisiologi: terjadi infeksi bakteri atau virus di hidung -> menyebar
sampai ke sulcus tonsilla sphenoid -> hipertrofi
• Tanda dan gejala: ngorok(snoring), nafas melalui mulut, apnea, dan
dysphagia.
• Pemeriksaan fisik: inspeksi dan palpasi:
• Pemeriksaan penunjang: PSG(Polysomnography), endoscopy, lateral soft
tissue radiograph.
• Tatalaksana: tonsiloctomy.
https://vandoyo.files.wordpress.com/2009/10/adenoids.jpg?w
=468
• Sumbatan choana pasien bernafas melalui mulut :
• Fascies adenoid hidung kecil, gigi insisivus kedepan, arkus
faring tinggi, dan kesan wajah pasien seperti orang bodoh
• Faringitis dan bronkitis
• Gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sinusitis
kronik
• Sumbatan tuba eustachius otitis media akut
berulang, otitis media kronik otitis media
supuratif kronik
www.ent-surgery.com.au
Adenoid Size
Grade Description
Grade I Adenoid tissue filling one-third of
the vertical portion of the
choanae
Grade II Adenoid tissue filling from one-
third to two-thirds of the choanae
• Indikasi absolut:
• Obstruksi jalan nafas atas
• Disfagia berat
• Komplikasi kardiopulmoner
• Abses peritonsiler unresponsive atau rekuren
• Tonsilitis dengan konvulsi febril
• Indikasi relatif:
• Tiga atau lebih infeksi tonsil per tahun walaupun pengobatan medis
sudah memadai
• Halitosis
• Tonsilitis kronik atau rekuren pada seorang streptococcal carrier
yang tidak berespon pada manajemen medis
• Hipertrofi tonsil unilateral yang diperkirakan berasal dari neoplastik
Komplikasi adenoidektomi :
• Pendarahan
• Trauma gigi
• Obstruksi saluran udara
• Infeksi
• Cedera servikal (down syndrome)
• Disfungsi velopharygeal
• Pertumbuhan kembali adenoid
Sumber: Robbins Basic Pathology 9th Ed
Karsinoma Nasofaring
• Salah satu jenis neoplasma yang patut mendapat perhatian:
• Kaitan epidemiologik yang kuat dengan EBV
• Tingginya prevalensi pada orang China (genetic susceptibility)
• Genom EBV ditemukan di semua karsinoma nasorafing, termasuk di luar daerah endemiknya
(Asia)
• 3 varian histologis:
• Keratinizing squamous cell carcinoma
• Nonkeratinizing squamous cell carcinoma
• Undifferentiated carcinoma paling prevalen & paling terkait EBV
• Jenis invasi lokal, menyebar ke limfe servikal, lalu bermetastasis ke daerah-daerah lainnya
• Bersifat radiosensitif
• Prognosis: 5 tahun survival rate utk 50% kanker stadium lanjut
Li4:kelainan pada orofaring
1. Faringitis
• Pharyngitis is inflammation of
the pharynx, which is in the back
of the throat.
(http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/pharyngitis)
Scott Browns Vol 2 Ed 1 chapter 152 – Acute and chronic pharyngeal infection pages 1983
FARINGITIS
Pathophysiology
Bacterial
gejala
spread via
Sakit tenggorokan
respiratory
(dikeluhkan selalu)
Demam
Meriang
Invade
Malaise
pharyngeal
mucosa Sakit kepala
Anorexia
Sakit perut (tidak selalu)
Local
inflamation
Scott Browns Vol 2 Ed 1 chapter 152 – Acute and chronic pharyngeal infection pages 1983
Manifestasi
klinik
FARINGITIS
BAKTERI (GABHS)
Pembesaran tonsil
Faring eritema VIRUS
Kriptus tonsil nekrosi atau Konjungtivitis (adenovirus)
purulent eksudat bersin
Petechiae palatum molle Rhinorrhoea dan batuk
Cervical lymphadenopathy Membran Eksudat
Sandpaper rash (kemerahan Herpangina (Coxsackievirus
yg belang2) A atau Herpes virus) dengan
lesi papulovesikular
Scott Browns Vol 2 Ed 1 chapter 152 – Acute and chronic pharyngeal
infection pages 1983
Sumber gambar:
https://www.pinterest.com/pin/538602436665113187/
DD Faringitis
• Difteri Retropharyngeal dan parapharyngeal abses
• Gonorrhoea Mycoplasma pneumoniae
• Demam rematik Rhinitis allergy with post nasal drip
• Herpes simplex GERD
Obstruksi saluran pernapasan
• Hand,foot,and mouth disease
Neoplasma kepala dan leher
• Candidiasis
Peritonsillar selulitis
• Epiglotitis
• Tracheitis
• Peritonsilar abses
• Definisi:
• Inflamasi tonsil karena infeksi (virus [EBV]>bakteri [Strep. pyogenes])
• Sering terjadi pada anak (>2 th)
• Tanda & gejala: (biasanya hilang dalam 3-4 hari tetapi bisa menetap hingga 2 minggu)
• Sakit tenggorokan >2 hari
• Tonsil bengkak dan merah
• Kesulitan menelan
• Demam & menggigil
• Pembengkakan KGB leher
• Sakit perut
• Mendengkur
https://www.southerncross.co.nz/AboutTheGroup/HealthResources/
MedicalLibrary/tabid/178/vw/1/ItemID/532/Tonsillitis-causes-symptoms-treatment.aspx
Tonsilitis
http://www.klinikdrindrajana.com/pic/tonsilitis_1_content_19
8.jpg
• Komplikasi:
• Demam reumatik dan penyakit ginjall
• Seringkali komplikasi terjadi ketika infeksi menyebabkan abses peritonsillar (koleki pus disekitar tonsil)
yang sangat menyakitkan dan dapat menyebar ke leher apabila tidak segera ditangani menutup
saluran napas membahayakan jiwa
• Sering terjadi pada remaja dan dewasa muda atau usia yang lebih dini
• Diagnosis:
• Gejala dan pem. fisik tenggorokan.
• Lab: Throat swab untuk kultur dan identifikasi bakteri
https://www.southerncross.co.nz/AboutTheGroup/HealthResources/
MedicalLibrary/tabid/178/vw/1/ItemID/532/Tonsillitis-causes-symptoms-treatment.aspx
• Terapi:
• Istirahat, cukup minum, makanan lunak teratur
• Antibiotik sesuai kultur
• Obat simptomatik (parasetamol, ibuprofen)
• Kumur air garam, lozenges
• Kortikosteroid untuk kurangi inflamasi & bengkak
• Terapi bedah:
• Tonsilektomi: untuk pasien dengan tonsilitis berulang, tonsilitis bakterial yang tidak merespon thd
medikasi antibakterial, pasien yang alergi antibiotik
• Drainase abses peritonsilar dengan jarum dan spuit atau dengan membuat insisi
https://www.southerncross.co.nz/AboutTheGroup/HealthResources/
MedicalLibrary/tabid/178/vw/1/ItemID/532/Tonsillitis-causes-symptoms-treatment.aspx
• Pencegahan:
• Hindari kontak langsung dg pasien tonsilitis
• Mencuci tangan secara berkala
• Menutup mulut dan hidung ketika batuk/bersin
• Tidak berbagi makanan/minuman atau peralatannya
• Membersihkan permukaan dapur dan kamar mandi berkala
https://www.southerncross.co.nz/AboutTheGroup/HealthResources/
MedicalLibrary/tabid/178/vw/1/ItemID/532/Tonsillitis-causes-symptoms-treatment.aspx
3. DIFTERI
• Etiologi : Corynebacterium diphtheriae
Kuman batang gram-positif, tumbuh secara anaerob,
ciri khas dapat memproduksi eksotoksin
• Klasifikasi
• Difteria hidung
• Difteri tonsil faring
• Difteri laring
Difteri hidung -Awal menyerupai common cold, gejala pilek ringan tanpa/disertai
gejala sistemik ringan
-Sekret hidung berangsur menjadi seroanguinus dan kemudian
mukopurulen , bisa menyebabkan lecet pada nares dan bibir atas
Difteri tonsil faring -gejala: anoreksia, malaise, demam, nyeri menelan
-Dalam 1-2 hari kemudian timbul membran yang melekat, berwarna
putih kelabu, dapat menutup tonsil dan faring, meluas ke uvula dan
palatum molle atau ke bawah (ke laring & trakea)
-Dapat terjadi limfadenitis servikalis & submandibular, limfadenitis bisa
bersama dengan edema jaringan lunak leher yang luas bullneck
-Gejala tergantung dari derajat penetrasi toksin & luas membran
-Berat kegagalan pernafasan / sirkulasi, paralisis palatum molle, sukar
menelan & regurgitasi, stupor/koma
-Sedang penyembuhan terjadi berangsur-angsur dan bisa disertai
penyulit miokarditis/neuritis
-Ringan membran akan terlepas dlm 7-10 hari & biasanya terjadi
penyembuhan sempurna
Difteria laring -Perluasan difteria laring
-Difteria laring primer : gejala toksik kurang nyata, oleh karena mukosa
laring mempunyai daya serap toksin yang rendah dibandingkan mukosa
faring sehingga gejala obstruksi saluran nafas atas lebih mencolok
-Gejala klinis : sukar dibedakan dari tipe infectious croups, seperti nafas
berbunyi, stridor, suara parau & batuk kering. Pada obstruksi laring berat
terdapat retraksi suprasternal , interkostal dan supraklavikular
• Patogenesis
Corynebacterium masuk mukosa kulit
Manifestasi: bervariasi dalam bentuk dan
warna, meliputi:
• Lesi putih
hitam)
• Lesi yang kehilangan integritas mukosa
8
5
ABSES PERITONSILER (QUINSY)
• Pengumpulan pus di antara kapsul fibrosa tonsil, biasanya di
kutub yang lebih atas dan otot konstriktor superior dari faring
• Etiologi: biasanya streptokokus beta hemolitikus
• Gejala:
• Progresif, unilateral, sore throat > 3-4 hari
• Disfagia, drooling, trismus
• Ipsilateral limfadenopati
• Suara berubah karena pembengkakan orofaring
• Jugulodigastric nodes membesar
http://emedicine.medscape.com/article/764188-overview
Tatalaksana:
Aspirasi pus
Transoral USG-> membedakan pus dengan selulitis
CT scan, MRI
Dental radiograf/orthopantomogram
Terapi:
Antibiotik IV
Insisi dan drainase
Needle aspiration
Tonsilektomi
Komplikasi:
Infeksi leher dalam dan mediastinitis
ABSES PARAFARING
• Infeksi dapat menyebar dari rongga leher dalam lainnya
• Etiologi:-> infeksi gram negatif aerobik
• Klebsiella pneumoniae
• Streptococcus viridans
• Streptococcus pyogenes, dan lain-lain
• Gejala:
• Pembengkakan maksimal faring di inferior dan di belakang tonsil dengan
lebih sedikit edema palatum
• Tortikolis
• Pembengkakan abses di leher
Pemeriksaan:
CT scan
Preoperative nasoendoscopic assessment-> untuk menentukan intubasi atau
trakeostomi
Terapi:
Antibiotik IV
Drainase melalui insisi sejajar tulang hyoid
Trakeostomi
Needle aspiration
Komplikasi:
Trombosis vena jugularis interna, arteri karotikus
Perforasi faringeal
Mediastinitis
Upper airway obstruction
ABSES RETROFARINGEAL
Etiologi:
Benda asing (misalnya: tulang ikan)
S. viridans, S. aureus, S. epidermidis, K. pneumoniae, dan lain-lain
Infeksi gigi
Penyalahgunaan obat IV
Gejala:
Leher baal
Demam
Disfagia
Obstruksi jalan napas
Dapat terkait dengan kontak TB sebelumnya, trauma faring oleh
tulang ikan atau ayam, masalah gigi atau penyalahgunaan obat IV
Gejala neurologis sehubungan dengan kompresi saraf
Pemeriksaan:
Foto polos posisi fleksi dan ekstensi-> kehilangan kurvatura normal vertebra
servikal dengan jaringan lunak di depannya, disertai destruksi tulang
CT scan
MRI
Transoral needle biopsy-> konfirmasi mikrobiologi untuk TB
Terapi:
Drainase dan insisi
Antibiotik IV
Menghilangkan benda asing
Pada pasien dengan kelainan neurologis-> conservative neck stabilisation
Komplikasi:
Mediastinitis
Abses epidural spinal
Sindrom Lemierre: infeksi fusobakterial sistemik yang berat
Tromboflebitis vena jugularis interna
Osteomielitis
Tiroiditis supuratif akut-> pada RPA karena tertelan tulang
Kelumpuhan saraf XII
Li5:kelainan pada Laringopharynx
1. Epiglotitis
• Epiglotitis / supraglotitis infeksi
akut supraglotitis yang berefek
terutama ke epiglotitis, tetapi juga
ke tonsil lingua, aryepiglottic folds
dan false cords.
• Di musim gugur meningkat.
• Laki-laki lebih banyak dewasa.
• Etiologi :
• Anak : Haemophilus infuenzae type B
• Dewasa : Haemophilus infuenzae type
B, group A Streptococci, Streptococcus
pneumoniae, Staphylococcus aureus
dan Klebsiella pneumoniae.
• Neisseria meningitidis supraglotitis
yang mengancam nyawa (fulminan).
• Biasanya imunokompromais.
• Virus jarang biasanya dewasa.
Epiglotitis
Gejala klinik Pemeriksaan
Pengobatan Komplikasi
• Obstruksi jalan napas • Kematian karena pernapasan
intubasi. terhenti obstruksi jalan napas
• Tracheostomy. akut.
• Antibiotik IV generasi 2 dan 3 • Jarang abses epligotis, edema
sefalosporin. sekunder pulmonal untuk
menghilangkan obstruksi jalan
• 100% humidified oxygen. napas, thrombosis internal
jugular vein (Lemierre’s
syndrome).
2.Aspirasi benda asing
• Biasa terjadi pada balita
• Batita (<3 th) 73% dari kasus
• Etiologi makanan tertentu (mis. Kacang, biji-bijian, wortel mentah,
dll) & benda kecil
Manifestasi klinis
• Awal terjadi batuk, tersedak, muntah, kemungkinan obstruksi
saluran napas
• Masa asimtomatik –> refleks hilang, gejala mereda
• Komplikasi obstruksi, erosi, infeksi, demam, batuk, hemoptisis,
pneumonia, atelektasis
Diagnosis
• Aspirasi benda asing harus dipertimbangkan bila
didapatkan tanda berikut :
• Tiba-tiba tersedak, batuk atau wheezing; atau
• Pneumonia segmental atau lobaris yang gagal diobati
dengan terapi
• antibiotik.
• Periksa anak untuk:
• Wheezing unilateral
• Daerah dengan suara pernapasan yang menurun, dapat
dullness atau hipersonor pada perkusi;
• Deviasi dari trakea
• Lakukan pemeriksaan foto dada pada saat ekspirasi
penuh untuk melihat daerah hiperinflasi atau kolaps,
pergeseran mediastinum (ipsilateral) atau benda asing
bila benda tersebut radio-opak.
Tatalaksana
3.Laringotrakeobronkitis (Croup)
• Etiologi
• Virus parainfluenza (tipe 1,2, & 3)
• Virus RSV (Respiratory Syncytial Virus)
• Manifestasi Klinis
• Batuk kasar spt menggonggong (barking cough)
• Suara tiupan (brassy)
• Suara serak
• Stridor inspirasi
• Demam ringan
• Ggn pernapasan yg dapat timbul scr lambat atau
cepat
LARINGOTRAKEOBRONKITIS (CROUP)
LARINGOTRAKEOBRONKITIS (CROUP)
Pemeriksaan Radiologi
AP leher : penyempitan
subglotis steeple sign
Pemeriksaan Lab
PCR : mendeteksi virus
parainfluenza dan virus
RSV
Komplikasi :
Pneumonia karena virus
parainfluenza
Pneumonia bakterial
sekunder
Benda asing di traktus respiratorius
Faktor predisposisi:
• Faktor personal (umur, pekerjaan, kondisi sosial, tempat tinggal)
• Kegagalan mekanisme proteksi normal (tidur, kesadaran , epilepsi,
alkoholisme)
• Kelainan dan penyakit neurologik
• Proses menelan yang belum sempurna pada anak
• Faktor dental, medikal, dan surgikal (tindakan bedah, ekstraksi gigi, belum
tumbuhnya gigi molar pada anak usia < 4 tahun)
• Faktor kejiwaan (emosi, gangguan psikis)
• Ukuran, bentuk, dan sifat benda asing
• Faktor kecerobohan (meletakkannya di mulut, persiapan makanan kurang
baik, tergesa-gesa, makan sambil bermain)
• Memberikan kacang atau permen pada anak yang gigi molarnya belum
lengkap
Patofisiologi:
• Benda asing berada di mulut saat anak tertawa /
menjerit inspirasi laring terbuka benda
asing masuk ke laring benda asing terjepit di
sfingter laring batuk paroksimal tersumbat di
trakea mengi & sianosis.
• Benda asing organik (ex. kacang) bersifat
higroskopik, mudah melunak, mengembang oleh air
iritasi mukosa edema, meradang, jaringan
granulasi gejala sumbatan menghebat
laringotrakeo-bronkitis, toksemia, batuk, demam
ireguler
• Benda asing anorganik, reaksi jaringannya <
• Benda asing dari metal dan tipis gejala batuk
spasmodik
Manifestasi klinis (gejala tergantung benda
asing, derajat sumbatan, sifat, bentuk, dan
ukuran):
• Stadium pertama:
• Batuk hebat tiba-tiba
• Rasa tercekik
• Rasa tersumbat di tenggorokan
• Bicara gagap
• Obstruksi jalan napas
• Stadium kedua:
• Reflex & gejala rangsangan akut Interval asimtomatik
• Stadium ketiga:
• Gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi
batuk, hemoptisis, pneumonia, dan abses paru
• Benda asing di trakea batuk tiba-tiba, serak,
dispnea, sianosis, rasa tersumbat pada tenggorok, dan
gejala patognomik.
• Benda asing di bronkus ada ekspirasi memanjang
dengan mengi, emfisema, atelektasis, drowned lung,
dan abses paru
• Benda asing di orofaring dan hiporing terdapat di
tonsil, dasar lidah, valekula, sinus piriformis yang
menimbulkan rasa nyeri saat menelan.
Pemeriksaan penunjang :
• Pemeriksaan laboratorium darah gangguan keseimbangan
asam basa dan tanda infeksi traktus trakeobronkial
• Pemeriksaan foto leher
• Endoskopi
• Bronkogram
Penatalaksanaan :
• Benda asing di laring
• Anak dengan sumbatan total di laring memegang anak
dengan posisi terbalik, kepala ke bawah, daerah
punggung/tengkuk dipukul
• Heimlich manuver
• Trakeostomi
• Benda asing di trakea
• Bronkoskopi
• Trakeostomi
Komplikasi :
• Bronkus penyakit paru kronik supuratif,
bronkiektasis, abses paru, dan jaringan granulasi
yang menutupi benda asing
• Sumbatan total laring selama > 5 menit pada
dewasa henti jantung dan kerusakan jaringan
otak
Li6: Kelainan pada Laring
Laringitis
Laringitis bakteri
(lokal)
Laringitis Akut
Laringitis viral
(sistemik)
Laringitis Laringitis Kronik
Laringitis
tuberkulosis
Laringitis Spesifik
Laringitis luetika
• Tatalaksana
• Biasanya merupakan self-limiting infection dan akan sembuh setelah beberapa hari
• Terapi mendasar: mengistirahatkan pita suara, menghindari iritan
• Antibiotik (jika parah/persisten/memerlukan suara mereka sebagai profesi)
erythromycin
• Tatalaksana profesional (penyanyi)
• Steroid sistemik
• Antibiotik (lengkap & high-dose) amoxicillin, ampicillin, erythromycin, atau
tetracycline
• Mukolitik
• Mengistirahatkan pita suara
• Hidrasi yang baik
Laringitis kronik
Tatalaksana :
Eksisi
Diseksi