Anda di halaman 1dari 33

OBSTRUKSI BILIARIS

NEONATUS
Kelompok: NADIA UTAMI
NI MADE ARIANI
AYU DEVIKA SARI
NIKEN DAMAYANTI
AYU TRI PELLA
NURUL ANUGRAINI
DINI WULANDARI SUDARSONO
MELLY HANDAYANI RAHMA
MUFIDATUL AGUSTINA RETNO
MUSTIKA ANDAN DWI CHAN SITI KHAIRANI
MUSTIKA SARI TRI LESTARI
LESMARIA YUNITA WIDYA FIITRIANI
SIMANJUNTAK
2.1 DEFINISI

Ostruksi Biliaris adalah suatu kelainan bawaan dimana


terjadi penyumbatan pada saluran empedu sehingga
cairan empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus
untuk dikeluarkan dalam feses (sebagai sterkobilin)
Obstruksi billiarisadalah tersumbatnya salurankandung
empedu karenater bentuknya jaringan fibrosis.
Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang
berfungsi sebagai tempat mengalirnya empedu
yang di produksi hati menuju usus. Jika saluran ini
tersumbat, maka hal ini disebut sebagai obstruksi
biliaris (Sarjadi, 2000).
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran
empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir ke
dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005)
2.2 ETIOLOGI

Penyebab ostruksi biliaris adalah tersumbatnya empedu


sehingga empedu tidak dapat mengalir dalam usus
untuk dikeluarkan (sebagai strekobilin) didalam feses
(Ngastiyah, 2005). Penyebab obstruksi biliaris juga
disebabkan karena kelainan kongenital dan
degenerasi sekunder.
Obstruksi duktus biliaris ini sering ditemukan,
kemungkinan desebabkan:
 Batu empedu

 Karsinoma duktus biliaris

 Karsinoma kaput panksreas

 Radang duktus biliaris komunis yang menyebabkan


striktura
 Ligasi yang tidak sengaja pada duktus biliaris
komunis (Sarjadi, 2000)
Penderita tampak ikterik, akan sangat berat apabila
obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin serum yang
terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine
berwarna gelap (pekat). Biasanya terdapat juga
peningkatan kadar alkalin fosfate serum terutama
transaminase. (Sarjadi,2000)
Apabila terjadi obstruksi biliaris persisten, empedu yang
terbendung dapat mengalami infeksi, menimbulkan
kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu
dalam usus halus mempengaruhi absorpsi lemak dan
zat yang terlarut dalam lemak (misalnya beberapa
jenis vitamin) (Sarjadi,2000).
2.3 PATOFISIOLOGI

Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan


pada dinding misalnya ada tumor, atau penyempitan
karena trauma(iatrogenik). Batu empedu dan cacing
askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan
didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput
pankreas, tumor kandung empedu atau anak sebar
tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale
dapat menekan saluran empedu dari luar menimbulkan
gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo, 1995)
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai
penyebab sumbatan antara lain kista koledokus, abses
amuba pada lokasi tertentu, di ventrikel duodenum dan
striktur sfingter papila vater. (Reskoprojo,1995)
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya
saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai
strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung
jawab atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan
obstruksi empedu. Penyebab gatal (pruritus) yang
berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas.
Sebagian percaya mungkin berhubungan dengan
akumulasi asam empedu di kulit. Lain menyarankan
mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid endogen
(Judarwanto,2009).
Kemungkinan penyebab saluran empedu tersumbat
meliputi:
1. Kista dari saluran empedu
2. Lymp node Diperbesar dalam porta hepatis
3. Batu empedu
4. Peradangan dari saluran-saluran empedu
5. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung
empedu
6. Tumor dari saluran-saluran empedu atau pankreas
7. tumor yang telah menyebar ke sistem empedu
(Zieve David,2009)
2.4 KLASIFIKASI

Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan, meliputi :


1. Penyakit duktus biliaris intrahepatik :
 Atresia biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau
tidak berkembang secara normal.
 Sirosis biliaris primer
Secara histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat
dan sering timbul granuloma.
 Kolangitis sklerosing
 Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan
dengan obat-obatan short-acting. (Sarjadi,2000)
2. Obstruksi biliaris akut

Obtruksi biliaris akut duktus biliaris umumnya


disebabkan oleh batu empedu. Secara klinis akan
menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila
kemudian sering terjadi infeksi pada traktus biliaris,
duktus akan meradang (kolangitis) dan timbul
demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses
hepar.
Obstruksi biliaris yang berulang akan menimbulkan
fibrosis traktus portal dan regenerasi noduler sel hepar.
Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.
(Sarjadi,2000).
2.5 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

 Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan bilirubin)


 Pemeriksaan darah dilakukan dengan pemeriksaan
fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar
bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan
albumin, SGOT,SGPT, alkali fosfatase, GGT dan
faktor pembekuan darah
 Rontgen perut (tampak hati membesar)
 Kolangiogram atau kolangiografi intraoperatif
 Yaitu dengan memasukkan cairan tertentu ke jaringan
empedu untuk mengetahui kondisi saluran empedu.
 Breath Test
Dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam
memetabolisir sejumlah obat.
 USG

Menggunakan gelombang suara untuk


menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran
empedu.
 Imaging Radionuklida (radioisotop)
 Skrening hati
Penggambaran radionuklida yang menggunakan
subtansi radioaktif yang diikat oleh sel-sel hati.
 Koleskintigrafi

Mengetahui peradangan akut dari kandung kemih


 CT Scan

Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus


(tersebar) seperti kelemahan hati dan jaringan hati
yang menebal secara abnormal
 Kolangiopankreatografi Endoskopik Retrograd
 Foto rontgen sederhana

Menunjukkan batu empedu yang berkapur


 Pemeriksaan biopsi hati

 Laparotomi
 Kolangiografi operatif
 Kolangiografi Transhepatik Perkutaneus
 MRI
2.6 PENCEGAHAN

Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga


mendapatkan prompt diagnosis dan pengobatan jika
saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri
tidak dapat dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
Dalam hal ini bidan dapat memberikan pendidikan
kesehatan pada orang tua untuk mengantisipasi
setiap faktor resiko terjadinya obstruksi biliaris
(penyumbatan saluran empedu) dengan keadaan
fisik yang memnunjukkan anak tampak ikterik, feses
pucat dan urine berwarna gelap (pekat).
(Sarjadi.2000)
2.7 KOMPLIKASI

 Demam
 Nafsu makan berkurang
 Sulit buang air besar
2.8 TANDA DAN GEJALA

 Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir


minggu pertama yakni bayi ikterus.
 Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-
abuan dan liat seperti dempul (berwarna putih ke
abu-abuan).
 Urine menjadi lebih tua karena mengandung
urobilinogen
 Perut sakit di sisi kanan atas
 Demam
 Mual dan muntah (Zieve David,2009)
 Terjadi hepatomegal
2.9 PENATALAKSANAAN

 Medis
Penatalaksanaan medisnya dengan tindakan operasi.
(Ngastiyah,2005)
Kuning pada obstirksi biliaris berbeda dengan kuning
(ikterik) fisiologis pada bayi baru lahir pada
umumnya. Ynang dapat membedakan dengan
mudah yakni feses pada bayi obstruksi seperti
dempul ( putih ke abu-abuan.)
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan
obstruksi biliaris bertujuan untuk menghilangkan
penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu.
Tindakan tersebut dapat berupa tindakan
pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi
tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan
sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui
papila vater atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo,
1995)
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan
untuk menghilangkan penyebab sumbatan, dilakukan
tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang
terhambat dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan
keluar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa
naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau
kolesistostomi
Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat
pintasan bilio digestif. Drenase interna ini dapat
berupa kelesisto-jejunostomi, koledoko-
duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-
jejunustomi. (Reksoprodjo, 1995).
Penanganan drenase bersifat sementara ( bertahan
hanya sementara). Pada penanganan dernase
memiliki factor resiko seperti infeksi.
Prognosis bayi yang melakukan operasi
obstruksi biliaris yakni 16%, dan 6,3% dapat
sembuh
 Asuhan kebidanan
a. Mempertahankan kesehatan bayi (pemberian
makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan,
serta menghindarkan kontak infeksi).
b. Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa
keadaan kuning pada bayi berbeda dengan bayi
lain yang kuning akibat hiperbilirubin biasa yang
hanya dapat dengan terapi sinar atau terapi lain.
(Ngastiyah,2005)
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai