Anda di halaman 1dari 21

05/01/2018

Pengantar, Epidemiologi, dan


Program Pemberantasan Penyakit
Tropis di Indonesia

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin
Kelompok 1

Zakirah Ummu Aiman (C12115012)

Hasni (C12115024)

Hasdita (C12115036)

Suciaty safitri Basrum (C12115309)

Nur Hikma (C12115322)

Deka khusnul Ainiyah (C12115509)

Anna Christy Wiladida (C12115702)


Pengantar Epidemiologi

SegitigaEpidemiologi (Epidemiologi Triangle)


Fisik Lingkungan Nonfisik

1) Keadaan geografis 1) Sosial (pendidikan, pekerjaan),


2) Kelembaban udara 2) Budaya (adat,)
3) Temperatur 3) Ekonomi
4) Lingkungan tempat tinggal 4) Politik

Agen Pejamu

1) Umur
Bahan kimia, mekanik, stress
2) Jenis kelamin
(psikologis), atau biologis. Penyakit
3) Pekerjaan
menular biasanya disebabkan oleh
4) Keturunan
agen biologis seperti infeksi bakteri,
5) Ras
virus, parasite, atau jamur
6) Gaya hidup
Metode Penularan Penyakit Pencegahan dan Penaggulangan
Penyakit Menular

1. Kontak langsung
Dengan cara menghentikan kontak
agen penyebab penyakit dengan
pejamu.
2. Udara

3. Makanan dan minuman Memutus rantai penularan

4. Vektor
Epidemiologi Penyakit Tropis dan
Program Pemberantasannya
1. Difteri
 Biasanya muncul 2 sampai 5 hari setelah
terinfeksi bakteri Corynebacterium
diphtheriae.

 Umumnya menyerang tonsil, faring,


laring dan kadang kulit.

 Gejala berkisar dari gejala ringan seperti


nyeri menelan sampai berat yang
mengancam jiwa, seperti difteri laring
atau saluran nafas atas dan bawah.

 5-10 % pasien difteri meninggal, meski


telah mendapat pengobatan.
Lanjutan

Epidemiologi Difteri

 Penyakit difteri umumnya menyerang anak-anak usia 1-10 tahun.

 Jumlah kasus difteri pada tahun 2013 sebanyak 778 kasus dengan jumlah kasus
meninggal sebanyak 39 kasus.

 Dari 19 provinsi yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di
Jawa Timur yaitu sebanyak 610 kasus (78,4%).

 Dari seluruh kasus tersebut, hampir setengah di antaranya (47,8%) terjadi pada
penderita yang tidak mendapatkan vaksin DPT
(KEMENKES, 2013)
Lanjutan

Program Pemberantasan Difteri

 Melakukan Surveilans Epidemiologi (SE)

 Penyelidikan epidemiologis

 Pemeriksaan swab tenggorokan specimen setiap orang yang kontak dengan


penderita perlu diambil dan diperiksa di labolatorium untuk mencari
kemungkinan tertular.

 Pemberian obat profilaksis. Semua orang yang kontak dengan penderita


perlu diberi antibiotic (Eritromisin 250 mg 3 kali sehari)

(Widoyono, 2011)
2. HIV/AIDS

 Acquired immune deficiency syndrome


(AIDS) adalah suatu kumpulan gejala
penyakit kerusakan system kekebalan
tubuh.

 Disebabkan oleh Human Immunodeficiency


Virus (HIV).

 Insidens penularan HIV tertinggi dapat


dijumpai pada para homoseksual/biseksual,
heteroseksual, penderita transfuse darah,
penderita hemofilia, penggunaan jarum
suntik, serta melalui infeksi perinatal pada
86% kasus, transmisi terjadi melalui kontak
heteroseksual

(Kunoli F. J., 2013)


Lanjutan

Epidemiologi HIV/AIDS

 HIV AIDS pertama kali ditemukan di Provinsi Bali pada tahun 1987.

 Hingga saat ini HIV AIDS sudah menyebar di 407 dari 507 kabupaten/kota
(80%) di seluruh provinsi di Indonesia.

 Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 36,7 juta (34 juta - 39,8 juta) orang hidup
dengan HIV, meningkat sebanyak 3,4 juta dibandingkan tahun 2010.

 Sebanyak 2,1 juta di antaranya merupakan kasus baru HIV.

 Namun, dalam laporan yang sama terjadi penurunan kematian, WHO mencatat
sejak AIDS ditemukan hingga akhir 2015 terdapat 34 juta orang meninggal dan
di tahun 2015 tercatat sebesar 1,1 juta orang meninggal terkait dengan AIDS,
menurun dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 1,5 juta kematian
Lanjutan

Program Pencegahan HIV/AIDS


1) Peningkatan upaya pencegahan  80% populasi yang paling
Target: berisiko, terjangkau oleh
2) Peningkatan jumlah dan mutu program pencegahan yang
komprehensif.

Kegiatan yang dilakukan sesuai  Perubahan perilaku pada 60%


dengan yang tercantum dalam SPM populasi paling berisiko.
(standar pelayanan minimal) yang
sudah ditetapkan oleh KPAN,  80% dari mereka yang
meliputi : menerima pengobatan dengan
 Behavioral change Kegiatan ARV.
communication (BCC) atau
komunikasi perubahan perilaku.  Lingkungan yang
 Promosi pemakaian memberdayakan (peran civil
kondom100% society dan menghilangkan
 Klinik IMS stigma dan diskriminasi)
 Harm education
 Komunikasi public
3. Varicella

 Penyakit ini disebut jugan dengan


Chiciken Pox, cacat air, atau Varisela
Zoster.

 Infeksi virus akut yang ditandai


dengan adanya vesikel pada kulit
yang sangat menular.

 Varisela ditularkan melalui kontak


langsung (cairan vesikel) dan
droplet.

 Suatu laporan KLB di rumah sakit


di Amerika menyatakan adanya
penyebaran melalui udara.
Lanjutan

Epidemiologi Varicella

 Infeksi penyakit ini menyerang semua usia termasuk neonates dengan


puncak insidensi pada usia 5-9 tahun.

 90 % pasien varisela berusia kurang dari 10 tahun. Di Amerika Serikat


sekitar 90% penduduk dewasa mempunyai kekebalan tubuh terhadap
varisela.

 Di Amerika Serikat rata-rata kematian adalah 2 per 100.000 penduduk, tetapi


meningkat sampai 30 per 100.000 pada orang dewasa, kematian biasanya
terjadi karena adanya komplikasi.

 Mortalitas kasus dengan komplikasi cukup tinggi yaitu5-25% penderita.


Lanjutan

Program Pencegahan Varicella

1. Imunisasi aktif

Memberikan vaksin varisela yang dilemahkan (live attenuated) yang


berasal dari OKA Strain dengan efek imunogenisitas tinggi dan tingkat
proteksi cukup tinggi berkisar 71-100% serta mungkin lebih lama.

2. Imunisasi pasif

memberikan Zoster Imun Globulin (ZIG) dan Zoster Imun Plasma (ZIP).
Zoster Imun Globulin (ZIG) adalah suatu globulin-gama dengan titer
antibody yang tinggi dan yang didapatkan dari penderita yang telah sembuh
dari infeksi herpes zoster.
4. Filariasis

 Biasa dikenal dengan penyakit kaki gajah


merupakan penyakit yang disebabkan oleh
Wuchereria Bancrofti (Filariasis Bancrofti),
Bulgaria Malayi (Filariasis Malayi) dan
Bulgaria Timori (Filariasis Timorean).
(Kunoli F. J., 2013).

 Infeksi cacing ini hidup di saluran getah


bening.

 Anak cacing yang disebut mikrofilaria


hidup dalam dalam dan dapat ditemukan
pada darah tepi malam hari.

 Semua spesies tersebut terdapat di


Indonesia, namun lebih dari 70% kasus
filariasis di Indonesia disebabkan oleh
Bulgaria Malayi.
Lanjutan

Epidemiologi Filariasis

 Di Indonesia sampai saat ini dilaporkan lebih dari 14.932 penderita kasus
kronis yang tersebar 418 kabupaten/kota di 34 provinsi.

 Hasil kumulatif kasus filariasis kronis dari tahun 2002-2014 menunjukan


bahwa Nusa Tenggara Timur ada posisi tertinggi dengan jumlah kasus 3.175
di 20 kabupaten.

(Kemenkes, 2016)
Lanjutan

Program Pencegahan Filariasis

1. Pengobatan massal
Pengobatan tersebut meliputi pemberian DC Invermactin atau Albenzol
yang diberikan setahun sekali.

2. Pengendalian vector
Pengendalian vector dilakukan dengan pemberantasan tempat
perkembangbiakan nyamuk.

3. Peran serta masyarakat


Ikut serta masyarakat dalam pemeriksaan darah, bersedia minum obat anti
filariasis secara teratur dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas,
memberitahukan petugas kesehatan bila menemukan orang dengan filariasis
dan bersedia bergotong-royong membersihkan sarang nyamuk.

(Kunoli F. J., 2013)


4. Diare

 Diare / mencret didefinisikan sebagai buang


air besar dengan feses tidak berbentuk
(unformed stools) atau cair dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam.

 Bila diare berlangsung kurang dari 2


minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila
diare berlangsung 2 minggu atau lebih, di
golongkan pada diare kronik.

 Feses dapat dengan atau tanpa lender, darah,


atau pus. Gejala penyerta diare berupa
mual, muntah, nyeri abdominal, mulas,
tenesmus, demam, dan tanda-tanda
dehidrasi

(Amin, 2015).
Lanjutan

Epidemiologi Diare

 Menurut Riskesdas 2013, insiden diare berdasarkan gejala pada seluruh


kelompok umur sebesar 3,5% , dan insiden diare pada balita sebsar 6,7%.

 Periode prevalence diare pada seluruh kelompok umur berdasarkan gejala


sebesar 7% dan pada balita sebesar 10,2%.

 Jumlah penderita KLB diare tahun 2013 menurun secara signifikan


dibandingkan tahun 2012 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada tahun
2013.

 KLB diare pada tahun 2013 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak
di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus.

 Angka kematian (CFR) akibat KLB diare tertinggi terjadi di Sumatera Utara
yaitu sebsar 11,76%

(KEMENKES, 2013).
Lanjutan

Program Pencegahan Diare

1. Menggunakan air bersih.

2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan


sebagian besar kuman penyakit.

3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah


makan, dan sesudah buang air besar (BAB).

4. Memberikan ASI pada anak sampai usia 2 tahun.

5. Menggunakan jamban yang sehat.

6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar .

7. Menjaga kebesihan lingkungan (WC dan SPAL).

(Kunoli F. J., 2013)


Sekian 

Anda mungkin juga menyukai