INSOMNIA
Disusun Oleh:
Tirza Sosanta, S.Ked
FAB 118 033
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium,
lalu diikuti oleh fase REM.
FISIOLOGI TIDUR
5
Suprachiasmatic Nucleus
(SCN) akan mengeluarkan
neurotransmitter yang akan
mempengaruhi pengeluaran
berbagai hormon pengatur
suhu tubuh, kortisol, growth
hormon, yang memegang
peranan untuk proses bangun
dan tidur.
FISIOLOGI TIDUR
6
INSOMNIA
7
FAKTOR RISIKO
Wanita
Stres
Obat-obatan
Kondisi Medis
Perubahan Lingkungan
8
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi insomnia
lebih tinggi pada
wanita dan lansia
(>60 tahun)
Berdasarkan waktu,
insomnia diklasifikasikan Akut 1-4 minggu / < 1 bulan
menjadi 3 tipe, yaitu:
Kronik ≥ 1 bulan
11
KLASIFIKASI
Berdasarkan kriteria diagnostik klinik dan perkiraan etiologi, yaitu:
12
KLASIFIKASI
Insomnia Primer
13
DIAGNOSIS
14
DIAGNOSIS
15
INSOMNIA SEVERITY INDEX (ISI)
16
TATALAKSANA
Benzodiazepine
FARMAKOLOGI
Non Benzodiazepine
Terdapat beberapa pertimbangan dalam
memberikan pengobatan insomnia:
Miscellaneous Sleep Promoting Agent
(1) Memberi efek samping yang minimal
(2) Mempunyai onset yang cepat dalam
mempersingkat proses memulai tidur
(3) Lama kerja obat tidak mengganggu
aktivitas di siang hari
17
TATALAKSANA
18
TATALAKSANA
Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari
cognitive dan behavioral therapy
SLEEP HYGINE
STIMULUS CONTROL
SLEEP RESTRICTION
Tujuan: Untuk Tujuan: Tujuan: Untuk
menyesuaikan Penderita meningkatkan
onset tidur menggunakan dan merubah
dengan tempat tempat tidur cara hidup dan
tidur hanya waktu lingkungan
tidur dan dapat penderita
memperpanjang
waktu tidur
COGNITIVE THERAPY
Tujuan: Untuk mengubah pola pikir, pemahaman penderita
yang salah tentang sebab dan akibat insomnia
19
PROGNOSIS
20
PENUTUP
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed: Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher, 2010.
2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2-International Classification of Sleep Disorders. American Academy of Sleep
Medicine Diagnostic and Coding Manual. Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, III: American Academy of Sleep
Medicine: 2005.
3. Zeidler MR. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis, 2011.
4. Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri. Ed 6. Jakarta: EGC, 2004.
5. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Admajaya. 2001.
6. Prayitno A. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti. J Kedokter Trisakti, 2002; 21(1):24-6
7. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Five Edition (DSM-V). Washington DC. American Psychiatric
Association, 2013.
8. Lydia S. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Insomnia di Poliklinik Saraf RS DR. M. Djamil Padang. Artikel Penelitian.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2005; 4(3):952
9. Morin CM. Insomnia Severity Index. Universitas Laval. url: http//www.myhealth.va.gov
9. Driver H, Gottschalk R, Hussain M, Morin CM, Saphiro C, et al. Insomnia in Adults and Children. Joli Joco Publications Inc,
2012.
11. Kumari R, Gupta RK, Langer B, Singh B, Akhtar N, et al. Insomnia and Its Associated Factor: A Cross-Sectional Study in Rural
Adults of North India. Research Article. 2018;7(10):800.
12. Berry RD. Insomnia. Fundamentals of Sleep Medicine. Philadelphia. Elsevier Saunder; 2014. p. 481-512.
13. Finan PH, Smith MT. The Cormobidity of Insomnia, Chronic Pain, and Depression: Dopamine as Putative Mechanism. Elsevier
Sleep Medicine Reviews. 2013;17:173-83.
14. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 5th Ed. American Psychiatric
Publishing, 2013.
15. American Academy of Sleep Medicine. The International Classification of Sleep Dissorder (ICSD3). 3rd Ed. Drien, IL: American
Academy of Sleep Medicine, 2014.
22
23