Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

INSOMNIA
Disusun Oleh:
Tirza Sosanta, S.Ked
FAB 118 033

Pembimbing : dr. Hotma Marintan, Sp. KJ


dr. Dini Mirsanti, Sp.KJ

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Ilmu Kesehatan Jiwa RSUD dr. Doris Sylvanus
2019
1
PENDAHULUAN
2

Insomnia adalah gejala kelainan


tidur berupa kesulitan berulang
untuk tidur atau mempertahankan
tidur walaupun ada kesempatan
untuk tidur

Sekitar 1/3 orang dewasa


mengalami kesulitan memulai
tidur dan atau mempertahankan
tidur dalam setahun, dengan
17% diantaranya mengakibatkan
gangguan kualitas hidup
FISIOLOGI TIDUR
3

Tidur • Tipe Non Rapid Eye


Movement (NREM)
dibagi
menjadi 2 • Tipe Rapid Eye
tipe, yaitu: Movement (REM)
FISIOLOGI TIDUR
4

Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium,
lalu diikuti oleh fase REM.
FISIOLOGI TIDUR
5

Suprachiasmatic Nucleus
(SCN) akan mengeluarkan
neurotransmitter yang akan
mempengaruhi pengeluaran
berbagai hormon pengatur
suhu tubuh, kortisol, growth
hormon, yang memegang
peranan untuk proses bangun
dan tidur.
FISIOLOGI TIDUR
6
INSOMNIA

Insomnia didefinisikan sebagai


kesulitan untuk memulai atau mempertahankan tidur.

7
FAKTOR RISIKO
Wanita

Usia > 60 tahun

Stres

Kecemasan dan Depresi

Kafein, Nikotin dan Alkohol

Obat-obatan

Kondisi Medis

Perubahan Lingkungan

8
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi insomnia
lebih tinggi pada
wanita dan lansia
(>60 tahun)

Wanita lebih sering


1,5 kali menderita
insomnia,
dibandingkan pria
9
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi belum dapat
dijelaskan secara pasti

Penurunan dorongan tidur


Insomnia dapat
pada pasien insomnia
dihubungkan dengan
dikaitkan dengan
hipotesis peningkatan
penurunan aktivitas
aurosal
gelombang delta

Hiperaurosal pada pasien Arousal dikaitkan dengan


insomnia menunjukkan struktur yang memicu
peningkatan frekuensi kesiagaan di ARAS yang
gelombang beta pada EEG berinteraksi dengan pusat
selama tidur NREM pemicu tidur di otak 10
KLASIFIKASI

Transient  < 1 minggu

Berdasarkan waktu,
insomnia diklasifikasikan Akut  1-4 minggu / < 1 bulan
menjadi 3 tipe, yaitu:

Kronik  ≥ 1 bulan

11
KLASIFIKASI
Berdasarkan kriteria diagnostik klinik dan perkiraan etiologi, yaitu:

Gangguan Tidur Primer Gangguan Tidur berdasarkan Gangguan Tidur dicetuskan


(Disomnia dan Parasomnia) Gangguan Medis Umum Zat

• Insomnia Primer • Neoplasma • Terkait toleransi atau putus


• Hipersomnia Primer • Lesi vaskular obat sedatif
• Narkolepsi • Degeneratif • Alkohol
• Gangguan Tidur terkait • Traumatik • Nikotin
Pernapasan
• Gangguan Tidur Irama
Sirkadian

• Gangguan Mimpi Buruk


• Gangguan Teror Tidur
• Gangguan Tidur Berjalan

12
KLASIFIKASI
Insomnia Primer

• Insomnia primer didiagnosis jika keluhan utama


adalah tidur yang tidak bersifat menyegarkan atau
kesulitan memulai atau mempertahankan tidur
dan keluhan ini berlangsung sedikitnya satu bulan

• Istilah primer menunjukkan bahwa insomnia


bebas dari adanya gangguan fisik atau psikologis

• Pasien dengan insomnia primer secara umum


memiliki preokupasi mengenai tidur cukup.
Semakin mereka mencoba untuk tidur, semakin
besar rasa frustasi dan penderitaan, maka semakin
sulit untuk tidur

13
DIAGNOSIS

14
DIAGNOSIS

15
INSOMNIA SEVERITY INDEX (ISI)

16
TATALAKSANA
Benzodiazepine
FARMAKOLOGI
Non Benzodiazepine
Terdapat beberapa pertimbangan dalam
memberikan pengobatan insomnia:
Miscellaneous Sleep Promoting Agent
(1) Memberi efek samping yang minimal
(2) Mempunyai onset yang cepat dalam
mempersingkat proses memulai tidur
(3) Lama kerja obat tidak mengganggu
aktivitas di siang hari

Obat tidur hanya digunakan dalam


waktu singkat, yaitu 2-4 minggu

17
TATALAKSANA

18
TATALAKSANA
Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari
cognitive dan behavioral therapy

SLEEP HYGINE
STIMULUS CONTROL

SLEEP RESTRICTION
Tujuan: Untuk Tujuan: Tujuan: Untuk
menyesuaikan Penderita meningkatkan
onset tidur menggunakan dan merubah
dengan tempat tempat tidur cara hidup dan
tidur hanya waktu lingkungan
tidur dan dapat penderita
memperpanjang
waktu tidur
COGNITIVE THERAPY
Tujuan: Untuk mengubah pola pikir, pemahaman penderita
yang salah tentang sebab dan akibat insomnia
19
PROGNOSIS

Prognosis pada umumnya


baik, dengan pemberian
terapi yang adekuat.
Prognosis akan menjadi
lebih buruk apabila
gangguan ini disertai
dengan adanya skizofrenia

20
PENUTUP

Insomnia merupakan kesulitan untuk masuk tidur, kesulitan dalam


mempertahankan tidur atau tidak cukup tidur. Insomnia merupakan gangguan
fisiologis yang cukup serius, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat
mempengaruhi kinerja dari kehidupan sehari-hari.

Insomnia dapat ditatalaksana dengan farmakologi dan non farmakologi


bergantung pada jenis dan penyebab insomnia.
Obat-obatan yang biasa digunakan berupa golongan benzodiazepine maupun
non benzodiazepine. Sedangkan non farmakologis berupa terapi tingkah laku,
pengaturan gaya hidup maupun pengaturan jadwal tidur.

21
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ. Kaplan dan Sadock Sinopsis Psikiatri. Ed: Wiguna, I Made. Tangerang: Bina Rupa Aksara Publisher, 2010.
2. American Academy of Sleep Medicine. ICSD2-International Classification of Sleep Disorders. American Academy of Sleep
Medicine Diagnostic and Coding Manual. Diagnostik dan Coding Manual. 2nd. 2. Westchester, III: American Academy of Sleep
Medicine: 2005.
3. Zeidler MR. Insomnia. Editor: Selim R Benbadis, 2011.
4. Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri. Ed 6. Jakarta: EGC, 2004.
5. Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Admajaya. 2001.
6. Prayitno A. Gangguan Pola Tidur pada Kelompok Usia Lanjut dan Penatalaksanaannya. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti. J Kedokter Trisakti, 2002; 21(1):24-6
7. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Five Edition (DSM-V). Washington DC. American Psychiatric
Association, 2013.
8. Lydia S. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Insomnia di Poliklinik Saraf RS DR. M. Djamil Padang. Artikel Penelitian.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2005; 4(3):952
9. Morin CM. Insomnia Severity Index. Universitas Laval. url: http//www.myhealth.va.gov
9. Driver H, Gottschalk R, Hussain M, Morin CM, Saphiro C, et al. Insomnia in Adults and Children. Joli Joco Publications Inc,
2012.
11. Kumari R, Gupta RK, Langer B, Singh B, Akhtar N, et al. Insomnia and Its Associated Factor: A Cross-Sectional Study in Rural
Adults of North India. Research Article. 2018;7(10):800.
12. Berry RD. Insomnia. Fundamentals of Sleep Medicine. Philadelphia. Elsevier Saunder; 2014. p. 481-512.
13. Finan PH, Smith MT. The Cormobidity of Insomnia, Chronic Pain, and Depression: Dopamine as Putative Mechanism. Elsevier
Sleep Medicine Reviews. 2013;17:173-83.
14. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders. 5th Ed. American Psychiatric
Publishing, 2013.
15. American Academy of Sleep Medicine. The International Classification of Sleep Dissorder (ICSD3). 3rd Ed. Drien, IL: American
Academy of Sleep Medicine, 2014.

22
23

Anda mungkin juga menyukai