Anda di halaman 1dari 28

HUKUM BISNIS

HUKUM
PERIKATAN DAN
PERJANJIAN

Disusun oleh:
Alvian Cuna Rianzi
Bagas Septiaji
Yuniar Dwi S
Tiara Aspra Lilian
Regita Luthfiyya K
HUKUM PERIKATAN DAN
PERJANJIAN

 Hukum perikatan berasal dari bahasa belanda “ verbintenis”


yaitu :hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang
terletak dalam harta kekayaan, dengan pihak yang berhak atas
prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu.
 Hukum perjanjian berasal dari bahasa belanda “
overeenkomstenrecht” yaitu : suatu peristiwa dimana pihak
yang satu berjanji kepada pihak yang lain untuk melakukan
suatu hal.
A. Dasar Hukum Perikatan

Dari perjanjian ini timbul hubungan hukum kedua belah pihak yang
dinamakan perikatan. Jadi perjanjian menimbulkan perikatan.
Perikatan timbul dari :
1. Persetujuan atau perjanjian
2. Perbuatan yang melanggar hukum
3. Pengurusan kepentingan orang lain yang tidak berdasarkan
persetujuan
Sumber-sumber perikatan menurut Buku III KUH Perdata yaitu
1. Perikatan timbul dari perjanjian ( persetujuan)
2. Perikatan timbul dari undang-undang (Karena undang-undang
semata ( pasal 104 KUH dan pasal 625 KUH perdata))
3. Bukan karena perjanjian, terjadi karena perbuatan melanggar
hukum ( onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela
(zaakwarneming)
4. Yurisprudensi
5. Hukum tertulis dan hukum tidak tertulis ( hukum adat)
6. Hukum pengetahuan alam
B. Macam-Macam Perikatan Menurut Kitab
Undang-Undang
1. Perikatan bersyarat
Suatu peristiwa yang masih akan terjadi dan belum pasti terjadinya,
baik dengan menangguhkan pelaksanaan perikatan hingga terjadi
peristiwa, maupun dengan membatalkan perikatan karena terjadi
atau tidak terjadinya peristiwa tersebut ( Pasal 1252 KUHPer) . Dari
ketentuan pasal ( 1253 KUHPer) dapat dibedakan 2 perikatan
bersyarat yaitu:
a. Perikatan dengan syarat tangguh
b. Perikatan dengan syarta batal
2. Perikatan dengan ketepatan waktu
Suatu ketetapan waktu tidak, menangguhkan perikatan,
melainkan hanya menangguhkan pelaksanaanya ( Pasal 1268
KUHPer)
3. Perikatan manasuka
Tentang perikatan-perikatan manasuka debitur dibebaskan jika ia
menyerahkan salah satu dari dua barang yang kreditur untuk
menerima kreditur untuk sebagian dari barang yang satu dan
sebagian dari barang yang lainnya ( Pasal 1272 KUHPer).

4. Perikatan Tanggung Menanggung


Dalam hal ini setiap kreditur brhak atas pemenuhan prestasi sluruh
hutang dan jika prestasi tersebut sudah dipenuhi, debitur
dibebaskan dari hutangnya dan perikatan hapus (pasal 1278
KUHPer). Pada dasarnya perikatan tanggung menanggung meliputi:
a. Perikatan tanggung menanggung aktif
b. Perikatan tanggung menanggung pasif
5. Perikatan yang dapat dan tidak dapat di bagi
Tak seorang debitur pun dapat memaksa kreditur menerima
pembayaran hutangnya sebagian demi sebagiannya, mskipun hutang
itu dapat di bagi. Jadi sifat dapat atau tidak dapat di bagi di dasarkan
pada
 Sifat benda yang menjadi obyek perikatan
 Maksut perikatanya , apakah itu dapat di bagi atau tidak dapat di
bagi
6. Perikatan dengan hukuman
Pasal 1304 KUHper “anacaman hukuman itu ialah untuk
melakukan sesuatu apabila perikatan tidak di penuhi, sedanngkan
penetapan hukuman itu adalah sebagai ganti kerugian karena tidak
di penuhi prestasi (pasal 1307 KUHper)
C. Macam-Macam Perikatan Menurut Ilmu
Pengetahuan Hukum Perdata

Hukum perdata

Menurut mulai
Menurut isi dari Menurut
berlakunya dan
pada prestasinya subyeknya
berakhirnya
Menurut isi dari pada prestasinya ,dibedakan menjadi
a.Perikatan positif dan perikatan negatif
Perikatan positif adalah perikatan yang prestasinya berupa
perbuatan positif yaitu memberi sesuatu dan berbuat sesuatu,
perikatan negatif adalah perikatan yang prestasinya berupa
sesuatu yang negatif yaitu tidak berbuat sesuatu
b.Perikatan sepintas lalu dan berkelanjutan
Perikatan yang pemenuhan prestasinya cukup hanya
dilakukan dengan satu perbuatan saja dalam waktu yang
singkat tujuan perikatan telah tercapai
c. Perikatan alternatif
Perikatan dimana debitur dibebaskan untuk memenuhi satu
dari dua atau lebih prestasi yang disebutkan dalam perjanjian
d. Perikatan fakultatif
Perikatan yang hanya mempunyai satu objek prestasi
e. Perikatan generik dan spesifik
Perikatan generik yaitu perikatan diamna obyeknya hanya
ditentukan jenis dan jumlah barang yang harus diserahkan
sedangkan perikatan spesifik yaitu perikatan dimana obyeknya
ditentukan secara terinci sehingga tampak ciri-ciri khususnya
f. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi
Perikatan yanng prestasinya dibagi , pembagian mana tidak boleh
mengurangi hakikat prestasi itu sebaliknya prestasinya tidak dapat
dibagi
Menurut subyeknya,dibedakan menjadi
a. Perikatan tanggung-menanggung
perikatan dimana debitur dan kreditur terdiri darii
beberapa orang
b. Perikatan pokok dan tambahan.
perikatan antar debitur dan kreditur yang terdiri tanpa
tergantung kepada adanya perikatan lain.
Menurut mulai berlakunya dan berakhirnya,dibedakan :
a. Perikatan bersyarat
perikatan yang lahirnya maupun berakhirnya (batalnya)
digantungkan pada suatu peristiwa yang belum dan tidak terjadi
b. Perikatan dengan ketetapan waktu
perikatan yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai pada
waktu yang ditentukan yang pasti akan tiba.
D. Azas-Azas Dalam Hukum Perjanjian

 Dalam KUHPer azas-azas dalam perjanjian meliputi azas


berkontrak dan azas konsesualisme. Khususnya Pasal 1338
dinyatakan bahwa segala sesuatu perjanjian dibuat secara sah
oleh para pihak dan berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Dalam azas kontrak perjanjian yang
dibuat tidak boleh ada unsur paksaan dari pihak manapun.
Sedangkan azas konsensualisme menyatakan perjanjian lahir
pada saat tercapinya kata sepakat antara para pihak mengenai
hal-hal yang pokok dan tidak memerlukan sesautu formalitas.
Menurut pasal 1320 KUHper, perjanjian dikatakan sah jika
memenuhi empat syarat yaitu

1. Kata sepakat antara pihak yang mengikat dirinya.


2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian. Cakap menurut hukum
adalah dewasa,akal sehat.
3. Mengenai suatu hal tertentu. Perjanjian yang dibuat oleh para
pihak harus jelas dan rinci mengenai apa yang di perjanjikan, hal
ini untuk menghindarkan dari ketidakjelasan isi perjanjian
tersebut dengan menghindarkan diri dari perselisihan di kemudian
hari diantara pihak. Termasuk hak dan kewajiban masing-masing
para pihak harus jelas.
4. Suatu sebab yang halal. Halal disini diperbolehkan menurut
hukum , memenuhi kesusilaan , dan tidak mengganggu ketertiban
umum berarti tidak memperjanjian sesuatu yang tidak
diperbolehkan hukum.
 Sumber-sumber lain menyatakan ada 7 azas hukum perjanjian
yang merupakan azas umum yang harus diperhatikan oleh
setiap pihak yang terlibat:
1. Azas sistem terbuka hukum perjanjian. Artinya ketentuan-
ketentuan hukum perjanjian yang termuat didalam Buku III
KUHPer hanya merupakan hukum pelengkap yang bersifat
melengkapi
2. Azas konsensualisme. Isyarat bahwa pada dasarnya setiap
perjanjian yang dibuat lahir sejak adanya
konsensus/kesepakatan dari pihak yang membuat perjanjian.
3. Azas personalitas. Setiap pihak yang membuat perjanjian
tersebut untuk kepentingannya sendiri atau kata lain tidak
untuk kepentingan pihak lain.
4. Azas itikad baik. Perjanjian itikad baik mempunyai 2 arti yaitu :
a. Perjanjian yang harus dibuat harus memperhatikan norma-norma
kepatutan dan kesusilaan.
b. Perjanjian yang dibuat harus didasari oleh suasana batin yang memiliki
itikad baik
5. Asas pacta sunt servada. Asas ini tercantum didalam pasal 1338 ayat 1
KUHPer yang isinya “ semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
6. Azas force majeur. Asas ini memberikan kebebasan bagi debitur dari
segala kewajibannya untuk membayar ganti rugi akibat tidak terlaksannya
perjanjian karena suatu sebab yang memaksa
7. Azas axeptio non adiempletie contractus. Asas ini merupakan suatu
pembelaan bagi debitur untuk dibebaskan dari kewajiban membayar dengan
alasan ganti rugi akibat tidak dipenuhinya perjanjian, dengan alasan bahwa
krediturpun telah melakukan suatu kelalaian.
F. Pengingkaran Perjanjian Dan
Akibat-akibatnya
Bentuk-bentuk wanprestasi bisa berupa 4 kategori ,yaitu:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
2. Melakukan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana
telah dijanjikan
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukannya.
Akibat-akibat dari wanprestasi, dapat digolongkan menjadi 3
kategori:
1. Membayar kerugian atau ganti rugi.
ganti rugi sering diperinci melalui 3 unsur yaitu;
• Biaya
• Rugi
• Bunga
2. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
bertujuan membawa kedua belah pihak kembali pada keadaan
sebelum perjanjian diadakan (Pasal 1247 dan Pasal 1248 KUHPer)
3. Peralihan Risiko
peralihan risiko : kewajiban untuk memikul kerugian jika
terjadi suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang
menimpa barang dan menjadi pokok perjanjian sesuai pasal 1237
KUHPer
G. PEMBATALAN SUATU PERJANJIAN

Dalam hukum perjanjian ada sebab yang membuat perjanjian


tidak bebas:
1. Paksaan: pemaksaan rohani/(psikis),jadi bukan paksaan badan
atau fisik.
2. Kekhilafan atau kekeliruan: terjadi apabila salah satu pihak
khilaf tentang hal hal yang pokok dari apa yang diperjanjikan
atau tentang sifat-sifat yang penting dari barang yang menjadi
obyek perjanjian,ataupun mengenai orang dengan siapa
diadakan perjanjian itu.
3. Penipuan: terjadi apabila satu pihak dengan sengaja
memberikan keterangan-keterangan palsu atau tidak benar
disetai dengan akal-akalannya yang cerdik,untuk membujuk
pihak lawannya memberikan perijinannya.
Hak meminta pembatalan hanya ada pada satu pihak saja yaitu
pihak yang oleh undang-undang diberi perlindungan itu. Meminta
pembatalan itu oleh pasal 1454 KUHPer dibatasi sampai suatu
batas waktu tertentu yaitu 5 tahun, waktu mana mulai berlaku;
dalam halnya ketidakcakapan suatu pihak sejak hari paksaan itu
telah berhenti.
Cara untuk meminta pembatalan perjanjian;
1. Pihak yang berkepentingan dapat secara aktif yaitu sebagai
penggugat meminta kepada hakim supaya perjanjian itu
dibatalkan
2. Menunggu sampai ia digugat dimuka hakim untuk memenuhi
perjanjian tersebut.
H. Hapusnya Suatu Perikatan

Menurut Pasal 1381 KUHPer ada 10 cara hapusnya suatu perikatan:


1. Pembayaran
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan
penitipan
3. Pembaharuan hutang
4. Kompensasi
5. Percampuran hutang
6. Pembebasan hutang
7. Musnahnya barang yang terhutang
8. Pembatalan
9. Berlakunya suatu syarat batal
10. Lewatnya waktu
1. Pembayaran
Menurut Pasal 1332 KUHPer bahwa suatu perikatan dapat
dipenuhi juga oleh seorang pihak ketiga yang tidak mempunyai
kepentingan asal saja orang pihak ketiga bertindak atas nama dan
untuk melunasi hutangnya si berhutang, atau jika ia bertindak atas
namanya endiri, asal ia tidak menggantikan hak-hak si berpiutang.
Mengenai tempat pembayaran ,Pasal 1393 KUHPer
menerangkan sebagai berikut:
 Pembayaran harus dilakukan ditempat yang ditetapkan dalam
perjanjian,
 Diluar kedua hak tersebut pembayaran harus dilakukan di
tempat tinggal si berpiutang
Jadi jika seorang membayar hutangnya orang lain, maka pada
umumnya tidak terjadi subrogasi artinya pada umumnya orang
yang membayar itu tidak menggantikan kreditur. Hanya apabila
itu dijanjikan atau dalam hal-hal di mana itu ditentukan oleh
undang-undang, maka haruslah ada penggantian.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan
penitipan
ini adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan
apabila si berhutang atau kreditur menolak pembayaran
3. Pembaharuan Hutang
Menurut Pasal 1431 KUHPer ada 3 macam jalan untuk
melaksanakan suatu pembaharuan hutang/novasi :
a. Apabila seorang yang berhutang membuat suatu perikatan
hutang baru guna orang yang akan menghutangkan
kepadanya, yang menggantikan hutang yang lama yang
dihapuskan karenanya.
b. Apabila seorang yang berhutang baru ditunjuk untuk
menggantikan orang berhutang lama, yang oleh si berpiutang
dibebaskan dari perikatanya. Novasinya dinamakan novasi
subyektif, karena yang diperbaharui adalah subyek-subyeknya
atau orang-orangnya dalam perjanjian
c. Apabila sebagai akibat dari suatu perjanjian baru seorang
kreditur baru ditunjuk untuk menggantikan kreditur yang
lama, terhadap siapa si berhutang dibebaskan dari perikatanya.
4. Kompensasi
ini adalah suatu cara penghapusan hutang dengan jalan
menjumpakan atau memperhitungkan hutang piutang secara
timbal balik antara kreditur dan debitur. Dalam pasal 1424
KUHPer mengatakan bahwa penjumpaan ini terjadi demi hukum,
bahkan dengan setidaktahunya orang-orang yang bersangkutan
dan kedua hutang hutang itu yang satu menghapuskan yang lain
dan sebaliknya pada saat hutang–hutang itu bersama-sama ada,
bertimbal balik untuk suatu jumlah yang sama.
5. Percampuran hutang
Apabila kedudukan sebagai orang berpitung (kreditur) dan
orang yang berhutang (debitur) berkumpul pada satu orang, maka
terjadilah demi hukum suatu percampuran hutang dengan mana
hutang piutang itu dihapuskan.

6. Pembebasan Hutang
Apabila si berpiutang dengan tegas menyatakan tidak
menghendaki lagi prestasi dari si berhutang dan melepaskan
haknya atas pembayaran atau pemenuhan perjanjian, maka
perikatan ( yaitu hubungan hutang-piutang) hapus, perikatan inji
hapus karena pembebaskan. Pembebasan sesautu hutang tidak
boleh dipersangkakan, tetapi harus dibuktikan.
7. Musnahnya barang yang terhutang

jika barang tertentu yang menjadi obyek dari perjanjian


musnah,tak lagi dapat diperdagangkan atau hilang, sedemikian
hingga sama sekali tak diketahui apakah barang tadi musnah atau
hilang diluar kesalahan di berhutang dan sebelum itu lalai
menyerahkannya.

8. Pembatalan
Meminta pembatalan dapat dilakukan 2 cara :
1. Secara aktif menurut pembatalan
2. Secara pembelaan yaitu menunggu samp[ai digugat di muka
hakim untuk memenuhi perjanjian dan disitulah baru
memajukan tentang kekurangannya perjanjian itu.
9. Berlakunya suatu syarat batal
suatu syarat yang apabila terpenuhi,menghentikan
perjanjiannya dan membawa segala sesuatu kembali kepada
keadaan semula seolah-olah tidak pernah ada sautu perjanjian,
(Pasal 1265 KUHPer)

10. Lewatnya waktu


dengan lewatnya suatu waktu maka hapuslah setiap
perikatan hukun dan tinggallah suatu “perikatan bebas artinya
kalau dibayar boleh tetapi tidak dapat dituntut di muka hakim.

Anda mungkin juga menyukai