Npm: 1102013060
Pembimbing: dr. Surtiningsih Sp.M
Mutasi terjadi sebanyak 2 kali, yaitu pada sel benih dan sel germinal
Etiologi
Bisa juga terjadi mutasi sel somatik atau autosomal resesif dan
kejadian ini biasanya unilateral.
Penanda genetik yang biasa dipakai antara lain enzim esterase-D, LDH
(Laktat dehidrogenase). LDH ini ditemukan dalam humor aqueous
karena nekrosis dari sel-sel tumor
Klasifikasi
Klasifikasi Intraokular menurut Reese-Elseworth
Grup I : Penglihatan sangat mungkin dipertahankan
a. Tumor soliter, ukuran lebih kecil dari 4 diameter disk (DD), pada atau di belakang
ekuator bola mata.
b. Tumor multipel, tidak ada yang lebih besar dari 4 DD, seluruhnya pada atau di
belakang ekuator.
Grup II : Penglihatan masih memungkinkan untuk dipertahankan
a. Tumor soliter, 4-10 DD pada atau di belakang ekuator.
b. Tumor multipel, 4-10 DD di belakang ekuator.
Grup III : Penglihatan mungkin dapat dipertahankan
a. Setiap lesi yang terletak di depan ekuator.
b. Tumor soliter, >10 DD di belakang ekuator.
Grup IV : Penglihatan sulit untuk dipertahankan
a. Tumor multipel, beberapa >10 DD.
b. Setiap lesi yang meluas ke anterior kepada ora serrata
Grup V : Penglihatan tidak mungkin untuk dipertahankan
a. Tumor massif meliputi lebih dari setengah retina.
b. Terdapat penyebaran kearah vitreus.
Klasifikasi Ekstraokular menurut Retinoblastoma Study
Commitee
Grup I
Saat enukleasi tumor ditemukan di sklera, atau sel tumor ditemukan di
emisaria sklera
Grup II
Tepi irisan N II tidak bebas tumor
Grup III
Biopsi mengungkap tumor sampai dinding orbita
Grup IV
Tumor ditemukan di cairan serebrospinal
Grup V
Tumor menyebar secara hematogen ke organ dan tulang panjang
Klasifikasi Retinoblastoma
Internasional
Stadium leukokoria
Pada stadium ini, pasien tidak merasakan gejala apapun
hanya penglihatan yang menurun sampai visus 0. Pada
tahap inilah pasien masih bisa diselamatkan dengan
tindakan enukleasi (pengangkatan bola mata). Pada
pemeriksaan anatomi bila N.Opticus sudah terkena
tindakan selanjutnya adalah kemoterapi.
Stadium glaukomatosa
Pada stadium ini massa tumor membesar, meluas ke
depan, sudah memenuhi seluruh isi bola mata, sehingga
menyebabkan kenaikan tekanan intraokular. Gejala yang
nampak adalah gejala glaukoma. Gejala lain yang dapat
nampak adalah strabismus, uveitis, dan hifema. Pasien
merasa kesakitan, bola mata membesar, dan midriasis
dengan refleks pupil negatif, eksoftalmos dan edema
kornea.
Stadium ekstraokuler
Pada stadium ini bola mata sudah menonjol
(proptosis), akibat desakan masa tumor yang
sudah keluar ke ekstra okuler. Segmen anterior
bola mata sudah rusak dan keadaan umum
pasien nampak lemah dan kurus. Terjadi
perluasan ke saraf optik dan koroid.
Penyebaran bisa secara limfogen dan
hematogen. Sel ganas bisa ditemukan hingga di
cairan serebrospinal.
Stadium metastase
Stadium ini sangat buruk oleh karena tumor
sudah masuk ke kelenjar lymfe preaurikuler
atau submandibula. Penanganan pada stadium
ini hanyalah bersifat paliatif saja.
Patofisiologi
Faktor hereditas & faktor
lingkungan (virus, zat kimia,
dan radiasi).
Pemeriksaan klinis
Mengungkap adanya visus turun, leukokoria, strabismus, midriasis, hipopion, hifema,
dan nistagmus.
Pemeriksaan Penunjang
USG dapat membantu dalam diagnosis retinoblastoma yang menunjukkan ciri khas
kalsifikasi dalam tumor. Sensitivitas USG mencapai 97%, dan dapat membedakan
retinoblastoma dengan retinopati prematuritas.
Pemeriksaan dengan anastesi (Examination under anesthesia / EUA) diperlukan pada
semua pasien untuk mendapatkan pemeriksaan yang lengkap dan menyeluruh.
Tujuannya untuk menentukan diameter kornea, tekanan intraokuler, pemeriksaan
funduskopi, serta melihat pembuluh darah/neovaskularisasi yang terjadi. Lokasi tumor
multipel harus dicatat secara jelas. Tekanan intra okular dan diameter cornea harus
diukur saat operasi.
Biopsi jarang dilakukan karena menyebabkan terjadinya penyebaran sel tumor.
Pemeriksaan CT scan ini dilakukan untuk melihat
adanya kalsifikasi, ukuran, serta perluasan tumor ke
tulang
Keterangan : a. Flexner-
Wintersteiner rosettes, b. Homer
Wright rosettes, c. Fleurettes
Diagnosis Banding
Kondisi yang menyerupai retinoblastoma eksofitik
Retinal dysplasia
Retinopathy of prematurity
Familial exudative vitreoretinopathy
Incontinentia pigmenti
Myelinated nerve fibers
Astrocytic hamartoma
Choroidal hemangioma
Chorioretinal coloboma
Coats’ disease (congenital retinal telangiectasis)
Combined hamartoma of the RPE and retina
Kondisi yang menyerupai retinoblastoma endofitik
Congenital cytomegalovirus retinitis and other retinitides
Endophthalmitis
Juvenile xanthogranuloma
Leukemia
Medulloepithelioma
Pars planitis and other uveitides
Toxocariasis
Toxoplasmic retinitis
Vitreous hemorrhage
Tuberous sclerosis
Kondisi lain yang dapat menyebabkan leukokoria
Congenital cataract
Congenital corneal opacity
Persistent hyperplastic primary vitreous
Kondisi Lain
Orbital cellulitis
Traumatic hyphema
Tatalaksana
Penanganan retinoblastoma sangat tergantung pada besarnya tumor,
bilateral, perluasan kejaringan ekstra okuler dan adanva tanda-tanda
metastasis jauh.
Fotokoagulasi laser
Sangat bermanfaat untuk retinoblastoma stadium sangat dini.
Diharapkan pembuluh darah yang menuju ke tumor akan tertutup
sehingga sel tumor akan menjadi mati.
Keberhasilan dapat dinilai dengan adanya regresi tumor dan
terbentuknya jaringan sikatrik korioretina.
Cara ini baik untuk tumor yang diameternnya 4,5 mm dan ketebalan
2,5 mm tanpa adanya vitreous seeding.
Yang paling sering dipakai adalah Argon atau diode laser yang
dilakukan sebanyak 2 sampai 3 kali dengan interval masing-masingnya
1 bulan.
Krioterapi
Dapat dipergunakan untuk tumor yang diameternya 3,5 mm dengan
ketebalan 3 mm tanpa adanya vitreous seeding, dapat juga
digabungkan dengan foto koagulasi laser.
Keberhasilan cara ini akan terlihat adanya tanda-tanda sikatrik
korioretina. cara ini akan berhasil jika dilakukan sebanyak 3 kali
dengan interval masing-masingnya 1 bulan.
Thermoterapi
Dengan mempergunakan laser infra red untuk menghancurkan sel-sel
tumor terutama untuk tumor-tumor ukuran kecil.
Radioterapi
Dapat digunakan pada tumor-tumor yang timbul kearah korpus vitreus dan
tumor-tumor yang sudah berinvasi ke nervus optikus yang terlihat setelah
dilakukan enakulasi bulbi.
Dosis yang dianjurkan adalah dosis fraksi perhari 190 - 200 cGy dengan total
dosis 4000 - 5000 cGy yang diberikan selama 4 sampai 6 minggu.
Kemoterapi
Indikasinya adalah pada tumor yang sudah dilakukan enukleasi bulbi yang
pada perneriksaan patologi anatomi terdapat tumor pada koroid dan atau
mengenai nervus optikus.
Kemoterapi juga diberikan pada pasien yang sudah dilakukan eksenterasi dan
dengan metastase regional atau metastase jauh.
Kemoterapi juga dapat diberikan pada tumor ukuran kecil dan sedang untuk
menghindari tindakan radioterapi.
Retinoblastoma study Group menganjurkan penggunaan carboplastin,
vincristine sulfate dan etopozide phosphate. Beberapa peneliti juga
menambahkan cyclosporine atau dikombinasikan dengan regimen kemoterapi
carboplastin, vincristine, etopozide phosphate.
Enakulasi Bulbi
Dilakukan apabila tumor sudah memenuhi segmen posterior bola
mata. Apabila tumor telah berinvasi kejaringan sekitar bola mata maka
dilakukan eksenterasi
Komplikasi
Retinoblastoma sangat membahayakan kehidupan bila tidak diobati
secara tepat, dapat berakibat fatal karena dalam satu sampai dua tahun
setelah didiagnosis akan bermetastase ke otak atau berrnetastase jauh
secara hematogen
Prognosis
Prognosis dan survival rate sangat tergantung pada stadium klinis
tumor pada saat didiagnosis. Apabila ditemukan dalam stadium dini
maka prognosanya akan lebih baik
Daftar Pustaka
Anwar, F, et al, 2000. Retinoblastoma Expression in Thyroid Neoplasms.
(http://www.nature.com/modpathol/journal/v13/n5/ pdf/3880097a.pdf, 25 Desember
2012).
Carol et al. 1999. Thermotherapy for Retinoblastoma. Arch Ophthalmol.Vol : 117:885-893
Harbour, William J. 2001. Retinoblastoma: Pathogenesis and Diagnosis in American
Cancer Society. Atlas of Clinical Oncology Tumours of the Eye and Ocular Adnexa. Vol;
258
Hidayat, R. 2010. Perbandingan Hasil Pengobatan Retinoblastoma antara Tindakan
Kemoterapi diikuti Enukleasi dengan Tindakan Enukleasi diikuti Kemoterapi di RS H.
Adam Malik Medan periode 2008-2009. Tesis. Medan: Departemen Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Balai Penerbit FK UI: Jakarta
Jamalla, R. .2010. Retinoblastoma Registry Report-Hospital Kuala Lumpur Experience.
(http://www.crc.gov.my/documents/Journal/4%20MJM%20CRC%202010%28128-
130%29.pdf, 25 desember 2012).
Kartawiguna, E. 2011. Faktor-faktor yang berperan pada karsinogenesis.
(http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Vol.20_no.1_3.pdf, 12 Juni 2019).
Manjoer, A. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. FK UI: Media Aesculapius.
Paduppai, Suliati. 2010. Characteristic Of Retinoblastoma Patiens At Wahidin
Sudirohusodo Hospital 2005-2010. The Indonesian Journal of Medical Science. Volume : 2
: 1-7
Rahman, Ardizal. 2008. Deteksi Dini dan Penatalaksanaan Retinoblastoma. Medical
Journal of the Andalas University. Vol: 57
Rosdiana, Nelly. 2011. Gambaran Klinis dan Laboratorium Retinoblastoma. Sari Pediatri.
Vol:2(5):319-22.
Rosdiana, N. 2009. Retinoblastoma Familial. (http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/
jurnal/31093336.pdf, 24 Desember 2012).
Suhardjo & Hartono. 2012. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata FK UGM :
Yogyakarta
Supartoto, A & Utomo, P.T. 2012. Onkologi Mata dan Penyakit Orbita dalam: Ilmu
Kesehatan Mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada.
Tomlinson, D. 2006. Pediatric Oncology Nursing. Berlin: Springer.
Vajzovic et al. 2010. Supraselective intra-arterial chemotherapy: evaluation of treatment-
related complications in advanced retinoblastoma. Clinical Ophthalmology. Vol : 5 (171–
176).
Vaughan, D.G., et al. 2000. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya medika.