Anda di halaman 1dari 214

Universitas Warmadewa

Infark Serebral (kompetensi 3B)


1
 Seorang laki-laki berusia 59 tahun dibawa ke UGD RS oleh
keluarganya dengan keluhan lemah anggota gerak kanan sejak 10
jam yang lalu sehabis bangun tidur. Pada saat pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran baik, GCS E4V5M6, tekanan darah 160/95
mmHg, denyut nadi 90, frekuensi napas 20, paresis nervus VII
sinistra UMN dan hemiparesisdextra. Apakah diagnosis yang
paling sesuai dengan kasus ini?
A. Stroke perdarahan hemisfer cerebri
B. Stroke infark hemisfer cerebri
C. Stroke perdarahan batang otak
D. Stroke infark batang otak
E. Stroke infark serebelum
1
Seorang laki-laki berusia 59 tahun dibawa ke UGD RS oleh
keluarganya dengan keluhan lemah anggota gerak kanan sejak 10
jam yang lalu sehabis bangun tidur. Pada saat pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran baik, GCS E4V5M6, tekanan darah 160/95
mmHg, denyut nadi 90, frekuensi napas 20, paresis nervus VII
sinistra UMN dan hemiparesisdextra. Apakah diagnosis yang
paling sesuai dengan kasus ini?

A. Stroke perdarahan hemisfer cerebri


B. Stroke infark hemisfer cerebri
C. Stroke perdarahan batang otak
D. Stroke infark batang otak (hemiparese alternans)
E. Stroke infark serebelum
 Infark: Stroke infark terjadi akibat kurangnya aliran darah
ke otak.
 Anamnesis:
a) Gejala muncul saat bangun tidur/istirahat
b) Kesadaran masih baik (GCS 456)
c) Riwayat pengobatan hipertensi
d) Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit
kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran dan tekanan
darah tidak tinggi.
 Hemiparese tipikal : Sistem karotis
 Hemiparese alternans: Sistem vertebro basiler
1D
Seorang laki-laki berusia 59 tahun dibawa ke UGD RS oleh
keluarganya dengan keluhan lemah anggota gerak kanan sejak 10
jam yang lalu sehabis bangun tidur. Pada saat pemeriksaan fisik
didapatkan kesadaran baik, GCS E4V5M6, tekanan darah 160/95
mmHg, denyut nadi 90, frekuensi napas 20, paresis nervus VII
sinistra UMN dan hemiparesisdextra. Apakah diagnosis yang
paling sesuai dengan kasus ini?

A. Stroke perdarahan hemisfer cerebri: Kesadaran menurun,


tanda tanda peningkatan TIK
B. Stroke infark hemisfer cerebri ( Jk hemiparese tipikal)
C. Stroke perdarahan batang otak
D. Stroke infark batang otak (hemiparese alternans)
E. Stroke infark serebelum (salah satu penyebab vertigo sentral)
2
 Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS
dengan keluhan bicara pelo sejak 4 jam yang lalu. Keluhan terjadi baru
bangun tidur siang. Riwayat DM dan hipertensi tidak terkontrol sejak
10 tahun yang lalu. Paa pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
170/100 mmHg, terdapat kelemahan ekstremitas pada sisi kanan
dengan kekuatan otot 2. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kolesterol total 258 mg/dL dan GDA 287 mg/dL. Pada pemeriksaan
rekam jantung ditemukan adanya bradikardi. Apakah diagnosis pada
pasien tersebut?
A. Perdarahan Epidural
B. Stroke Trombosis
C. Perdarahan intracerebral
D. Perdarahan subarakhnoid
E. Stroke Emboli
2
 Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS
dengan keluhan bicara pelo sejak 4 jam yang lalu. Keluhan terjadi baru
bangun tidur siang. Riwayat DM dan hipertensi tidak terkontrol sejak
10 tahun yang lalu. Paa pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
170/100 mmHg, terdapat kelemahan ekstremitas pada sisi kanan
dengan kekuatan otot 2. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kolesterol total 258 mg/dL dan GDA 287 mg/dL. Pada pemeriksaan
rekam jantung ditemukan adanya bradikardi. Apakah diagnosis pada
pasien tersebut?
A. Perdarahan Epidural
B. Stroke Trombosis
C. Perdarahan intracerebral
D. Perdarahan subarakhnoid
E. Stroke Emboli
 Infark: Stroke infark terjadi akibat kurangnya aliran darah ke otak.
 Anamnesis:
a) Gejala muncul saat bangun tidur/istirahat
b) Kesadaran masih baik (GCS 456)
c) Riwayat pengobatan hipertensi
d) Stroke iskemik biasanya tidak disertai dengan sakit kepala hebat,
muntah, penurunan kesadaran dan tekanan darah tidak tinggi.
 Hemiparese tipikal : Sistem karotis
 Hemiparese alternans: Sistem vertebro basiler
 SNH:
 Trombosis
 Emboli : Jika terdapat atrial fibrilasi (pembeda disoal dengan stroke
trombosis)
2B
 Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke IGD RS
dengan keluhan bicara pelo sejak 4 jam yang lalu. Keluhan terjadi baru
bangun tidur siang. Riwayat DM dan hipertensi tidak terkontrol sejak
10 tahun yang lalu. Paa pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
170/100 mmHg, terdapat kelemahan ekstremitas pada sisi kanan
dengan kekuatan otot 2. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan
kolesterol total 258 mg/dL dan GDA 287 mg/dL. Pada pemeriksaan
rekam jantung ditemukan adanya bradikardi. Apakah diagnosis pada
pasien tersebut?
A. Perdarahan Epidural (lucid interval)
B. Stroke Trombosis
C. Perdarahan intracerebral (Kesadaran menurun, Tanda TIK meningkat)
D. Perdarahan subarakhnoid (Kesadaran menurun, Tanda TIK
meningkat, tandang meningeal sign)
E. Stroke Emboli (terdapat atrial fibrilasi)
TIA (Kompetensi 3B)
3
 Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke
Puskesmas dengan keluhan wajah perot ke kanan saat 4 jam
yang lalu. Keluhan disertai bicara kurang jelas. Riwayat
sebelumnya kesemutan sisi wajah kanan dan tangan kanan 1
tahun yang lalu. Riwayat DM tidak rutin kontrol sejak 5 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, tidak
terdapat defisit neurologis. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan GDA 250 mg/dL dan kolesterol total 222 mg/dL.
Apakah tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini?
A. Obat antidiabet, edukasi, pulangkan pasien
B. Rujuk ke radiologi untuk di CT scan
C. Rujuk untuk segera dilakukan r-TPA
D. Rawat inap 1x24 jam di Puskesmas
E. Aspilet tab, rujuk ke dokter saraf
3
 Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke
Puskesmas dengan keluhan wajah perot ke kanan saat 4 jam
yang lalu. Keluhan disertai bicara kurang jelas. Riwayat
sebelumnya kesemutan sisi wajah kanan dan tangan kanan 1
tahun yang lalu. Riwayat DM tidak rutin kontrol sejak 5 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, tidak
terdapat defisit neurologis. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan GDA 250 mg/dL dan kolesterol total 222 mg/dL.
Apakah tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini?
A. Obat antidiabet, edukasi, pulangkan pasien
B. Rujuk ke radiologi untuk di CT scan
C. Rujuk untuk segera dilakukan r-TPA
D. Rawat inap 1x24 jam di Puskesmas
E. Aspilet tab, rujuk ke dokter saraf
 Transient ischemic attack (TIA) atau serangan iskemik transien adalah gangguan
sementara dalam fungsi otak akibat penyumbatan aliran darah ke otak yang sementara.
 TIA biasanya berlangsung selama 2 sampai 30 menit dan jarang terjadi lebih dari 1
sampai 2 jam.
 Secara dasarnya, TIA tidak berlaku lebih dari 24 jam.
 TIA tidak menyebabkan kerusakan permanen, karena darah disuplai ke daerah
penyumbatan dengan cepat.
 Namun, TIA cenderung berulang. Penderita berkemungkinan mengalami beberapa
serangan dalam 1 hari atau hanya 2 atau 3 dalam beberapa tahun.
 Terapi farmakologis
 Obat antiplatelet (aspirin 75 mg per hari)
 Kontraindikasi pada pasien ulkus peptikum aktif.
 Clopidogrel merupakan obat antiplatelet pilihan untuk pasien yang tidak dapat
mentoleransi aspirin.
 Antikoagulan (warfarin)
 Jika diketahui sumber emboli dari jantung (kardiogenik), meliputi fibrilasi atrium
nonreumatik.
3E
 Seorang laki-laki berusia 65 tahun dibawa keluarganya ke
Puskesmas dengan keluhan wajah perot ke kanan saat 4 jam
yang lalu. Keluhan disertai bicara kurang jelas. Riwayat
sebelumnya kesemutan sisi wajah kanan dan tangan kanan 1
tahun yang lalu. Riwayat DM tidak rutin kontrol sejak 5 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan dalam batas normal, tidak
terdapat defisit neurologis. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan GDA 250 mg/dL dan kolesterol total 222 mg/dL.
Apakah tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini?
A. Obat antidiabet, edukasi, pulangkan pasien
B. Rujuk ke radiologi untuk di CT scan stroke
C. Rujuk untuk segera dilakukan r-TPA stroke trombosis
D. Rawat inap 1x24 jam di Puskesmas
E. Aspilet tab, rujuk ke dokter saraf TIA
Hematom Intraserebral
(kompetensi 3B)
4
 Seorang laki-laki berusia 48 tahun dibawa oleh keluarganya ke
IGD dengan keluhan tidak sadar. Sebelumnya, pasien sempat
mengeluhkan nyeri kepala hebat dan muntah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 220/120 mmHg, denyut nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit, suhu tubuh 37,2oC. Apakah penanganan
awal yang diberikan pada pasien tersebut?
A. Infus NaCl 0,9% dan antihipertensi
B. Pemberian O2 dan antihipertensi
C. Pemberian O2 dan IVFD D5%
D. Pemberian O2 dan infus NaCl 0,9%
E. Infus NaCl 0,3% dan antihipertensi
4
 Seorang laki-laki berusia 48 tahun dibawa oleh keluarganya ke
IGD dengan keluhan tidak sadar. Sebelumnya, pasien sempat
mengeluhkan nyeri kepala hebat dan muntah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 220/120 mmHg, denyut nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit, suhu tubuh 37,2oC. Apakah penanganan
awal yang diberikan pada pasien tersebut?
A. Infus NaCl 0,9% dan antihipertensi
B. Pemberian O2 dan antihipertensi
C. Pemberian O2 dan IVFD D5%
D. Pemberian O2 dan infus NaCl 0,9%
E. Infus NaCl 0,3% dan antihipertensi
 Perdarahan Intraserebral :Kira-kira 10% stroke
disebabkan oleh perdarahan intraserebral. Hipertensi,
khususnya yang tidak terkontrol, merupakan
penyebab utama.
 Anamnesis
1. Aktivitas fisik berat
2. Emosi berat
3. Kesadaran menurun
4. Stroke hemoragik biasanya disertai dengan sakit
kepala hebat, muntah, penurunan kesadaran,
tekanan darah tinggi
 Terapi farmakologis :
 Stabilisasi pasien dengan tindakan ABC.
 Pertimbangkan intubasi jika kesadaran stupor atau koma atau gagal nafas.
 Pasang jalur infus IV dengan larutan NaCl 0,9% dengan kecepatan 20 ml/jam
(jangan memakai cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% dalam air dan SALIN
0,45% karena dapat memperhebat edema otak).
 Berikan O2: 2-4 liter/menit via kanul hidung.
 Jangan memberikan makanan atau minuman lewat mulut.
 Stroke Hemoragik
 Menurunkan tekanan darah untuk mencegah perdarahan ulang pada orang
yang dasarnya normotensif (tensi normal) diturunkan sampai sistolik 160
mmHg, pada orang dengan hipertensi sedikit lebih tinggi.
 Tekanan dalam rongga tengkorak diturunkan dengan cara
meninggikan posisi kepala 15-30% (satu bantal) sejajar dengan bahu
4D
 Seorang laki-laki berusia 48 tahun dibawa oleh keluarganya ke
IGD dengan keluhan tidak sadar. Sebelumnya, pasien sempat
mengeluhkan nyeri kepala hebat dan muntah. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 220/120 mmHg, denyut nadi 88
x/menit, RR 20 x/menit, suhu tubuh 37,2oC. Apakah penanganan
awal yang diberikan pada pasien tersebut?
A. Infus NaCl 0,9% dan antihipertensi
B. Pemberian O2 dan antihipertensi
C. Pemberian O2 dan IVFD D5%
D. Pemberian O2 dan infus NaCl 0,9%
E. Infus NaCl 0,3% dan antihipertensi
5
 Seorang perempuan berusia 44 tahun datang diantar oleh
keluarganya ke IGD RS dengan keluhan tidak sadarkan diri
sejak 30 menit yang lalu. Sebelumnya, pasien mengeluh,
mual, muntah dan nyeri kepala yang hebat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan GCS E2V2M3 tekanan darah
200/100 mmHg, denyut nadi 96x/menit, frekuensi napas
28x/ menit dan hemiparesis dextra. Apakah diagnosis yang
sesuai pada pasien tersebut?
A. Stroke Perdarahan Hemisfer Kiri
B. Stroke Infark Di Ganglia Basalis
C. Stroke Infark Hemisfer Kiri
D. Stroke Infark Hemisfer Kanan
E. Stroke Perdarahan Hemisfer Kanan
5A
 Seorang perempuan berusia 44 tahun datang diantar oleh
keluarganya ke IGD RS dengan keluhan tidak sadarkan diri
sejak 30 menit yang lalu. Sebelumnya, pasien mengeluh,
mual, muntah dan nyeri kepala yang hebat. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan GCS E2V2M3 tekanan darah
200/100 mmHg, denyut nadi 96x/menit, frekuensi napas
28x/ menit dan hemiparesis dextra. Apakah diagnosis yang
sesuai pada pasien tersebut?
A. Stroke Perdarahan Hemisfer Kiri
B. Stroke Infark Di Ganglia Basalis
C. Stroke Infark Hemisfer Kiri
D. Stroke Infark Hemisfer Kanan
E. Stroke Perdarahan Hemisfer Kanan
Perdarahan Sub Arachnoid
(kompetensi 3B)
6
 Seorang perempuan berusia 46 tahun datang diantar keluarganya ke
IGD dengan keluhan tidak sadar sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya
pasien mengeluh nyeri kepala dan muntah yang sangat hebat. Riwayat
hipertensi tidak terkontrol selama 5 tahun. Pada pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 160/110 mmHg, denyut nadi 98 x/menit,
reflex babinski positif dan kaku kuduk positif. Apakah diagnosis yang
paling mungkin?
A. Stroke Iskemik Akut
B. Lesi Intracranial
C. Perdarahan Subarachnoid
D. Trigeminal Neuralgia
E. Perdarahan Epidural
6C
 Seorang perempuan berusia 46 tahun datang diantar keluarganya ke IGD
dengan keluhan tidak sadar sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya pasien
mengeluh nyeri kepala dan muntah yang sangat hebat. Riwayat hipertensi
tidak terkontrol selama 5 tahun. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan
darah 160/110 mmHg, denyut nadi 98 x/menit, reflex babinski positif dan
kaku kuduk positif. Apakah diagnosis yang paling mungkin?
A. Stroke Iskemik Akut
B. Lesi Intracranial
C. Perdarahan Subarachnoid (tanda-tanda stroke perdarahan
+ tanda meningeal sign )
D. Trigeminal Neuralgia (electric syok like, unilateral,
mengenai jalur nevus V)
E. Perdarahan Epidural (lucid interval: khas)
7
 Seorang perempuan berusia 49 tahun datang diantar keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 2 jam yang lalu.
Keluhan disertai dengan muntah, kaku leher dan gangguan
penglihatan. Keluhan muncul setelah memarahi supirnya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, denyut
nadi 124 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu tubuh 37,2 oC,
fotofobia, diplopia, papil edema dan perdarahan retina. Apa
pemeriksaan penunjang yang anda sarankan untuk pasien tersebut?
A. CT-Scan kepala dengan kontras
B. Rontgen kepala
C. Ct-Scan kepala tanpa kontras
D. MRI
E. USG
7C
 Seorang perempuan berusia 49 tahun datang diantar keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak 2 jam yang lalu.
Keluhan disertai dengan muntah, kaku leher dan gangguan
penglihatan. Keluhan muncul setelah memarahi supirnya. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, denyut
nadi 124 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu tubuh 37,2 oC,
fotofobia, diplopia, papil edema dan perdarahan retina. Apa
pemeriksaan penunjang yang anda sarankan untuk pasien tersebut?
A. CT-Scan kepala dengan kontras tumor, SOL, toxo
B. Rontgen kepala
C. Ct-Scan kepala tanpa kontras
D. MRI kelaianan medula spinalis
E. USG kehamilan, holo organ
 Pemeriksaan Penunjang 
 DL, Kolesterol total
 EKG membedakan SNH thrombosis dengan stroke
emboli (Atrial Fibrilasi)
 CT Scan SH (hiperdens), SNH (hipodens)
Migrein (kompetensi 4A)
8
Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kanan berdenyut sejak 4 jam yang lalu.
Keluhan semakin berat bila pasien sedang bekerja sebagai teller bank dan
disertai dengan mual dan muntah. Sebelum nyeri kepala muncul pasien
seperti melihat cahaya putih selama 10 menit. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84x/menit,
suhu tubuh 36oC, frekuensi napas 18x/menit. Apa diagnosis yang paling
mungkin pada kasus ini?

A. Nyeri kepala tipe tengang


B. Neuralgia trigeminal
C. Classic migraine
D. Nyeri kepala tipe kluster
E. Common migraine
8
Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kanan berdenyut sejak 4 jam yang lalu.
Keluhan semakin berat bila pasien sedang bekerja sebagai teller bank dan
disertai dengan mual dan muntah. Sebelum nyeri kepala muncul pasien
seperti melihat cahaya putih selama 10 menit. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84x/menit,
suhu tubuh 36oC, frekuensi napas 18x/menit. Apa diagnosis yang paling
mungkin pada kasus ini?

A. Nyeri kepala tipe tengang


B. Neuralgia trigeminal
C. Classic migraine
D. Nyeri kepala tipe kluster
E. Common migraine
 Migren merupakan gangguan nyeri kepala berulang,
serangan berlangsung selama 4-72 jam
 dengan karakteristik khas: berlokasi unilateral, nyeri
berdenyut (pulsating), intensitas sedang atau berat,
diperberat oleh aktivitas fi sik rutin, dan berhubungan
dengan mual dan/atau fotofobia serta fonofobia.
Anamnesis 
 Nyeri moderat sampai berat, kebanyakan penderita migren merasakan nyeri
hanya pada satu sisi kepala, namun sebagian merasakan nyeri pada kedua sisi
kepala.
 Sakit kepala berdenyut atau serasa ditusuk-tusuk.
 Rasa nyerinya semakin parah dengan aktivitas fisik.
 Rasa nyerinya sedemikian rupa sehingga tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari.
 Mual dengan atau tanpa muntah.
 Fotofobia atau fonofobia.
 Sakit kepalanya mereda secara bertahap pada siang hari dan setelah bangun
tidur, kebanyakan pasien melaporkan merasa lelah dan lemah setelah serangan.
 Sekitar 60 % penderita melaporkan gejala prodormal, seringkali terjadi
beberapa jam atau beberapa hari sebelum onset dimulai. Pasien melaporkan
perubahan mood dan tingkah laku dan bisa juga gejala psikologis, neurologis
atau otonom.
 Classic Migraine Aura
 Common migraine tanpa aura
8C
Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kanan berdenyut sejak 4 jam yang lalu.
Keluhan semakin berat bila pasien sedang bekerja sebagai teller bank dan
disertai dengan mual dan muntah. Sebelum nyeri kepala muncul pasien
seperti melihat cahaya putih selama 10 menit. Pada pemeriksaan tanda
vital didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, denyut nadi 84x/menit,
suhu tubuh 36oC, frekuensi napas 18x/menit. Apa diagnosis yang paling
mungkin pada kasus ini?

A. Nyeri kepala tipe tengang bilateral, seperti ditekan benda berat,


mual muntah (-), fotofobi (-)
B. Neuralgia trigeminalelectric syok like, penjalaran nervus V
C. Classic migraine
D. Nyeri kepala tipe kluster nyeri periorbital, rhinorea,
hiperlakrimasi
E. Common migraine tanpa aura
9
 Seorang perempuan berusia 27 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan
dirasakan hilang timbul 1-2 kali dalam seminggu. Pasien merasa
keluhan muncul 1-2x dalam seminggu.Faktor pencetus nyeri apabila
pasien stress. Pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg N 88x/m RR 18x/m
Tax 36. Fotofobia (+) Fonofobia (+). Apakah tatalaksana yang
disarankan pada pasiensarankan?
A. Parasetamol
B. Ergotamin
C. Amitriptilin
D. Dexametason
E. Propanolol
9
 Seorang perempuan berusia 27 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan
dirasakan hilang timbul 1-2 kali dalam seminggu. Pasien merasa
keluhan muncul 1-2x dalam seminggu.Faktor pencetus nyeri apabila
pasien stress. Pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg N 88x/m RR 18x/m
Tax 36. Fotofobia (+) Fonofobia (+). Apakah tatalaksana yang
disarankan pada pasiensarankan?
A. Parasetamol
B. Ergotamin
C. Amitriptilin
D. Dexametason
E. Propanolol
 Analgesik spesifik adalah analgesik yang hanya bekerja sebagai
analgesik nyeri kepala. Lebih bermanfaat untuk kasus yang berat
atau respon buruk dengan OINS. Contoh: Ergotamin,
Dihydroergotamin, dan golongan Triptan yang merupakan
agonis selektif reseptor serotonin pada 5-HT1.
 Analgesik non spesifik yaitu analgesik yang dapat diberikan
pada nyeri lain selain nyeri kepala, dapat menolong pada
migren intensitas nyeri ringan sampai sedang. Contoh:
Aspirin 600-900 mg + metoclopramide, Asetaminofen 1000
mg, Ibuprofen 200-400 mg.
 Pengobatan preventif: harus selalu diminum tanpa
melihat adanya serangan atau tidak. Pengobatan dapat
diberikan dalam jangka waktu episodik, jangka pendek
(subakut), atau jangka panjang (kronis).
Nama Obat Dosis
Propranolol 40-240 mg/hr
Nadolol 20-160 mg/hr
Metoprolol 50-100 mg/hr
Timolol 20-60 mg/hr
Atenolol 50-100 mg/hr
Amitriptilin 10-200 mg/hr
Nortriptilin 10-150 mg/hr
Fluoksetin 10-80 mg/hr
Mirtazapin 15-45 mg/hr
Valproat 500-1000 mg/hr
Topiramat 50-200 mg/hr
Gabapentin 900-3600 mg/hr
Verapamil 80-640 mg/hr
Flunarizin 5-10 mg/hr
Nimodipin 30-60 mg/hr
9B
 Seorang perempuan berusia 27 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri kepala sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu. Keluhan
dirasakan hilang timbul 1-2 kali dalam seminggu. Pasien merasa
keluhan muncul 1-2x dalam seminggu.Faktor pencetus nyeri apabila
pasien stress. Pemeriksaan fisik TD 130/70 mmHg N 88x/m RR 18x/m
Tax 36. Fotofobia (+) Fonofobia (+). Apakah tatalaksana yang
disarankan pada pasiensarankan?
A. Parasetamol
B. Ergotamin
C. Amitriptilin
D. Dexametason
E. Propanolol
Cluster Headache (kompetensi 3A)
10
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan
nyeri kepala seperti di bor dibelakang mata. Nyeri kepala dirasakan
sekitar mata kanan. Pasien juga mengeluhkan mata kanannya berair
dan hidung buntu. Keluhan ini sudah timbul 8x dalam setahun. Saat
kambuh durasi gejala 30 menit-1 jam. Tanda vital tekanan darah 120/80
mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu
tubuh 36oC. Pemeriksaan fisik lakrimasi +, injeksi konjungtiva, pupil
miosis, blefarospasme, pemeriksaan neurologis normal. Apa terapi
yang tepat untuk mencegah kekambuhan pada kasus ini?
A. Verapamil
B. Sumatriptan
C. Metamizole IV
D. Oksigen 100% NRM
E. Ibuprofen
10
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan
nyeri kepala seperti di bor dibelakang mata. Nyeri kepala dirasakan
sekitar mata kanan. Pasien juga mengeluhkan mata kanannya berair
dan hidung buntu. Keluhan ini sudah timbul 8x dalam setahun. Saat
kambuh durasi gejala 30 menit-1 jam. Tanda vital tekanan darah 120/80
mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu
tubuh 36oC. Pemeriksaan fisik lakrimasi +, injeksi konjungtiva, pupil
miosis, blefarospasme, pemeriksaan neurologis normal. Apa terapi
yang tepat untuk mencegah kekambuhan pada kasus ini?
A. Verapamil
B. Sumatriptan
C. Metamizole IV
D. Oksigen 100% NRM
E. Ibuprofen
 Definisi: nyeri kepala pada satu sisi yang disertai dengan keluarnya air mata
dan hidung tersumbat
 Sifat nyeri cluster:
a) Karakterisitik: nyeri sangat hebat, menyiksa, menusuk, tajam, bola mata
seperti hendak dicungkil keluar.
b) Lokasi: unilateral, pada area periorbita, retro-orbital, temporal, umumnya
tidak menjalar sekalipun kadang-kadang dapat menjalar ke area pipi,
rahang, oksipital, dan tengkuk.
c) Distribusi: nyeri pada divisi pertama dan kedua dari nervus trigemnius;
sekitar 18-20% pasien mengeluhkan nnyeri pada area trigeminus.
d) Onset: tiba-tiba, memuncak dalam 10-15 menit
e) Durasi: 5 menit hingga 3 jam per episode
f) Frekuensi: dapat terjadi 1-8 kali sehari selama berbulan-bulan.
g) Periodisitas: regularitas sikardian pada 47% kasus.
h) Remisi: periode panjang bebas nyeri dapat ditemukan pada sebagian pasien;
panjang remisi rata-rata 2 tahun, namun dapat berikisar antara 2 bulan
hingga 20 tahun
Pengobatan fase akut
• Pemberian oksigen.
• Triptan.
• Dihidroergotamin.
• Lidocain intranasal

Pengobatan preventif
• Calcium Channel Blocker Verampamil
• Kortikosteroid. prednison
• Litium Karbonat
10 A( profilaksis cluster headache)
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan
nyeri kepala seperti di bor dibelakang mata. Nyeri kepala dirasakan
sekitar mata kanan. Pasien juga mengeluhkan mata kanannya berair
dan hidung buntu. Keluhan ini sudah timbul 8x dalam setahun. Saat
kambuh durasi gejala 30 menit-1 jam. Tanda vital tekanan darah 120/80
mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu
tubuh 36oC. Pemeriksaan fisik lakrimasi +, injeksi konjungtiva, pupil
miosis, blefarospasme, pemeriksaan neurologis normal. Apa terapi
yang tepat untuk mencegah kekambuhan pada kasus ini?
A. Verapamil
B. Sumatriptan
C. Metamizole IV
D. Oksigen 100% NRM
E. Ibuprofen
11
 Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan sakit kepala sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Keluhan terutama dirasakan pada bagian belakang mata kiri
yang berlangsung 30-60 menit. Keluhan disertai dengan mata
merah, hidung berair. Riwayat serupa sejak 6 bulan yang lalu dan
berulang-ulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lakrimasi
(+), rhinorea (+), pemeriksaan neurologis dan TIO normal.
Apakah diagnosis pada pasien?
a) Cluster headache kontinyu
b) Cluster headache episodic
c) Migren tanpa aura
d) Migren dengan aura
e) Trigeminal neuralgia
11
 Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan sakit kepala sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Keluhan terutama dirasakan pada bagian belakang mata kiri
yang berlangsung 30-60 menit. Keluhan disertai dengan mata
merah, hidung berair. Riwayat serupa sejak 6 bulan yang lalu dan
berulang-ulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lakrimasi
(+), rhinorea (+), pemeriksaan neurologis dan TIO normal.
Apakah diagnosis pada pasien?
a) Cluster headache kontinyu
b) Cluster headache episodic
c) Migren tanpa aura
d) Migren dengan aura
e) Trigeminal neuralgia
 Klasifikasi:
 Tipe episodic, dimana terdapat setidaknya dua fase
cluster yang berlangsung selama 7 hari hingga 1 tahun,
yang diantarai oleh periode bebas nyeri selama 1 bulan
atau lebih lama.
 Tipe kronis, dimana fase cluster terjadi lebih dari sekali
dalam setahun, tanpa disertai remisi, atau dengan
priode bebas nyeri yang kurang dari 1 bulan
11 B
 Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan sakit kepala sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Keluhan terutama dirasakan pada bagian belakang mata kiri
yang berlangsung 30-60 menit. Keluhan disertai dengan mata
merah, hidung berair. Riwayat serupa sejak 6 bulan yang lalu dan
berulang-ulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lakrimasi
(+), rhinorea (+), pemeriksaan neurologis dan TIO normal.
Apakah diagnosis pada pasien?
a) Cluster headache kontinyu
b) Cluster headache episodic
c) Migren tanpa aura
d) Migren dengan aura
e) Trigeminal neuralgia elektrik shock like, unilateral, nervus V
Neuralgia Trigeminal (kompetensi
3A)
12
 Seorang perempuan berusia 58 tahun, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri pada rahang kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan seperti diiris-iris terutama saat cuci muka, sikat
gigi, berkumur, dan jika terkena hembusan angin. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hiperalgesia pada regio mandibula
sinistra. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a) Trigeminal neuralgia
b) Ramsay hunt syndrome
c) Glossopharingeal neuralgia
d) Post herpetic neuralgia
e) Occipital neuralgia
12
 Seorang perempuan berusia 58 tahun, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri pada rahang kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan seperti diiris-iris terutama saat cuci muka, sikat
gigi, berkumur, dan jika terkena hembusan angin. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hiperalgesia pada regio mandibula
sinistra. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a) Trigeminal neuralgia
b) Ramsay hunt syndrome
c) Glossopharingeal neuralgia
d) Post herpetic neuralgia
e) Occipital neuralgia
 Anamnesis 
 rasa nyeri, tertusuk, terbakar scara tiba tiba pada wajah, dapat
muncul secara mendadak.
 Setelah rasa nyeri biasa disertai dengan periode bebas nyeri.
 Rasa ini dapat muncul oleh rangsangan pada triger zone yang biasa
dilakukan pada saat menyikat gigi, mengenakan makeup, shaving,
cuci muka, bahkan pada saat ada getaran ketika sedang berlari atau
berjalan.
 Rasa nyeri dapat berlangsung detik hingga menit, serangan –
serangan paroxysmal pada wajah atau nyeri di frontal yang
berlangsung beberapa detik tidak sampai 2 menit.
 Gejala yang dirasakan pada Neuralgia trigeminal tipe I (klasik)
biasanya mempunyai periode remisi yang cukup lama, sedangkan
pada neuralgia trigeminal tipe II (atipikal) periode remisi biasanya
jarang dan lebih susah untuk diterapi
 Sifat Nyeri
 Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus,
tersering pada cabang mandibularis atau maksilaris.
 Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam ,
superficial, serasa menikam atau membakar.
 Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral.
 Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari
seperti makan, mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah
atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau
kontralateral.
 Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali.
12 A
 Seorang perempuan berusia 58 tahun, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri pada rahang kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan seperti diiris-iris terutama saat cuci muka, sikat
gigi, berkumur, dan jika terkena hembusan angin. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hiperalgesia pada regio mandibula
sinistra. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a) Trigeminal neuralgia
b) Ramsay hunt syndrome
c) Glossopharingeal neuralgia
d) Post herpetic neuralgia
e) Occipital neuralgia
13
 Seorang perempuan berusia 59 tahun datang ke Pskesmas dengan
keluhan nyeri di sekitar pipi kiri hilang timbul seperti diiris pisau tipis-
tipis. Serangan dirasakan saat sikat gigi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/70, N 78x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,8oC.
Pemeriksaan neurologis normal. Apakah farmakoterapi pada pasien
tersebut?

a) Diazepam
b) Dexametasone
c) Carbamazepin
d) Amitriptilin
e) Asam mafenamat
Obat Dosis Efek Samping
First Line
Karbamazepin (Bamgetol, 200-1200 mg Mual, mengantuk, kelelahan
Tegretol
Oxcarbazepine (Barzepin, 300-1800 mg dibagi menjadi 2-3 kali Mual, mengantuk, kelelahan
Prolepsi) sehari
Second Line
Gabapentin (Alpentin, Epiven) 900-3600 mg dosis dibagi menjadi 3 4 kali sehari Ataksia, kelelahan,
nistagmus, pusing, peningkatan
berat badan.
Lamotrigine (lamictal) 100-600 mg dosis dibagi menjadi 3 4 kali sehari Pusing, sakit kepala,
ruam, insomnia, artralgia, myalgia
dan Stevens Johnson Syndrome.
Baclofen (lioresal) 40-80 mg dosis dosis dibagi menjadi Kelelahan yang ekstrim, lemah dan
2 kali sehari mengantuk
Topiramat (Topamox) 200-400 mg dosis dibagi menjadi 2 Kelelahan, penurunan berat badan,
kali sehari parestesia, batu ginjal dan perasaan
depresi.
Sodium valproat, (Convulex, 500-2000 mg dosis dibagi menjadi 2 Mual, gangguan pencernaan, sedasi,
Depakote) kali sehari disfungsi trombosit, rambut rontok,
tremor, perubahan kognisi dan
hepatotoksisitas.
Phenytoin (Dilantin, Ditalin) 200-400 mg dosis 1 kali atau dibagi Pusing, mengantuk, ruam pada kulit,
menjadi 2 kali sehari insomnia, ataksia dan gingivitis
Clonazepam (Clonopin, Rikiona, 1,5-8 mg dosis dibagi menjadi 3-4 kali Ataksia, sedasi, pengembangan
Rivotril) sehari toleransi, dan sindrom withdrawal
jika tiba
Felbamate 1200-3600 mg dosis dibagi menjadi 3 Anoreksia, muntah, insomnia, mual,
kali sehari pusing, mengantuk, sakit kepala dan
beberapa interaksi Obat
Pimozide Pimozide Tergantung berat badan Reaksi neuromuskular
dan tidak lebih dari 10 mg sehari. (ekstrapiramidal) dan beberapa
interaksi obat.
Zonisamide 200-400 mg dosis dibagi menjadi 2 Mengantuk, anoreksia, pusing, sakit
kali sehari. kepala, mual, dan agitasi / mudah
marah.
Pregabalin (Lyrica) 100-600 mg dosis dibagi menjadi 2 Mengantuk, pusing, ataksia,
13 C
 Seorang perempuan berusia 59 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri di sekitar pipi kiri hilang timbul seperti diiris pisau tipis-
tipis. Serangan dirasakan saat sikat gigi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/70, N 78x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,8oC.
Pemeriksaan neurologis normal. Apakah farmakoterapi pada pasien
tersebut?

a) Diazepam
b) Dexametasone
c) Carbamazepin
d) Amitriptilin
e) Asam mafenamat
Tension Headache (kompetensi 4A)
14
 Seorang perempuan berusia 26 tahun, pegawai bank datang ke
klinik dengan keluhan nyeri kepala terasa berat di kedua kepala
seperti diikat berat dan seperti ditekan benda berat. Nyeri
dirasakan sampai pada leher bagian belakang hingga bahu.
Serangan berlangsung 1 jam, mual & muntah tidak dirasakan.
Nyeri muncul biasanya berlangsung 1-2x per hari dan keluhan ini
muncul terutama bila stress. Pasien juga mengeluh gastritis sejak
3 bulan yang lalu. Apakah farmakoterapi pada pasien tersebut?
A. Acetaminofen
B. Ergotamin
C. NSAID
D. Caffeine
E. Amitriptilin
Definisi
• bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan
peningkatan stres
Etiologi
• Vasokontriksi otot perikarnial

Anamnesis
• nyeri yang tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.
• Nyeri kepala tegang otot biasanya berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh.
• Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang atau terus menerus.
• Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala
bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan.
• Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan
bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala.
• Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
• Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja terjadi.
• Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang sering terbangun atau
bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.
• Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang
mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.
Klasifikasi
• nyeri kepala episodik: berlangsungnya kurang dari 15 hari dengan serangan
yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun).
• nyeri kepala tegang otot kronis: nyeri kepala tegang otot tersebut berlangsung
lebih dari 15 hari selama 6 bulan terakhir
Diagnosis banding
• Migren
• Cluster-type hedache (nyeri kepala kluster)
Terapi farmakologis
• acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen, naproxen,dan
ketoprofen
• kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat sedatif
biasa digunakan bersamaan.
Terapi nonfarmakologis: KIE

Prognosis:
• umumnya bonam karena dapat terkendali dengan pengobatan pemeliharaan
14 A
 Seorang perempuan berusia 26 tahun, pegawai bank datang ke
klinik dengan keluhan nyeri kepala terasa berat di kedua kepala
seperti diikat berat dan seperti ditekan benda berat. Nyeri
dirasakan sampai pada leher bagian belakang hingga bahu.
Serangan berlangsung 1 jam, mual & muntah tidak dirasakan.
Nyeri muncul biasanya berlangsung 1-2x per hari dan keluhan ini
muncul terutama bila stress. Pasien juga mengeluh gastritis sejak
3 bulan yang lalu. Apakah farmakoterapi pada pasien tersebut?
A. Acetaminofen
B. Ergotamin
C. NSAID
D. Caffeine
E. Amitriptilin
15
 Seorang perempuan berusia 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri
kepala seperti diikat dan ditekan benda berat sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri kepala dengan durasi 30 menit, membaik dengan istirahat.
Diketahui 2 bulan ini pasien merasa kurang tidur karena mendapat
tekanan dalam pekerjaan. tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Apakah farmakoterapi
yang tepat?

a. Asam valproate
b. Analgetik
c. Roborantia
d. Antidepressan
e. Neuroprotektan
15 B
 Seorang perempuan berusia 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri
kepala seperti diikat dan ditekan benda berat sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri kepala dengan durasi 30 menit, membaik dengan istirahat.
Diketahui 2 bulan ini pasien merasa kurang tidur karena mendapat
tekanan dalam pekerjaan. tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Apakah farmakoterapi
yang tepat?

a. Asam valproate
b. Analgetik
c. Roborantia
d. Antidepressan
e. Neuroprotektan
16
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dibawa orang tuanya
ke UGD karena digigit anjing pada lehernya. Dari keterangan ibu
pasien, pasien saat itu sedang ke pasar bersama ibunya,
kemudian datang anjing liar mendekati pasien. Tiba-tiba pasien
digigit dan dicakar oleh anjing itu. Setelah menggigit, anjing
tersebut pergi menghilang. Pasien dibersihkan lukanya diberi
betadin oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
vulnus morsum multipel dengan dasar jaringan otot, regio colli
D. Apakah terapi yang diberikan pada pasien tersebut?
a) Pembersihan luka
b) Pembersihan luka + SAR + VAR
c) Pembersihan luka + VAR
d) Pembersihan luka + SAR
e) Pembersihan luka + antibiotik
RABIES (KOMPETENSI 3B)
Definisi

• Rabies adalah penyakit infeksi akut sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies yang termasuk
genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae
• menginfeksi manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet, kucing, serigala, kelelawar) .

Etiologi

• virus, genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae

Anamnesis

• Stadium prodromal
• Stadium sensoris
• Stadium eksitasi
• Stadium paralisis

Anamnesis penderita terdapat riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan anjing,
kucing, atau binatang lainnya
• Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka).
• Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh).
• Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dan sebagainya).
• Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan, dan lain-lain).
Pemeriksaan fisik
• Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin telah dilupakan.
• Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah
sembuh (50%), mioedema (menetap selama perjalanan penyakit).
• Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat: hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi,
kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma abnormalitas ADH, paralitik/paralisis flaksid.
• Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian.
• Tanda patognomonis Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang
persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi,
kejang, hidrofobia dan aerofobia.
Penegakan Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit mati dalam 1 minggu.
• Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ditemukan parestesia pada daerah
gigitan.
• Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring
terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan
aerofobia.

Diagnosis banding:
• a. Tetanus.
• b. Ensefalitis.
• c. lntoksikasi obat-obat.
• d. Japanese encephalitis.
• e. Herpes simplex.
• f. Ensefalitis post-vaksinasi.
 Kriteria TERSANGKA RABIES:
 Anjing / hewan yang menggigit terbukti secara lab positif rabies.
 Anjing / hewan yang menggigit mati dalam waktu 5-10 hari.
 Anjing / hewan yang menggigit menghilang / terbunuh.
 Anjing / hewan yang menggigit dengan gejala rabies.
 Pemberian VAR:
 Dosis untuk semua umur : SAMA
 Hari 0: 2x suntikan IM; hari 7 dan 21: 1x suntikan IM
 Imovax atau Verorab 0,5 mL IM di deltoid kanan/kiri
 Menjilat mukosa, luka gigitan besar atau dalam, multipel,
luka pada muka, kepala, leher, jari tangan dan jari kaki :
 SAR (imovag rabies 20 IU/kgBB) ½ dosis suntikkan infiltrasi sekitar
luka, ½ dosis sisa IM di gluteal +
 VAR (slide sebelumnya)
16 B
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dibawa orang tuanya
ke UGD karena digigit anjing pada lehernya. Dari keterangan ibu
pasien, pasien saat itu sedang ke pasar bersama ibunya,
kemudian datang anjing liar mendekati pasien. Tiba-tiba pasien
digigit dan dicakar oleh anjing itu. Setelah menggigit, anjing
tersebut pergi menghilang. Pasien dibersihkan lukanya diberi
betadin oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
vulnus morsum multipel dengan dasar jaringan otot, regio colli
D. Apakah terapi yang diberikan pada pasien tersebut?
a) Pembersihan luka
b) Pembersihan luka + SAR + VAR*
c) Pembersihan luka + VAR
d) Pembersihan luka + SAR
e) Pembersihan luka + antibiotik
Spondilitis TB
17
 Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang dengan keluhan
kelumpuhan anggota gerak bagian bawah. Keluhan disertai
dengan gangguan BAK dan BAB. Pasien memiliki riwayat
batuk lama sekitar 6 minggu disertai dengan demam naik
turun dan keringat malam hari. Pemeriksaan neurologis
ditemukan paraparesis UMN setinggi T5, ditemukan gibus
di T5, retensi uri et alvi. Apakah diagnosis penyakit diatas?
a. Trauma medulla spinalis
b. Mielitis TB
c. Fraktur kompresi vertebra T5
d. Spondilitis TB
e. Tumor medulla spinalis
Manifestasi klinis spondylitis TB
• benjolan pada tulang belakang yang disertai nyeri.
• Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan punggungnya,
sehingga seakan-akan kaku.
• Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat
barang dari lantai.
• Nyeri tersebut akan berkurang jika beristirahat.
• Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus
disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan
membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang
secara progresif.
• Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid.
• Pada 80% kasus, terjadi kiposis 100, 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 100
dan hanya 4% kasus lebih dari 300. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat
disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada
tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke
bawah ligamen inguinal.
• Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal
dengan istilah Pott’s paraplegi,
Manifestasi klinis spondylitis TB
• benjolan pada tulang belakang yang disertai nyeri.
• Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan punggungnya,
sehingga seakan-akan kaku.
• Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat
barang dari lantai.
• Nyeri tersebut akan berkurang jika beristirahat.
• Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus
disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan
membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang
secara progresif.
• Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid.
• Pada 80% kasus, terjadi kiposis 100, 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 100
dan hanya 4% kasus lebih dari 300. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat
disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada
tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke
bawah ligamen inguinal.
• Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal
dengan istilah Pott’s paraplegi,
17 D
 Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang dengan keluhan
kelumpuhan anggota gerak bagian bawah. Keluhan disertai
dengan gangguan BAK dan BAB. Pasien memiliki riwayat
batuk lama sekitar 6 minggu disertai dengan demam naik
turun dan keringat malam hari. Pemeriksaan neurologis
ditemukan paraparesis UMN setinggi T5, ditemukan gibus
di T5, retensi uri et alvi. Apakah diagnosis penyakit diatas?
a. Trauma medulla spinalis
b. Mielitis TB
c. Fraktur kompresi vertebra T5
d. Spondilitis TB
e. Tumor medulla spinalis
18
 Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan
nyeri punggung sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mempunyai
riwayat batuk, keringat dingin pada malam hari dan
penurunan berat badan dalam 2 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisik VAS 7 dan ditemukan gibbus setinggi
torakal XI. Apa tatalaksana pada pasien?
a. Steroid
b. Anti virus
c. OAT
d. Antibiotik
e. Antifungi
 pemberian obat anti TB dikombinasikan dengan
imobilisasi menggunakan korset.
 Pengobatan non-operatif dengan menggunakan
kombinasi paling tidak 4 jenis obat anti tuberkulosis.
 Regimen 4 macam obat biasanya termasuk INH,
rifampisin, dan pirazinamid dan etambutol.
18 C
 Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan
nyeri punggung sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mempunyai
riwayat batuk, keringat dingin pada malam hari dan
penurunan berat badan dalam 2 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisik VAS 7 dan ditemukan gibbus setinggi
torakal XI. Apa tatalaksana pada pasien?
a. Steroid
b. Anti virus
c. OAT
d. Antibiotik
e. Antifungi
Tetanus (kompetensi 4A)
19
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke RSUD
Sanjiwani dengan keluhan mulut tidak bisa dibuka dan
perut teraba keras seperti papan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien tidak bisa makan lagi. Hasil pemeriksaan vital sign
menunjukkan TD 110/70mmHg, HR 88x/menit, RR
28x/menit. GCS E4M6Vx. Pada pemeriksaan status
neurologis ditemukan trismus (+), defans muskular (+).
Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Rabies
b. Meningitis
c. Tetanus
d. Ensefalitis
e. Poliomielitis
19
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke RSUD
Sanjiwani dengan keluhan mulut tidak bisa dibuka dan
perut teraba keras seperti papan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien tidak bisa makan lagi. Hasil pemeriksaan vital sign
menunjukkan TD 110/70mmHg, HR 88x/menit, RR
28x/menit. GCS E4M6Vx. Pada pemeriksaan status
neurologis ditemukan trismus (+), defans muskular (+).
Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Rabies
b. Meningitis
c. Tetanus
d. Ensefalitis
e. Poliomielitis
Anamnesis
• Tetanus lokal
• Tetanus sefalik
• Tetanus umum/generalisata

Pemeriksaan fisik
• Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap.
• Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial.
• Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan perut
(opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.

Pemeriksaan Penunjang
• Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik

Grading klasifikasi Albleet’s


• Grade 1 (ringan)
• Trismus ringan sampai sedang, spamisitas umum, tidak ada penyulit pernafasan, tidak ada spasme,
sedikit atau tidak ada disfagia.
• Grade 2 (sedang)
• Trismus sedang, rigiditas lebih jelas, spasme ringan atau sedang namun singkat, penyulit pernafasan
sedang dengan takipneu.
• Grade 3 (berat)
• Trismus berat, spastisitas umum, spasme spontan yang lama dan sering, serangan apneu, disfagia berat,
spasme memanjang spontan yang sering dan terjadi refleks, penyulit pernafasan disertai dengan
takipneu, takikardi, aktivitas sistem saraf otonom sedang yang terus meningkat.
• Grade 4 (sangat berat)
• Gejala pada grade 3 ditambah gangguan otonom yang berat, sering kali menyebabkan “autonomic storm”.
 Diagnosis banding:
 Meningoensefalitis
 Poliomielitis
 Rabies
 Lesi orofaringeal
 Tonsilitis berat
 Peritonitis
 Tetani, timbul karena hipokalsemia dan hipofasfatemia di
mana kadar kalsium dan fosfat dalam serum rendah.
 Keracunan Strychnine
 Reaksi fenotiazine
 Manajemen luka
 Pasien tetanus yang diduga menjadi port de entry
masuknya kuman C.tetani harus mendapatkan
perawatan luka. Luka dapat menjadi luka yang rentan
mengalami tetanus atau luka yang tidak rentan
 tetanus dengan kriteria sebagai berikut:
Luka rentan tetanus Luka yang tidak rentan tetanus
> 6-8 jam < 6 jam
Kedalaman > 1 cm Superfisial < 1 cm
Terkontaminasi Bersih
Bentuk stelat, avulsi, atau hancur Bentuknya linear, tepi tajam
(irreguler)
Denervasi, iskemik Neurovaskular intak
Terinfeksi (purulen, jaringan nekrotik) Tidak infeksi
Rekomendasi manajemen luka
traumatik
 Semua luka harus dibersihkan dan jika perlu dilakukan
debridemen.
 Riwayat imunisasi tetanus pasien perlu didapatkan.
 TT harus diberikan jika riwayat booster terakhir lebih dari 10
tahun jika riwayat imunisasi tidak diketahui, TT dapat
diberikan.
 Jika riwayat imunisasi terakhir lebih dari 10 tahun yang lalu,
maka tetanus imunoglobulin (TIg) harus diberikan.
 Keparahan luka bukan faktor penentu pemberian TIg.
19 C
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke RSUD
Sanjiwani dengan keluhan mulut tidak bisa dibuka dan
perut teraba keras seperti papan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien tidak bisa makan lagi. Hasil pemeriksaan vital sign
menunjukkan TD 110/70mmHg, HR 88x/menit, RR
28x/menit. GCS E4M6Vx. Pada pemeriksaan status
neurologis ditemukan trismus (+), defans muskular (+).
Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Rabies
b. Meningitis
c. Tetanus
d. Ensefalitis
e. Poliomielitis
Spina Bifida (kompetensi 2)
20
Bayi perempuan 3 hari datang ke RSUD Sanjiwani dengan
keluhan benjolan di punggung. Bayi lahir pervaginam, BBLR.
Riwayat BBLR pada persalinan sebelumnya, Riwayat ANC ibu
tidak jelas. Pada pemeriksaan fisik tanda vital dbn. Dijumpai
massa di punggung setinggi L2-3 terbungkus membran
translusen. Pada pemeriksaan didapatkan tungkai bawah
lemah, dan reflex meningkat. Apakah diagnosa pada pasien
ini?
A. Meningoencephalocele
B. Meningocele
C. Myeloschisis
D. Myelomeningocele
E. Tumor myelum
• S.Bifida: anomali perkembangan yg merupakan defek tabung
saraf, ditandai dengan penutupan lengkung vertebra sehingga
medula spinalis dan selaput meningen dapat menonjol keluar
(s.bifida cystica) atau tidak menonjol (s.bifida oculta)
• S.Bifida oculta: spina bifida dengan terdapatnya defek arcus
vertbra tanpa tonjolan medula spinalis atau selaput meningen
• S.Bifida cystic: spina bifida dengan terdapatnya tonjolan keluar
melalui tempat defek dalam bentuk benjolan kistik yg berisi
selaput meningen (meningokel), medula spinalis (mielokel) atau
keduanya (meningomielokel)
• Mielokisis: anomali perkembangan yg ditandai oleh adanya
celah di medula spinalis akibat kegagalan lempeng saraf untuk
menyatu dan membentuk tabung saraf sempurna atau akibat
ruptur tabung saraf setelah penutupannya.
20 D
Bayi perempuan 3 hari datang ke RSUD Sanjiwani dengan
keluhan benjolan di punggung. Bayi lahir pervaginam, BBLR.
Riwayat BBLR pada persalinan sebelumnya, Riwayat ANC ibu
tidak jelas. Pada pemeriksaan fisik tanda vital dbn. Dijumpai
massa di punggung setinggi L2-3 terbungkus membran
translusen. Pada pemeriksaan didapatkan tungkai bawah
lemah, dan reflex meningkat. Apakah diagnosa pada pasien
ini?
A. Meningoencephalocele
B. Meningocele
C. Myeloschisis
D. Myelomeningocele
E. Tumor myelum
Tetanus Neonatorum (kompetensi
3B)
21
Bayi laki-laki 16 hari dibawa ke UGD karena kejang-
kejang. Keluhan lain disertai demam dan tubuh kaku.
Riwayat persalinan di dukun di kampungnya,
persalinan cukup lancar dengan BBL 2300 g. Selama
persalinan tidak pernah ANC. Apakah diagnosis paling
mungkin pasien tersebut?
A. Kejang Demam
B. Meningitis
C. Tetanus Neonatorum
D. Icterus Neonatorum
E. Encephalitis
21
Bayi laki-laki 16 hari dibawa ke UGD karena kejang-
kejang. Keluhan lain disertai demam dan tubuh kaku.
Riwayat persalinan di dukun di kampungnya,
persalinan cukup lancar dengan BBL 2300 g. Selama
persalinan tidak pernah ANC. Apakah diagnosis paling
mungkin pasien tersebut?
A. Kejang Demam
B. Meningitis
C. Tetanus Neonatorum
D. Icterus Neonatorum
E. Encephalitis
TETANUS NEONATORUM
(KOMPETENSI 3b)
Definisi:
• merupakan penyakit tetanus yang disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium
tetani pada luka tertutup pada bayi baru lahir di usia < 28 hari setelah lahir.
Etiologi
• Clostridium tetani

Faktor risiko/penularan
• persalinan yang dilakukan oleh bukan tenaga medis ( di dukun bersalin)

Anamnesis
• Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat,
• Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh
kekakuan dan spasme.

Pemeriksaan fisik
• kekakuan dan spasme
• posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus yang berat dengan
lordosis lumbal.
• Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan
tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan
fleksi jari-jari kaki.
Diagnosis banding:
• Meningoensefalitis
• Meningitis
• Ensefaltisis
• Poliomielitis

Penatalaksanaan
• Diazepam dosis awal 2,5 mg intra vena perlahan-lahan selama 2 – 3 menit. Dosis rumat 8 – 10
mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam dimasukan ke dalam caian intravena dan diganti tiap 6 jam).
• Bila kejang masih sering timbul, boleh diberikan diazepam tambahan 2,5 mg secara intra vena perlahan-
lahan dalam 24 jam boleh diberikan tambahan diazepam 5 mg/kgBB/hari. Sehingga dosis diazepam
keseluruhan menjadi 15 mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinisnya membaik, diazepam diberikan per oral
dan diturunkan secara bertahap.
• Pada penderita dengan hiperbilirubinemia berat atau makin berat diberikan diazepam per oral dan setelah
bilirubin turun boleh diberikan diazepam intravena.
• ATS 10.000 U/hari dan diberikan selama 2 hari berturut-turut.
• Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis secara intra vena selama 10 hari.
• Bila terdapat gejala sepsis hendaknya penderita diobati seperti penderita sepsis pada umumnya dan kalau
pungsi lumbal tidak dapat dilakukan, maka penderita diobati sebagai penderita meningitis bakterial.
• Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70% dan betadine.
• Perhatikan jalan napas, diuresis dan keadaan vital lainnya. Bila banyak lendir jalan napas harus
dibersihkan dan bila perlu diberikan oksigen.

Pencegahan
• Immunisasi aktif dengan toxoid; Wanita usia subur mendapat 5x TT sebelum hamil (status tetanus toxoid 5
dosis yg memberi perlindungan 25 th)
• Perawatan luka dengan H2O2
• Persalinan yang bersih; bersih alat, tempat, dan tangan penolong persalinan
Tatalaksana Tetanus Neonatorum
21 C
Bayi laki-laki 16 hari dibawa ke UGD karena kejang-
kejang. Keluhan lain disertai demam dan tubuh kaku.
Riwayat persalinan di dukun di kampungnya,
persalinan cukup lancar dengan BBL 2300 g. Selama
persalinan tidak pernah ANC. Apakah diagnosis paling
mungkin pasien tersebut?
A. Kejang Demam
B. Meningitis
C. Tetanus Neonatorum
D. Icterus Neonatorum
E. Encephalitis
Meningitis (kompetensi 3B)
22
 Seorang anak laki-laki berusia 14 datang diantar orang tuanya
dengan keluhan sakit kepala yang sangat berat sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan demam dan penurunan berat
badan. Riwayat mengantuk tiga hari sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri kepala, kaku kuduk (+). Pada
pemeriksaan darah didapatkan penurunan Hb sedikit, leukosit
didapatkan leukositosis. Pada aspirasi lumbal didapatkan
limfosit 85%, protein ↑, glukosa 1,5. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pada pasien tersebut?
a. Meningitis TB
b. Meningitis Bakterial
c. Ensefalitis
d. Meningitis Viral
e. Meningitis Jamur
22
 Seorang anak laki-laki berusia 14 datang diantar orang tuanya
dengan keluhan sakit kepala yang sangat berat sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan demam dan penurunan berat
badan. Riwayat mengantuk tiga hari sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri kepala, kaku kuduk (+). Pada
pemeriksaan darah didapatkan penurunan Hb sedikit, leukosit
didapatkan leukositosis. Pada aspirasi lumbal didapatkan
limfosit 85%, protein ↑, glukosa 1,5. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pada pasien tersebut?
a. Meningitis TB
b. Meningitis Bakterial
c. Ensefalitis
d. Meningitis Viral
e. Meningitis Jamur
 Anamnesis 
 Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala:
 seperti panas mendadak,
 letargi,
 muntah
 kejang.
 Pemeriksaan fisik  Meningeal sign:
 Kaku Kuduk
 Brudzinski I-II sign
 Kernig sign
 Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium:
 stadium I atau stadium prodromal
 selama 2-3 minggu
 gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa.
 Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu
makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur
terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis.
 Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,
fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
 Stadium II atau stadium transisi
 berlangsung selama 1 – 3 minggu
 gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai
kejang terutama pada bayi dan anak-anak.
 Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-
tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat.
 Stadium III atau stadium terminal
 kelumpuhan
 gangguan kesadaran sampai koma.
 Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya
Infeksi Normal Bakterial Viral TB
Warna Jernih Keruh Jernih Xantokhrom
(orange)

Tekanan 5-20 ↑↑ N/↑


(cmH2O)

Protein (g/L) 0.18-0.45 ↑ N/↑ N/↑


Glukosa 2.5-3.5 ↓ N ↓
(mmol/L)

Jumlah <3 ↑↑ ↑ N/↑


Leukosit 100-5000 10-500 0-1000

Jenis Sel PMN MN MN


22 A
 Seorang anak laki-laki berusia 14 datang diantar orang tuanya
dengan keluhan sakit kepala yang sangat berat sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan demam dan penurunan berat
badan. Riwayat mengantuk tiga hari sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri kepala, kaku kuduk (+). Pada
pemeriksaan darah didapatkan penurunan Hb sedikit, leukosit
didapatkan leukositosis. Pada aspirasi lumbal didapatkan
limfosit 85%, protein ↑, glukosa 1,5. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pada pasien tersebut?
a. Meningitis TB
b. Meningitis Bakterial
c. Ensefalitis
d. Meningitis Viral
e. Meningitis Jamur
Ensefalitis (kompetensi 3B)
23
 Seorang laki-laki berusia 32 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan
kesadaran dan kemudian kejang 30 menit setelah di IGD. Pasien
mengalami penurunan kesadaran sejak 2 hari yang lalu, awalnya
mengantuk hingga sulit untuk dibangunkan. Pasien sempat kejang 1x
di rumah hari ini. Demam sejak 5 hari, sempat mengeluh kaku leher,
serta keluar cairan nanah berbau dari telinga kanan. Dari pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 98 x/menit,
frekuensi napas 24 x/menit, suhu tubuh 38,9oC, kaku kuduk +, Kernig
sign +. DL: Hb 13 g/dl, leukosit 18.850, Plt 350.000. Apakah diagnosis
yang tepat pada pasien tersebut?
A. Meningitis viral
B. Toxoplasmosis serebri
C. Meningoensefalitis bakterial
D. Abses serebri
E. Meningitis tuberkulosa
23
 Seorang laki-laki berusia 32 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan
kesadaran dan kemudian kejang 30 menit setelah di IGD. Pasien
mengalami penurunan kesadaran sejak 2 hari yang lalu, awalnya
mengantuk hingga sulit untuk dibangunkan. Pasien sempat kejang 1x
di rumah hari ini. Demam sejak 5 hari, sempat mengeluh kaku leher,
serta keluar cairan nanah berbau dari telinga kanan. Dari pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 98 x/menit,
frekuensi napas 24 x/menit, suhu tubuh 38,9oC, kaku kuduk +, Kernig
sign +. DL: Hb 13 g/dl, leukosit 18.850, Plt 350.000. Apakah diagnosis
yang tepat pada pasien tersebut?
A. Meningitis viral
B. Toxoplasmosis serebri
C. Meningoensefalitis bakterial
D. Abses serebri
E. Meningitis tuberkulosa
Ensefalitis Supurativa taphylococcus aureus, streptococcus,
E.coli dan M.tuberculosa.
• Trias ensefalitis Demam, Kejang, Kesadaran menurun
• Bila berkembang menjadi abses serebri akan timbul gejala-gejala infeksi umum,
• tanda-tanda meningkatnya tekanan intracranial : nyeri kepala yang kronik dan
progresif,muntah, penglihatan kabur, kejang, kesadaran menurun, pada
pemeriksaan mungkin terdapat edema papil.
• Tanda-tanda defisit neurologis tergantung pada lokasi dan luas abses

Ensefalitis Siphylis Disebabkan oleh Treponema pallidum.

• Gejala-gejala neurologis:
• Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan, afasia, apraksia,
• hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering dijumpai pupil Agryll-
• Robertson,nervus opticus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir
• timbul gangguanan-gangguan motorik yang progresif.
• Gejala-gejala mental
• Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang menurun perlahan-
lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi
menurun, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu.
Ensefalitis Virus cth rabdovirus, picornavirus,
arenavirus, herpes virus, poxvirus, rota virus
• Dimulai dengan demam,
• nyeri kepala,
• vertigo,
• nyeri badan,
• nausea,
• kesadaran menurun,
• timbul serangan kejang-kejang,
• kaku kuduk,
• hemiparesis
• paralysis bulbaris
Infeksi Normal Bakterial Viral TB
Warna Jernih Keruh Jernih Xantokhrom
(orange)

Tekanan 5-20 ↑↑ N/↑


(cmH2O)

Protein (g/L) 0.18-0.45 ↑ N/↑ N/↑


Glukosa 2.5-3.5 ↓ N ↓
(mmol/L)

Jumlah <3 ↑↑ ↑ N/↑


Leukosit 100-5000 10-500 0-1000

Jenis Sel PMN MN MN


23 C
 Seorang laki-laki berusia 32 tahun dibawa ke IGD dengan penurunan
kesadaran dan kemudian kejang 30 menit setelah di IGD. Pasien
mengalami penurunan kesadaran sejak 2 hari yang lalu, awalnya
mengantuk hingga sulit untuk dibangunkan. Pasien sempat kejang 1x
di rumah hari ini. Demam sejak 5 hari, sempat mengeluh kaku leher,
serta keluar cairan nanah berbau dari telinga kanan. Dari pemeriksaan
didapatkan tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 98 x/menit,
frekuensi napas 24 x/menit, suhu tubuh 38,9oC, kaku kuduk +, Kernig
sign +. DL: Hb 13 g/dl, leukosit 18.850, Plt 350.000. Apakah diagnosis
yang tepat pada pasien tersebut?
A. Meningitis viral
B. Toxoplasmosis serebri
C. Meningoensefalitis bakterial
D. Abses serebri
E. Meningitis tuberkulosa
24
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun diantar keluarga ke IGD RSUD
dengan penurunan kesadaran sejak 3 jam yang lalu. Riwayat sering
mengantuk, lemah, nyeri kepala dan leher sejak 4 hari yang lalu.
Tekanan darah 130/80 mmHg, anggota gerak kiri lebih lemah dari pada
kanan. Pemeriksaan fisik kaku kuduk +, Kernig sign +. Pemeriksaan
lumbal pungsi sel meningkat, monosit 70%, neutrofil 30%, glukosa
normal, protein meningkat. Apakah diagnosis yang paling mungkin
pada pasien tersebut?
A. Meningitis Bakterial
B. Meningoensefalitis Viral
C. Abses Otak
D. Stroke Infark
E. Stroke Perdarahan Subarachnoid
24
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun diantar keluarga ke IGD RSUD
dengan penurunan kesadaran sejak 3 jam yang lalu. Riwayat sering
mengantuk, lemah, nyeri kepala dan leher sejak 4 hari yang lalu.
Tekanan darah 130/80 mmHg, anggota gerak kiri lebih lemah dari pada
kanan. Pemeriksaan fisik kaku kuduk +, Kernig sign +. Pemeriksaan
lumbal pungsi sel meningkat, monosit 70%, neutrofil 30%, glukosa
normal, protein meningkat. Apakah diagnosis yang paling mungkin
pada pasien tersebut?
A. Meningitis Bakterial
B. Meningoensefalitis Viral
C. Abses Otak
D. Stroke Infark
E. Stroke Perdarahan Subarachnoid
24 B
 Seorang laki-laki berusia 28 tahun diantar keluarga ke IGD RSUD
dengan penurunan kesadaran sejak 3 jam yang lalu. Riwayat sering
mengantuk, lemah, nyeri kepala dan leher sejak 4 hari yang lalu.
Tekanan darah 130/80 mmHg, anggota gerak kiri lebih lemah dari pada
kanan. Pemeriksaan fisik kaku kuduk +, Kernig sign +. Pemeriksaan
lumbal pungsi sel meningkat, monosit 70%, neutrofil 30%, glukosa
normal, protein meningkat. Apakah diagnosis yang paling mungkin
pada pasien tersebut?
A. Meningitis Bakterial
B. Meningoensefalitis Viral
C. Abses Otak
D. Stroke Infark
E. Stroke Perdarahan Subarachnoid
Toxoplasmosis serebral (kom 2)
25
 Seorang perempuan berusia 35 tahun dibawa keluarganya ke UGD
karena sulit dibangunkan sejak 3 jam yang lalu. Menurut keluarga,
pasien tampak sangat mengantuk selama 3 hari terakhir. Pasien
memiliki riwayat sering mengalami diare yang tidak sembuh-sembuh
dan riwayat penurunan berat badan yang drastis 3 bulan ini. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak sangat kurus, suhu 39,50C, kesadaran
sopor, ketika leher difleksikan secara pasif lutut ikut fleksi. Dilakukan
MRI hasil diperoleh contrast enhancing multiple lessions. Apakah
diagnosis pada kasus ini?
A. Cerebral TB
B. Cysticercosis
C. Encephalitis viral
D. Toxoplasmosis cerebri
E. Tumor cerebri metastase
25
 Seorang perempuan berusia 35 tahun dibawa keluarganya ke UGD
karena sulit dibangunkan sejak 3 jam yang lalu. Menurut keluarga,
pasien tampak sangat mengantuk selama 3 hari terakhir. Pasien
memiliki riwayat sering mengalami diare yang tidak sembuh-sembuh
dan riwayat penurunan berat badan yang drastis 3 bulan ini. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak sangat kurus, suhu 39,50C, kesadaran
sopor, ketika leher difleksikan secara pasif lutut ikut fleksi. Dilakukan
MRI hasil diperoleh contrast enhancing multiple lessions. Apakah
diagnosis pada kasus ini?
A. Cerebral TB
B. Cysticercosis
C. Encephalitis viral
D. Toxoplasmosis cerebri
E. Tumor cerebri metastase
Anamnesis dan Pem Fisik
• gejala bisa saja tidak muncul dan penderita dapat pulih sepenuhnya.
• Namun pada kasus lainnya, gejala dapat muncul beberapa minggu dengan
gejala yang dirasakan biasanya ringan dan serupa dengan gejala flu,
• yaitu demam, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, serta
pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala tersebut dapat membaik dalam
waktu 6 minggu.
• Gejala lebih serius dapat dialami janin yang terinfeksi parasit ini pada
trimester awal kehamilan, berupa kelahiran prematur, keguguran, atau
kematian janin dalam kandungan.
penderita gangguan kekebalan tubuh
• Sulit bicara, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, pusing, tampak
bingung, kejang, hingga koma, jika toksoplasmosis menyerang otak.
• Ruam, demam, menggigil, lemas, dan sesak napas, jika toksoplasmosis
menyebar ke seluruh tubuh.
Pem Penunjang
• tes serologi (antibodi tubuh terhadap parasit T. gondii)
• CT Scan multiple ring-enhancement lesion
• Ibu HamilAmniocentesis & USG
25 D
 Seorang perempuan berusia 35 tahun dibawa keluarganya ke UGD
karena sulit dibangunkan sejak 3 jam yang lalu. Menurut keluarga,
pasien tampak sangat mengantuk selama 3 hari terakhir. Pasien
memiliki riwayat sering mengalami diare yang tidak sembuh-sembuh
dan riwayat penurunan berat badan yang drastis 3 bulan ini. Pada
pemeriksaan fisik pasien tampak sangat kurus, suhu 39,50C, kesadaran
sopor, ketika leher difleksikan secara pasif lutut ikut fleksi. Dilakukan
MRI hasil diperoleh contrast enhancing multiple lessions. Apakah
diagnosis pada kasus ini?
A. Cerebral TB
B. Cysticercosis
C. Encephalitis viral
D. Toxoplasmosis cerebri
E. Tumor cerebri metastase
Abses Cerebral ( Kom 2)
26
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun dibawa ke UGD oleh
keluarganya dengan keluhan lemah pada tubuh sebelah kiri
sejak 4 hari yang lalu dan muntah-muntah berkali-kali. Keluhan
ini dirasakan berangsur-angsur semakin parah. Riwayat nyeri
kepala sejak 3 bulan lalu, makin memberat dan terdapat riwayat
telinga sering mengeluarkan cairan nanah berbau. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/80, N 88, RR 24, t 38,9,
parese nervus VII sinistra UMN, dan nervus VI bilateral. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
A. Stroke hemoragik
B. Abses otak
C. Toxoplasmosis cerebri
D. Tumor intrakranial
E. HIV + komplikasi intrakranial
26
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun dibawa ke UGD oleh
keluarganya dengan keluhan lemah pada tubuh sebelah kiri
sejak 4 hari yang lalu dan muntah-muntah berkali-kali. Keluhan
ini dirasakan berangsur-angsur semakin parah. Riwayat nyeri
kepala sejak 3 bulan lalu, makin memberat dan terdapat riwayat
telinga sering mengeluarkan cairan nanah berbau. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/80, N 88, RR 24, t 38,9,
parese nervus VII sinistra UMN, dan nervus VI bilateral. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
A. Stroke hemoragik
B. Abses otak
C. Toxoplasmosis cerebri
D. Tumor intrakranial
E. HIV + komplikasi intrakranial
ABSES OTAK (KOMPETENSI 2)
Definisi
• Abses otak adalah suatu proses infeksi dengan pernanahan yang terlokalisir diantara jaringan
otak yang disebabkan oleh berbagai macam variasi bakteri, fungus dan protozoa.

Etiologi
• Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga tengah, sinusitis
(paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries).
• Penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektase,
pneumonia), endokarditis bakterial akut dan subakut dan pada penyakit jantung bawaan
Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi pada substansi putih dan abu dari jaringan otak).
• Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti AIDS, penderita
penyakit kronis yang mendapat kemoterapi/steroid yang dapat menurunkan sistem kekebalan
tubuh. 20-37% penyebab abses otak tidak diketahui.

Patofisiologi
• Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar otak
maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan
operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian
otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang
perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
• tidak khas (gejala-gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejala gejala peninggian tekanan
intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang)
• trias abses otak yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan intrakranial dan gejala neurologik
fokal.
• Gejala lainnya seperti gangguan pendengaran dan mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan
kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit. (abses lobus temporalis)
• Abses serebelum gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus.
• Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal.

Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan darah perifer yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap darah didapatkan peninggian
lekosit dan laju endap darah.
• Pemeriksaan cairan serebrospinal gambaran yang normal. Kadang didapatkan kadar protein yang
sedikit meninggi dan sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang.
• Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial, dapat pula menunjukkan
adanya fokus infeksi ekstraserebral (tidak dapat diidentifikasi adanya abses)
• Pemeriksaan EEG lokalisasi abses dalam hemisfer.
• Ct-Scan single ring-enhancement
• MRI

Diagnosis banding
• Toksoplasmosis cerebral
• Cryptococcus neoformans
• Meningosensefalitis
• Meningitis
Terapi farmakologis
• Sefalosporin gen 3 (Cefotaxime atau ceftriaxone)
• Metronidazole
• Steroid (prednisolone atau dexamethasone)

Komplikasi:
• Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang subarachnoid
• Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus
• Edema otak
• Herniasi oleh massa Abses otak
26 B
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun dibawa ke UGD oleh
keluarganya dengan keluhan lemah pada tubuh sebelah kiri
sejak 4 hari yang lalu dan muntah-muntah berkali-kali. Keluhan
ini dirasakan berangsur-angsur semakin parah. Riwayat nyeri
kepala sejak 3 bulan lalu, makin memberat dan terdapat riwayat
telinga sering mengeluarkan cairan nanah berbau. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/80, N 88, RR 24, t 38,9,
parese nervus VII sinistra UMN, dan nervus VI bilateral. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
A. Stroke hemoragik
B. Abses otak
C. Toxoplasmosis cerebri
D. Tumor intrakranial
E. HIV + komplikasi intrakranial
Bells palsy Kom 4A
27
 Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan wajah mencong ke kanan tiba-tiba setelah bangun tidur.
Wajahnya tampak tidak simetris dan kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sempurna serta berbicara pelo. Keluhan pernah
dialami pasien 2x sekitar 6 bulan lalu. Pasien merupakan supir
ojek online yang sering bekerja hingga malam hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, N 88, RR 22x, t 37,4.
Status neurologis GCS 15, parese N. VII S tipe LMN. Apakah
farmaakoterapi yang paling tepat untuk pasien tersebut?
A. Mecobalamin 3x500 mg
B. Citicolin 3x500 mg
C. Prednison 3x20 mg
D. Asiklovir 5x800 mg
E. Aspilet 1x 320 mg
27
 Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan wajah mencong ke kanan tiba-tiba setelah bangun tidur.
Wajahnya tampak tidak simetris dan kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sempurna serta berbicara pelo. Keluhan pernah
dialami pasien 2x sekitar 6 bulan lalu. Pasien merupakan supir
ojek online yang sering bekerja hingga malam hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, N 88, RR 22x, t 37,4.
Status neurologis GCS 15, parese N. VII S tipe LMN. Apakah
farmaakoterapi yang paling tepat untuk pasien tersebut?
A. Mecobalamin 3x500 mg
B. Citicolin 3x500 mg
C. Prednison 3x20 mg
D. Asiklovir 5x800 mg
E. Aspilet 1x 320 mg
FACIAL PARALYSIS/BELLS’ PALSY
(KOMPETENSI 4)
Definisi
• paralisis fasialis idiopatik, merupakan , akut, unilateral, paralisis saraf
fasial type LMN (perifer),
Etiologi
• idiopatik, kemungkinan virus, inflamasi, auto imun dan etiologi
iskemik.
Anamnesis
• Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral, dengan onset akut
(periode 48 jam)
• Nyeri auricular posterior
• Penurunan produksi air mata
• Hiperakusis
• Gangguan pengecapan
• Otalgia
Gejala awal:
• Kelumpuhan muskulus fasialis
Tidak mampu menutup mata
Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%)
Perubahan pengecapan (57%)
Hiperakusis (30%)
Kesemutan pada dagu dan mulut
Epiphora
Nyeri ocular
Penglihatan kabur

Pemeriksaan fisik
• Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII) melibatkan
kelemahan wajah satu sisi (atas dan bawah
• Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi
pada sisi berlawanan dengan kelumpuhan.
• Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar.
• Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh.
• Nyeri auricular posterior
• Gangguan pengecapan
Diagnosis banding
• Acoustic neuroma danlesi cerebellopontine angle.
• Otitis media akut atau kronik.
• Amiloidosis.
• Aneurisma A. vertebralis, A. basilaris, atau A. carotis.
• Sindroma autoimun.
• Botulismus.
• Karsinomatosis.
• Penyakit carotid dan stroke, termasuk fenomena emboli.
• Cholesteatoma telinga tengah.
• Malformasi congenital.
• Schwannoma N. Fasialis.
• Infeksi ganglion genikulatum

Terapi farmakologis
• Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’ palsy (American
Academy Neurology/AAN, 2011).
• Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial, jika diberikan
pada onset awal (ANN, 2012).
• Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan
bertahap total selama 10 hari.
• Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus
varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
• lubrikasi okular topikal (artifisial tear)
Fisioterapi atau akupunktur
27
 Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan wajah mencong ke kanan tiba-tiba setelah bangun tidur.
Wajahnya tampak tidak simetris dan kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sempurna serta berbicara pelo. Keluhan pernah
dialami pasien 2x sekitar 6 bulan lalu. Pasien merupakan supir
ojek online yang sering bekerja hingga malam hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, N 88, RR 22x, t 37,4.
Status neurologis GCS 15, parese N. VII S tipe LMN. Apakah
farmaakoterapi yang paling tepat untuk pasien tersebut?
A. Mecobalamin 3x500 mg
B. Citicolin 3x500 mg
C. Prednison 3x20 mg
D. Asiklovir 5x800 mg
E. Aspilet 1x 320 mg
Vertigo (Kom 4A)
28
 Seorang perempuan berusia 63 tahun, datang ke IGD
rumah sakit dengan keluhan pusing berputar yang
dirasakan dari 1/2 jam yang lalu. Keluhan disertai mual dan
muntah terutama jika perubahan posisi kepala. Riwayat
keluhan serupa sering, hilang timbul. Serangan datang
mendadak dan berlangsung kurang 1 menit. Tidak ada
penurunan kesadaran. Riwayat demam dan gangguan
pendengaran tidak ada. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meniere
B. BPPV
C. Labirinitis
D. TIA
E. Tekanan intrakranial tinggi
28
 Seorang perempuan berusia 63 tahun, datang ke IGD
rumah sakit dengan keluhan pusing berputar yang
dirasakan dari 1/2 jam yang lalu. Keluhan disertai mual dan
muntah terutama jika perubahan posisi kepala. Riwayat
keluhan serupa sering, hilang timbul. Serangan datang
mendadak dan berlangsung kurang 1 menit. Tidak ada
penurunan kesadaran. Riwayat demam dan gangguan
pendengaran tidak ada. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meniere
B. BPPV
C. Labirinitis
D. TIA
E. Tekanan intrakranial tinggi
VERTIGO (KOMPETENSI 4A)
Definisi
• persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya.
• Vertigo vestibular: sentral, perifer
• Vertigo non vestibular

Etiologi
• Vertigo vestibular
• Vertigo perifer :Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV), Meniere’s Disease, neuritis
vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII,
microvaskular compression, fistel perilimfe.
• Vertigo sentral :migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi.
• Vertigo non vestibular
• polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop, hipotensi ortostatik,
hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik

Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan system kardiovaskuler
• Pemeriksaan neurologis
Gejala Vertigo vestibuler Vertigo non vestibuler
Sensasi Rasa berputar Melayang, goyang
Tempo serangan Episodik Kontinu, konstan
Mul dan muntah Positif Negatif
Gangguan pendengaran Positif atau negatif Negatif
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual

Gejala Perifer Sentral


Bangkitan Lebih mendadak Lebih lambat
Beratnya vertigo Berat Ringan
Pengaruh gerakan kepala ++ +/-
Mual/muntah/keringatan ++ +
Gangguan pendengaran +/- -
Tanda fokal otak - +/-
Gangguan otologi Gangguan neurologi Keadaan lain
Penyakit meniere Lesi susunan saraf pusat Kecemasan

Neuritis vestibularis Migraine associated dizziness Gangguan panik


Labirhinitis Insufisiensi vertebrobasiler Vertigo servikogenik
Superior canal dehi-scence Penyakit demielinisasi Efek samping obat
syndrome
Vertigo pasca trauma Hipotensi postural

Terapi farmakologis
• Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,
siklisin)
• Kalsium Antagonis (Cinnarizine)

Terapi nonfarmakologis
• Manuver Epley
• Prosedur Semont
• Metode Brand Daroff
28
 Seorang perempuan berusia 63 tahun, datang ke IGD
rumah sakit dengan keluhan pusing berputar yang
dirasakan dari 1/2 jam yang lalu. Keluhan disertai mual dan
muntah terutama jika perubahan posisi kepala. Riwayat
keluhan serupa sering, hilang timbul. Serangan datang
mendadak dan berlangsung kurang 1 menit. Tidak ada
penurunan kesadaran. Riwayat demam dan gangguan
pendengaran tidak ada. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meniere
B. BPPV
C. Labirinitis
D. TIA
E. Tekanan intrakranial tinggi
29
 Seorang laki-laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD RS dengan
keluhan kejang 4x sejak 2 hari yang lalu. Mulut kaku sulit dibuka
dan perut terasa keras. Dari anamnesis diketahui 3 minggu yang
lalu kaki pasien tertusuk paku saat bekerja sebagai kuli
bangunan. Saat di IGD pasien sempat kejang kembali 2x. Tensi
80/59, N 120x teraba lemah, RR 44x, R 39,7, didapatkan spasme
otot-otot wajah, trismus berat, punggung kaku, perut teraba
keras. Apakah diagnosis pasien tersebut menurut klasifikasi
Ablett?
A. Tetanus grade I
B. Tetanus grade II
C. Tetanus grade III
D. Tetanus grade IV
E. Tetanus grade V
29
 Seorang laki-laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD RS dengan
keluhan kejang 4x sejak 2 hari yang lalu. Mulut kaku sulit dibuka
dan perut terasa keras. Dari anamnesis diketahui 3 minggu yang
lalu kaki pasien tertusuk paku saat bekerja sebagai kuli
bangunan. Saat di IGD pasien sempat kejang kembali 2x. Tensi
80/59, N 120x teraba lemah, RR 44x, R 39,7, didapatkan spasme
otot-otot wajah, trismus berat, punggung kaku, perut teraba
keras. Apakah diagnosis pasien tersebut menurut klasifikasi
Ablett?
A. Tetanus grade I
B. Tetanus grade II
C. Tetanus grade III
D. Tetanus grade IV
E. Tetanus grade V
Meniere Kom 3A
30
 Seorang perempuan berusia 49 tahun, datang dengan
keluhan pusing berputar dan telinga berdenging. Keluhan
ini disertai mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/80, N 86, RR 18, Tax 36,7, ditemukan
adanya tuli sensorineural. Apakah diagnosis yang tepat
kasus ini?
A. Vertigo sentral
B. Meniere disease
C. Labirinitis
D. Vertigo perifer
E. Neuritis vestibularis
30 B
 Seorang perempuan berusia 49 tahun, datang dengan
keluhan pusing berputar dan telinga berdenging. Keluhan
ini disertai mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/80, N 86, RR 18, Tax 36,7, ditemukan
adanya tuli sensorineural. Apakah diagnosis yang tepat
kasus ini?
A. Vertigo sentral
B. Meniere disease
C. Labirinitis
D. Vertigo perifer
E. Neuritis vestibularis
31
 Seorang perempuan berusia 28 tahun, datang dengan keluhan
wajah asimetris, pada saat tersenyum bibir tertarik ke kiri, mata
kanan memerah dan dahi kanan tidak terdapat kerutan pada
waktu diangkat. Pasien memiliki riwayat berpergian malam
menggunakan sepeda motor untuk bekerja. Pada pemeriksaan
tanda vital TD 130/80 mmHg, RR 18x/menit, suhu 36,3 C, nadi
84x/menit, keempat ekstremitas normal. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pasien tersebut?
A. Stroke iskemik
B. Migrain
C. Bell’s palsy
D. Parkinson disease
E. Neuralgia trigeminal
31C
 Seorang perempuan berusia 28 tahun, datang dengan keluhan
wajah asimetris, pada saat tersenyum bibir tertarik ke kiri, mata
kanan memerah dan dahi kanan tidak terdapat kerutan pada
waktu diangkat. Pasien memiliki riwayat berpergian malam
menggunakan sepeda motor untuk bekerja. Pada pemeriksaan
tanda vital TD 130/80 mmHg, RR 18x/menit, suhu 36,3 C, nadi
84x/menit, keempat ekstremitas normal. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pasien tersebut?
A. Stroke iskemik
B. Migrain
C. Bell’s palsy
D. Parkinson disease
E. Neuralgia trigeminal
Demensia (Kom 3A)
Alzheimer (Kom 2)
32
 Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun datang di antar ibunya ke
UGD dengan keluhan kejang sejak 10 menit yang lalu. Keluhan
juga berulang pada 1 jam sebelumnya. Anak sadar antara kejang
tersebut. Riwayat demam sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapakan suhu 39oC, N 102 x/menit, RR 18 x/menit. Apakah
diagnosis yg paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Kejang demam simpleks
B. Absanse epilepsi
C. Epilepsi grand mal
D. Kejang demam kompleks
E. Simple parsial epilepsi
 Anamnesis 
 Keluhan utama adalah kejang.
 Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang,
 mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang.
 Umumnya kejang demam pada anak dan berlangsung pada permulaan demam
akut, berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak
ada tanda-tanda neurologi post iktal.
 riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan,
trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang.

 Pemeriksaan fisik 
 tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma akut kepala, dan adanya
kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis
fokal.
 Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk
mencari faktor penyebab.
 Kejang demam sederhana
 Kejang generalisata

 Durasi: < 15 menit

 Kejang tidak disebabkan oleh adanya meningitis, encephalitis,


atau penyakit yang berhubungan dengan gangguan di otak
 Kejang tidak berulang dalam 24 jam.

 Kejang demam kompleks


 Kejang fokal

 Durasi: > 15 menit

 Dapat terjadi kejang berulang dalam 24 jam.


32 D
 Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun datang di antar ibunya ke
UGD dengan keluhan kejang sejak 10 menit yang lalu. Keluhan
juga berulang pada 1 jam sebelumnya. Anak sadar antara kejang
tersebut. Riwayat demam sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapakan suhu 39oC, N 102 x/menit, RR 18 x/menit. Apakah
diagnosis yg paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Kejang demam simpleks
B. Absanse epilepsi
C. Epilepsi grand mal
D. Kejang demam kompleks
E. Simple parsial epilepsi
33
 Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS
dikarenakan sebelumnya kejang selama 5 menit, kejang
seluruh tubuh saat berada dirumah, 1 hari sebelumnya
anak menderita batuk pilek dan badan panas. Riwayat
kejang demam sejak umur 8 bulan. Saat di periksa di RS
pasien kejang lagi selama 2 menit. Apakah yang sebaiknya
dokter berikan untuk mengatasi kejang tersebut?
A. Fenitoin subrektal
B. Diazepam subrektal*
C. Diazepam IV
D. Fenobarbital IV
E. Fenobarbital IM
 Terapi farmakologis
 Diazepam per rektal (0,5mg/kg) atau lorazepam (0,1
mg/kg) harus segera diberikan jika akses intravena tidak
dapat dilakukan dengan mudah.
 Buccal midazolam (0,5 mg/kg, dosis maksimal = 10 mg)
lebih efektif daripada diazepam per rektal untuk anak.
 Lorazepam intravena, setara efektivitasnya dengan
diazepam intravena dengan efek samping yang lebih
minimal (termasuk depresi pernapasan) dalam
pengobatan kejang tonik klonik akut.
 Bila akses intravena tidak tersedia, midazolam adalah
pengobatan pilihan.
33
 Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun dibawa ke RS
dikarenakan sebelumnya kejang selama 5 menit, kejang
seluruh tubuh saat berada dirumah, 1 hari sebelumnya
anak menderita batuk pilek dan badan panas. Riwayat
kejang demam sejak umur 8 bulan. Saat di periksa di RS
pasien kejang lagi selama 2 menit. Apakah yang sebaiknya
dokter berikan untuk mengatasi kejang tersebut?
A. Fenitoin subrektal
B. Diazepam subrektal
C. Diazepam IV
D. Fenobarbital IV
E. Fenobarbital IM
34
 Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke praktek
dokter umum dengan keluhan demam yang diselingi
dengan menggigil. Pasien tinggal di Papua selama 1 bulan
untuk urusan kantor. Pada pemeriksaan hapusan darah
ditemukan gambaran pisang. Apa komplikasi yang paling
berbahaya pada kondisi ini adalah
A. Black water fever
B. Malaria cerebral
C. Black dot
D. pneumonia
E. Asidosis metabolik
MALARIA CEREBRAL (KOMPETENSI
3B)
Definisi
• malaria dengan penurunan kesadaran yang dinilai dengan skala dari Glasgow Coma
Scale (GCS).

Etiologi
• akibat sumbatan pembuluh darah kapiler di otak karena menurunnya aliran darah
efektif dan adanya hemolisa sel darah. Hal tersebut dikarenakan oleh infeksi
Plasmodium falciparum yang ditularkan oleh nyamuk anopheles betina

Faktor risiko/penularan
• Bayi dengan BBLR
• Hipoglikemi yang tidak tertangani.

Diagnosis banding
• Meningitis
• Tifoid ensefalopati
• Tetanus
• Penyakit pembuluh darah otak (stroke hemoragik/nonhemoragik)
• Penyakit endokrin/metabolik (diabetes dan tiroid)
Patofisiologi
Anamnesis
•  trias malaria (demam, menggigil dan berkeringat), sakit kepala, gangguan mental, nyeri
tengkuk, kaku otot dan kejang umum.
Fase prodromal
• gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluh sakit pinggang, mialgia, demam yang hilang
timbul serta kadang-kadang menggigil, dan sakit kepala
Fase akut
• komplikasi seperti sakit kepala yang sangat hebat, mual, muntah, diare, batuk berdarah, gangguan
kesadaran, pingsan, kejang, hemiplegi dan dapat berakhir dengan kematian.
• pemeriksaan fisik akan ditemukan cornea mata divergen, anemia, ikterik, purpura, akan tetapi
tidak ditemukan adanya tanda rangsang meningeal.

Pemeriksaan fisik
• Dapat dijumpai adanya splenomegali dan hepatomegali saat pemeriksaan fisik.
• Cek kesadaraanGangguan kesadaran atau koma (biasanya 24 – 72 jam)  dewasa GCS < 11 dan
anak Blantyre coma score < 3.
Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis dijumpai bentuk aseksual dari Plasmodium
falciparum.
• Hipoglikemi, hiponatremi, hipofosfatemi, pleositosis sampai 80 sel/mikron3, limfosit sampai 15
sel/mikron3.
• Analisa cairan serebrospinal adanya peningkatan limfosit > 15/ul.
• CT  edema serebral.
• MRI edema serebral.
Lini 1
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Hari 0- 1 2 – 11 1–4 5–9 10 – 14 > 15


Dosis tunggal
bulan bulan tahun tahun tahun tahun

Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4

1 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Primakuin -- -- ¾ 1½ 2 2-3

Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
2
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4

Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
3
Lini ke 2
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur

Hari 0 – 11 1–4 5–9 10 – 14 > 15


Dosis tunggal
bulan tahun tahun tahun tahun

3 x 10
Kina 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x (2-3)
mg/kg BB

1
Doksisiklin -- -- -- 2 x 50mg 2 x 100mg

Primakuin -- ¾ 1½ 2 2-3

3 x 10
Kina 3x½ 3x1 3 x 1½ 3x2
mg/kg BB
2-3
Doksisiklin -- -- -- 2 x 50mg 2 x 100mg

4 x 250
Dosis Tetrasiklin -- -- -- 4 x 4 mg/kg BB
mg
34 B
 Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke praktek
dokter umum dengan keluhan demam yang diselingi
dengan menggigil. Pasien tinggal di Papua selama 1 bulan
untuk urusan kantor. Pada pemeriksaan hapusan darah
ditemukan gambaran pisang. Apa komplikasi yang paling
berbahaya pada kondisi ini adalah
A. Black water fever
B. Malaria cerebral
C. Black dot
D. pneumonia
E. Asidosis metabolik
35
 Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke rumah
sakit oleh ibunya dengan keluhan mual dan muntah sejak 1
minggu ini. Ibu pasien mengatakan kepala anaknya
semakin lama semakin membesar. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan N: 54 x/menit, RR 28 x/menit, t 36oC. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Hidrosefalus
B. Kejang demam sederhana
C. Kejang demam kompleks
D. Abses otak
E. Tumor otak
HIDROSEFALUS (KOMPETENSI 2)
Definisi
• Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan
cairan serebrospinal pada sistem saraf pusat.
Etiologi
• Congenital: Stenosis akuaduktus sylvius, Spina bifida dan cranium
bifida, sindrom dandy-walker, Kista arachnoid, Anomali pembuluh
darah.
• Acquired: pendarahan subarachnoid, intraventrikular, trauma, infeksi
(meningitis), tumor, komplikasi operasi atau trauma hebat di kepala.
Patofisiologi:
• Obstruktif (non-communicating) - penyumbatan sirkulasi cairan
serebrospinal (CSS)
• Non – obstruktif (communicating) - gangguan keseimbangan CSS,
komplikasi infeksi, komplikasi hemoragik.
Anamnesis
• hipertensi intrakranial: nyeri kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan
gejala gangguan batang otak (bradikardia, aritmia respirasi).

Pemeriksaan fisik
• Makrokrania
• hipertensi intrakranial

Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos kepala lateral
• Pemeriksaan cairan serebrospinal
• Ct scan kepala
• MRI

Diagnosis banding
• Holoprosencephaly
• Hydranencephaly
• Atrofi Serebri
• Tumor
Terapi farmakologis
• Mengurangi sekresi cairan dan pleksus choroid:
asetazolamit 100 mg/kgbb/hari; furosemid 1,2
mg/kgbb/hari
• Upaya meningkatkan resorpsinya : isorbid

Terapi nonfarmakologis
• Ventriculoperitoneal shunting (VP shunt)

Prognosis:
• Bonam
• Bergantung pada
• Gangguan terkait
• Ketepatan waktu diagnosis
• Keberhasilan pengobatan
35
 Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke rumah
sakit oleh ibunya dengan keluhan mual dan muntah sejak 1
minggu ini. Ibu pasien mengatakan kepala anaknya
semakin lama semakin membesar. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan N: 54 x/menit, RR 28 x/menit, t 36oC. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Hidrosefalus
B. Kejang demam sederhana
C. Kejang demam kompleks
D. Abses otak
E. Tumor otak
36
 Seorang laki-laki berusia 64 tahun dibawa keluarganya ke UGD
RS dengan keluhan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran
sejak tadi pagi, sebelumnya pasien masih sadar dan beraktivitas
seperti biasa. Pasien mempunyai riwayat kanker nasofaring,
tidak ada riwayat penyakit vaskular lainnya. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan tidak ada respon meskipun diberi rangsangan
nyeri atau suara, Doll's eyes manuver (+), tes kalori (+). Apakah
kondisi yang sedang dialami pasien tersebut?

A. Sopor
B. Somnolen
C. Koma
D. Stupor
E. Apatis
 Compos mentis (GCS 15-14), yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya,
baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab
pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa dengan baik.
 Apatis (GCS 13-12), yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungannya.
 Delirium (GCS 11-10) , yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan
gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi serta meronta-ronta.
 Somnolen (GCS 9-7) yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih
dapat sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
 Sopor (GCS 6-5), yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun
masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri,
tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
baik.
 Semi-coma (GCS 4) yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons
terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih
baik.
 Coma (GCS 3), yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap
rangsang nyeri.
Test keterlibatan brainstem

Doll eye manuver

Test kalori
36
 Seorang laki-laki berusia 64 tahun dibawa keluarganya ke UGD
RS dengan keluhan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran
sejak tadi pagi, sebelumnya pasien masih sadar dan beraktivitas
seperti biasa. Pasien mempunyai riwayat kanker nasofaring,
tidak ada riwayat penyakit vaskular lainnya. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan tidak ada respon meskipun diberi rangsangan
nyeri atau suara, Doll's eyes manuver (+), tes kalori (+). Apakah
kondisi yang sedang dialami pasien tersebut?

A. Sopor
B. Somnolen
C. Koma
D. Stupor
E. Apatis
DEMENSIA (KOMPETENSI 3A)
Definisi
• sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat
kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple
seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Etiologi
• Penyakit Alzheimer ( demensia degenerative primer)
• Penyakit Pick ( demensia degeneratif primer )
• Korea Huntington
• Penyakit Parkinson
• Sklerosis multiple
Faktor risiko/penularan
• Usia > 60 tahun (usia lanjut).
• Riwayat keluarga.
• Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakit jantung),
atau diabetes mellitus.
Anamnesis
• gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami, dan kesulitan
mempelajari informasi baru.
• Diawali dengan sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil,
pada akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga.

Pemeriksaan fisik
• Kesadaran sensorium baik.
• Penurunan daya ingat yang bersifat kronik dan progresif.
• Gangguan fungsi otak terutama berupa gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti
afasia, aphrasia, serta adanya kemunduran fungsi kognitif eksekutif.
• Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya gangguan neurologik atau penyakit
sistemik.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan adanya kondisi medis yang
menimbulkan dan memperberat gejala.
• Dapat dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE).

Kriteria Diagnosis
• Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang
• Tidak ada gangguan kesadaran
• Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enam bulan
Diagnosis banding
• Delirium
• Depresi
• Gangguan Buatan
• Skizofrenia

Terapi farmakologis
• Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: donepzil, galantamine dan rivastigmine) atau memantine
secara rutin untuk semua kasus demensia. Pertimbangkan pemberiannya hanya pada kondisi yang
memungkinkan diagnosis spesifik penyakit Alzheimer ditegakkan dan tersedia dukungan serta supervisi
adekuat oleh spesialis serta pemantauan efek samping oleh pelaku rawat.
• Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan antipsikotik dosis rendah, seperti: Haloperidol 0,5 – 1 mg/hari.

Terapi nonfarmakologis
• Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik, lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak,
stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-teki silang, bermain catur.
• Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagi pasien.
• Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan, dan lain-lain) untuk mengoptimalkan aktivitas
independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan mengembangkan keterampilan, serta
meminimalisasi kebutuhan akan bantuan.
• Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan
menggunakan jam besar, kalender harian, dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat,
mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana
dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu gunakan isyarat atau sentuhan lembut.

Prognosis
• Prognosis umumnya ad vitam adalah dubia ad bonam, sedangkan fungsi adalah dubia ad malam. Ad
sanationam adalah ad malam
36 A
 Ny Arti berusia 65 tahun dikeluhkan mudah lupa, terutama
informasi baru. Keluhan ini dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu. Ia juga mudah mengalami gangguan konsentrasi dan
sering tersesat bila berjalan sendirian padahal di tempat
yang sering ia datangi. Riwayat DM, merokok, dislipidemia
disangkal. Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 15
tahun lalu. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan TD
130/100, GCS 456. Apakah Diagnosa yang paling mungkin?
a. Demensia Alzeimer
b. Amnesia
c. Demensia Vaskular
d. Hidrosefalus
e. Penyakit Parkinson
37
 Seorang bayi prematur dengan usia kehamilan 32 minggu
lahir SC. APGAR 1 menit dan 5 menit yaitu 4 dan 7. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pH tali pusat 6,9 defisit basa
18meq/L. Bayi kejang klonik 6 jam diatasi dengan luminal.
Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada jangka panjang
pada bayi tersebut?
 a. perkembangan normal
 b. cerebral palsy
 c. kejang
 d. gangguan penglihatan
 e. gangguan pendengaran
CEREBRAL PALSY (KOMPETENSI 2)
Definisi
• suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif.

Etiologi:
• cedera pada otak
• (idiopatik)

Patofisiologi
• Cedera otak atau perkembangan otak abnormal
• Prematuritas
• Periventrikular leukomalasia
• Perdarahan periventrikular – intraventrikular

Faktor risiko
• kelainan genetik, infeksi, insufisiensi vascular, kelahiran premature,
jaundice, perdarahan
Klasifikasi Klinis: 1. Disfungsi
Motorik
Spastisitas: : lokasi lesiraktus kortikospinal
• Monoplegia/monoparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi salah satu anggota gerak lebih
hebat dari yang lainnya.
• Hemiplegia/hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di pihak yang sama.
• Diplegia/diparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada tangan.
• Tetraplegia/tetraparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak ,tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai.

Perubahan tonus otot : lokasi lesi  brain stem


• reflex neonatus dan tonic neck reflex menetap, kadang terbawa hingga masa kanak-kanak.
• Reflex tonus otot dan reflex moro sangat jelas.
Choreoathetosis :lokasi lesi ganglia basalis
• karakteristik pergerakan yang tidak disadari dan sikap yang abnormal. Pasien biasanya flaccid pada 6
bulan pertama lahir
Ataxia : lokasi lesi cerebellum
• Pasien dengan kondisi ini biasanya flaccid ketika bayi dan menunjukkan perkembangan retardasi
motorik.
Bentuk campuran
• choreoathetosis di sertai spastisitas atau dengan sindrom perubahan tonus
37 B
 Seorang bayi prematur dengan usia kehamilan 32 minggu
lahir SC. APGAR 1 menit dan 5 menit yaitu 4 dan 7. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pH tali pusat 6,9 defisit basa
18meq/L. Bayi kejang klonik 6 jam diatasi dengan luminal.
Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada jangka panjang
pada bayi tersebut?
 a. perkembangan normal
 b. cerebral palsy
 c. kejang
 d. gangguan penglihatan
 e. gangguan pendengaran
38
 Seorang laki-laki berusia 57 tahun diantar keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan lemah kedua tungkai yang dialami
sejak 4 bulan. Keluhan disertai secara perlahan-lahan. Baal
dirasakan mulai dari pinggang ke kedua tungkai sebatas
perut, BAB dan BAK tidak dirasa. Riwayat jatuh dan
kecelakan disangkal, pemeriksaan fisik terdapat gibbus
pada vertebrae thorakal 8 dan nyeri pada pengetukan.
Apakah diagnosis yang tepat pasien tersebut?
A. Tumor metastasis ke vertebra
B. HNP Lumbal atas
C. Osteoporosis
D. Spondilitis TB dengan Myelopati
E. Spondilitis TB dengan Arachnoiditis
38 D
 Seorang laki-laki berusia 57 tahun diantar keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan lemah kedua tungkai yang dialami
sejak 4 bulan. Keluhan disertai secara perlahan-lahan. Baal
dirasakan mulai dari pinggang ke kedua tungkai sebatas
perut, BAB dan BAK tidak dirasa. Riwayat jatuh dan
kecelakan disangkal, pemeriksaan fisik terdapat gibbus
pada vertebrae thorakal 8 dan nyeri pada pengetukan.
Apakah diagnosis yang tepat pasien tersebut?
A. Tumor metastasis ke vertebra
B. HNP Lumbal atas
C. Osteoporosis
D. Spondilitis TB dengan Myelopati
E. Spondilitis TB dengan Arachnoiditis
39
 Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke
RSUD Sanjiwani tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Pasien
memiliki riwayat DM tipe II sejak 2 tahun ini dan rutin mengkonsumsi
obat glibenclamide. Pada 2 hari belakangan ini pasien tidak nafsu
makan. Pada pemeriksaan GCS didapatkan 10. Pemeriksaan neurologis
menunjukkan tidak ada kelemahan gerak dan kelumpuhan saraf
kranial. Pada pemeriksaan GDS didapatkan 30 mg/dL. Apakah
diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?

A. Stroke perdarahan
B. Stroke infark
C. Ensefalopati hipoglikemi
D. Meningoensefalitis
E. Ensefalopati uremikum
39
 Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke
RSUD Sanjiwani tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Pasien
memiliki riwayat DM tipe II sejak 2 tahun ini dan rutin mengkonsumsi
obat glibenclamide. Pada 2 hari belakangan ini pasien tidak nafsu
makan. Pada pemeriksaan GCS didapatkan 10. Pemeriksaan neurologis
menunjukkan tidak ada kelemahan gerak dan kelumpuhan saraf
kranial. Pada pemeriksaan GDS didapatkan 30 mg/dL. Apakah
diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?

A. Stroke perdarahan
B. Stroke infark
C. Ensefalopati hipoglikemi
D. Meningoensefalitis
E. Ensefalopati uremikum
40 C
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan mual muntah yang hebat sejak 2 jam yang
lalu. Sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala saat di kantor dan tiba-
tiba pandangan menjadi kabur. Pasien saat tiba tampak gelisah dan
tiba-tiba pingsan. Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan
pengobatan rutin selama kurang lebih 5 tahun dengan ramipril dan
amlodipine tetapi 2 minggu ini pasien tidak minum obat karena sibuk
ada proyek di kantornya. Pada pemeriksaan fisik TD 200/120 mmHg, N
84 x/menit, RR 18 x/menit, t 36,7oC. Apakah kemungkinan diagnosis
yang dialami pasien tersebut?

A. Stroke infark emboli


B. Stroke infark trombosis
C. Ensefalopati hipertensi
D. Stroke perdarahan intraserebral
E. Stroke perdarahan subarachnoid
Anamnesis
 Sewaktu penderita datang, dilakukan anamnesa singkat:
 Riwayat hipertensi : lama dan beratnya
 Riwayat obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya
 Usia : sering pada usia 40 – 60 tahun
 Gejala sistem saraf : sakit kepala, rasa melayang, perubahan
mental, ansietas
 Gejala sistem ginjal (gross hematuri, jumlah urine berkurang)
 Gejala sistem kardiovascular (adanya payah jantung, kongestif
dan edema paru, nyeri dada)
 Riwayat penyakit : glomerulonefrosis, pyelonefritis
 Riwayat kehamilan : tanda eklampsi
Ensefalopati hipertensi merupakan suatu sindrom
hipertensi berat yang dikaitkan dengan ditemukannya:
 nyeri kepala hebat,
 mual, muntah,
 gangguan penglihatan,
 confusion,
 pingsan sampai koma.
 Onset gejala biasanya berlangsung perlahan, dengan progresi sekitar
24-48 jam.
 Gejala-gejala gangguan otak yang difus dapat berupa defisit neurologis
fokal, tanda-tanda lateralisasi yang bersifat reversible maupun
irreversible yang mengarah ke perdarahan cerebri atau stroke.
 Microinfark dan peteki pada salah satu bagian otak jarang dapat
menyebabkan hemiparesis ringan, afasia atau gangguan penglihatan.
 Manifestasi neurologis berat muncul jika telah terjadi hipertensi
maligna atau tekanan diastolik >125mmHg disertai perdarahan retina,
eksudat, papiledema, gangguan pada jantung dan ginjal.
40 C
 Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan mual muntah yang hebat sejak 2 jam yang
lalu. Sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala saat di kantor dan tiba-
tiba pandangan menjadi kabur. Pasien saat tiba tampak gelisah dan
tiba-tiba pingsan. Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan
pengobatan rutin selama kurang lebih 5 tahun dengan ramipril dan
amlodipine tetapi 2 minggu ini pasien tidak minum obat karena sibuk
ada proyek di kantornya. Pada pemeriksaan fisik TD 200/120 mmHg, N
84 x/menit, RR 18 x/menit, t 36,7oC. Apakah kemungkinan diagnosis
yang dialami pasien tersebut?

A. Stroke Infark embolo


B. Stroke infark trombosis
C. Ensefalopati hipertensi
D. Stroke perdarahan intacerebral
E. Stroke perdarahan sub arachnoid
41
 Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke
praktek dokter swasta dengan keluhan lemah pada kedua
anggota gerak bawah dan sering terjatuh saat berjalan. Dari
anamnesis dijumpai kelemahan muncul secara perlahan sejak 6
bulan ini . Tidak dijumpai riwayat trauma, sang anak dikatakan
lebih senang berjalan jinjit dan tertatih tatih. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan adanya lordosis. Reflek tendon (-) dan reflek
patella (-). Apakah kemungkinan diagnosis yang dialami anak
tersebut?
A. Pott’s disease
B. Myelitis
C. Atrofi muscular duchenne
D. Myasthenia Gravis
E. Guillain Barre Syndrome (GBS)
41 C
 Seorang anak perempuan berusia 5 tahun dibawa oleh ibunya ke
praktek dokter swasta dengan keluhan lemah pada kedua anggota
gerak bawah dan sering terjatuh saat berjalan. Dari anamnesis
dijumpai kelemahan muncul secara perlahan sejak 6 bulan ini . Tidak
dijumpai riwayat trauma, sang anak dikatakan lebih senang berjalan
jinjit dan tertatih tatih. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
lordosis. Reflek tendon (-) dan reflek patella (-). Apakah kemungkinan
diagnosis yang dialami anak tersebut?
A. Pott’s disease spondilitis TB
B. Myelitis radang pada myelum
C. Atrofi muscular duchenne
D. Myasthenia Gravis normal pada pagi, sore hari ptosis dan muncul
kelemahan motorik lainnya
E. Guillain Barre Syndrome (GBS) ascending, simetris, rw infeksi
42
 Seorang bayi baru lahir dibawa ayahnya ke IGD RS karena tidak
menangis saat lahir. Kepala bayi tersebut terlihat kecil.
Sebelumnya ibu tersebut melahirkan di dukun beranak di
desanya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan N 44 x/menit, t
37,6, RR 20x/menit, didapatkan adanya mikrosefali serta petekie.
Ibu pasien mengatakan selama kehamilan tidak pernah ANC
dan di rumah banyak anjing dan kucing liar. Apakah
kemungkinan penyebab kelainan yang dialami pasien tersebut?
A. Infeksi bakteri pneumonia
B. Infeksi TB
C. Infeki HIV/AIDS
D. Infeksi sitomegalovirus
E. Infeksi tetanus
INFEKSI SITOMEGALOVIRUS
(KOMPETENSI 2)
Etiologi:
• Infeksi Sitomegalovirus

Patofisiologi
• Infeksi CMV kongenital dihasilkan dari penularan virus melalui plasenta ibu ke bayi selama fase viremia
(ketika virus banyak terdapat pada darah).
• Viremia maternal lebih cenderung terjadi ketika infeksi primer daripada rekurens.
• Setelah transmisi transplasental, virus menyebar ke janin melalui rute hematogen.
Faktor risiko/penularan
• kontak langsung dengan cairan tubuh, seperti urin, saliva, dan air susu ibu (ASI), hubungan seksual,
tranfusi darah, dan transplantasi organ.
Anamnesis
• Anamnesis pada ibu hamil tentang riwayat mengalami gejala-gejala nonspesifik seperti mialgia, asthenia,
disertai atau tanpa demam atau flu-like symptoms. Infeksi CMV maternal umumnya asimtomatik, hanya
<10% yang menimbulkan gejala.
• Ibu teridentifikasi mendapat infeksi dalam kehamilan, dengan kemungkinan 32% bayi baru lahir
menderita CMV kongenital bila ibu infeksi primer, dan 1,4% bila ibu infeksi rekuren atau past infection.
• Pada keadaan ini direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi CMV kongenital pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan fisis pada 40-50% ditemukan IUGR, mikrosefal,
hepatosplenomegali, ptekie, erupsi purpura, dan ruam makulo-papular,
trombositopenia, atau hiperbilirubinemia pada tes darah, dan ada gangguan
pendengaran pada uji tapis pendengaran.
• Pada keadaan ini direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi CMV
kongenital pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan PCR virus atau biakan urin dan saliva pada minggu ke 2-3
kehidupan merupakan baku emas untuk diagnosis CMV kongenital.
• Deteksi antibodi IgM spesifik pada periode Ini dapat memastikan diagnosis
CMV kongenital.
• Pemeriksaan IgG setelah minggu ke 3, bila hasil negatif dapat membantu
menyingkirkan diagnosis CMV kongenital. Bila hasil IgG serial positif
meningkat 4 kali lipat akan dapat membantu diagnosis CMV kongenital.
• IgG avidity dapat dilakukan bila ingin mengetahui diagnosis infeksi CMV
terjadi pada masa kehamilan.

Diagnosis banding
• Toxoplasma gondii, rubella, Herpes simplex
TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL
(KOMPETENSI 2)
Etiologi
• Toxoplasma gondii, parasit intraselular yang menginfeksi burung dan mamalia.
• Host definitnya adalah kucing.
• Secara morfologis ada 3 bentuk yang dapat ditemukan dan diamati:
• Tropozoit : bentuk vegetatif dan proliferatif (Tachyzoite), bentuk banana form
• Kista : bentuk resisten dalam jaringan tubuh (bradyzoite).
• Ookista : Bentuk resisten yang ada di dunia luar

Patofisiologi :
• pada kucing :
• Kucing terinfeksi setelah menelan ookista pada rumput , atau sayuran
• Sesampai dalam usus kucing, bradyzoite dilepaskan dan berdiferensiasi jd
tachyzoite
• tachyzoite jd mikrogametosit / makrogametosit jadi zigot , kemudian jd ookista
yang akan dikeluarkan melalui tinja
• Pada manusia
Faktor risiko/penularan:
• Hamil.
• Mengonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif jangka panjang.
• Menderita HIV/AIDS.
• Sedang menjalani kemoterapi

Anamnesis dan Pemeriksaan fisik


• Saat T. gondii menyerang orang yang sehat, gejala bisa saja tidak muncul dan penderita dapat pulih
sepenuhnya.
• Namun pada kasus lainnya, gejala dapat muncul beberapa minggu dengan gejala yang dirasakan biasanya
ringan dan serupa dengan gejala flu, yaitu demam, nyeri otot, kelelahan, radang tenggorokan, serta
pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala tersebut dapat membaik dalam waktu 6 minggu.
• Gejala lebih serius dapat dialami janin yang terinfeksi parasit ini pada trimester awal kehamilan, berupa
kelahiran prematur, keguguran, atau kematian janin dalam kandungan.
• bayi yang lahir dengan kondisi terinfeksi T. gondii (toksoplasmosis kongenital) akan menunjukkan
gejala,
• Kulit berwarna kekuningan,
• Peradangan korion (chrorionitis) atau infeksi di bagian belakang bola mata dan retina.
• Pembesaran organ hati dan limpa.
• Ruam kulit atau kulit mudah memar.
• Kejang.
• Penumpukan cairan otak di kepala, sehingga kepala menjadi besar (hidrosefalus).
• Kepala tampak lebih kecil (mikrosefalus).
• Gangguan intelektual atau retardasi mental.
• Kehilangan pendengaran.
• Anemia.
42
 Seorang bayi baru lahir dibawa ayahnya ke IGD RS karena tidak
menangis saat lahir. Kepala bayi tersebut terlihat kecil.
Sebelumnya ibu tersebut melahirkan di dukun beranak di
desanya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan N 44 x/menit, t
37,6, RR 20x/menit, didapatkan adanya mikrosefali serta petekie.
Ibu pasien mengatakan selama kehamilan tidak pernah ANC
dan di rumah banyak anjing dan kucing liar. Apakah
kemungkinan penyebab kelainan yang dialami pasien tersebut?
A. Infeksi bakteri pneumonia
B. Infeksi TB
C. Infeki HIV/AIDS
D. Infeksi sitomegalovirus
E. Infeksi tetanus

Anda mungkin juga menyukai