Pengobatan preventif
• Calcium Channel Blocker Verampamil
• Kortikosteroid. prednison
• Litium Karbonat
10 A( profilaksis cluster headache)
Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang ke UGD dengan keluhan
nyeri kepala seperti di bor dibelakang mata. Nyeri kepala dirasakan
sekitar mata kanan. Pasien juga mengeluhkan mata kanannya berair
dan hidung buntu. Keluhan ini sudah timbul 8x dalam setahun. Saat
kambuh durasi gejala 30 menit-1 jam. Tanda vital tekanan darah 120/80
mmHg, denyut nadi 88 x/menit, frekuensi napas 18 x/menit, suhu
tubuh 36oC. Pemeriksaan fisik lakrimasi +, injeksi konjungtiva, pupil
miosis, blefarospasme, pemeriksaan neurologis normal. Apa terapi
yang tepat untuk mencegah kekambuhan pada kasus ini?
A. Verapamil
B. Sumatriptan
C. Metamizole IV
D. Oksigen 100% NRM
E. Ibuprofen
11
Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan sakit kepala sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Keluhan terutama dirasakan pada bagian belakang mata kiri
yang berlangsung 30-60 menit. Keluhan disertai dengan mata
merah, hidung berair. Riwayat serupa sejak 6 bulan yang lalu dan
berulang-ulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lakrimasi
(+), rhinorea (+), pemeriksaan neurologis dan TIO normal.
Apakah diagnosis pada pasien?
a) Cluster headache kontinyu
b) Cluster headache episodic
c) Migren tanpa aura
d) Migren dengan aura
e) Trigeminal neuralgia
11
Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan sakit kepala sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Keluhan terutama dirasakan pada bagian belakang mata kiri
yang berlangsung 30-60 menit. Keluhan disertai dengan mata
merah, hidung berair. Riwayat serupa sejak 6 bulan yang lalu dan
berulang-ulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lakrimasi
(+), rhinorea (+), pemeriksaan neurologis dan TIO normal.
Apakah diagnosis pada pasien?
a) Cluster headache kontinyu
b) Cluster headache episodic
c) Migren tanpa aura
d) Migren dengan aura
e) Trigeminal neuralgia
Klasifikasi:
Tipe episodic, dimana terdapat setidaknya dua fase
cluster yang berlangsung selama 7 hari hingga 1 tahun,
yang diantarai oleh periode bebas nyeri selama 1 bulan
atau lebih lama.
Tipe kronis, dimana fase cluster terjadi lebih dari sekali
dalam setahun, tanpa disertai remisi, atau dengan
priode bebas nyeri yang kurang dari 1 bulan
11 B
Seorang laki-laki berusia 47 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan sakit kepala sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Keluhan terutama dirasakan pada bagian belakang mata kiri
yang berlangsung 30-60 menit. Keluhan disertai dengan mata
merah, hidung berair. Riwayat serupa sejak 6 bulan yang lalu dan
berulang-ulang. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lakrimasi
(+), rhinorea (+), pemeriksaan neurologis dan TIO normal.
Apakah diagnosis pada pasien?
a) Cluster headache kontinyu
b) Cluster headache episodic
c) Migren tanpa aura
d) Migren dengan aura
e) Trigeminal neuralgia elektrik shock like, unilateral, nervus V
Neuralgia Trigeminal (kompetensi
3A)
12
Seorang perempuan berusia 58 tahun, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri pada rahang kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan seperti diiris-iris terutama saat cuci muka, sikat
gigi, berkumur, dan jika terkena hembusan angin. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hiperalgesia pada regio mandibula
sinistra. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a) Trigeminal neuralgia
b) Ramsay hunt syndrome
c) Glossopharingeal neuralgia
d) Post herpetic neuralgia
e) Occipital neuralgia
12
Seorang perempuan berusia 58 tahun, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri pada rahang kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan seperti diiris-iris terutama saat cuci muka, sikat
gigi, berkumur, dan jika terkena hembusan angin. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hiperalgesia pada regio mandibula
sinistra. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a) Trigeminal neuralgia
b) Ramsay hunt syndrome
c) Glossopharingeal neuralgia
d) Post herpetic neuralgia
e) Occipital neuralgia
Anamnesis
rasa nyeri, tertusuk, terbakar scara tiba tiba pada wajah, dapat
muncul secara mendadak.
Setelah rasa nyeri biasa disertai dengan periode bebas nyeri.
Rasa ini dapat muncul oleh rangsangan pada triger zone yang biasa
dilakukan pada saat menyikat gigi, mengenakan makeup, shaving,
cuci muka, bahkan pada saat ada getaran ketika sedang berlari atau
berjalan.
Rasa nyeri dapat berlangsung detik hingga menit, serangan –
serangan paroxysmal pada wajah atau nyeri di frontal yang
berlangsung beberapa detik tidak sampai 2 menit.
Gejala yang dirasakan pada Neuralgia trigeminal tipe I (klasik)
biasanya mempunyai periode remisi yang cukup lama, sedangkan
pada neuralgia trigeminal tipe II (atipikal) periode remisi biasanya
jarang dan lebih susah untuk diterapi
Sifat Nyeri
Menyebar sepanjang satu atau lebih cabang N trigeminus,
tersering pada cabang mandibularis atau maksilaris.
Onset dan terminasinya terjadi tiba-tiba , kuat, tajam ,
superficial, serasa menikam atau membakar.
Intensitas nyeri hebat , biasanya unilateral.
Nyeri dapat timbul spontan atau dipicu oleh aktifitas sehari
seperti makan, mencukur, bercakap cakap, mambasuh wajah
atau menggosok gigi, area picu dapat ipsilateral atau
kontralateral.
Diantara serangan , tidak ada gejala sama sekali.
12 A
Seorang perempuan berusia 58 tahun, datang ke Puskesmas
dengan keluhan nyeri pada rahang kiri sejak 3 minggu yang lalu.
Nyeri dirasakan seperti diiris-iris terutama saat cuci muka, sikat
gigi, berkumur, dan jika terkena hembusan angin. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan hiperalgesia pada regio mandibula
sinistra. Apakah diagnosis pasien tersebut?
a) Trigeminal neuralgia
b) Ramsay hunt syndrome
c) Glossopharingeal neuralgia
d) Post herpetic neuralgia
e) Occipital neuralgia
13
Seorang perempuan berusia 59 tahun datang ke Pskesmas dengan
keluhan nyeri di sekitar pipi kiri hilang timbul seperti diiris pisau tipis-
tipis. Serangan dirasakan saat sikat gigi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/70, N 78x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,8oC.
Pemeriksaan neurologis normal. Apakah farmakoterapi pada pasien
tersebut?
a) Diazepam
b) Dexametasone
c) Carbamazepin
d) Amitriptilin
e) Asam mafenamat
Obat Dosis Efek Samping
First Line
Karbamazepin (Bamgetol, 200-1200 mg Mual, mengantuk, kelelahan
Tegretol
Oxcarbazepine (Barzepin, 300-1800 mg dibagi menjadi 2-3 kali Mual, mengantuk, kelelahan
Prolepsi) sehari
Second Line
Gabapentin (Alpentin, Epiven) 900-3600 mg dosis dibagi menjadi 3 4 kali sehari Ataksia, kelelahan,
nistagmus, pusing, peningkatan
berat badan.
Lamotrigine (lamictal) 100-600 mg dosis dibagi menjadi 3 4 kali sehari Pusing, sakit kepala,
ruam, insomnia, artralgia, myalgia
dan Stevens Johnson Syndrome.
Baclofen (lioresal) 40-80 mg dosis dosis dibagi menjadi Kelelahan yang ekstrim, lemah dan
2 kali sehari mengantuk
Topiramat (Topamox) 200-400 mg dosis dibagi menjadi 2 Kelelahan, penurunan berat badan,
kali sehari parestesia, batu ginjal dan perasaan
depresi.
Sodium valproat, (Convulex, 500-2000 mg dosis dibagi menjadi 2 Mual, gangguan pencernaan, sedasi,
Depakote) kali sehari disfungsi trombosit, rambut rontok,
tremor, perubahan kognisi dan
hepatotoksisitas.
Phenytoin (Dilantin, Ditalin) 200-400 mg dosis 1 kali atau dibagi Pusing, mengantuk, ruam pada kulit,
menjadi 2 kali sehari insomnia, ataksia dan gingivitis
Clonazepam (Clonopin, Rikiona, 1,5-8 mg dosis dibagi menjadi 3-4 kali Ataksia, sedasi, pengembangan
Rivotril) sehari toleransi, dan sindrom withdrawal
jika tiba
Felbamate 1200-3600 mg dosis dibagi menjadi 3 Anoreksia, muntah, insomnia, mual,
kali sehari pusing, mengantuk, sakit kepala dan
beberapa interaksi Obat
Pimozide Pimozide Tergantung berat badan Reaksi neuromuskular
dan tidak lebih dari 10 mg sehari. (ekstrapiramidal) dan beberapa
interaksi obat.
Zonisamide 200-400 mg dosis dibagi menjadi 2 Mengantuk, anoreksia, pusing, sakit
kali sehari. kepala, mual, dan agitasi / mudah
marah.
Pregabalin (Lyrica) 100-600 mg dosis dibagi menjadi 2 Mengantuk, pusing, ataksia,
13 C
Seorang perempuan berusia 59 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan nyeri di sekitar pipi kiri hilang timbul seperti diiris pisau tipis-
tipis. Serangan dirasakan saat sikat gigi. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/70, N 78x/menit, RR 18x/menit, suhu 36,8oC.
Pemeriksaan neurologis normal. Apakah farmakoterapi pada pasien
tersebut?
a) Diazepam
b) Dexametasone
c) Carbamazepin
d) Amitriptilin
e) Asam mafenamat
Tension Headache (kompetensi 4A)
14
Seorang perempuan berusia 26 tahun, pegawai bank datang ke
klinik dengan keluhan nyeri kepala terasa berat di kedua kepala
seperti diikat berat dan seperti ditekan benda berat. Nyeri
dirasakan sampai pada leher bagian belakang hingga bahu.
Serangan berlangsung 1 jam, mual & muntah tidak dirasakan.
Nyeri muncul biasanya berlangsung 1-2x per hari dan keluhan ini
muncul terutama bila stress. Pasien juga mengeluh gastritis sejak
3 bulan yang lalu. Apakah farmakoterapi pada pasien tersebut?
A. Acetaminofen
B. Ergotamin
C. NSAID
D. Caffeine
E. Amitriptilin
Definisi
• bentuk sakit kepala yang paling sering dijumpai dan sering dihubungkan dengan jangka waktu dan
peningkatan stres
Etiologi
• Vasokontriksi otot perikarnial
Anamnesis
• nyeri yang tersebar secara difus dan sifat nyerinya mulai dari ringan hingga sedang.
• Nyeri kepala tegang otot biasanya berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh.
• Nyeri bisa dirasakan kadang-kadang atau terus menerus.
• Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala
bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan.
• Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan
bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala.
• Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
• Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja terjadi.
• Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang sering terbangun atau
bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.
• Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang
mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.
Klasifikasi
• nyeri kepala episodik: berlangsungnya kurang dari 15 hari dengan serangan
yang terjadi kurang dari 1 hari perbulan (12 hari dalam 1 tahun).
• nyeri kepala tegang otot kronis: nyeri kepala tegang otot tersebut berlangsung
lebih dari 15 hari selama 6 bulan terakhir
Diagnosis banding
• Migren
• Cluster-type hedache (nyeri kepala kluster)
Terapi farmakologis
• acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen, naproxen,dan
ketoprofen
• kombinasi antara acetaminophen atau aspirin dengan kafein atau obat sedatif
biasa digunakan bersamaan.
Terapi nonfarmakologis: KIE
Prognosis:
• umumnya bonam karena dapat terkendali dengan pengobatan pemeliharaan
14 A
Seorang perempuan berusia 26 tahun, pegawai bank datang ke
klinik dengan keluhan nyeri kepala terasa berat di kedua kepala
seperti diikat berat dan seperti ditekan benda berat. Nyeri
dirasakan sampai pada leher bagian belakang hingga bahu.
Serangan berlangsung 1 jam, mual & muntah tidak dirasakan.
Nyeri muncul biasanya berlangsung 1-2x per hari dan keluhan ini
muncul terutama bila stress. Pasien juga mengeluh gastritis sejak
3 bulan yang lalu. Apakah farmakoterapi pada pasien tersebut?
A. Acetaminofen
B. Ergotamin
C. NSAID
D. Caffeine
E. Amitriptilin
15
Seorang perempuan berusia 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri
kepala seperti diikat dan ditekan benda berat sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri kepala dengan durasi 30 menit, membaik dengan istirahat.
Diketahui 2 bulan ini pasien merasa kurang tidur karena mendapat
tekanan dalam pekerjaan. tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Apakah farmakoterapi
yang tepat?
a. Asam valproate
b. Analgetik
c. Roborantia
d. Antidepressan
e. Neuroprotektan
15 B
Seorang perempuan berusia 35 tahun, datang dengan keluhan nyeri
kepala seperti diikat dan ditekan benda berat sejak 3 hari yang lalu.
Nyeri kepala dengan durasi 30 menit, membaik dengan istirahat.
Diketahui 2 bulan ini pasien merasa kurang tidur karena mendapat
tekanan dalam pekerjaan. tanda vital dalam batas normal.
Pemeriksaan neurologis dalam batas normal. Apakah farmakoterapi
yang tepat?
a. Asam valproate
b. Analgetik
c. Roborantia
d. Antidepressan
e. Neuroprotektan
16
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dibawa orang tuanya
ke UGD karena digigit anjing pada lehernya. Dari keterangan ibu
pasien, pasien saat itu sedang ke pasar bersama ibunya,
kemudian datang anjing liar mendekati pasien. Tiba-tiba pasien
digigit dan dicakar oleh anjing itu. Setelah menggigit, anjing
tersebut pergi menghilang. Pasien dibersihkan lukanya diberi
betadin oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
vulnus morsum multipel dengan dasar jaringan otot, regio colli
D. Apakah terapi yang diberikan pada pasien tersebut?
a) Pembersihan luka
b) Pembersihan luka + SAR + VAR
c) Pembersihan luka + VAR
d) Pembersihan luka + SAR
e) Pembersihan luka + antibiotik
RABIES (KOMPETENSI 3B)
Definisi
• Rabies adalah penyakit infeksi akut sistem saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies yang termasuk
genus Lyssa-virus, family Rhabdoviridae
• menginfeksi manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet, kucing, serigala, kelelawar) .
Etiologi
Anamnesis
• Stadium prodromal
• Stadium sensoris
• Stadium eksitasi
• Stadium paralisis
Anamnesis penderita terdapat riwayat tergigit, tercakar atau kontak dengan anjing,
kucing, atau binatang lainnya
• Positif rabies (hasil pemeriksaan otak hewan tersangka).
• Mati dalam waktu 10 hari sejak menggigit bukan dibunuh).
• Tak dapat diobservasi setelah menggigit (dibunuh, lari, dan sebagainya).
• Tersangka rabies (hewan berubah sifat, malas makan, dan lain-lain).
Pemeriksaan fisik
• Pada saat pemeriksaan, luka gigitan mungkin sudah sembuh bahkan mungkin telah dilupakan.
• Pada pemeriksaan dapat ditemukan gatal dan parestesia pada luka bekas gigitan yang sudah
sembuh (50%), mioedema (menetap selama perjalanan penyakit).
• Jika sudah terjadi disfungsi batang otak maka terdapat: hiperventilasi, hipoksia, hipersalivasi,
kejang, disfungsi saraf otonom, sindroma abnormalitas ADH, paralitik/paralisis flaksid.
• Pada stadium lanjut dapat berakibat koma dan kematian.
• Tanda patognomonis Encephalitis Rabies: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang
persisten, nyeri pada faring terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi,
kejang, hidrofobia dan aerofobia.
Penegakan Diagnosis
• Diagnosis ditegakkan dengan riwayat gigitan (+) dan hewan yang menggigit mati dalam 1 minggu.
• Gejala fase awal tidak khas: gejala flu, malaise, anoreksia, kadang ditemukan parestesia pada daerah
gigitan.
• Gejala lanjutan: agitasi, kesadaran fluktuatif, demam tinggi yang persisten, nyeri pada faring
terkadang seperti rasa tercekik (inspiratoris spasme), hipersalivasi, kejang, hidrofobia dan
aerofobia.
Diagnosis banding:
• a. Tetanus.
• b. Ensefalitis.
• c. lntoksikasi obat-obat.
• d. Japanese encephalitis.
• e. Herpes simplex.
• f. Ensefalitis post-vaksinasi.
Kriteria TERSANGKA RABIES:
Anjing / hewan yang menggigit terbukti secara lab positif rabies.
Anjing / hewan yang menggigit mati dalam waktu 5-10 hari.
Anjing / hewan yang menggigit menghilang / terbunuh.
Anjing / hewan yang menggigit dengan gejala rabies.
Pemberian VAR:
Dosis untuk semua umur : SAMA
Hari 0: 2x suntikan IM; hari 7 dan 21: 1x suntikan IM
Imovax atau Verorab 0,5 mL IM di deltoid kanan/kiri
Menjilat mukosa, luka gigitan besar atau dalam, multipel,
luka pada muka, kepala, leher, jari tangan dan jari kaki :
SAR (imovag rabies 20 IU/kgBB) ½ dosis suntikkan infiltrasi sekitar
luka, ½ dosis sisa IM di gluteal +
VAR (slide sebelumnya)
16 B
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang dibawa orang tuanya
ke UGD karena digigit anjing pada lehernya. Dari keterangan ibu
pasien, pasien saat itu sedang ke pasar bersama ibunya,
kemudian datang anjing liar mendekati pasien. Tiba-tiba pasien
digigit dan dicakar oleh anjing itu. Setelah menggigit, anjing
tersebut pergi menghilang. Pasien dibersihkan lukanya diberi
betadin oleh ibu pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
vulnus morsum multipel dengan dasar jaringan otot, regio colli
D. Apakah terapi yang diberikan pada pasien tersebut?
a) Pembersihan luka
b) Pembersihan luka + SAR + VAR*
c) Pembersihan luka + VAR
d) Pembersihan luka + SAR
e) Pembersihan luka + antibiotik
Spondilitis TB
17
Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang dengan keluhan
kelumpuhan anggota gerak bagian bawah. Keluhan disertai
dengan gangguan BAK dan BAB. Pasien memiliki riwayat
batuk lama sekitar 6 minggu disertai dengan demam naik
turun dan keringat malam hari. Pemeriksaan neurologis
ditemukan paraparesis UMN setinggi T5, ditemukan gibus
di T5, retensi uri et alvi. Apakah diagnosis penyakit diatas?
a. Trauma medulla spinalis
b. Mielitis TB
c. Fraktur kompresi vertebra T5
d. Spondilitis TB
e. Tumor medulla spinalis
Manifestasi klinis spondylitis TB
• benjolan pada tulang belakang yang disertai nyeri.
• Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan punggungnya,
sehingga seakan-akan kaku.
• Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat
barang dari lantai.
• Nyeri tersebut akan berkurang jika beristirahat.
• Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus
disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan
membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang
secara progresif.
• Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid.
• Pada 80% kasus, terjadi kiposis 100, 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 100
dan hanya 4% kasus lebih dari 300. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat
disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada
tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke
bawah ligamen inguinal.
• Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal
dengan istilah Pott’s paraplegi,
Manifestasi klinis spondylitis TB
• benjolan pada tulang belakang yang disertai nyeri.
• Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan enggan menggerakkan punggungnya,
sehingga seakan-akan kaku.
• Pasien akan menolak jika diperintahkan untuk membungkuk atau mengangkat
barang dari lantai.
• Nyeri tersebut akan berkurang jika beristirahat.
• Keluhan deformitas pada tulang belakang (kyphosis) terjadi pada 80% kasus
disertai oleh timbulnya gibbus yaitu punggung yang membungkuk dan
membentuk sudut, merupakan lesi yang tidak stabil serta dapat berkembang
secara progresif.
• Terdapat 2 tipe klinis kiposis yaitu mobile dan rigid.
• Pada 80% kasus, terjadi kiposis 100, 20% kasus memiliki kiposis lebih dari 100
dan hanya 4% kasus lebih dari 300. Kelainan yang sudah berlangsung lama dapat
disertai oleh paraplegia ataupun tanpa paraplegia. Abses dapat terjadi pada
tulang belakang yang dapat menjalar ke rongga dada bagian bawah atau ke
bawah ligamen inguinal.
• Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit aktif atau yang dikenal
dengan istilah Pott’s paraplegi,
17 D
Seorang laki-laki berusia 38 tahun datang dengan keluhan
kelumpuhan anggota gerak bagian bawah. Keluhan disertai
dengan gangguan BAK dan BAB. Pasien memiliki riwayat
batuk lama sekitar 6 minggu disertai dengan demam naik
turun dan keringat malam hari. Pemeriksaan neurologis
ditemukan paraparesis UMN setinggi T5, ditemukan gibus
di T5, retensi uri et alvi. Apakah diagnosis penyakit diatas?
a. Trauma medulla spinalis
b. Mielitis TB
c. Fraktur kompresi vertebra T5
d. Spondilitis TB
e. Tumor medulla spinalis
18
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan
nyeri punggung sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mempunyai
riwayat batuk, keringat dingin pada malam hari dan
penurunan berat badan dalam 2 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisik VAS 7 dan ditemukan gibbus setinggi
torakal XI. Apa tatalaksana pada pasien?
a. Steroid
b. Anti virus
c. OAT
d. Antibiotik
e. Antifungi
pemberian obat anti TB dikombinasikan dengan
imobilisasi menggunakan korset.
Pengobatan non-operatif dengan menggunakan
kombinasi paling tidak 4 jenis obat anti tuberkulosis.
Regimen 4 macam obat biasanya termasuk INH,
rifampisin, dan pirazinamid dan etambutol.
18 C
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang dengan keluhan
nyeri punggung sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mempunyai
riwayat batuk, keringat dingin pada malam hari dan
penurunan berat badan dalam 2 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisik VAS 7 dan ditemukan gibbus setinggi
torakal XI. Apa tatalaksana pada pasien?
a. Steroid
b. Anti virus
c. OAT
d. Antibiotik
e. Antifungi
Tetanus (kompetensi 4A)
19
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke RSUD
Sanjiwani dengan keluhan mulut tidak bisa dibuka dan
perut teraba keras seperti papan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien tidak bisa makan lagi. Hasil pemeriksaan vital sign
menunjukkan TD 110/70mmHg, HR 88x/menit, RR
28x/menit. GCS E4M6Vx. Pada pemeriksaan status
neurologis ditemukan trismus (+), defans muskular (+).
Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Rabies
b. Meningitis
c. Tetanus
d. Ensefalitis
e. Poliomielitis
19
Seorang laki-laki berusia 28 tahun datang ke RSUD
Sanjiwani dengan keluhan mulut tidak bisa dibuka dan
perut teraba keras seperti papan sejak 3 hari yang lalu.
Pasien tidak bisa makan lagi. Hasil pemeriksaan vital sign
menunjukkan TD 110/70mmHg, HR 88x/menit, RR
28x/menit. GCS E4M6Vx. Pada pemeriksaan status
neurologis ditemukan trismus (+), defans muskular (+).
Apakah diagnosis pasien tersebut?
a. Rabies
b. Meningitis
c. Tetanus
d. Ensefalitis
e. Poliomielitis
Anamnesis
• Tetanus lokal
• Tetanus sefalik
• Tetanus umum/generalisata
Pemeriksaan fisik
• Pada tetanus lokal ditemukan kekakuan dan spasme yang menetap.
• Pada tetanus sefalik ditemukan trismus, rhisus sardonikus dan disfungsi nervus kranial.
• Pada tetanus umum/generalisata adanya: trismus, kekakuan leher, kekakuan dada dan perut
(opisthotonus), fleksi-abduksi lengan serta ekstensi tungkai, kejang umum yang dapat terjadi dengan
rangsangan ringan seperti sinar, suara dan sentuhan dengan kesadaran yang tetap baik.
Pemeriksaan Penunjang
• Tidak ada pemeriksaan penunjang yang spesifik
Faktor risiko/penularan
• persalinan yang dilakukan oleh bukan tenaga medis ( di dukun bersalin)
Anamnesis
• Tetanus yang terjadi pada bayi baru lahir, disebabkan adanya infeksi tali pusat,
• Gejala yang sering timbul adalah ketidakmampuan untuk menetek, kelemahan, irritable diikuti oleh
kekakuan dan spasme.
Pemeriksaan fisik
• kekakuan dan spasme
• posisi tubuh klasik: trismus, kekakuan pada otot punggung menyebabkan opisthotonus yang berat dengan
lordosis lumbal.
• Bayi mempertahankan ekstremitas atas fleksi pada siku dengan tangan mendekap dada, pergelangan
tangan fleksi, jari mengepal, ekstremitas bawah hiperekstensi dengan dorsofleksi pada pergelangan dan
fleksi jari-jari kaki.
Diagnosis banding:
• Meningoensefalitis
• Meningitis
• Ensefaltisis
• Poliomielitis
Penatalaksanaan
• Diazepam dosis awal 2,5 mg intra vena perlahan-lahan selama 2 – 3 menit. Dosis rumat 8 – 10
mg/kgBB/hari melalui IVFD (diazepam dimasukan ke dalam caian intravena dan diganti tiap 6 jam).
• Bila kejang masih sering timbul, boleh diberikan diazepam tambahan 2,5 mg secara intra vena perlahan-
lahan dalam 24 jam boleh diberikan tambahan diazepam 5 mg/kgBB/hari. Sehingga dosis diazepam
keseluruhan menjadi 15 mg/kgBB/hari. Setelah keadaan klinisnya membaik, diazepam diberikan per oral
dan diturunkan secara bertahap.
• Pada penderita dengan hiperbilirubinemia berat atau makin berat diberikan diazepam per oral dan setelah
bilirubin turun boleh diberikan diazepam intravena.
• ATS 10.000 U/hari dan diberikan selama 2 hari berturut-turut.
• Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis secara intra vena selama 10 hari.
• Bila terdapat gejala sepsis hendaknya penderita diobati seperti penderita sepsis pada umumnya dan kalau
pungsi lumbal tidak dapat dilakukan, maka penderita diobati sebagai penderita meningitis bakterial.
• Tali pusat dibersihkan dengan alkohol 70% dan betadine.
• Perhatikan jalan napas, diuresis dan keadaan vital lainnya. Bila banyak lendir jalan napas harus
dibersihkan dan bila perlu diberikan oksigen.
Pencegahan
• Immunisasi aktif dengan toxoid; Wanita usia subur mendapat 5x TT sebelum hamil (status tetanus toxoid 5
dosis yg memberi perlindungan 25 th)
• Perawatan luka dengan H2O2
• Persalinan yang bersih; bersih alat, tempat, dan tangan penolong persalinan
Tatalaksana Tetanus Neonatorum
21 C
Bayi laki-laki 16 hari dibawa ke UGD karena kejang-
kejang. Keluhan lain disertai demam dan tubuh kaku.
Riwayat persalinan di dukun di kampungnya,
persalinan cukup lancar dengan BBL 2300 g. Selama
persalinan tidak pernah ANC. Apakah diagnosis paling
mungkin pasien tersebut?
A. Kejang Demam
B. Meningitis
C. Tetanus Neonatorum
D. Icterus Neonatorum
E. Encephalitis
Meningitis (kompetensi 3B)
22
Seorang anak laki-laki berusia 14 datang diantar orang tuanya
dengan keluhan sakit kepala yang sangat berat sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan demam dan penurunan berat
badan. Riwayat mengantuk tiga hari sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri kepala, kaku kuduk (+). Pada
pemeriksaan darah didapatkan penurunan Hb sedikit, leukosit
didapatkan leukositosis. Pada aspirasi lumbal didapatkan
limfosit 85%, protein ↑, glukosa 1,5. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pada pasien tersebut?
a. Meningitis TB
b. Meningitis Bakterial
c. Ensefalitis
d. Meningitis Viral
e. Meningitis Jamur
22
Seorang anak laki-laki berusia 14 datang diantar orang tuanya
dengan keluhan sakit kepala yang sangat berat sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan demam dan penurunan berat
badan. Riwayat mengantuk tiga hari sebelumnya. Pada
pemeriksaan didapatkan nyeri kepala, kaku kuduk (+). Pada
pemeriksaan darah didapatkan penurunan Hb sedikit, leukosit
didapatkan leukositosis. Pada aspirasi lumbal didapatkan
limfosit 85%, protein ↑, glukosa 1,5. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pada pasien tersebut?
a. Meningitis TB
b. Meningitis Bakterial
c. Ensefalitis
d. Meningitis Viral
e. Meningitis Jamur
Anamnesis
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala:
seperti panas mendadak,
letargi,
muntah
kejang.
Pemeriksaan fisik Meningeal sign:
Kaku Kuduk
Brudzinski I-II sign
Kernig sign
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium:
stadium I atau stadium prodromal
selama 2-3 minggu
gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi biasa.
Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam, muntah-muntah, nafsu
makan berkurang, murung, berat badan turun, mudah tersinggung, cengeng, opstipasi, pola tidur
terganggu dan gangguan kesadaran berupa apatis.
Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi, kurang nafsu makan,
fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
Stadium II atau stadium transisi
berlangsung selama 1 – 3 minggu
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan kadang disertai
kejang terutama pada bayi dan anak-anak.
Tanda-tanda rangsangan meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-
tanda peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat.
Stadium III atau stadium terminal
kelumpuhan
gangguan kesadaran sampai koma.
Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak mendapat
pengobatan sebagaimana mestinya
Infeksi Normal Bakterial Viral TB
Warna Jernih Keruh Jernih Xantokhrom
(orange)
• Gejala-gejala neurologis:
• Kejang-kejang yang datang dalam serangan-serangan, afasia, apraksia,
• hemianopsia, kesadaran mungkin menurun,sering dijumpai pupil Agryll-
• Robertson,nervus opticus dapat mengalami atrofi. Pada stadium akhir
• timbul gangguanan-gangguan motorik yang progresif.
• Gejala-gejala mental
• Timbulnya proses dimensia yang progresif, intelgensia yang menurun perlahan-
lahan yang mula-mula tampak pada kurang efektifnya kerja, daya konsentrasi
menurun, daya ingat berkurang, daya pengkajian terganggu.
Ensefalitis Virus cth rabdovirus, picornavirus,
arenavirus, herpes virus, poxvirus, rota virus
• Dimulai dengan demam,
• nyeri kepala,
• vertigo,
• nyeri badan,
• nausea,
• kesadaran menurun,
• timbul serangan kejang-kejang,
• kaku kuduk,
• hemiparesis
• paralysis bulbaris
Infeksi Normal Bakterial Viral TB
Warna Jernih Keruh Jernih Xantokhrom
(orange)
Etiologi
• Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga tengah, sinusitis
(paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries).
• Penyebaran secara hematogen dari infeksi paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektase,
pneumonia), endokarditis bakterial akut dan subakut dan pada penyakit jantung bawaan
Tetralogi Fallot (abses multiple, lokasi pada substansi putih dan abu dari jaringan otak).
• Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti AIDS, penderita
penyakit kronis yang mendapat kemoterapi/steroid yang dapat menurunkan sistem kekebalan
tubuh. 20-37% penyebab abses otak tidak diketahui.
Patofisiologi
• Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus infeksi di sekitar otak
maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau secara langsung seperti trauma kepala dan
operasi kraniotomi. Abses yang terjadi oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian
otak, tetapi paling sering pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang
perkontinuitatum biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
• tidak khas (gejala-gejala infeksi seperti demam, malaise, anoreksi dan gejala gejala peninggian tekanan
intrakranial berupa muntah, sakit kepala dan kejang)
• trias abses otak yang terdiri dari gejala infeksi, peninggian tekanan intrakranial dan gejala neurologik
fokal.
• Gejala lainnya seperti gangguan pendengaran dan mengecap didapatkan disfasi, defek penglihatan
kwadran alas kontralateral dan hemianopsi komplit. (abses lobus temporalis)
• Abses serebelum gangguan koordinasi seperti ataksia, tremor, dismetri dan nistagmus.
• Abses batang otak jarang sekali terjadi, biasanya berasal hematogen dan berakibat fatal.
Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan darah perifer yaitu pemeriksaan lekosit dan laju endap darah didapatkan peninggian
lekosit dan laju endap darah.
• Pemeriksaan cairan serebrospinal gambaran yang normal. Kadang didapatkan kadar protein yang
sedikit meninggi dan sedikit pleositosis, glukosa dalam batas normal atau sedikit berkurang.
• Foto polos kepala memperlihatkan tanda peninggian tekanan intrakranial, dapat pula menunjukkan
adanya fokus infeksi ekstraserebral (tidak dapat diidentifikasi adanya abses)
• Pemeriksaan EEG lokalisasi abses dalam hemisfer.
• Ct-Scan single ring-enhancement
• MRI
Diagnosis banding
• Toksoplasmosis cerebral
• Cryptococcus neoformans
• Meningosensefalitis
• Meningitis
Terapi farmakologis
• Sefalosporin gen 3 (Cefotaxime atau ceftriaxone)
• Metronidazole
• Steroid (prednisolone atau dexamethasone)
Komplikasi:
• Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang subarachnoid
• Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus
• Edema otak
• Herniasi oleh massa Abses otak
26 B
Seorang laki-laki berusia 58 tahun dibawa ke UGD oleh
keluarganya dengan keluhan lemah pada tubuh sebelah kiri
sejak 4 hari yang lalu dan muntah-muntah berkali-kali. Keluhan
ini dirasakan berangsur-angsur semakin parah. Riwayat nyeri
kepala sejak 3 bulan lalu, makin memberat dan terdapat riwayat
telinga sering mengeluarkan cairan nanah berbau. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 140/80, N 88, RR 24, t 38,9,
parese nervus VII sinistra UMN, dan nervus VI bilateral. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien ini?
A. Stroke hemoragik
B. Abses otak
C. Toxoplasmosis cerebri
D. Tumor intrakranial
E. HIV + komplikasi intrakranial
Bells palsy Kom 4A
27
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan wajah mencong ke kanan tiba-tiba setelah bangun tidur.
Wajahnya tampak tidak simetris dan kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sempurna serta berbicara pelo. Keluhan pernah
dialami pasien 2x sekitar 6 bulan lalu. Pasien merupakan supir
ojek online yang sering bekerja hingga malam hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, N 88, RR 22x, t 37,4.
Status neurologis GCS 15, parese N. VII S tipe LMN. Apakah
farmaakoterapi yang paling tepat untuk pasien tersebut?
A. Mecobalamin 3x500 mg
B. Citicolin 3x500 mg
C. Prednison 3x20 mg
D. Asiklovir 5x800 mg
E. Aspilet 1x 320 mg
27
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan wajah mencong ke kanan tiba-tiba setelah bangun tidur.
Wajahnya tampak tidak simetris dan kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sempurna serta berbicara pelo. Keluhan pernah
dialami pasien 2x sekitar 6 bulan lalu. Pasien merupakan supir
ojek online yang sering bekerja hingga malam hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, N 88, RR 22x, t 37,4.
Status neurologis GCS 15, parese N. VII S tipe LMN. Apakah
farmaakoterapi yang paling tepat untuk pasien tersebut?
A. Mecobalamin 3x500 mg
B. Citicolin 3x500 mg
C. Prednison 3x20 mg
D. Asiklovir 5x800 mg
E. Aspilet 1x 320 mg
FACIAL PARALYSIS/BELLS’ PALSY
(KOMPETENSI 4)
Definisi
• paralisis fasialis idiopatik, merupakan , akut, unilateral, paralisis saraf
fasial type LMN (perifer),
Etiologi
• idiopatik, kemungkinan virus, inflamasi, auto imun dan etiologi
iskemik.
Anamnesis
• Paralisis otot fasialis atas dan bawah unilateral, dengan onset akut
(periode 48 jam)
• Nyeri auricular posterior
• Penurunan produksi air mata
• Hiperakusis
• Gangguan pengecapan
• Otalgia
Gejala awal:
• Kelumpuhan muskulus fasialis
Tidak mampu menutup mata
Nyeri tajam pada telinga dan mastoid (60%)
Perubahan pengecapan (57%)
Hiperakusis (30%)
Kesemutan pada dagu dan mulut
Epiphora
Nyeri ocular
Penglihatan kabur
Pemeriksaan fisik
• Kelemahan atau paralisis yang melibatkan saraf fasial (N VII) melibatkan
kelemahan wajah satu sisi (atas dan bawah
• Saat pasien diminta untuk tersenyum, akan terjadi distorsi dan lateralisasi
pada sisi berlawanan dengan kelumpuhan.
• Pada saat pasien diminta untuk mengangkat alis, sisi dahi terlihat datar.
• Pasien juga dapat melaporkan peningkatan salivasi pada sisi yang lumpuh.
• Nyeri auricular posterior
• Gangguan pengecapan
Diagnosis banding
• Acoustic neuroma danlesi cerebellopontine angle.
• Otitis media akut atau kronik.
• Amiloidosis.
• Aneurisma A. vertebralis, A. basilaris, atau A. carotis.
• Sindroma autoimun.
• Botulismus.
• Karsinomatosis.
• Penyakit carotid dan stroke, termasuk fenomena emboli.
• Cholesteatoma telinga tengah.
• Malformasi congenital.
• Schwannoma N. Fasialis.
• Infeksi ganglion genikulatum
Terapi farmakologis
• Steroid dan asiklovir (dengan prednison) mungkin efektif untuk pengobatan Bells’ palsy (American
Academy Neurology/AAN, 2011).
• Steroid kemungkinan kuat efektif dan meningkatkan perbaikan fungsi saraf kranial, jika diberikan
pada onset awal (ANN, 2012).
• Kortikosteroid (Prednison), dosis: 1 mg/kg atau 60 mg/day selama 6 hari, diikuti penurunan
bertahap total selama 10 hari.
• Antiviral: asiklovir diberikan dengan dosis 400 mg oral 5 kali sehari selama 10 hari. Jika virus
varicella zoster dicurigai, dosis tinggi 800 mg oral 5 kali/hari.
• lubrikasi okular topikal (artifisial tear)
Fisioterapi atau akupunktur
27
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Puskesmas dengan
keluhan wajah mencong ke kanan tiba-tiba setelah bangun tidur.
Wajahnya tampak tidak simetris dan kelopak mata tidak dapat
dipejamkan sempurna serta berbicara pelo. Keluhan pernah
dialami pasien 2x sekitar 6 bulan lalu. Pasien merupakan supir
ojek online yang sering bekerja hingga malam hari. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, N 88, RR 22x, t 37,4.
Status neurologis GCS 15, parese N. VII S tipe LMN. Apakah
farmaakoterapi yang paling tepat untuk pasien tersebut?
A. Mecobalamin 3x500 mg
B. Citicolin 3x500 mg
C. Prednison 3x20 mg
D. Asiklovir 5x800 mg
E. Aspilet 1x 320 mg
Vertigo (Kom 4A)
28
Seorang perempuan berusia 63 tahun, datang ke IGD
rumah sakit dengan keluhan pusing berputar yang
dirasakan dari 1/2 jam yang lalu. Keluhan disertai mual dan
muntah terutama jika perubahan posisi kepala. Riwayat
keluhan serupa sering, hilang timbul. Serangan datang
mendadak dan berlangsung kurang 1 menit. Tidak ada
penurunan kesadaran. Riwayat demam dan gangguan
pendengaran tidak ada. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meniere
B. BPPV
C. Labirinitis
D. TIA
E. Tekanan intrakranial tinggi
28
Seorang perempuan berusia 63 tahun, datang ke IGD
rumah sakit dengan keluhan pusing berputar yang
dirasakan dari 1/2 jam yang lalu. Keluhan disertai mual dan
muntah terutama jika perubahan posisi kepala. Riwayat
keluhan serupa sering, hilang timbul. Serangan datang
mendadak dan berlangsung kurang 1 menit. Tidak ada
penurunan kesadaran. Riwayat demam dan gangguan
pendengaran tidak ada. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meniere
B. BPPV
C. Labirinitis
D. TIA
E. Tekanan intrakranial tinggi
VERTIGO (KOMPETENSI 4A)
Definisi
• persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan sekitarnya.
• Vertigo vestibular: sentral, perifer
• Vertigo non vestibular
Etiologi
• Vertigo vestibular
• Vertigo perifer :Benign Paroxismal Positional Vertigo (BPPV), Meniere’s Disease, neuritis
vestibularis, oklusi arteri labirin, labirhinitis, obat ototoksik, autoimun, tumor nervus VIII,
microvaskular compression, fistel perilimfe.
• Vertigo sentral :migren, CVD, tumor, epilepsi, demielinisasi, degenerasi.
• Vertigo non vestibular
• polineuropati, mielopati, artrosis servikalis, trauma leher, presinkop, hipotensi ortostatik,
hiperventilasi, tension headache, penyakit sistemik
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan system kardiovaskuler
• Pemeriksaan neurologis
Gejala Vertigo vestibuler Vertigo non vestibuler
Sensasi Rasa berputar Melayang, goyang
Tempo serangan Episodik Kontinu, konstan
Mul dan muntah Positif Negatif
Gangguan pendengaran Positif atau negatif Negatif
Gerakan pencetus Gerakan kepala Gerakan objek visual
Terapi farmakologis
• Antihistamin (dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin,
siklisin)
• Kalsium Antagonis (Cinnarizine)
Terapi nonfarmakologis
• Manuver Epley
• Prosedur Semont
• Metode Brand Daroff
28
Seorang perempuan berusia 63 tahun, datang ke IGD
rumah sakit dengan keluhan pusing berputar yang
dirasakan dari 1/2 jam yang lalu. Keluhan disertai mual dan
muntah terutama jika perubahan posisi kepala. Riwayat
keluhan serupa sering, hilang timbul. Serangan datang
mendadak dan berlangsung kurang 1 menit. Tidak ada
penurunan kesadaran. Riwayat demam dan gangguan
pendengaran tidak ada. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meniere
B. BPPV
C. Labirinitis
D. TIA
E. Tekanan intrakranial tinggi
29
Seorang laki-laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD RS dengan
keluhan kejang 4x sejak 2 hari yang lalu. Mulut kaku sulit dibuka
dan perut terasa keras. Dari anamnesis diketahui 3 minggu yang
lalu kaki pasien tertusuk paku saat bekerja sebagai kuli
bangunan. Saat di IGD pasien sempat kejang kembali 2x. Tensi
80/59, N 120x teraba lemah, RR 44x, R 39,7, didapatkan spasme
otot-otot wajah, trismus berat, punggung kaku, perut teraba
keras. Apakah diagnosis pasien tersebut menurut klasifikasi
Ablett?
A. Tetanus grade I
B. Tetanus grade II
C. Tetanus grade III
D. Tetanus grade IV
E. Tetanus grade V
29
Seorang laki-laki berusia 25 tahun dibawa ke UGD RS dengan
keluhan kejang 4x sejak 2 hari yang lalu. Mulut kaku sulit dibuka
dan perut terasa keras. Dari anamnesis diketahui 3 minggu yang
lalu kaki pasien tertusuk paku saat bekerja sebagai kuli
bangunan. Saat di IGD pasien sempat kejang kembali 2x. Tensi
80/59, N 120x teraba lemah, RR 44x, R 39,7, didapatkan spasme
otot-otot wajah, trismus berat, punggung kaku, perut teraba
keras. Apakah diagnosis pasien tersebut menurut klasifikasi
Ablett?
A. Tetanus grade I
B. Tetanus grade II
C. Tetanus grade III
D. Tetanus grade IV
E. Tetanus grade V
Meniere Kom 3A
30
Seorang perempuan berusia 49 tahun, datang dengan
keluhan pusing berputar dan telinga berdenging. Keluhan
ini disertai mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/80, N 86, RR 18, Tax 36,7, ditemukan
adanya tuli sensorineural. Apakah diagnosis yang tepat
kasus ini?
A. Vertigo sentral
B. Meniere disease
C. Labirinitis
D. Vertigo perifer
E. Neuritis vestibularis
30 B
Seorang perempuan berusia 49 tahun, datang dengan
keluhan pusing berputar dan telinga berdenging. Keluhan
ini disertai mual dan muntah. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan TD 120/80, N 86, RR 18, Tax 36,7, ditemukan
adanya tuli sensorineural. Apakah diagnosis yang tepat
kasus ini?
A. Vertigo sentral
B. Meniere disease
C. Labirinitis
D. Vertigo perifer
E. Neuritis vestibularis
31
Seorang perempuan berusia 28 tahun, datang dengan keluhan
wajah asimetris, pada saat tersenyum bibir tertarik ke kiri, mata
kanan memerah dan dahi kanan tidak terdapat kerutan pada
waktu diangkat. Pasien memiliki riwayat berpergian malam
menggunakan sepeda motor untuk bekerja. Pada pemeriksaan
tanda vital TD 130/80 mmHg, RR 18x/menit, suhu 36,3 C, nadi
84x/menit, keempat ekstremitas normal. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pasien tersebut?
A. Stroke iskemik
B. Migrain
C. Bell’s palsy
D. Parkinson disease
E. Neuralgia trigeminal
31C
Seorang perempuan berusia 28 tahun, datang dengan keluhan
wajah asimetris, pada saat tersenyum bibir tertarik ke kiri, mata
kanan memerah dan dahi kanan tidak terdapat kerutan pada
waktu diangkat. Pasien memiliki riwayat berpergian malam
menggunakan sepeda motor untuk bekerja. Pada pemeriksaan
tanda vital TD 130/80 mmHg, RR 18x/menit, suhu 36,3 C, nadi
84x/menit, keempat ekstremitas normal. Apakah diagnosis yang
paling mungkin pasien tersebut?
A. Stroke iskemik
B. Migrain
C. Bell’s palsy
D. Parkinson disease
E. Neuralgia trigeminal
Demensia (Kom 3A)
Alzheimer (Kom 2)
32
Seorang anak laki-laki berusia 2 tahun datang di antar ibunya ke
UGD dengan keluhan kejang sejak 10 menit yang lalu. Keluhan
juga berulang pada 1 jam sebelumnya. Anak sadar antara kejang
tersebut. Riwayat demam sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik
didapakan suhu 39oC, N 102 x/menit, RR 18 x/menit. Apakah
diagnosis yg paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Kejang demam simpleks
B. Absanse epilepsi
C. Epilepsi grand mal
D. Kejang demam kompleks
E. Simple parsial epilepsi
Anamnesis
Keluhan utama adalah kejang.
Anamnesis dimulai dari riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang,
mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang.
Umumnya kejang demam pada anak dan berlangsung pada permulaan demam
akut, berupa serangan kejang klonik umum atau tonik klonik, singkat dan tidak
ada tanda-tanda neurologi post iktal.
riwayat kejang sebelumnya, kondisi medis yang berhubungan, obat-obatan,
trauma, gejala infeksi, keluhan neurologis, nyeri atau cedera akibat kejang.
Pemeriksaan fisik
tanda-tanda vital, mencari tanda-tanda trauma akut kepala, dan adanya
kelainan sistemik, terpapar zat toksik, infeksi, atau adanya kelainan neurologis
fokal.
Bila terjadi penurunan kesadaran diperlukan pemeriksaan lanjutan untuk
mencari faktor penyebab.
Kejang demam sederhana
Kejang generalisata
Etiologi
• akibat sumbatan pembuluh darah kapiler di otak karena menurunnya aliran darah
efektif dan adanya hemolisa sel darah. Hal tersebut dikarenakan oleh infeksi
Plasmodium falciparum yang ditularkan oleh nyamuk anopheles betina
Faktor risiko/penularan
• Bayi dengan BBLR
• Hipoglikemi yang tidak tertangani.
Diagnosis banding
• Meningitis
• Tifoid ensefalopati
• Tetanus
• Penyakit pembuluh darah otak (stroke hemoragik/nonhemoragik)
• Penyakit endokrin/metabolik (diabetes dan tiroid)
Patofisiologi
Anamnesis
• trias malaria (demam, menggigil dan berkeringat), sakit kepala, gangguan mental, nyeri
tengkuk, kaku otot dan kejang umum.
Fase prodromal
• gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluh sakit pinggang, mialgia, demam yang hilang
timbul serta kadang-kadang menggigil, dan sakit kepala
Fase akut
• komplikasi seperti sakit kepala yang sangat hebat, mual, muntah, diare, batuk berdarah, gangguan
kesadaran, pingsan, kejang, hemiplegi dan dapat berakhir dengan kematian.
• pemeriksaan fisik akan ditemukan cornea mata divergen, anemia, ikterik, purpura, akan tetapi
tidak ditemukan adanya tanda rangsang meningeal.
Pemeriksaan fisik
• Dapat dijumpai adanya splenomegali dan hepatomegali saat pemeriksaan fisik.
• Cek kesadaraanGangguan kesadaran atau koma (biasanya 24 – 72 jam) dewasa GCS < 11 dan
anak Blantyre coma score < 3.
Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan apusan darah tebal dan tipis dijumpai bentuk aseksual dari Plasmodium
falciparum.
• Hipoglikemi, hiponatremi, hipofosfatemi, pleositosis sampai 80 sel/mikron3, limfosit sampai 15
sel/mikron3.
• Analisa cairan serebrospinal adanya peningkatan limfosit > 15/ul.
• CT edema serebral.
• MRI edema serebral.
Lini 1
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
1 Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Primakuin -- -- ¾ 1½ 2 2-3
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
2
Amodiakuin ¼ ½ 1 2 3 4
Artesunate ¼ ½ 1 2 3 4
3
Lini ke 2
Jenis obat Jumlah tablet menurut kelompok umur
3 x 10
Kina 3x½ 3x1 3 x 1½ 3 x (2-3)
mg/kg BB
1
Doksisiklin -- -- -- 2 x 50mg 2 x 100mg
Primakuin -- ¾ 1½ 2 2-3
3 x 10
Kina 3x½ 3x1 3 x 1½ 3x2
mg/kg BB
2-3
Doksisiklin -- -- -- 2 x 50mg 2 x 100mg
4 x 250
Dosis Tetrasiklin -- -- -- 4 x 4 mg/kg BB
mg
34 B
Seorang laki-laki berusia 48 tahun datang ke praktek
dokter umum dengan keluhan demam yang diselingi
dengan menggigil. Pasien tinggal di Papua selama 1 bulan
untuk urusan kantor. Pada pemeriksaan hapusan darah
ditemukan gambaran pisang. Apa komplikasi yang paling
berbahaya pada kondisi ini adalah
A. Black water fever
B. Malaria cerebral
C. Black dot
D. pneumonia
E. Asidosis metabolik
35
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke rumah
sakit oleh ibunya dengan keluhan mual dan muntah sejak 1
minggu ini. Ibu pasien mengatakan kepala anaknya
semakin lama semakin membesar. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan N: 54 x/menit, RR 28 x/menit, t 36oC. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Hidrosefalus
B. Kejang demam sederhana
C. Kejang demam kompleks
D. Abses otak
E. Tumor otak
HIDROSEFALUS (KOMPETENSI 2)
Definisi
• Hidrosefalus merupakan gangguan yang terjadi akibat kelebihan
cairan serebrospinal pada sistem saraf pusat.
Etiologi
• Congenital: Stenosis akuaduktus sylvius, Spina bifida dan cranium
bifida, sindrom dandy-walker, Kista arachnoid, Anomali pembuluh
darah.
• Acquired: pendarahan subarachnoid, intraventrikular, trauma, infeksi
(meningitis), tumor, komplikasi operasi atau trauma hebat di kepala.
Patofisiologi:
• Obstruktif (non-communicating) - penyumbatan sirkulasi cairan
serebrospinal (CSS)
• Non – obstruktif (communicating) - gangguan keseimbangan CSS,
komplikasi infeksi, komplikasi hemoragik.
Anamnesis
• hipertensi intrakranial: nyeri kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan
gejala gangguan batang otak (bradikardia, aritmia respirasi).
Pemeriksaan fisik
• Makrokrania
• hipertensi intrakranial
Pemeriksaan Penunjang
• Foto polos kepala lateral
• Pemeriksaan cairan serebrospinal
• Ct scan kepala
• MRI
Diagnosis banding
• Holoprosencephaly
• Hydranencephaly
• Atrofi Serebri
• Tumor
Terapi farmakologis
• Mengurangi sekresi cairan dan pleksus choroid:
asetazolamit 100 mg/kgbb/hari; furosemid 1,2
mg/kgbb/hari
• Upaya meningkatkan resorpsinya : isorbid
Terapi nonfarmakologis
• Ventriculoperitoneal shunting (VP shunt)
Prognosis:
• Bonam
• Bergantung pada
• Gangguan terkait
• Ketepatan waktu diagnosis
• Keberhasilan pengobatan
35
Seorang anak perempuan berusia 2 tahun dibawa ke rumah
sakit oleh ibunya dengan keluhan mual dan muntah sejak 1
minggu ini. Ibu pasien mengatakan kepala anaknya
semakin lama semakin membesar. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan N: 54 x/menit, RR 28 x/menit, t 36oC. Apakah
diagnosis yang paling mungkin pada pasien tersebut?
A. Hidrosefalus
B. Kejang demam sederhana
C. Kejang demam kompleks
D. Abses otak
E. Tumor otak
36
Seorang laki-laki berusia 64 tahun dibawa keluarganya ke UGD
RS dengan keluhan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran
sejak tadi pagi, sebelumnya pasien masih sadar dan beraktivitas
seperti biasa. Pasien mempunyai riwayat kanker nasofaring,
tidak ada riwayat penyakit vaskular lainnya. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan tidak ada respon meskipun diberi rangsangan
nyeri atau suara, Doll's eyes manuver (+), tes kalori (+). Apakah
kondisi yang sedang dialami pasien tersebut?
A. Sopor
B. Somnolen
C. Koma
D. Stupor
E. Apatis
Compos mentis (GCS 15-14), yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya,
baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab
pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa dengan baik.
Apatis (GCS 13-12), yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungannya.
Delirium (GCS 11-10) , yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan
gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi serta meronta-ronta.
Somnolen (GCS 9-7) yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih
dapat sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
Sopor (GCS 6-5), yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun
masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri,
tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan
baik.
Semi-coma (GCS 4) yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons
terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih
baik.
Coma (GCS 3), yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap
rangsang nyeri.
Test keterlibatan brainstem
Test kalori
36
Seorang laki-laki berusia 64 tahun dibawa keluarganya ke UGD
RS dengan keluhan penurunan kesadaran. Penurunan kesadaran
sejak tadi pagi, sebelumnya pasien masih sadar dan beraktivitas
seperti biasa. Pasien mempunyai riwayat kanker nasofaring,
tidak ada riwayat penyakit vaskular lainnya. Dari pemeriksaan
fisik didapatkan tidak ada respon meskipun diberi rangsangan
nyeri atau suara, Doll's eyes manuver (+), tes kalori (+). Apakah
kondisi yang sedang dialami pasien tersebut?
A. Sopor
B. Somnolen
C. Koma
D. Stupor
E. Apatis
DEMENSIA (KOMPETENSI 3A)
Definisi
• sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan yang bersifat
kronis dan progesifitas disertai dengan gangguan fungsi luhur multiple
seperti kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan mengambil keputusan.
Etiologi
• Penyakit Alzheimer ( demensia degenerative primer)
• Penyakit Pick ( demensia degeneratif primer )
• Korea Huntington
• Penyakit Parkinson
• Sklerosis multiple
Faktor risiko/penularan
• Usia > 60 tahun (usia lanjut).
• Riwayat keluarga.
• Adanya penyakit Alzheimer, serebrovaskular (hipertensi, penyakit jantung),
atau diabetes mellitus.
Anamnesis
• gangguan daya ingat, mudah lupa terhadap kejadian yang baru dialami, dan kesulitan
mempelajari informasi baru.
• Diawali dengan sering lupa terhadap kegiatan rutin, lupa terhadap benda-benda kecil,
pada akhirnya lupa mengingat nama sendiri atau keluarga.
Pemeriksaan fisik
• Kesadaran sensorium baik.
• Penurunan daya ingat yang bersifat kronik dan progresif.
• Gangguan fungsi otak terutama berupa gangguan fungsi memori dan bahasa, seperti
afasia, aphrasia, serta adanya kemunduran fungsi kognitif eksekutif.
• Dilakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya gangguan neurologik atau penyakit
sistemik.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium dilakukan jika ada kecurigaan adanya kondisi medis yang
menimbulkan dan memperberat gejala.
• Dapat dilakukan Mini Mental State Examination (MMSE).
Kriteria Diagnosis
• Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu
kegiatan harian seseorang
• Tidak ada gangguan kesadaran
• Gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit enam bulan
Diagnosis banding
• Delirium
• Depresi
• Gangguan Buatan
• Skizofrenia
Terapi farmakologis
• Jangan berikan inhibitor asetilkolinesterase (seperti: donepzil, galantamine dan rivastigmine) atau memantine
secara rutin untuk semua kasus demensia. Pertimbangkan pemberiannya hanya pada kondisi yang
memungkinkan diagnosis spesifik penyakit Alzheimer ditegakkan dan tersedia dukungan serta supervisi
adekuat oleh spesialis serta pemantauan efek samping oleh pelaku rawat.
• Bila pasien berperilaku agresif, dapat diberikan antipsikotik dosis rendah, seperti: Haloperidol 0,5 – 1 mg/hari.
Terapi nonfarmakologis
• Modifikasi faktor resiko yaitu kontrol penyakit fisik, lakukan aktifitas fisik sederhana seperti senam otak,
stimulasi kognitif dengan permintaan, kuis, mengisi teka-teki silang, bermain catur.
• Modifikasi lingkungan sekitar agar lebih nyaman dan aman bagi pasien.
• Rencanakan aktivitas hidup sehari-hari (mandi, makan, dan lain-lain) untuk mengoptimalkan aktivitas
independen, meningkatkan fungsi, membantu adaptasi dan mengembangkan keterampilan, serta
meminimalisasi kebutuhan akan bantuan.
• Ajarkan kepada keluarga agar dapat membantu mengenal barang milik pribadinya, mengenal waktu dengan
menggunakan jam besar, kalender harian, dapat menyebutkan namanya dan anggota keluarga terdekat,
mengenal lingkungan sekitar, beri pujian jika dapat menjawab dengan benar, bicara dengan kalimat sederhana
dan jelas (satu atau dua tahap saja), bila perlu gunakan isyarat atau sentuhan lembut.
Prognosis
• Prognosis umumnya ad vitam adalah dubia ad bonam, sedangkan fungsi adalah dubia ad malam. Ad
sanationam adalah ad malam
36 A
Ny Arti berusia 65 tahun dikeluhkan mudah lupa, terutama
informasi baru. Keluhan ini dirasakan sejak 2 tahun yang
lalu. Ia juga mudah mengalami gangguan konsentrasi dan
sering tersesat bila berjalan sendirian padahal di tempat
yang sering ia datangi. Riwayat DM, merokok, dislipidemia
disangkal. Pasien memiliki riwayat Hipertensi sejak 15
tahun lalu. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan TD
130/100, GCS 456. Apakah Diagnosa yang paling mungkin?
a. Demensia Alzeimer
b. Amnesia
c. Demensia Vaskular
d. Hidrosefalus
e. Penyakit Parkinson
37
Seorang bayi prematur dengan usia kehamilan 32 minggu
lahir SC. APGAR 1 menit dan 5 menit yaitu 4 dan 7. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan pH tali pusat 6,9 defisit basa
18meq/L. Bayi kejang klonik 6 jam diatasi dengan luminal.
Apakah komplikasi yang dapat terjadi pada jangka panjang
pada bayi tersebut?
a. perkembangan normal
b. cerebral palsy
c. kejang
d. gangguan penglihatan
e. gangguan pendengaran
CEREBRAL PALSY (KOMPETENSI 2)
Definisi
• suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang kekal dan tidak progresif.
Etiologi:
• cedera pada otak
• (idiopatik)
Patofisiologi
• Cedera otak atau perkembangan otak abnormal
• Prematuritas
• Periventrikular leukomalasia
• Perdarahan periventrikular – intraventrikular
Faktor risiko
• kelainan genetik, infeksi, insufisiensi vascular, kelahiran premature,
jaundice, perdarahan
Klasifikasi Klinis: 1. Disfungsi
Motorik
Spastisitas: : lokasi lesiraktus kortikospinal
• Monoplegia/monoparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi salah satu anggota gerak lebih
hebat dari yang lainnya.
• Hemiplegia/hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di pihak yang sama.
• Diplegia/diparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada tangan.
• Tetraplegia/tetraparesis : kelumpuhan keempat anggota gerak ,tetapi lengan lebih atau sama hebatnya
dibandingkan dengan tungkai.
A. Stroke perdarahan
B. Stroke infark
C. Ensefalopati hipoglikemi
D. Meningoensefalitis
E. Ensefalopati uremikum
39
Seorang laki-laki berusia 52 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke
RSUD Sanjiwani tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran. Pasien
memiliki riwayat DM tipe II sejak 2 tahun ini dan rutin mengkonsumsi
obat glibenclamide. Pada 2 hari belakangan ini pasien tidak nafsu
makan. Pada pemeriksaan GCS didapatkan 10. Pemeriksaan neurologis
menunjukkan tidak ada kelemahan gerak dan kelumpuhan saraf
kranial. Pada pemeriksaan GDS didapatkan 30 mg/dL. Apakah
diagnosis yang paling tepat pada pasien ini?
A. Stroke perdarahan
B. Stroke infark
C. Ensefalopati hipoglikemi
D. Meningoensefalitis
E. Ensefalopati uremikum
40 C
Seorang laki-laki berusia 58 tahun datang dibawa oleh keluarganya ke
IGD RS dengan keluhan mual muntah yang hebat sejak 2 jam yang
lalu. Sebelumnya pasien mengeluh sakit kepala saat di kantor dan tiba-
tiba pandangan menjadi kabur. Pasien saat tiba tampak gelisah dan
tiba-tiba pingsan. Pasien memiliki riwayat hipertensi dengan
pengobatan rutin selama kurang lebih 5 tahun dengan ramipril dan
amlodipine tetapi 2 minggu ini pasien tidak minum obat karena sibuk
ada proyek di kantornya. Pada pemeriksaan fisik TD 200/120 mmHg, N
84 x/menit, RR 18 x/menit, t 36,7oC. Apakah kemungkinan diagnosis
yang dialami pasien tersebut?
Patofisiologi
• Infeksi CMV kongenital dihasilkan dari penularan virus melalui plasenta ibu ke bayi selama fase viremia
(ketika virus banyak terdapat pada darah).
• Viremia maternal lebih cenderung terjadi ketika infeksi primer daripada rekurens.
• Setelah transmisi transplasental, virus menyebar ke janin melalui rute hematogen.
Faktor risiko/penularan
• kontak langsung dengan cairan tubuh, seperti urin, saliva, dan air susu ibu (ASI), hubungan seksual,
tranfusi darah, dan transplantasi organ.
Anamnesis
• Anamnesis pada ibu hamil tentang riwayat mengalami gejala-gejala nonspesifik seperti mialgia, asthenia,
disertai atau tanpa demam atau flu-like symptoms. Infeksi CMV maternal umumnya asimtomatik, hanya
<10% yang menimbulkan gejala.
• Ibu teridentifikasi mendapat infeksi dalam kehamilan, dengan kemungkinan 32% bayi baru lahir
menderita CMV kongenital bila ibu infeksi primer, dan 1,4% bila ibu infeksi rekuren atau past infection.
• Pada keadaan ini direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi CMV kongenital pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan fisis pada 40-50% ditemukan IUGR, mikrosefal,
hepatosplenomegali, ptekie, erupsi purpura, dan ruam makulo-papular,
trombositopenia, atau hiperbilirubinemia pada tes darah, dan ada gangguan
pendengaran pada uji tapis pendengaran.
• Pada keadaan ini direkomendasikan untuk dilakukan evaluasi CMV
kongenital pada bayi baru lahir.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan PCR virus atau biakan urin dan saliva pada minggu ke 2-3
kehidupan merupakan baku emas untuk diagnosis CMV kongenital.
• Deteksi antibodi IgM spesifik pada periode Ini dapat memastikan diagnosis
CMV kongenital.
• Pemeriksaan IgG setelah minggu ke 3, bila hasil negatif dapat membantu
menyingkirkan diagnosis CMV kongenital. Bila hasil IgG serial positif
meningkat 4 kali lipat akan dapat membantu diagnosis CMV kongenital.
• IgG avidity dapat dilakukan bila ingin mengetahui diagnosis infeksi CMV
terjadi pada masa kehamilan.
Diagnosis banding
• Toxoplasma gondii, rubella, Herpes simplex
TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL
(KOMPETENSI 2)
Etiologi
• Toxoplasma gondii, parasit intraselular yang menginfeksi burung dan mamalia.
• Host definitnya adalah kucing.
• Secara morfologis ada 3 bentuk yang dapat ditemukan dan diamati:
• Tropozoit : bentuk vegetatif dan proliferatif (Tachyzoite), bentuk banana form
• Kista : bentuk resisten dalam jaringan tubuh (bradyzoite).
• Ookista : Bentuk resisten yang ada di dunia luar
Patofisiologi :
• pada kucing :
• Kucing terinfeksi setelah menelan ookista pada rumput , atau sayuran
• Sesampai dalam usus kucing, bradyzoite dilepaskan dan berdiferensiasi jd
tachyzoite
• tachyzoite jd mikrogametosit / makrogametosit jadi zigot , kemudian jd ookista
yang akan dikeluarkan melalui tinja
• Pada manusia
Faktor risiko/penularan:
• Hamil.
• Mengonsumsi obat kortikosteroid atau imunosupresif jangka panjang.
• Menderita HIV/AIDS.
• Sedang menjalani kemoterapi