Pembimbing
dr. I Nyoman Sp.An
Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi keseimbangan H 2O.
Mempertahankan volume plasma yang tepat, penting dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.
Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh yang tepat dengan menyesuaikan pengeluaran H +
dan HCO3- di urin.
Mengeluarkan (mengekskresikan) produk-produk akhir (sisa) metabolisme tubuh
Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan, pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif
lain yang masuk ke tubuh.
Menghasilkan eritropoietin, suatu hormon yang merangsang produksi sel darah merah.
Menghasilkan renin
• Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius, batu
traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemia,SLE,dll.
• Sindroma Uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan ( volume overload ), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-
kejang sampai koma.
• Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida). (Suwitra, 2014)
Urinalisis
• Volume urin orang dewasa normal 1-2 liter.dipengaruhi berbagai hal
• Air (95% ) + 5% elektrolit, zat terlarut dari metabolisme sel, dan zat
eksogen (obat)
• Zat terlarut elektrolit, urea, kreatinin, asam urat, urobilinogen, dan
sejumlah kecil zat lain.
• Glikosuria hiperglikemia.
• Proteinuri dievaluasi urin 24 jamprotein urin >150 mg/dl
signifikan.
• Analisa mikroskopik sedimen urin sel darah merah atau sel darah putih,
bakteri, cast, dan kristal.
Kadar Ureum
• Ureum produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh
hati dan difiltrasi oleh glomerulusmembantu menegakkan diagnosis gagal ginjal
akut.
• Peningkatan ureum azotemia.
• Kondisi gagal ginjal kadar ureum plasma sangat tinggi uremia berbahaya
dan memerlukan hemodialisis atau tranplantasi ginjal.
Klirens Kreatinin
• Klirens kreatinin merupakan pengukuran GFR yang tidak absolut. Namun,
pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi mengenai perkiraan nilai GFR
PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL
Premedikasi
• atropin dan glycopyrolate biasanya aman lebih dari 50% di
ekskresi normal di urinpotensi akumulasi terjadi bila dosis
diulang.
Opioid
• Morfin dan meperidinMetabolit terakumulasi
menyebabkan komplikasi Analgesik yang disukai
fentanyl
Obat-obatan yang digunakan untuk anastesi pada gagal ginjal
Succinyl choline
Obat reversal
• Ekskresi ginjal adalah rute utama eliminasi bagi edrophonium, neostigmine & pyridostigmineWaktu paruh
memanjang
PERTIMBANGAN PRE OPERASI
PRE RENAL
penurunan fungsi ginjal yang
akut dalam perfusi ginjal
penumpukan dari sampah
nitrogen (azotemia)
RENAL
GAGAL GINJAL AKUT penyakit ginjal intrinsik,
renal iskemia atau nefrotoxin
POST RENAL
obstruksi atau gangguan pada
saluran kemih
Pada tipe oliguria bertahan sampai 2 minggu dan diikuti oleh fase diuretik
yang ditandai dengan adanya peningkatan yang progresif pada urin output.
Fase diuretik biasanya tidak ditemui pada gagal ginjal yang non oligurik.
Fungsi urinari semakin baik dalam beberapa minggu namun bisa tetap
bertahan tidak kembali normal sampai 1 tahun.
PERTIMBANGAN PRE OPERASI
Evaluasi fisik dan laboratorium harus difokuskan pada fungsi jantung dan pernafasan. Tanda–tanda kelebihan
cairan atau hipovolemia harus dapat diketahui. Kekurangan volume intravaskuler sering disebabkan oleh dialisis
yang berlebihan. Perbandingan berat pasien sebelum dan sesudah dialisis mungkin membantu.
Data hemodinamik, jika tersedia dan foto dada sangat bermakna dalam kesan klinis.
Analisa gas darah juga berguna dalam mendeteksi hipoksemia dan mengevaluasi status asam-basa pada pasien
dengan keluhan sesak nafas.
EKG harus diperiksa secara hati-hati sebagai tanda-tanda dari hiperkalimia atau hipokalimia seperti pada
iskemia, blok konduksi, dan ventrikular hipertropi.
EVALUASI PREOPERATIF
Echocardiography sangat bermakna dalam mengevaluasi fungsi jantungTransfusi pre operatif sel darah merah
harusnya diberikan pada pasien dengan anemia berat (hemoglobin <6-7 g/dL) atau ketika kehilangan darah
sewaktu operasi diperkirakan.
Waktu perdarahan dan pembekuan dianjurkan, khususnya jika ada pertimbangan regional anestesi. Serum
elektrolit, BUN, dan pengukuran kreatinin dapat menentukan keadekuatan dialisis.
Pengukuran glukosa dibutuhkan dalam mengevaluasi kebutuhan potensial untuk terapi insulin perioperatif.
Perlambatan pengosongan lambung akibat sekunder dari neuropati otonom pada beberapa pasien bisa
mempengaruhi pasien-pasien GGK untuk terjadinya aspirasi pada perioperatif
Terapi obat preoperatif diberikan secara hati-hati pada obat yang dieliminasi di ginjal. Penyesuaian dosis dan
pengukuran kadar darah (jika memungkinkan) dibutuhkan untuk mencegah toksisitas obat. (Morgan, 2006)
PREMEDIKASI
Profilaksis aspirasi
• H2 blocker pada pasien mual, muntah atau perdarahan saluran cerna.
• Metoclopramide 10 mg oral atau intra vena
Pengobatan preoperatif
• obat anti hipertensi harus dilanjutkan sampai pada saat pembedahan.
PREINTRAOPERATIF
Monitoring
• Monitor standard yang digunakan untuk prosedur termasuk kehilangan cairan yang minimal.
Untuk operasi yang banyak kehilangan cairan atau darah, pemantauan urin output dan volume
intravaskular sangat penting. Walaupun dengan urin output yang cukup tidak memastikan
fungsi ginjal baik, namun selalu diusahakan pencapaian urin output lebih besar dari 0,5
mL/kgBB/jam.
Induksi
• Pemilihan zat induksi tidak sepenting dalam memastikan volume intravaskular yang cukup
terlebih dahulu. Anestesi induksi pada pasien dengan Renal Insuffisiensi biasanya menghasilkan
hipotensi jika terjadi hipovolemia. Jika berlanjut, penurunan perfusi ginjal pengakibatkan
kerusakan ginjal postoperatif.
Pemeliharaan
• Semua zat pemeliharaan dapat diberikan kecuali Methoxyflurane dan Sevoflurane. Walau
enflurane bisa digunakan secara aman pada prosedur singkat, namun lebih baik dihindari pada
pasien dengan insuffisiensi ginjal karena masih ada pilihan obat lain yang memuaskan.
Pemburukan fungsi ginjal selama periode ini dapat menghasilkan efek hemodinamik lebih
lanjut dari pembedahan (perdarahan) atau anestesi (depresi jantung atau hipotensi)
KESIMPULAN
• Kohl. (2006). Aneshesia for Cronic Renal Dieses and Renal Transplataion . EAU .
• Morgan, G. (2006). Anesthesia for Patien with Renal Dieses Clincal Aneshesiology. New York:
Lange Medical Books.
• Sherwood, L. (2011). Sistem Kemih Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.
• Suwitra, K. (2014). Penyakit Ginjal Kronis Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilit II. Jakarta
Pusat: Interna Publisher .
• Syuhada, N. (2014). Anesesi Pada Pasien dengan Penyakit Ginjal. Jakarta.