Anda di halaman 1dari 21

REFERAT

ANESTESI PADA GAGAL GINJAL

Atina Itamanyn, S.Ked J510185085


Rachmawati Dwi Puspita, S.Ked J510185087

Pembimbing
dr. I Nyoman Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ILMU ANESTESI


RSUD Dr. HARDJONO KABUPATEN PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
PENDAHULUAN

Anestesi adalah suatu tindakan menahan rasa sakit ketika melakukan


pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada
tubuh. Banyak obat-obatan yang biasanya digunakan selama anestesia yang
setidaknya sebagian tergantung pada ekskresi ginjal untuk eliminasi. Dengan
adanya kerusakan ginjal, modifikasi dosis harus dilakukan untuk mencegah
akumulasi obat atau metabolit aktif. Semua obat anestetik baik abar (volatil)
atau suntikan berpotensi mengganggu fungsi ginjal baik secara langsung atau
tidak langsung akibat perubahan tekanan darah sistemik, curah jantung, lepasan
hormon anti diuretik (ADH), jenis cairan infus yang sedang digunakan,
gangguan sistem renin-angiotensin-aldosteron. (Syuhada, 2014)
ANATOMI DAN FISIOLOGI
FUNGSI GINJAL
Mempertahankan keseimbangan H2O di tubuh

Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh yang sesuai, terutama melalui regulasi keseimbangan H 2O.

Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion

Mempertahankan volume plasma yang tepat, penting dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri.

Membantu mempertahankan keseimbangan asam basa tubuh yang tepat dengan menyesuaikan pengeluaran H +
dan HCO3- di urin.
Mengeluarkan (mengekskresikan) produk-produk akhir (sisa) metabolisme tubuh

Mengeluarkan banyak senyawa asing, misalnya obat, aditif makanan, pestisida, dan bahan eksogen non-nutritif
lain yang masuk ke tubuh.
Menghasilkan eritropoietin, suatu hormon yang merangsang produksi sel darah merah.

Menghasilkan renin

Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktifnya.


MANFESTASI GAGAL GINJAL
Gambaran Klinis Gambaran klinis pasien penyakit ginjal meliputi :

• Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus, infeksi traktus urinarius, batu
traktus urinarius, hipertensi, hiperurikemia,SLE,dll.
• Sindroma Uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual,muntah, nokturia, kelebihan
volume cairan ( volume overload ), neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-
kejang sampai koma.
• Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia, osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit (sodium, kalium, klorida). (Suwitra, 2014)

Gambaran Laboratoris Gambaran laboratorium penyakit ginjal meliputi :

• Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya


• Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan penurunan
LFG yang dihitung mempergunakan rumus Kockcroft – Gault. Kadar kreatinin serum saja tidak
bisa dipergunakan untuk memperkirakan fungsi ginjal.
• Kelainan biokomiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat,
hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia,
asidosis metabolik.
• Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuria, leukosuria, cast, isosteinuria.
PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

Urinalisis
• Volume urin orang dewasa normal 1-2 liter.dipengaruhi berbagai hal
• Air (95% ) + 5% elektrolit, zat terlarut dari metabolisme sel, dan zat
eksogen (obat)
• Zat terlarut elektrolit, urea, kreatinin, asam urat, urobilinogen, dan
sejumlah kecil zat lain.
• Glikosuria hiperglikemia.
• Proteinuri dievaluasi urin 24 jamprotein urin >150 mg/dl
signifikan.
• Analisa mikroskopik sedimen urin sel darah merah atau sel darah putih,
bakteri, cast, dan kristal.
Kadar Ureum
• Ureum produk akhir katabolisme protein dan asam amino yang diproduksi oleh
hati dan difiltrasi oleh glomerulusmembantu menegakkan diagnosis gagal ginjal
akut.
• Peningkatan ureum azotemia.
• Kondisi gagal ginjal kadar ureum plasma sangat tinggi uremia berbahaya
dan memerlukan hemodialisis atau tranplantasi ginjal.

Klirens Kreatinin
• Klirens kreatinin merupakan pengukuran GFR yang tidak absolut. Namun,
pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi mengenai perkiraan nilai GFR
PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

Estimated Glomerular Filtration Rate


• estimated GFR (eGFR)  berdasarkan kreatinin serum,
usia, ukuran tubuh, jenis kelamin, dan ras tanpa
membutuhkan kadar kreatinin urin menggunakan
persamaan Cockcroft and Gault.
PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL

BUN (Blood Urea Nitrogen)


• normal 10 – 20 mg/dl.
• Nilai yang lebih rendah penyakit hati.
• Peningkatan berkurangnya GFR atau meningkatnya
katabolisme protein.
• Konsentrasi BUN >50 mg/dl renal impairment.
Obat-obatan yang digunakan untuk anastesi pada gagal ginjal

Premedikasi
• atropin dan glycopyrolate biasanya aman lebih dari 50% di
ekskresi normal di urinpotensi akumulasi terjadi bila dosis
diulang.
Opioid
• Morfin dan meperidinMetabolit terakumulasi
menyebabkan komplikasi Analgesik yang disukai
fentanyl
Obat-obatan yang digunakan untuk anastesi pada gagal ginjal

Propofol • tidak mempunyai efeknya secara signifikan pada


gangguan fungsi ginjal.
dan • Penurunan ikatan protein etomidate pada
hipoalbuminemia mempercepat efek farmakologi.
Etomidate

• Farmakokinetik berubah sedikit  potensial


Kaetamin akumulasi pada gagal ginjal.
• Hipertensi sekunder akibat efek ketamin
Obat-obatan yang digunakan untuk anastesi pada gagal ginjal

Pembatasan penggunaan NO2 50%

• tujuan meningkatkan penggunaan O2 arteri pada keadaan anemia.

Agen penghambat neuromuskuler

• pilihan atracurium dan cisatracurium


• dibersihkan oleh hidrolisis ester dan tidak terpengaruh oleh gagal ginjal.

Succinyl choline

• aman dengan konsentrasi serum kalium kurang dari 5 mEq/L

Obat reversal

• Ekskresi ginjal adalah rute utama eliminasi bagi edrophonium, neostigmine & pyridostigmineWaktu paruh
memanjang
PERTIMBANGAN PRE OPERASI
PRE RENAL
penurunan fungsi ginjal yang
akut dalam perfusi ginjal
penumpukan dari sampah
nitrogen (azotemia)
RENAL
GAGAL GINJAL AKUT penyakit ginjal intrinsik,
renal iskemia atau nefrotoxin

POST RENAL
obstruksi atau gangguan pada
saluran kemih
Pada tipe oliguria bertahan sampai 2 minggu dan diikuti oleh fase diuretik
yang ditandai dengan adanya peningkatan yang progresif pada urin output.
Fase diuretik biasanya tidak ditemui pada gagal ginjal yang non oligurik.
Fungsi urinari semakin baik dalam beberapa minggu namun bisa tetap
bertahan tidak kembali normal sampai 1 tahun.
PERTIMBANGAN PRE OPERASI

Gagal Ginjal Kronis

• Sindroma ini dikarakteristikkan oleh adanya


penurunan fungsi ginjal yang progresif dan
irreversibel dalam waktu 3-6 bulan. Penyebab
utamanya adalah hipertensi nefrosklerosis,
diabetik nefropati, glomerulonefritis kronis, dan
penyakit ginjal polikistik
EVALUASI PREOPERATIF
Pasien dengan gagal ginjal kronis semua manifestasi yang reversibel dari uremia harus dikontrol. Dialisis pre
operatif pada hari pembedahan atau hari sebelumnya dibutuhkan.

Evaluasi fisik dan laboratorium harus difokuskan pada fungsi jantung dan pernafasan. Tanda–tanda kelebihan
cairan atau hipovolemia harus dapat diketahui. Kekurangan volume intravaskuler sering disebabkan oleh dialisis
yang berlebihan. Perbandingan berat pasien sebelum dan sesudah dialisis mungkin membantu.

Data hemodinamik, jika tersedia dan foto dada sangat bermakna dalam kesan klinis.

Analisa gas darah juga berguna dalam mendeteksi hipoksemia dan mengevaluasi status asam-basa pada pasien
dengan keluhan sesak nafas.

EKG harus diperiksa secara hati-hati sebagai tanda-tanda dari hiperkalimia atau hipokalimia seperti pada
iskemia, blok konduksi, dan ventrikular hipertropi.
EVALUASI PREOPERATIF
Echocardiography sangat bermakna dalam mengevaluasi fungsi jantungTransfusi pre operatif sel darah merah
harusnya diberikan pada pasien dengan anemia berat (hemoglobin <6-7 g/dL) atau ketika kehilangan darah
sewaktu operasi diperkirakan.

Waktu perdarahan dan pembekuan dianjurkan, khususnya jika ada pertimbangan regional anestesi. Serum
elektrolit, BUN, dan pengukuran kreatinin dapat menentukan keadekuatan dialisis.

Pengukuran glukosa dibutuhkan dalam mengevaluasi kebutuhan potensial untuk terapi insulin perioperatif.

Perlambatan pengosongan lambung akibat sekunder dari neuropati otonom pada beberapa pasien bisa
mempengaruhi pasien-pasien GGK untuk terjadinya aspirasi pada perioperatif

Terapi obat preoperatif diberikan secara hati-hati pada obat yang dieliminasi di ginjal. Penyesuaian dosis dan
pengukuran kadar darah (jika memungkinkan) dibutuhkan untuk mencegah toksisitas obat. (Morgan, 2006)
PREMEDIKASI

pasien relatif stabil dan sadar


• pengurangan dosis dari opioid atau benzodiazepin.

Profilaksis aspirasi
• H2 blocker pada pasien mual, muntah atau perdarahan saluran cerna.
• Metoclopramide 10 mg oral atau intra vena

Pengobatan preoperatif
• obat anti hipertensi harus dilanjutkan sampai pada saat pembedahan.
PREINTRAOPERATIF
Monitoring
• Monitor standard yang digunakan untuk prosedur termasuk kehilangan cairan yang minimal.
Untuk operasi yang banyak kehilangan cairan atau darah, pemantauan urin output dan volume
intravaskular sangat penting. Walaupun dengan urin output yang cukup tidak memastikan
fungsi ginjal baik, namun selalu diusahakan pencapaian urin output lebih besar dari 0,5
mL/kgBB/jam.

Induksi
• Pemilihan zat induksi tidak sepenting dalam memastikan volume intravaskular yang cukup
terlebih dahulu. Anestesi induksi pada pasien dengan Renal Insuffisiensi biasanya menghasilkan
hipotensi jika terjadi hipovolemia. Jika berlanjut, penurunan perfusi ginjal pengakibatkan
kerusakan ginjal postoperatif.

Pemeliharaan
• Semua zat pemeliharaan dapat diberikan kecuali Methoxyflurane dan Sevoflurane. Walau
enflurane bisa digunakan secara aman pada prosedur singkat, namun lebih baik dihindari pada
pasien dengan insuffisiensi ginjal karena masih ada pilihan obat lain yang memuaskan.
Pemburukan fungsi ginjal selama periode ini dapat menghasilkan efek hemodinamik lebih
lanjut dari pembedahan (perdarahan) atau anestesi (depresi jantung atau hipotensi)
KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa sangat penting bagi seorang


anestesiologis dalam menangani pasien dengan
memantau keadaan umum, status generalis dan tanda-
tanda vital pasien sebelum memulakan tindakan
anestesi. Pada pasien dengan penyakit ginjal, harus
diperhatikan secara tepat tanda-tanda vital dan output
cairan pada saat pre operatif, intra operatif dan
pemeliharaan bagi memastikan keadaan umum dan
tanda-tanda vital pasien dapat dipertahankan secara
baik dan mencegah komplikasi akibat penggunaan obat-
obat anestesi yang tertentu pada pasien ginjal.
DAFTAR PUSTAKA

• Kohl. (2006). Aneshesia for Cronic Renal Dieses and Renal Transplataion . EAU .
• Morgan, G. (2006). Anesthesia for Patien with Renal Dieses Clincal Aneshesiology. New York:
Lange Medical Books.
• Sherwood, L. (2011). Sistem Kemih Fisiologi Manusia dari sel ke sistem. Jakarta: EGC.
• Suwitra, K. (2014). Penyakit Ginjal Kronis Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilit II. Jakarta
Pusat: Interna Publisher .
• Syuhada, N. (2014). Anesesi Pada Pasien dengan Penyakit Ginjal. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai