Anda di halaman 1dari 10

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa

dimana klien mengalami perubahan sensori, seperti


merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghiduan. Klien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. (WHO,
2006)
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau
pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan. (Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja
(2014))
 Faktor predisposisi  Faktor presipitasi
Faktor predisposisi adalah Respon klien terhadap
faktor resiko yang mempengaruhi halusinasi dapat berupa curiga,
jenis dan jumlah sumber yang dapat ketakutan, penasaran, tidak aman,
dibangkitkan oleh individu untuk gelisah, bingung, dan lainnya.
mengatasi stress. Diperoleh baik dari Menurut Rawlins dan Heacock, 1993
klien maupun keluarganya. Factor halusinasi dapat dilihat dari 5
predisposisi dapat meliputi : dimensi yaitu :
Factor perkembangan Dimensi fisik
Faktor sosiokultural Dimensi intelektual
Faktor biokimia Dimensi emosional
Faktor psikologis Dimensi social
Faktor genetic Dimensi spiritual
(Yosep, 2009)
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain
:
 Halusinasi pendengaran (auditorik). biasanya klien mendengar suara orang
yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
 Halusinasi penglihatan (visual). Karakteristik dengan adanya stimulus
penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar
kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
 Halusinasi penghidu (olfactory). Menghidu adanya bau busuk, amis dan bau
yang menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum..
 Halusinasi peraba (tactile). Merasakan adanya rasa sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
 Halusinasi pengecap (gustatory). merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
urin atau feses.
 Halusinasi Perabaan. Menggaruk-garuk permukaan kulit, Mengatakan ada
serangga dipermukaan kulit, Merasa seperti tersengat listrik.
Menurut Yosep, 2009 tanda dan gejala halusinasi adalah :
 Melihat bayangan yang menyuruh melakukan sesuatu
berbahaya.
 Melihat seseorang yang sudah meninggal.
 Melihat orang yang mengancam diri klien atau orang lain
 Bicara atau tertawa sendiri.
 Marah-marah tanpa sebab.
 Menutup mata.
 Mulut komat-kamit
 Ada gerakan tangan
 Tersenyum
 Gelisah
 Tahap pertama
Pada fase ini halusinasi berada pada tahap menyenangkan dengan tingkat
ansietas sedang, secara umum halusinasi bersifat menyenangkan
 Tahap kedua
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menyalahkan dengan tingkat
kecemasan yang berat.
 Tahap ketiga
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap pengendalian dengan tingkat
ansietas berat, pengalaman sensori yang dirasakan individu menjadi penguasa
 Tahap keempat
Pada tahap ini halusinasi berada pada tahap menakutkan dengan tingkat
ansietas panik
Mekanisme koping merupakan tiap upaya yang diarahkan pada
pengendalian stress, termasuk upaya penyelesaian masalah secara
langsung dan mekanisme pertahanan lain yang digunakan
melindungi diri.
Mekanisme koping menurut Yosep, 2009 meliputi cerita dengan
orang lain (asertif), diam (represi/supresi), menyalahkan orang lain
(sublimasi), mengamuk (displacement), mengalihkan kegiatan yang
bermanfaat (konversi), memberikan alasan yang logis (rasionalisme),
mundur ke tahap perkembangan sebelumnya (regresi), dialihkan ke
objek lain, memarahi tanaman atau binatang (proyeksi).
 Menghardik halusinasi
Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk
dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat.
 Menggunakan obat
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana
kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta bagaimana mengkonsumsi obat secara tepat sehingga
tujuan pengobatan tercapai secara optimal.
 Berinteraksi dengan orang lain
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi
persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus eksternal jika
berhubungan dengan orang lain.
 Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih
menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan
kegiatan yang bermanfaat
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiology. Ini merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya akurat, mampu
mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan), klien dengan
halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun
sebenarnya stimulus itu tidak ada. Diantara kedua respon tersebut
adalah respon individu yang karena sesuatu hal mengalami kelainan
persepsi yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang
disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interprestasi yang
dilakukannya terhadap stimulus panca indra tidak akurat sesuai
stimulus yang diterima.
 Perilaku kekerasan mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
 Perubahan persepsi sensori
 Isolasi social

Anda mungkin juga menyukai