Anda di halaman 1dari 19

B U D I D AYA P A K A N A L A M I

Chlorella Sp..
Kelompok 1 :
Sary Astuti Aceh 201410260311006
Risqi Ramadhan 201410260311015
Agista Tsani Untsa 201410260311021
SEJARAH Chlorella Sp.
• Chlorella Sp.. berasal dari bahasa latin chloros yang berarti hijau dan ella yang
berarti kecil, Kemudian diberi nama oleh Beyerinck ahli biologi Jerman. Chlorella Sp..
sudah berada di bumi sejak masa pre cambrian kira-kira 2,5 milyar tahun yang lalu.
• Chlorella adalah genus ganggang hijau bersel tunggal yang hidup di air tawar, laut,
dan tempat basah. Ganggang ini memiliki tubuh seperti bola. Di dalam tubuhnya
terdapat kloroplas berbentuk mangkuk. Perkembang biakannya terjadi secara vegetatif
dengan membelah diri.
• Chlorella merupakan salah satu jenis fitoplankton yang banyak digunakan untuk
berbagai keperluan, salah satunya digunakan sebagai makanan rotifera atau sebagai
media budidaya larva ikan.
KLASIFIKASI

Menurut Vashesta (1979) disitasi oleh Sri dan Achmad (1990), klasifikasi Chlorella Sp..
sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Phylum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Family : Chlorellaceae
Genus : Chlorella
Species : Chlorella Sp.
CHLORELLA SP
Morfologi
a. Sel Chlorella Sp. berbentuk bulat atau
bulat telur

b. alga bersel tunggal (unicellular),

c. Bergerombol

d. Diameter selnya berkisar antara 2-8


mikron

e. berwarna hijau, dan dinding selnya


keras yang terdiri dari selulosa dan
pektin

f. terdapat protoplasma yang berbentuk


cawan.

g. dapat bergerak tetapi sangat lambat


sehingga pada pengamatan seakan-
akan tidak bergerak (Isnansetyo dan
Kurniastuty, 1995).
SIFAT-SIFAT EKOLOGI DAN FISIOLOGI

• Chlorella bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana-mana, kecuali pada tempat
yang sangat kritis bagi kehidupan.
• Alga ini dapat tumbuh pada salinitas 0-35 ppt. salinitas 10-20 ppt merupakan salinitas
optimum untuk pertumbuhan alga ini.
• Alga ini masih dapat bertahan hidup pada suhu 400C, tetapi tidak tumbuh. Kisaran
suhu 25-300C merupakan kisaran suhu yang optimal.
• Alga ini berproduksi secara aseksual dengan pembelahan sel, tetapi juga dapat
dengan pemisahana utospora dari sel induknya. Reproduksi sel ini diawali dengan
pertumbuhan sel yang membesar. Periode selanjutnya adalah terjadinya peningkatan
aktivitas sintesa sebagai bagian dari persiapan pembentukan sel anak, yang
merupakan tingkat pemasakan awal. Tahap selanjutnya terbentuk sel induk muda
yang merupakan tingkat pemasakan akhir, yang akan disusul dengan pelepasan sel
anak.
SIKLUS HIDUP Chlorella Sp.

• Chlorella Sp. berkembangbiak secara vegetatif. Sel anak berkembang menjadi sel induk, sel-sel
induknya mengeluarkan zoospora yang masing-masing dinamakan aplanospora. Dari satu sel
induk dapat dihasilkan beberapa buah spora (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995; Priyambodo,
2002).
Tahap pertumbuhan Chlorella Sp.. dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Tingkat pertumbuhan; pada tingkat ini terjadi penambahan besarnya sel.
2. Tingkat pemasakan awal; pada tingkat ini terjadi beberapa proses persiapan pembentukan
sel anak.
3. Tingkat pemasakan akhir; pada tingkat ini terjadi pembentukan sel induk muda.
4. Tingkat pelepasan sel atau pelepasan autospora; pada tahap ini dinding sel induk akan
pecah dan akhirnya terlepas menjadi sel-sel baru.

Chlorella Sp.. berkembang biak secara vegetatif (aseksual) dan generatif (seksual)
namun belum banyak diketahui. Perkembangbiakan secara vegetatif

Setiap sel induk


Chlorella Sp. aplanospora
spora mengeluarkan
zoospora
berkembang
menjadi individu-
(aplanospora) 8 individu baru
buah
PRINSIP KULTUR Chlorella Sp.

Pertumbuhan Chlorella Sp. sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara makro dan
mikro serta dipengaruhi oleh kondisi lingkungan.Factor-faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan Chlorella Sp. antara lain cahaya, suhu, tekanan
osmotic, dan pH air.
Kultur Cholorella sp skala laboratorium biasanya memerlukan kondisi lingkungan
terkendali. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhannya optimal sehingga didapatkan bibit
yang bermutu tinggi untuk skala kultur selanjutnya.
1. STERILISASI
METODE STERILISASI
Pada dasarnya persiapan untuk kultur berbagai jenis
phytoplankton adalah sama, misalnya pada kultur Chlorella
Sp., yaitu sterilisasi alat dan bahan yang bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan. Ada lima
metode sterilisasi, yakni:

A. Sterilisasi basah
B. Sterilisasi dengan autoclave dan oven
C. Sterilisasi dengan penyaringan
D. Sterilisasi dengan sinar ultra violet
E. Sterilisasi kimia
2. BUDIDAYA Chlorella Sp.
Chlorella dapat dibudidayakan dengan menyiapkan wadah budidaya yang terbuat dari bak
plastik, bak semen, dan tempat – tempat yang memungkinkan chlorella dapat tumbuh
Ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam kultur Chlorella Sp., yaitu koleksi dan isolasi.
 Koleksi : bertujuan untuk mendapatkan species Chlorella Sp. dari alam untuk dikultur
secara murni. Pengambilannya dialam dapat menggunakan plankton net. Chlorella Sp. yang
diperoleh dapat dikembangkan dengan menggunakan pupuk.
 Isolasi goresan
Metode ini menggunakan media agar-agar. Agar-agar sebanyak 1,5% dicampur dengan air laut
pada salinitas tertentu, kemudian dipanaskan hingga mendidih dan larut sempurna berwarna
kuning jernih.
1. Selama proses pemanasan harus diaduk terus menerus untuk mencegah terjadinya kerak
atau penggumpalan.
2. Setelah pemanasan selesai, larutan agar-agar tersebut kemudian diangkat dan ditunggu
sampai agak dingin baru dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk Allen Miquel
(untuk sekala laboratorium) dengan komposisi KNO3 20,2 gr, Akuades 100 gr,
sedangkan untuk skala massal ukuran 1-4 ton digunakan pupuk teknis yang terdiri dari:
KNO3 100 gr/ton, FeCl3 3 gr/ton, dan NaH2PO4. 10 H2O 10 gr/ton dan sesuai dosis
yang diinginkan
PERTUMBUHAN PLANKTON (Chlorella
Sp.)
Pertumbuhan phytoplankton dalam kultur dapat ditandai dengan bertambah
besarnya ukuran sel atau bertambah banyaknya jumlah sel. Hingga saat ini
kepadatan sel digunakan secara luas untuk mengetahui pertumbuhan
phytoplankton dalam kultur pakan alami. Ada empat fase pertumbuhan, yaitu :

1. Fase Istirahat
2. Fase Logaritmik/Eksponsial
3. Fase Stasioner
4. Fase Kematian
PENGHITUNGAN KEPADATAN
PHYTOLANKTON Chlorella Sp.
Penghitungan kepadatan plankton digunakan sebagai salah atu ukuran mengetahui pertumbuhan
phytoplankton, mengetahui kepadatan bibit, kepadatan pada awal kultur, dan kepadatan pada saat panen.
Kepadatan phytoplankton dapat dihitung dengan menggunakan Hemacytometer.
Hemacytometer banyak digunakan untuk menghitung sel-sel darah. Untuk dapat mempergunakan
alat-alat ini perlu alat yang lain yaitu mikroskop dan pipet tetes. Untuk memudahkan penghitungan
phytoplankton yang diamati biasanya menggunakan alat bantu hand counter.
Hemacytometer merupakan suatu alat yang terbuat dari gelas yang dibagi menjadi kotak-kotak
pada dua tempat bidang pandang. Kotak tersebut berbentuk bujur sangkar dengan sisi 1 mm, sehingga
apabila ditutup dengan gelas penutup volume ruangan yang terdapat diatas bidang bergaris adalah 0,1
mm atau 10-4 ml. Kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm tersebut dibagi lagi menjadi 25 buah
kotak bujur sangkar, yang masing-masing dibagi lagi menjadi 16 kotak bujur sangkar kecil
• Cara penghitungan kepadatan phytoplankton dengan Hemacytometer adalah sebagai
berikut: Hemacytometer dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu dengan tissue.
Kemudian gelas penutupnya dipasang. Phytoplankton yang akan dihitung kepadatannya
diteteskan dengan menggunakan pipet tetes pada bagian parit yang melintang hingga
penuh. Penetesan harus hati-hati agar tidak terjadi gelembung udara dibawah gelas
penutup. Selanjutnya Hemacytometer tersebut diamati dibawah mikroskop dengan
pembesaran 100 atau 400 kali dan dicari bidang yang berkotak-kotak. Untuk
mengetahui kepadatan phytoplankton dengan cara menghitung phytoplankton yang
terdapat pada kotak bujur sangkar yang mempunyai sisi 1 mm. apabila jumlah
phytoplankton yang didapat adalah N, maka kepadatan phytoplankton adalah N x 104
sel/ml.
KULTUR MURNI Chlorella Sp.
a. Disiapkan air laut steril salinitas 28-30 ppm (sudah diautoklave) sebanyak 70 ml pada erlenmeyer
1 liter.
b. Ditambahkan pupuk hijau (komposisi walne) dengan dosis 1ml/liter media kultur.
c. Campuran diaerasi hingga larut sempurna.
d. Dituangkan bibit / starter Chlorella Sp. 10-20% dari volume kultur.
e. Mulut erlenmeyer ditutup dengan kertas aluminium foil sambil diaerasi
f. Masa kultur selama 4-5 hari.
g. Kultur dilanjutkan pada wadah toples kaca volume 2-3 liter dengan cara dan metode yang sama
pada skala erlenmeyer.
h. Setelah 4-5 hari, kultur dilanjutkan ke wadah toples plastik volume 10-15 liter dengan cara dan
metoda yang sama pada toples kaca volume 2-3 liter.
i. Hasil kultur pada wadah toples plastic volume 10-15 liter selanjutnya dijadikan starter untuk
kultur skala intermediate dan massal.
KULTUR MASSAL Chlorella Sp.

a. Pemompaan air laut menggunakan mesin pompa yang dialirkan pada bak 20 ton pada ruangan
tertutup sebagai bak tampung 1
b. Dilakukan pengendapan pada bak tampung 2 dan ditambahkan kaporit, selama 24 jam.
c. Membersihkan bak tampung 3 ukuran 20 ton (tempat kultur Chlorella Sp.).
d. Dilakukan pengisian air laut 12 ton, pada bak yang sudah dibersihkan. Selanjutnya
ditambahkan pupuk (urea 800gr, Tsp 600gr, Dxn 200gr, NPK 100, ZA 1200gr dicampur dalam
1 wadah hingga larut), bibit Chlorella Sp. 8 ton.
e. Dibiarkan hingga padat selama 4-5 hari dan siap untuk dipanen.
TAHAPAN KULTUR MASSAL
a. Bibit Chlorella Sp. Bibit yang digunakan pada awal kegiatan kultur massal rotifera berasal dari
kultur semi massal, dimana bibit semi massal diperoleh dari kegiatan kultur murni rotifera
yang diambil di alam.
b. Media kultur Media kultur yang digunakan dalam kultur massal adalah air laut yang di berikan
pada bak 20 t0n sebanyak 12 ton. Selanjutnya pemberian pupuk (urea 800gr, Tsp 600gr, Dxn
200gr, NPK 100, ZA 1200gr dicampur dalam 1 wadah hingga larut ) kemudian disebar diatas
permukaan terutama pada daerah aerasi untuk memudahkan pupuknya tercampu rata.
Selanjutnya penambahan bibit Chlorella Sp. sebanyak 8 ton dari salah satu bak yang sudah siap
panen. Indikasi suatu Chlorella Sp. yang siap panen ketika warnanya sudah lebih pekat atau
terjadi blooming.
PEMANENAN
Berdasarkan pola pertumbuhan phytoplankton, maka pemanenan phytoplankton harus
dilakukan pada saat yang tepay yaitu pada saat phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi.
Apabila pemanenan phytoplankton terlal cepat atau belum mencapai puncak populasi, sisa zat
hara masih cukup besar sehingga dapat membahayakan organism pemangsa karena pemberian
phytoplankton pada bak larva kebanyakan dengan cara memindahkan massa air kultur
phytoplankton. Sedangkan apabila pemanenan terlambat maka sudah banyak terjadi kematian
phytoplankton sehingga kualitasnya turun. Khusus untuk phytoplankton jenis Chlorella Sp.
pemanenan dilakukan pada saat 4 hari karena phytoplankton tersebut mencapai puncak populasi
pada saat hari ke 4 setelah pembibitan maka sebaiknya segera dipanen.
Pemanenan phytoplankton dapat dilakukan dengan berbagai macam alat sesuai dengan
kebutuhan dan jumlah phytoplankton. Adapun peralatannya antara lain : centrifuge, plate separator,
dan berbagai macam filter. Pemanenan dapat dilakukan secara total atau sebagian. Apabila panen
dilakukan sebagian, phytoplankton yang telah siap dipanen diambil sebanyak 2/3 bagian. Kemudian
kedalam sisa phytoplankton yang 1/3 bagian tersebut ditambahkan air laut dengan salinitas
tertentu (10-20 ppt). selanjutnya dilakukan pemupukan sekitar ½ dosis. Panen sebagian ini
sebaiknya dilakukan tidak lebih dari tiga kali pada bak budidaya yang sama, setelah itu harus
dilakukan panen total.
PASCA PANEN
Chlorella Sp. yang telah dipanen memiliki banyak peranan yang sangat penting,
baik sebagai pakan alami larva terutama larva ikan kakap putih, ikan kakap merah,
dan ikan kerapu, juga sebagai green water pada pemeliharaan berbagai jenis larva.
Hasil pemanenan dapat disimpan dalam bentuk kering didapat dari hasil
penjemuran phytoplankton konsentrat dibawah sinar matahari.penjemuran
dilakukan dalam kotak penjemuran bertenaga surya yang dapat menghasilkan
udara panas dengan suhu sekitar 70 0C. Dengan suhu ini komposisi gizi
phytoplankton terutama protein tidak rusak. Chlorella Sp. yang kering yang
didapat disimpan dalam botol-botol yang tertutup rapat. Pengeringan juga dapat
dilakukan dengan menggunakan oven. Phytoplankton freeze (beku) didapat dari
hasil penyimpanan phytoplankton yang telah dipadatkan didalam freezer.
PERANAN Chlorella Sp.
• PAKAN ALAMI
• PRODUKSI OKSIGEN
• INDIKATOR KESUBURAN PERAIRAN
• MEMILIKI KANDUNGAN GIZI YANG TINGGI

Anda mungkin juga menyukai