Anda di halaman 1dari 13

Latar Belakang

 Stroke dan penyakit serebrovaskuler adalah penyebab kematian utama kedua


setelah jantung.
 Dari sejumlah klien post stroke, ada klien yang dapat kembali bekerja tanpa
kelemahan, ada penyandang cacat ringan dan ada pula penyandang cacat
berat. Untuk itu klien post stroke membutuhkan program rehabilitasi.
 Upaya yang dilakukan pasien pascastroke diantaranya adalah program
rehabilitasi atau pengobatan stroke meliputi terapi fisik dan pekerjaan, atau
latihan untuk mengontrol gerakan
 Virtual Reality (VR) terapi memungkinkan terapis untuk mengawasi beberapa
pasien di waktu yang bersamaan sambil menyediakan pelatihan lebih intensif
dibandingkan dengan pelatihan mandiri. VR terapi ini memiliki potensi untuk
meningkatkan intensitas, rentang latihan dan juga dapat meningkatkan
motivasi pasien dengan menambahkan unsur menyenangkan untuk terapi.
Tujuan

 Untuk mengetahui apakah VR terapi ini sebagai terapi tambahan terhadap


terapi konvensional lebih efektif dalam meningkatkan fungsi motorik lengan
dalam fase subakut setelah onset stroke daripada dosis dan terapis yang
cocok dalam memperhatikan terapi konvensional
 Untuk menilai kepuasan pasien dan terapis ketika bekerja dengan terapi VR
 Untuk menghitung efektivitas biaya dalam hal sumber daya yang diperlukan
untuk mendapatkan kembali beberapa derajat kecekatan
Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode randomized controlled observer-blind trial.


Kriteria pasien pada
1) Riwayat iskemik atau stroke hemoragik atau riwayat stroke tanpa gangguan
motorik apapun
2) 1-12 minggu pasca stroke
3) Gangguan fungsi motorik lengan tetapi ada aktivitas motorik lengan dengan
Skor kurang dari 52 pada Action Research Arm Test (ARAT), dan kemampuan
untuk melaksanakan setidaknya 20 derajat aktif bahu fleksi dan abduksi
4) Usia 18 tahun ke atas
5) Mampu untuk menyetujui informed consent
6) Tidak ada kerusakan kognitif parah yang dinilai < 20 pada Mini Mental State
Examination
7) Tidak ada gangguan ortopedi, batasan substansi gerak atau menyebabkan rasa
sakit pada lengan yang terkena dampak
8) Tidak ada gangguan visual yang membatasi kemampuan untuk mematuhi
regimen pengobatan penelitian ini adalah :
Metodologi Penelitian

Lanjutan…..
Dalam penelitian ini menggunakan 2 kelompok diantaranya adalah kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, pasien secara
acak diikutsertakan dalam kelompok eksperimental dan melakukan pelatihan
berbasis VR. Terapi ini terdiri dari unimanual dan bimanual terapi, terapi ini
akan meningkatkan gerakan-gerakan yang dilakukan dengan menggunakan
alternatif game. Selama terapi pasien duduk di meja menghadapi monitor,
dengan tangan di atas meja di depan mereka. Sedangkan kelompok kontrol,
pasien menerima terapi konvensional yang dirancang secara individual yang
terdiri dari sebuah program terapi mandiri di bawah pengawasan seorang
terapis untuk mencocokkan terapi dan intensitas yang tersedia dalam kelompok
eksperimental.
Hasil Penelitian
Hasil pada penelitian ini akan diperoleh melalui beberapa penilaian. Pada
awalnya semua penilaian akan dilakukan oleh asesor buta terhadap alokasi
kelompok (<72 jam sebelum intervensi awal), setelah pengobatan (dalam waktu
72 jam), dan pada tiga bulan follow-up (± 1 minggu).

Langkah pertama adalah penilaian Action Research Arm Test (ARAT) yang
menggambarkan fungsi motorik lengan di berbagai kegiatan lengan dan tangan.

Langkah kedua menggunakan Box dan Blocks Test yang merupakan tes
keterampilan waktu. Kemandirian dalam aktivitas sehari-hari akan dinilai oleh
Functional Independence Measure (FIM). Untuk mengetahui adanya kesulitan
untuk melakukan tugas bimanual sehari-hari dinilai dengan kuesioner
ABILHAND. Sedangkan kepuasan pasien dan terapis dalam terapi VR akan dinilai
oleh kuesioner yang sudah terstandar.
Pembahasan

1. Stroke
Cerebrovascular Accident (CVA) atau yang biasa disebut stroke, adalah suatu
kondisi yang terjadi ketika aliran darah menuju suatu bagian di otak
terganggu atau terhenti akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah
di otak. Kurangnya aliran darah dalam jaringan otak dapat menyebabkan
kerusakan atau matinya sel-sel saraf di otak.
Berdasarkan patologi anatomi, stroke dibagi menjadi dua yaitu stroke iskemik
dan stroke hemoragik. Stroke iskemik merupakan stroke yang terjadi akibat
pembuluh darah tersumbat sehingga menyebabkan aliran darah ke otak
terhenti sebagian atau seluruhnya. Stroke hemoragik merupakan stroke yang
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Stroke hemoragik sebagian
besar terjadi pada penderita hipertensi.
Pembahasan

2. Rehabilitasi Pasca Stroke


Sebagai upaya mengembalikan kemampuan motorik dan meningkatkan kualitas hidup, para
penderita stroke dapat menjalani program rehabilitasi neurologis dengan dipandu oleh
terapis dan dokter.

Rehabilitasi pasca stroke yang dini dan teratur dapat mengembalikan kemampuan motorik
para penderitanya secara bertahap hingga kesehatan mereka dapat pulih kembali secara
total

Rehabilitasi anggota gerak atas sangat penting bagi penderita stroke, mengingat disfungsi
bagian tubuh atas sangat berpengaruh terhadap kapasitas mereka untuk melakukan
kegiatan sehari-hari (activities of daily living/ADL) seperti makan/minum (self feeding),
mandi, berpakaian, mengkonsumsi obat dan lain sebagainya.
Pembahasan

Jenis teknologi yang banyak diteliti dalam upaya menciptakan rehabilitasi berbasis
teknologi untuk melatih anggota gerak atas (upper limb) adalah salah satunya rehabilitasi
Virtual Reality (VR) (Kwakkel et al., 2008; Burridge dan Hughes, 2010).

VR memfasilitasi pelatihan anggota tubuh dengan menggunakan interaksi tiga dimensi (3D)
yang hampir menyerupai gerakan asli di dunia nyata sehingga mudah mentransfer
gerakan-gerakan yang telah dilatih ke kemampuan motorik di dunia nyata. Edmans et al.
(2006) mengembangkan suatu VR yang sederhana untuk melatih aktivitas makan/minum
sendiri.

Selain itu pula, VR memungkinkan integrasi faktor permainan (gaming) ke 15 dalam


rehabiltasi untuk meningkatkan motivasi dan mengurangi kemonotonan dalam latihan. Ma
et al. (2007)
Implikasi dalam Keperawatan

 Perawatan stroke paska akut merupakan perawatan yang sulit dan


memerlukan waktu yang lama. Pasien stroke membutuhkan penanganan yang
komprehensif, termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi jangka panjang,
bahkan sepanjang sisa hidup pasien. Program rehabilitasi yang dijalankan oleh
pasien stroke harus disesuaikan dengan kemampuan dan derajat
ketidakmampuan masing-masing individu itu sendiri.

 Perawat mempunyai peranan yang sangat besar dalam memberikan dukungan


dan asuhan keperawatan kepada pasien stroke dan keluarganya. Peran
perawat dimulai dari tahap akut hingga tahap rehabilitasi, serta pencegahan
terjadinya komplikasi pada pasien stroke. Sedangkan peran utama perawat
terhadap keluarga pasien stroke yaitu meningkatkan koping keluarga melalui
penyuluhan kesehatan.
Implikasi dalam Keperawatan

 Dengan adanya terapi VR ini akan lebih membantu perawat dalam mendukung
pasien paska stroke untuk lebih memotivasi diri melakukan terapi yang
didukung dengan games yang bervariasi. Sehingga pasien paska stroke akan
rutin dalam melakukan terapi dan lebih cepat pulih.
Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan
 Dari penelitian ini terapi yang dianjurkan dapat dilakukan secara terus-menerus atau berkelanjutan serta
dapat dikembangkan menjadi salah satu terapi yang baik untuk pasien paska stroke
 Dari penelitian ini juga dapat memotivasi pembaca baik tenaga kesehatan maupun penderita stroke sendiri
untuk dapat melakukan terapi secara rutin guna mempercepat proses pemulihan
 Dari penelitian ini juga dapat memotivasi dan memberikan informasi bahwa terapi terbaru untuk pasien paska
stroke adalah terapi yang dilengkapi dengan games sehingga dapat menarik perhatian penderita stroke untuk
melakukan terapi secara rutin
Kekurangan
 Dari penelitian ini pembahasan dan pengenalan dari terapi Virtual Reality ini masih kurang spesifik sehingga
pembaca belum bisa memahami secara keseluruhan
 Penelitian ini adalah penelitian jangka panjang sehingga untuk melihat hasilnya membutuhkan waktu yang cukup
lama
 Penelitian ini juga belum dilengkapi dengan data hasil dari penelitian tersebut sehingga belum dapat
mengetahui bagaimana keefektifan terapi VR yang sudah dilakukan terhadap pasien stroke
 Penelitian ini menggunakan sampel yang harus memenuhi syarat sehingga tidak semua pasien paska stroke
bisa mengikuti terapi VR ini
Kesimpulan dan Saran
 Kesimpulan
VR memfasilitasi pelatihan anggota tubuh dengan menggunakan interaksi tiga dimensi (3D) yang
hampir menyerupai gerakan asli di dunia nyata sehingga mudah mentransfer gerakan-gerakan yang
telah dilatih ke kemampuan motorik di dunia nyata. Guna terapi VR yang sederhana adalah untuk
melatih aktivitas makan/minum sendiri. Selain itu pula, VR memungkinkan integrasi faktor permainan
(gaming) ke 15 dalam rehabiltasi untuk meningkatkan motivasi dan mengurangi kemonotonan dalam
latihan sehingga proses pemulihan akan berhasil lebih cepat.

 Saran
Diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan terutama perawat mampu untuk meningkatkan
status kesehatan pasien dengan stroke dengan cara perawat memberikan dukungan dan asuhan
keperawatan kepada pasien stroke dan keluarganya. Peran perawat dimulai dari tahap akut hingga
tahap rehabilitasi, serta pencegahan terjadinya komplikasi pada pasien stroke. Sedangkan peran
utama perawat terhadap keluarga pasien stroke yaitu meningkatkan koping keluarga melalui
penyuluhan kesehatan. Dengan adanya terapi VR ini akan lebih membantu perawat dalam mendukung
pasien paska stroke untuk lebih memotivasi diri melakukan terapi yang didukung dengan games yang
bervariasi. Sehingga pasien paska stroke akan rutin dalam melakukan terapi dan lebih cepat pulih.

Anda mungkin juga menyukai