Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

KERATITIS HERPES SIMPLEKS

PEMBIMBING:

dr. WAHID HERU WIDODO, S p. M

DISUSUN OLEH:

Z A H R AT U L A I N I G1A015004
HENIDA DWI SARI G1A015005

K E L O M P O K S TA F M E D I S I L M U K E S E H ATA N M ATA
R S U D . P R O F. D R . M A R G O N O S O E K A R J O
FA K U LTA S K E D O K T E R A N
U N I V E R S I TA S J E N D E R A L S O E D I R M A N
PURWOKERTO
2018
I. Pendahuluan

▰ Keratitis herpes simpleks merupakan peradangan akibat


infeksi HSV pada kornea yang mengakibatkan kornea keruh
sehingga tajam pengelihatan menurun, dan dapat menyebabkan
ulkus, serta kebutaan (White & Chodosh, 2014)
Kebanyakan infeksi HSV pada kornea disebabkan
oleh HSV tipe 1, tetapi beberapa kasus pada bayi
dan dewasa dilaporkan disebebkan oleh HSV tipe
2 . (Riordan dan Whitcher, 2015)
Setiap tahun, diperkirakan 20.000 kasus baru
infeksi mata oleh karena HSV terjadi di Amerika
dan lebih dari 28.000 kasus rekurens terjadi
setiap tahunnya. HSV merupakan salah satu
yang paling sering menyebabkan kebutaan di
Amerika (Serangi dan Rouse, 2010).
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI KORNEA

Gambar 1.1 Anatomi kornea (Paulsen dan Waschke, 2013)


▰ Kornea dipersarafi
oleh nervus
ophtalmicus dan
nervus trigeminus
(saraf siliaris longus
dan saraf nasosiliar)
▰ Sumber nutrisi
kornea adalah
pembuluh-pembuluh
Gambar 1.2 Histologi kornea (Eroschenko, 2012) darah limbus,
humour aquous, dan
C. DEFINISI KERATITIS HERPES SIMPLEKS

▰ Peradangan kornea akibat infeksi HSV (herpes simpleks


virus). KHS memiliki manifestasi klinik dari epitel hingga
endotel (Serangi dan Rouse, 2010).
D. ETIOLOGI

▰ Disebabkan oleh infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) 1 dan 2.


▰ Keratitis herpes simpleks pada orang dewasa diakibatkan oleh HSV-1, akan
tetapi adanya perubahan dari perilaku seksual mengakibatkan bertambahnya
kejadian keratitis herpes simplex oleh HSV-2
▰ Penularan HSV melalui saluran pernafasan, servix, ataupun dari droplet
terhadap permukaan konjungtiva. HSV-1 ditularkan terutama melalui kontak
dengan saliva terinfeksi, sedangkan HSV-2 ditularkan secara seksual atau dari
infeksi genital ibu ke bayinya
E. EPIDEMIOLOGI

▰ Keratitis herpes simpleks merupakan penyakit yang sangat


berpotensial dalam menyebabkan kebutaan, kunjungan atas
keluhan ke rumah sakit, dan dapat menyebabkan hilangnya
pekerjaan dan produktivitas penderita keratitis herpes simpleks.
▰ Angka kejadian infeksi mata oleh virus herpes simpleks lebih
banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita.
▰ Sebagian besar infeksi pada mata oleh HSV terjadi di usia dewasa,
yaitu pada usia 50-60 tahun
▰ insidensi infeksi mata oleh virus herpes simpleks lebih kurang
sebesar 0,15% (White & Chodosh, 2014; Adhin, etal., 2012)
F. PATOFISIOLOGI

HSV (Herpes Simpleks Virus) Tipe 1

Masuk melalui kontak secara langsung atau lewat


membrane mukosa kulit yang tidak utuh

Replikasi dan menyebar ke sel-sel lain

Menuju ke sensory nerve ending


F. PATOFISIOLOGI

Pada mata terdistribusi lewat mukokutaneus

Direct lysis N.trigeminus


Masuk ke sel endotel
dan melepaskan virion

Memicu reaksi imun


lewat Toll Like
Receptor (TLR)
F. PATOFISIOLOGI

PMN,Limfosit T,
Sitokin pro inflamasi Makrofag, Sel Injeksi siliar, fotofobia
Dendritik dan dan pandangan mata
mengaktifkan jalur kabur
COX 2

Memberikan
gambaran ulcer
yang ireguler =
dendritik
G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

▰ Anamnesis
1.Nyeri pada mata
2. Mata terasa silau
(fotofobia)
3. Mata berair
4. Kelopak mata bengkak
5. Penurunan tajam
penglihatan
6. Mata merah (Injeksi
Konjungtiva)
G. PENEGAKAN DIAGNOSIS

▰ Pemeriksaan Fisik
(Serangi dan Rouse, 2010).
Keluhan Utama Keratitis Epitelial Keratitis Stromal Keratitis Disciform
- Malaise ringan -Mata nyeri, kornea robek, -Kedua mata sakit, meradang, -Pandangan kabur
-Demam fotofobia dan bisa dilihat dengan slit lamp -Fotofobia, orbita robek, nyeri
-Mata kemerahan iritasi, -Injeksi siliar -Infiltrat seluler, -Epitel utuh dengan pusat
berair (unilateral) neovaskularisasi, dan jaringan
-Ulkus dendritic pada edem eksentrik
-Konjungtivitis folikuler parut
permukaan epitel dan erosi -Keratopresipitat pada
(pembesaran kel. limfe -Kekeruhan bertingkat
epitel permukaan endotel
preauricular ipsilateral) -Nekrosis kornea dan tampakan
-Vesikel mungkin
-Lesi dekat mulut “Groundglass” pada kornea
-Konjungtiva edem fotofobia, berkembang di palpebra, -Jaringan parut kornea,
pandangan kabur (jelas wajah, mulut dan hidung perforasi
setelah 2 minggu infeksi)
H. DIAGNOSIS BANDING

S. aureus dan Keratitis Keratitis ACANTHAMOEB HERPES


S. pneumoniae Fungal Candida A KERATITIS SIMPLEX
KERATITIS
Oval, kuning- 1. Keratitis 1. Biasanya 1. Protozoan 1. Primary ocular
putih, nanah jamur yang berkembang active herpes:
stroma padat berfilamen pada penyakit (trophozoite) -
buram dikelilingi (Aspergillus, kornea yang dormant (cystic) Blepharoconjuncti
oleh kornea yang Fusarium) sudah ada atau 2. Umum pada vitis
relatif jelas 2. Ulkus pasien dengan perenang - Keratitis
putih keabu- gangguan imun- 3.Penglihatan (punctate
abuan 2. Satelite kabur dan rasa epithelial)
dengan tepi lession sakit yang tidak 2. Dendritic ulcer
tidak jelas 3. Yellow-white proporsional
3. Dikelilingi ulcer Infiltrasi stroma
oleh 4. Dense lateral berlekuk.
infilterates suppuration 4. Infiltrasi stroma
berbulu lateral berlekuk.
H. DIAGNOSIS BANDING

4. Ring 5.Infilterates
infilterate erineural
5. Plak (keratoneurit
endotel is radial)
6. Hypopyon 6.Infilterates
coalesce –
ring abcess,
ulceration
dan
hypopyon
7.Lesi satelit
putih

(Serangi dan Rouse, 2010), (Ilyas dan


Yulianti, 2015), (Christanto et al.,
2014).
I. TATALAKSANA

▰ Non- medikamentosa ▰ Medikamentosa


1. Pembedahan (transplantasi
kornea) dilakukan jika pasien ▰ 1. Acyclovir salep 3% : keratitis
terkena keratitis herpes epithelial, keratitis
berulang/pada pasien dengan disciformis dan tidak boleh
jaringan parut. diberikan pada pasien
2. Keratitis dendritik = demberidemen dengan necrotizing herpetic
epithelial untuk mengurangi beban ▰ 2. acyclovir oral tablet 200/400
antigenic virus pada stroma kornea mg 5xsehari = Keratouveitis
HSV
▰ 3. Trifludine 1% topical 8x sehari
= keratitis epithelial dendritic
dan geografik(Rustam et al., 2018).
▰ Kombinasi antiviral dan
J. KOMPLIKASI K. PROGNOSIS
endoftalmitis Prognosis quo ad vitam pada
pasien keratitis adalah bonam
ulkus kornea
prognosis fungsionam pada
kebutaan
keratitis sangat tergantung pada
jenis keratitis Jika lesi pada
keratitis superficial berlanjut hingga
menjadi ulkus kornea dan jika lesi
pada keratitis tersebut telah
melebihi dari epitel dan membran
bowman maka prognosis
(Ilyas dan Yulianti, 2015). fungsionam (Biswell
akaninsemakin
Vaughan et al., 2000).
buruk.
III. Ringkasan

▰ Keratitis Herpes Simpleks (KHS) ▰ Adapun terapi yang dapat diberikan pada
adalah peradangan kornea akibat keratitis herpes simpleks adalah Trifluridine
infeksi HSV (herpes simpleks 1 % topikal, 8 kali sehari, Acyclovir salf 3 %
dan Vidarabine untuk keratitis epithelial.
virus).
▰ Keratitis stromal dan endotelitis diterapi
▰ Diagnosis ditegakkan berdasarkan dengan kombinasi anti virus dan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan kortikosteroid.
pemeriksaan penunjang.
▰ Terapi pembedahan biasanya dilakukan
▰ Pasien seringkali datang dengan pada pasien dengan keratitis herpes
keluhan mata terasa nyeri, mata berulang dan atau pada pasien dengan
terasa silau (fotofobia), mata jaringan parut untuk tujuan memperbaiki
visual.
berair, kelopak mata bengkak,
penurunan tajam penglihatan, ▰ Komplikasi yang dapat terjadi adalah
mata merah (injeksi konjungtiva) endoftalmitis, serta ulkus kornea yang
dan pada beberapa kasus dapat mengakibatkan turunnya tajam penglihatan
hingga kebutaan.
Daftar Pustaka

Adhin, M.R., Grunberg, M.G., Labadie, B.M., Pawiroredjo, J. 2012. Incidence of


Alpha Herpes Virus Induced Ocular Disease in Suriname. Journal Medical
Virology, 84(2):1937-1942.
Azwa A, Barton SE. 2009. Aspects of herpes simplex virus: A clinical review. J Fam Plann Reprod Health Care.
35(4):237-42.
Biswell R, MD. Kornea. In: Vaughan DG, Asbury T, Riordan P,. 2000. ed. Oftalmologi Umum 14th ed. Jakarta : Widya
Medika.
Christanto, et al., 2014, Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius.
Ilyas S., dan Yulianti S.R. 2015. Ilmu Penyakit Mata Edisi 5. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
Kaye, S., C., Anshoo. 2006. Herpes Simplex Keratitis. Program in Retinal and Eye Research, 26(1):355-380.
Riordan-Eva P, Whitcher Jp. 2015. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rustam, R., Sukmawaty, G., Vitresia, H. 2018. Manifestasi Klinis dan Manajemen Keratitis Herpes Simpleks di RS. Dr. M.
Djamil pada Januari 2012 – Desember 2013. Jurnal Kesehatan Andalas, vol. 7 (3) : 37-41.
Salvaggio MR, Lutwick LI, Seenivasan M, Kumar S. Herpes simplex. Medscape [Internet]. [4 Desember 2018]. Available
from URL: http://www.emedicine.medscape.com/article/218580-overview.
Serangi PP, Rouse BT. 2010. Herpetic keratitis. In: Levin LA, Albert DM. Ocular Disease, Mechanisme and
Management. Philadelphia: Saunders: 91-97.
Daftar Pustaka

Shtein RM, Garcia DD, Musch DC, Elner VM. 2009. Herpes Simplex Virus Keratitis Histopathologic inflamation and
Corneal Allograft Rejection. Ophthalmology. 116(7):1301-1305.
Skuta GL, Cantor LB, Weiss JS. 2017. Infectious Diseases of External Eye: Basic Consepts and Viral Infections. In:
American Academy of Ophthalmology. External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of
Ophthairnology; 205-239.
White, M.L., & Chodosh J.. 2014. Herpes Simplex Virus Keratitis: A Treatment
Guideline. Department of Ophtalmology Harvard University: Boston.

Anda mungkin juga menyukai