yaitu teknik untuk menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban berdasarkan derajat kegawatannya. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu (respon time) Utama ~> untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa.
untuk menetapkan tingkat atau derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan. Gawat › sifatnya mengancam nyawa namun tidak memerlukan penanganan yang segera Darurat › sifatnya memerlukan penanganan yang segera. Apabila terlambat dalam penanganan, bisa mengancam nyawa Gawat Darurat › mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan lebih lanjut. (UU no. 44 th. 2009)
Kriteria kegawatdaruratan meliputi :
› a. mengancam nyawa, membahayakan diri dan orang lain/lingkungan; › b. adanya gangguan pada jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi; › c. adanya penurunan kesadaran; › d. adanya gangguan hemodinamik; dan/atau › e. memerlukan tindakan segera. (PMK no. 47 th. 2018) Penilaian kondisi medis tidak hanya pada airway, breathing, dan circulation ~> ABC Approach Libatkan pula keluhan dan tanda-tanda fisik ~> Systemic Approach Sistim triase tidak pernah dirancang untuk membuat diagnosis, tindakan- tindakan penyelamatan nyawa sudah dapat dimulai secara simultan ketika triase berjalan Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana : › Merah, Kuning, Hijau, Hitam (DepKes, 2009) Triase Bencana : › Merah, Kuning, Hijau, Hitam
(do the most good for the most people)
Australia Triage System (ATS) › Terdapat deskriptor untuk kondisi tertentu. Petugas juga “dibatasi waktu” untuk melakukan triase
Canadian Triage Acquity System (CTAS)
› Mirip ATS, tapi lebih dilengkapi dengan rangkuman keluhan dan tanda klinis
Manchester Triage Scale (MTS)
› Ciri khas MTS adalah identifikasi sindrom pasien yang datang ke unit gawat darurat diikuti oleh algoritma untuk mengambil keputusan Emergency Severity Index (ESI, USA) belum ada kesepakatan tentang metode triase apa yang digunakan di rumah sakit. Belum ditemukan adanya literatur nasional yang mengidentifikasi metode-metode triase yang digunakan tiap-tiap unit gawat darurat di Indonesia. Merah, › sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi segera dan korban yang mengalami: ▪ Syok oleh berbagai kausa ▪ Gangguan pernapasan ▪ Trauma kepala dengan pupil anisokor ▪ Perdarahan eksternal massif Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam kategori ini: › ▪ Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung, trauma abdomen) › ▪ Fraktur multipel › ▪ Fraktur femur / pelvis › ▪ Luka bakar luas › ▪ Gangguan kesadaran / trauma kepala › ▪ Korban dengan status yang tidak jelas Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup korban yang mengalami: › ▪ Fraktur minor › ▪ Luka minor, luka bakar minor › ▪ Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan. › ▪ Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia 1. Triase di tempat (triase satu) › dilakukan oleh tim Pertolongan Pertama atau Tenaga Medis Gawat Darurat. 2. Triase medik (triase dua) › oleh tenaga medis yang berpengalaman › Tujuan triase medik adalah menentukan tingkat perawatan yang dibutuhkan oleh korban. 3. Triase evakuasi (triase tiga) › Triase ini ditujukan pada korban yang dapat dipindahkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Depkes 2009 Triase Modern Rumah Sakit dan Aplikasinya, Researchgate, 2016 Panduan Triage Instalasi Gawat Darurat RSUD Banyumas