Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN

PERILAKU DENGAN KEJADIAN PENYAKIT


JANTUNG KORONER (Studi Kasus di Rumah Sakit X
Kota Semarang)

Intan Matra Permata Sari


1041611078
KASUS :
Jumlah kasus Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X
Kota Semarang tahun 2009 terdapat 148 kasus ( 25 kasus
Angina Pectoris dan 123 kasus AMI). Pasien rawat jalan
berjumlah 61 pasien dan pasien rawat inap sebanyak 87
pasien. Pada tahun 2010, jumlah kasus berjumlah 119 kasus
(15 kasus Angina Pectoris dan 104 kasus AMI). Jumlah
pasien rawat inap yaitu 60 pasien dan jumlah pasien rawat
jalan yaitu 59 kasus (Rekam Medik Rumah Sakit X Kota
Semarang, 2011).
lingkungan

perilaku dan
kebiasaan hidup

Faktor-faktor tersedianya upaya


yang pelayanan dan
mempegaruhi bawaan biologik

Jenis kelamin( LK
64,8% dan
perempuan 35,2%)

umur (<45 tahun


18,3%, 45-55 tahun
56,3%, dan >55
tahun 25,4%)
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara
faktor lingkungan dan perilaku dengan kejadian penyakit jantung koroner
(studi kasus di Rumah Sakit X Kota Semarang).

Populasi kasus dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap
dan rawat jalan yang hasil pemeriksaan EKGnya positif menderita Penyakit
Jantung Koroner di Rumah Sakit X Kota Semarang dan populasi kontrol
dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dan rawat jalan yang
hasil pemeriksaan EKGnya negatif Penyakit Jantung Koroner di Rumah
Sakit X Kota Semarang.

Pada penelitian ini sampel yang diperlukan untuk kasus dan kontrol
adalah masing-masing sebanyak 42 responden dengan menggunakan teknik
consecutive sampling yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi
kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang
diperlukan terpenuhi.

Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner panduan


wawancara dan kuesioner FFQ. Analisis data yang digunakan menggunakan
analisis univariat dan analisis bivariat.
Dari 42 responden pada kelompok kasus, 26 responden (61,9%) tidak memiliki
kebiasaan merokok dan 16 responden (38,1%) memiliki kebiasaan merokok.
Sedangkan, dari 42 responden pada kelompok kontrol, 34 responden (81%) tidak
memiliki kebiasaan merokok dan 8 responden (19%) memiliki kebiasaan
merokok . Responden kelompok kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak
memiliki kebiasaan merokok 60 responden (71,4%).

Hasil uji statistik diperoleh p value 0,091, maka diperoleh hasil tidak ada
hubungan antara variabel kebiasaan merokok dengan penyakit jantung koroner.
Tidak adanya hubungan dalam penelitian ini karna, variabel kebiasaan merokok
yang dinilai hanya dari sisi apakah pasien memiliki riwayat merokok, padahal
seorang perokok pasif pun memiliki 70% resiko menderita penyakit akibat rokok
tersebut. Dimungkinkan 71,4% termasuk dalam perokok pasif.
Dari 42 responden pada kelompok kasus, 33 responden (78,6%) tidak
memiliki kebiasaan olahraga dan 9 responden (21,4%) memiliki kebiasaan
olahraga. Sedangkan dari 42 responden pada kelompok kontrol, 24 responden
(57,1%) memiliki kebiasaan olahraga dan 18 responden (42,9%) tidak memiliki
kebiasaan olahraga. Pada kelompok kasus cenderung tidak memiliki kebiasaan
olahraga daripada kelompok kontrol yang cenderung memiliki kebiasaan olahraga.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara
kebiasaan olahraga dengan kejadian penyakit jantung koroner. Hasil ini didasarkan
pada uji chi-square yang diperoleh p value 0,002 < α 0,05. Berdasarkan hasil
penelitian ini diketahui bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan olahraga
mempunyai resiko 4,889 kali terkena penyakit jantung koroner dibandingkan
responden yang memiliki kebiasaan olahraga dengan nilai Odd Ratio (OR)=4,889
(95% CI = 1,877–12,736).
Dari 42 responden pada kelompok kasus, 39 responden (92,9%)
tidak memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan 3 responden
(7,1%) memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA. Sedangkan dari
42 responden pada kelompok kontrol, 41 responden (97,6%) tidak memiliki
kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan 1 responden (2,4%) memiliki
kebiasaan mengkonsumsi alkohol/NAPZA. Responden kelompok kasus dan
kelompok kontrol cenderung tidak memiliki kebiasaan konsumsi
alkohol/NAPZA.
Uji statistik menggunakan uji fisher karena tidak memenuhi syarat
uji chi-square dan menggunakan tabel 2x2, diperoleh p value 0,616, maka
hasilnya tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA
dengan penyakit jantung koroner.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
antara kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA dengan kejadian penyakit jantung
koroner (p=0,616>0,005). Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan
didapatkan dari 42 responden pada kelompok kasus terdapat 3 responden
(7,1%) yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol dan atau NAPZA.
Sedangkan dari 42 responden pada kelompok kontrol hanya ada 1 responden
(2,4%) yang memiliki kebiasaan konsumsi alkohol dan atau NAPZA.
Tidak adanya hubungan antara kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA
dalam penelitian dikarenakan terbatasnya jumlah responden yang
mengkonsumsi alkohol/NAPZA dan ukuran dalam mengkonsumsi
alkohol/NAPZA masih tergolong ringan sampai sedang (<500 ml) setiap hari.
Terdapat pula responden yang mengkonsumsi >500 ml, tetapi tidak
dikonsumsi setiap hari.
konsumsi alkohol dalam batas ringan dan sedang dapat menjadi terapi
dalam mencegah penyakit jantung koroner. Tetapi konsumsi alkohol yang
berlebihan justru sejalan dengan memburuknya keadaan. Karena mempunyai
efek yang menguntungkan pada HDL (High Density Lipoprotein), kolesterol,
kerja insulin, inflamasi, minum alkohol jumlah sedikit sampai sedang, sangat
berguna pada pasien dengan gangguan metabolisme glukosa dan atau insulin
resisten.
42 responden pada kelompok kasus, 42 responden (100%) tidak memiliki
kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol. Sedangkan dari 42
responden pada kelompok kontrol, 41 responden (97,6%) tidak memiliki
kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dan 1 responden
(2,4%) memiliki kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol.
Responden kelompok kasus dan kelompok kontrol cenderung tidak memiliki
kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol.
Uji statistik menggunakan uji fisher karena karena tidak memenuhi
syarat uji chi-square dan menggunakan tabel 2x2, diperoleh p value 1,000, maka
diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kebiasaan konsumsi makanan yang
mengandung kolesterol dengan penyakit jantung koroner.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dengan kejadian
penyakit jantung koroner (p value=1,000>0,005).
SIMPULAN
Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kejadian
Penyakit Jantung Koroner dan tidak ada hubungan antara lingkungan
kerja, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi alkohol/NAPZA, dan
kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung kolesterol dengan
kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit X Kota Semarang.

Anda mungkin juga menyukai