Anda di halaman 1dari 32

PENETAPAN WAKTU PENGAMBILAN CUPLIKAN

DAN ASUMSI MODEL KOMPARTEMEN


(Paracetamol)

KELOMPOK I / 1 :
•FEBBY WILANDA PUTRI (1041611058)
•HANI KHOIRINA (1041611066)
•INTAN MATRA P.S (1041611078)
•KHAERUL UMAM (1041611087)
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mampu memperkirakan model kompartemen kinetika obat
bedasarkan kurva semi logaritmik kadar obat dalam darah
terhadap waktu.
2. Mahasiswa mampu menetapkan jadwal dan jumlah pencuplikan
serta lamanya sampling untuk pengukuran parameter
farmakokinetika berdasarkan model kompartemen yang telah
ditetapkan.
3. Mahasiswa menggunakan dosis obat yang tepat untuk subyek
uji.
Dasar Teori

Fase farmakokinetik berkaitan dengan masuknya


zat aktif ke dalam tubuh. Pemasukan in vivo tersebut
secara keseluruhan merupakan fenomena fisikokimia
yang terpadu di dalam organ penerima obat. Fase
farmakokinetik ini merupakan salah satu unsur penting
yang menentukan profil keberadaan zat aktif pada tingkat
biofase dan selanjutnya menentukan aktivitas terapeutik
obat (Aiache, 1993).
Lanjutan...

Model farmakokinetik sendiri dapat memberikan


penafsiran yang lebih teliti tentang hubungan kadar obat
dalam plasma dan respons farmakologik. Model
kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai
perubahan kadar obat dalam plasma mencerminkan
perubahan yang sebanding dengan kadar obat dalam
jaringan. Tetapi model ini tidak menganggap bahwa
konsentrasi obat dalam tiap jaringan tersebut adalah
sama dengan berbagai waktu. Disamping itu, obat
didalam tubuh juga tidak ditentukan secara langsung,
tetapi dapat ditentukan konsentrasi obatnya dengan
menggunakan cuplikan cairan tubuh (Shargel, 1988).
Lanjutan...

Model kompartemen dibagi menjadi dua yaitu :


1.Model Kompartemen Satu Terbuka
mempunyai anggapan bahwa perubahan kadar obat dalam
plasma sebanding dengan kadar obat dalam jaringan.
2. Kompartemen kedua terbuka
merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan
yang berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model
ini dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel, 1988).
MODEL – MODEL KOMPARTEMEN

Model Mammillary
Model terdiri atas satu atau lebih
kompartemen perifer yang dihubungkanke
suatu kompartemen sentral.
1. Kompartemen satu terbuka iv
2. Kompartemen satu terbuka ev
3. Kompartemen dua terbuka iv
4. Kompartemen dua terbuka ev
LAMA PENGAMBILAN CUPLIKAN

Jika darah digunakan sebagai cuplikan, pencuplikan

dilakukan sampai 3-5 x t½ eliminasi obat.

Jika digunakan urine, sampai 7-10x t½ eliminasi obat.


Alat Dan Bahan
Alat :
Bahan :
•Labu takar
•Paracetamol
•Beaker glass
•Asamtrikloroasetat (TCA) 20%
•Mikropipet
•Natrium nitrit 10 %
•Tabung reaksi
•Asam sulfamat 15%
•Pipet ukur
•HCl 6N
•Pipet volume
•Heparin
•Filler
•NaOH 10 %
•Vortex-mixer
•Aquadest
•Sentrifuge
Hewan Uji : Tiap kelompok @ 2 Tikus
•Ependroff
•Spektrofotometer
•Scaple
•Sonde
Data Hasil Pengamatan
Lanjutan...
Data absorbansi cuplikan
PEMBAHASAN
1. Tujuan praktikum ini adalah memperkirakan model kompartemen kinetika
obat, menetapkan jadwal pencuplikan serta lamanya waktu sampling dan
menggunakan dosis obat yang tepat dengan menggunakan hewan uji berupa
tikus.
2. Sebelum suatu percobaan penetapan parameter farmakokinetika dapat
dilakukan perlu dilakukan percobaan pendahuluan terlebih dahulu.
Percobaan pendahuluan yang pelu dilakukan diantaranya adalah penetapan
waktu pengambilan cuplikan, asumsi model kompartemen dan penetapan
dosis.
3. Pemilihan dosis pada percobaan yang ketiga dilakukan agar dapat
mengetahui dosis terapi yang memberikan profil farmakokinetika yang
paling baik yang menunjukkan data yang jelas pada tiap fasenya (fase
absorbsi, sekitar puncak, dan fase eliminasi).
4. Untuk pemilihan dosis ini digunakan tiga konversi dosis, yaitu paracetamol
pada dosis 500 mg, 750 mg dan dosis 1000 mg. Dimana dosis lazim
pemakaian sekali paracetamol sebanyak 500 mg, dosis maksimal sehari yang
dapat diberikan untuk paracetamol adalah 1-2 g, sehingga penggunaan dosis
1000 mg masih masuk dalam rentang dosis yang dipergunakan dalam terapi.
Lanjutan
5. Tahap selanjutnya pembuatan kurva baku dengan konsentrasi 0, 100,
200, 300, 400, 500, 600, 700 μg/ml, dengan masing-masing konsentrasi
membutuhkan volume darah hingga 250 µl dan ditambahkan TCA 20%
untuk mengendapkan protein.
6. Penambahan HCl pada plasma setelah di vortex bertujuan untuk
memberikan suasana asam dalam pembentukan reaksi diazotasi
antara parasetamol dengan NaNO2 10%. Penambahan HCl dan
NaNO2 akan membentuk reaksi diazotasi yang tidak tahan terhadap
suhu kamar. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perendaman selama 15
menit ditempat dingin (suhu <15oC) dengan merendamnya dalam air
es.
7. Selanjutnya ditambahkan asam sulfamat 15% melalui dinding tabung.
Tujuan dari perlakuan ini adalah menghilangkan HNO2 yang berlebih.
Kemudian ditambahkan NaOH 10% kedalamnya. Hal ini bertujuan
untuk menetralkan asam karena adanya asam sulfamat.
8. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan spektrofotometri uv-vis pada
panjang gelombang maksimum 435,10 nm dan operating time 13
menit. Pengukuran absorbansi ini dilakukan pada panjang gelombang
visibel karena pada panjang gelombang ini absorbansi dapat terbaca
pada sinar nampak (visibel).
Lanjutan..
• Pengukuran
menggunakan
spektrofotometer
untuk paracetamol
diperoleh absorbansi
yaitu 0; 0,147; 0,162;
0,430; 0,483; 0,564;
0,626 sehingga pada
percobaan ini
didapatkan
persamaan regresi
linier yaitu Y = 9,4354
x10-4x –0,0293.
• Secara teoritisnya,
parasetamol yang
diberikan pada saat
praktikum masuk dalam
kategori kompartemen
dua terbuka karena
pemberiannya secara
peroral dan memiliki fase
absorpsi, distribusi, dan
eliminasi sehingga
kurvanya berbentuk
bifasik. Berikut
merupakan gambar
model kompartemen
dua terbuka bifasik dari
paracetamol:
Dari data yang telah
didapat maka dapat
dibuat kurva untuk
mengetahui model
kompartemen
parasetamol antara t
(waktu) vs Cp
(konsentrasi), maka
didapatkan kurva
sebagai berikut:
Kurva yang telah dibuat dianalisis dengan cara
disamakan dengan kurva yang terdapat dalam teori,
kurva yang didapat dalam percobaan mengalami
banyak fluktuasi yang tidak seharusnya, hal ini
disebabkan karena sifat fisiologi tikus yang berbeda
beda setiap saat. Tmax adalah waktu yang
dibutuhkan oleh Paracetamol untuk mencapai kadar
puncak atau kadar yang paling tinggi didalam tubuh.
Dari hasil kurva didapatkan bahwa parasetamol 500, 750, dan
1000 mg memiliki Tmax pada menit ke 30 utuk semua dosis . t1/2
eliminasi adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk separuhnya
tereliminasi, pada percobaan didapat t1/2 untuk parasetamol
500 mg adalah 481,25 menit atau 8,02 jam, 750 mg adalah
481,25 menit atau 8,02 jam, dan untuk 1000 mg adalah 142,01
menit atau 2,37 jam. secara teori t1/2 parasetamol berkisar
antara 1-4 jam sehingga pada percobaan t1/2 hanya
parasetamol 1000 mg memenuhi syarat. Lama sampling
didasarkan pada t1/2 yang didapat, pada 500 mg 24,06 jam -
40,10 jam; pada 750 mg didapat 24,06 jam - 40,10 jam; pada
1000 mg didapat 7,10 jam - 11,83 jam. Setelah dibuat kurva
maka dapat disimpulkan bahwa parasetamol dengan dosis 1000
mg dalam percobaan yang diberikan per oral memiliki fase
absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi sehingga
mengikuti model kompartemen dua terbuka yang sesuai
dengan teori.
Hasil t1/2 dan lama sampling parasetamol 1000 mg
yang didapat memenuhi syarat dan sesuai dengan
parameter farmakokinetik sedangkan parasetamol
500 dan 750 mg tidak memenuhi syarat, hal ini
kemungkinan disebabkan karena tikus putih yang kita
ambil darahnya, mungkin akan mengalami
perubahan biokimia di dalam tubuhnya dikarenakan
terlalu banyak cuplikan darah yang diambil dari
tubuhnya dan tikus menjadi stress sehingga
mempengaruhi hasil yang didapat.
Kesimpulan
1. Untuk pemilihan dosis ini digunakan tiga konversi dosis, yaitu
paracetamol pada dosis 500, 750 dan 1000 mg.
2. t1/2 untuk parasetamol 500 mg adalah 481,25 menit atau
8,02 jam, 750 mg adalah 481,25 menit atau 8,02 jam, dan
untuk 1000 mg adalah 142,01 menit atau 2,37 jam, secara
teori t1/2 parasetamol berkisar antara 1-4 jam sehingga
pada percobaan t1/2 parasetamol 500 mg dan 750 mg tidak
memenuhi syarat sedangkan untuk parasetamol 1000 mg
memenuhi syarat
3. Lama sampling pada parasetamol 500mg 24,06 jam - 40,10
jam; pada 750 mg didapat 24,06 jam - 40,10 jam; pada 1000
mg didapat 7,10 jam - 11,83 jam.
4. Parasetamol dalam percobaan ini yang diberikan per oral
memiliki fase absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi
sehingga mengikuti model kompartemen dua terbuka yang
sesuai dengan teori.

Anda mungkin juga menyukai